
“Trus… Mm… Gini… Pipit malu nyeritainnya… Jadi… ini yang terakhir mau Pipit tanya… Kenapa Pipit sering mimpi… ML sama bang Aseng, ya?” tanya Pipit shy-shy cat alias malu-malu kucing. GUBRAK! Aku kejedot lantai. Jadi...

Setelah bertemu dengan Pipit siang itu di kafe hotel, aku kembali lagi membelah kemacetan ibu kota provinsi Sumatera Utara untuk kembali lagi ke kantorku. Panas dan lelah ditambah harus kembali bekerja di sisa jam...

Pulang dari rumah Yuli waktu petugas takmir mesjid mulai menghidupkan sound systemnya dan lantunan ayat suci berkumandang. Ya ngantuk, ya gempor juga. Kalau digabung dengan yang tadi siang di penginapan aku sudah ngecrot 5...

“Uhh…” erang Yuli begitu lidahku menyapu belahan merah itu. Kuulangi lagi sapuan lidahku berulang-ulang. Rasanya asin campur-campur sama bau sabun mandi tadi. Ia banyak menggosok kemaluannya dengan sabun saat mandi tadi. Tanganku menahan sekaligus...

Yuli: Papa Rio numpang lg boleh? Aseng: boleh bu Yuli: di dpn gang aj Aseng: ok Bu Yuli kembali minta nebeng lagi ke ATM di dekat bundaran KIM 2. Karena searah kukabulkan aja. Lagi...

“Wes hewes-hewes. Bablas angine!” selesai sang dukun yang katanya sakti mandraguna dengan mantra ampuhnya. Ia sudah membakar kemenyan di bokor tanah liat dengan arang yang masih membara. Ada kain hitam yang jadi alas bokor...

Setengah rumah di gang ini adalah rumah sewa dan setengahnya lagi rumah pribadi. Tepat di samping rumahku, ada dua pintu rumah yang disewakan. Beberapa hari lalu ada penyewa baru yang menempati salah satu rumah...

Selama empat hari berturut-turut aku terus menyambangi rumah Aida di tengah malam. Suaminya yang kerja shift malam tak tau kalau biniknya kutunggangi sampai ku-encrotin berulang-ulang. Apalagi saat ini istriku juga sedang palang merah alias...

“Ngapain sih, bang?” ia terkikik geli merasakan pekerjaanku di balik selimut itu. Bibirku mematuk-matuk naik ke pahanya dan sekarang ada di depan vagina indahnya. Disibaknya sedikit selimut untuk melihatku di selangkangannya. “Alo apa kabar...

Tepat pukul 22.30 WIB aku bergerak keluar dari rumahku. Seperti biasa gang ini pada jam segini tetap sepi dari yang lalu lalang. Apalagi cuaca terasa dingin karena hujan sehabis Maghrib tadi. Di beberapa tempat...

Kubiarkan Aida menunggu karena aku tidak akan datang malam itu. Aku tidak meneruskan chat dan kuhapus semua history chatting barusan agar tidak ketahuan istriku. Kumatikan TV, lampu-lampu, memastikan semua jendela dan pintu terkunci dan...

Nyot! Nyot! Dua benda kenyal itu sukses membuat jantungku ser-seran. Teror Aida terus berlanjut. Ia memanfaatkan kebiasaanya dalam meminta Salwa untuk kugendong. Orang-orang satu gang sini bahkan sepertinya sudah maklum sekali kebiasaannya itu dan...