Part #96 : Bingung. Sedih. Marah. Berang

Tak tau apa yang sedang apa di dalam kepalaku saat ini. Bingung. Sedih. Marah. Berang. Hendak meledak. Ya Tuhan. Segininya cobaan yang Kau berikan padaku. Aku tau ini takdir dari-Mu. Tapi kenapa harus Selvi?...

Part #95 : Mau berapa lama kita disini?

“Mau berapa lama kita disini?” tanyaku pada Iyon dan Kojek yang sedang leyeh-leyeh ngaso sambil memandangi deburan ombak kecil di pantai. Kursi pantaiku dipakai mereka berdua empet-empetan. Sementara aku pemiliknya gak kebagian tempat dan...

Part #94 : Ratu Kanaka

Kericuhan saat pasukan pemanah masuk kembali ke dalam istana, kami manfaatkan untuk menelusup masuk juga. Benar saja, sepanjang perjalanan, kami tak menemukan satupun warga kerajaan ini di luar istana. Yang artinya semuanya harus masuk...

Part #93 : Istana Diserang

“Jumpa lagi bola api keparat… Banaspati geni…” sapaku pada Banaspati berelemen api berkobar-kobar itu. Kepala kakek tua yang rambutnya terbakar api itu menatapku tajam dan mulut menyeringai dan lidah menjulur panjang. “Kau lagi…” balasnya gusar...

Part #92 : Cayarini

Kutindih tubuh Cayarini yang menggelinjang liar. Kami berdua masih memakai bawahan. Ia dengan celana dalam minim itu dan aku celana pendek selutut tanpa sempak. Aseng junior udah mengacung keras tetapi masih berbungkus. Lidahku bermain-main...

Part #91 : Peri Anaga

Di segala aspek fisik, ukuran dan mungkin pengalaman bertarung–mungkin naga hitam ini meremehkanku. Serangan Banatirta-ku tadi mungkin dianggapnya sebagai kebetulan saja. Ia sangat membanggakan ukuran besar dan kemegahan bentuk naganya yang sangat superior dibanding...

Part #90 : Istana Mahkota Merah

Semua perkembangan berkesinambungan bertautan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Istana Mahkota Merah telah rampung pembangunannya, tetapi yang namanya membangun itu tidak ada henti-hentinya karena setelah selesai-pun, kelompok pembangun terus menambahkan ruangan-ruangan baru untuk...

Part #89 : Eka dan Dwi merintih-rintih bersamaan

Saat ini, momen ini, kudedikasikan untuk memuaskan peri Aruna yang sedang termehek-mehek dihadapanku ini. Dengan menunggingkan bokongnya yang lebar, kusodokkan Aseng junior dengan cepat, membuat kecipak becek vagina sempitnya mengucurkan cairan beraroma mawar yang...

Part #88 : Ratu Lawana

Ratu Lawana. Lawana artinya samudra. Harusnya ia yang menguasai lautan ini. Tapi ketiadaan safir biru yang menjadi mustika kerajaannya, ia tak punya kekuatan itu lagi. Padahal harusnya selat Malaka ghaib ini bergelora oleh ombak—alih-alih...

Part #87 : Amei Sedih

Tak terbayangkan bagaimana kalut dan sedihnya Amei mendapati suaminya tewas dalam kecelakaan lalu lintas di saat ia hamil muda begini. Ia terpuruk dalam kesedihan yang begitu dalam hingga ia tak sanggup melihat jenazah Julio...

Part #86 : Neneng , Cherni Dan Anisa

Ada empat Padma yang berenang-renang dengan riangnya di kawah magma cair ini. Tiga peri Padma muda itu cantik-cantik dan bentuknya hampir sama persis dengan peri Padma yang sudah menelurkan telurnya sebelumnya. Bersayap, rambut hitam...

Part #85 : Melakukan kebaikan

Lakukan kebaikan. Selalu lakukan kebaikan. Apalagi lagi ini sedang bulan Puasa. Bulan Ramadhan. Banyak hal yang bisa dijadikan ladang amal. Seperti membagikan makanan bagi yang sahur dan berbuka. Banyak-banyakin sedekah. Sekedar senyum pun berpahala....