Part #4 : Aida Mulai Ketagihan Kontolku

Kubiarkan Aida menunggu karena aku tidak akan datang malam itu. Aku tidak meneruskan chat dan kuhapus semua history chatting barusan agar tidak ketahuan istriku. Kumatikan TV, lampu-lampu, memastikan semua jendela dan pintu terkunci dan kemudian masuk kamar.

Sampe kamar kudapati semua orang tercintaku sudah tidur nyenyak. Istriku tidur diantara Rio dan Salwa. Tempat tidur king size ini harus dibagi untuk 4 orang. Aku harus rela desak-desakan dengan Rio yang tidurnya berantakan. Daster istriku tersingkap hingga perut dan sebelah payudaranya menggantung keluar dari pakaiannya tak sempat dimasukkan habis menyusui Salwa. CD-nya terlihat menggodaku tapi aku tak sampai hati membangunkannya untuk melayani birahiku akibat chatting barusan dengan Aida. Ia sudah cukup lelah mengurusi rumah dan dua anak kami.

Aida-Aida… Perempuan sesak segera beranak itu betul-betul membuatku blingsatan gak karu-karuan. Rayuan dengan tubuhnya berekskalasi dari yang paling ringan sampai yang hardcore punya. Terakhir ia mengirimiku foto jarinya yang menusuk masuk lubang vaginanya. Melihat itu aku sampai ngecrot sekali lagi.

Beberapa kali ada jeda ia berhenti chatting yang kutangkap kalau ia sedang fokus masturbasi seperti yang kulakukan. Ngakunya ia sedang sendirian di rumahnya karena suaminya, si Agus masuk malam. Sebenarnya suaminya masuk jam 11 malam tetapi pergi lebih cepat satu jam demi dedikasi posisinya sekarang ini. Pulangnya juga dilambatkan satu jam. Ia terus mendesakku agar ke rumahnya dan memenuhi tawarannya karena tak ada orang lain di rumahnya kecuali dirinya sendiri yang sedang memuaskan hasrat.

Tawaran yang sangat menggiurkan. Sepanjang malam aku bisa menggagahi perempuan yang sudah pasrah kuapakan saja. Gang ini juga sudah sepi jam-jam segini jadi tidak akan ada yang tau siapa yang keluar masuk rumah Aida. Kepalaku panas memikirkan kemungkinan-kemungkinan ini. Aseng juniorku yang udah ngecrot berkali-kalipun sepertinya senang dan ngaceng gak udah-udah. Kimak kali memang junior nih. (kimak: makian orang Medan. Singkatan dari pukimak, yang kurang lebih artinya memek mamak. wkwk)

Aku kembali ke depan TV tanpa menyalakannya. Hanya duduk saja dan menghayalkan Aida. Malam sudah semakin larut dan tak ada ping masuk karena data HP kumatikan. Tapi aku yakin kalau Aida mengirim ping berulang kali untuk menarik perhatianku. Malah ketiduran.

Bangun-bangun aku malah memimpikan Aida. Aku menganggapnya mimpi buruk karena aku ketauan oleh istriku sedang menggenjot Aida di ruang tamu rumahku. Tapi istriku cuma berdiri di depan pintu dan melihat saja tanpa ekspresi apapun, hanya datar. Ekspresi datar itu yang merupakan bagian terburuknya karena kalau istriku sedang marah, ia akan diam saja seperti itu.

Kimaknya lagi, sempakku terasa lengket. Aku mimpi basah! Kimak-kimak. Udah tua segini masih mimpi basah? Padahal aku sudah berapa kali ngecrot sebelumnya kan? Setauku ya… seseorang pria itu akan mengalami mimpi basah kalau cadangan spermanya tak kunjung keluar dalam jangka waktu tertentu. Pria lajang misalnya, apalagi anak remaja yang masih puber yang belum mengenal seks. Lah aku udah beberapa kali ngecrot begini kenapa masih bisa mengalami mimpi basah? Aneh?

Apa gara-gara terlalu kepikiran Aida yang seksi ya? Sampe-sampe kebawa mimpi basah ya? Di mimpi tadi, aku sudah melihat semua tubuh polos telanjang Aida dan kami bercinta gila-gilaan yang diakhiri aku ngecrot di dalam vaginanya. Aku betulan ngecrot saat itu yang berbekas di sempakku saat ini. Imej tubuh telanjang Aida mungkin adalah kumpulan berbagai informasi yang sudah kudapatkan selama ini. Baik tampak langsung ataupun sekedar foto. Jadi alam bawah sadarku mengeja-wantahkannya sebagai bunga tidur. Indah kali bunga tidurnya. Tubuh telanjang Aida maksudnya. Tapi tetap lebih serem ekspresi istriku, ding.

Skip-skip
Sudah kembali pagi dan Salwa tak mau tau apapun selain jalan-jalan pagi. Sesudah dimandikan dan wangi, ia langsung merengek minta jalan-jalan. Aku harus siap-siap dengan jawaban kalau bertemu Aida kali ini. Ia pasti akan menjegatku di depan rumahnya.

Tumben pintu rumahnya masih tertutup. Belum bangun dia? Padahal aku sudah menyiapkan berbagai macam alasan kalau-kalau ia merajuk padaku. Bagus-lah kalau begitu. Salwa dan aku melintas di depan rumahnya. Tumben juga gang ini sepi. Biasanya sudah ramai jam segini bagi yang akan berangkat sekolah dan kerja. Juga beberapa penjual sarapan pagi keliling. Hanya ada kami berdua di gang ini.

Tok-tok!

Terdengar ketukan di kaca jendela di kiriku.

Di jendela kaca rumah Aida. WHAT THE FAKK!

Aida berdiri di balik jendela kaca rumahnya dengan rapat hingga tubuhnya tergencet nyeplak di kaca tersebut dalam keadaan telanjang bulat. Matanya menatap sayu dan menggigit ujung jarinya. Kedua puting payudaranya tergencet indah di kaca berikut pangkal pahanya. Vagina mungilnya mengintip indah dengan jembut kumis Hitler-nya. Kemudian direnggangkannya kedua kaki nya lalu satu tangannya yang lain melebarkan bibir kemaluannya. Dengan jari telunjuk dan jari manis ia melebarkan labia mayora. Jari tengah menggosok-gosok itil lalu terbenam masuk. Dikocok beberapa kali dengan melenguh keenakan. Beberapa kali kocokan dan dicabut. Cruut! Cairan bening menyemprot dan terpercik di kaca jendela transparan. Aida terengah-engah…

Apa ini?

“Kenapa, pa?”

“Heh? Kenapa?” tanyaku.

“Salwa udah siap mandi… Minta jalan-jalan tuh…” kata istriku.

Kuusap mukaku. Kimak! Gara-gara tidur lagi abis mandi aku malah bermimpi aneh lagi tentang Aida. Yaa… lengket lagi.

Setelah ganti sempak dan celana abis bersih-bersih, aku melanjutkan rutinitas pagi dengan membawa Salwa jalan-jalan keliling gang. Sebenarnya aku penasaran juga apa mungkin kejadian seperti di mimpi tadi menjadi nyata. Tapi itu tidak mungkin karena aktifitas gang ini sudah ramai seperti biasanya. Pada berangkat sekolah bagi anak-anak dan berangkat kerja bagi orang dewasa. Seorang penjaja tahu bermotor lewat dengan teriakan khasnya “TAA-HUUUU!”

Seorang ibu memanggil tukang tahu itu dan si abang penjual berhenti. Ibu-ibu lain juga mengerubungi penjual tahu itu untuk membeli tahu putih termasuk Aida. Ia sudah melirikku dengan mulut manyun yang lucu. Ingin rasanya kucomot bibir manyunnya itu. Ibu-ibu itu menyapa Salwa dan menjawil pipinya. Ada juga yang menciumi pipinya yang tembem kayak donat dikasih gula putih halus. Aroma segar bayi yang baru mandi pasti jadi kegemaran siapapun.

Tak kurang Aida juga. Tahu yang baru dibelinya di sebuah piring ditaruhnya begitu saja di teras rumah. Seperti biasa, ia langsung meminta Salwa untuk digendong. Tapi sebelum Salwa berpindah tangan, tangannya dengan kurang ajar meremas si Aseng junior. “Akhh…” pelan keluhku kaget. Untung ibu-ibu lain dan penjaja tahu sudah pada bubar.

Aida

“Kenapa gak ke rumah tadi malam?” lirih tanya Aida dengan mata mendelik-delik lucu. Mulutnya mengatup-ngatup kek ikan mas koki.

“Gak-lah! Gilak aja…” jawabku spontan.

“Tapi aku dah pengen kali, bang…” katanya masih lirih. Ia berusaha menggapai ke bawah lagi ke arah Aseng junior. Dengan taktis aku menghindar.

“Mintak-lah sama lakikmu sana… Aku gak bisa, Da…” jawabku sebenarnya ragu-ragu.

“Abang inilah… Udah kukasih pun… Udah rela kali aku, bang… Mau ya, bang?” rayunya dengan menghiba. “Nanti malam lagi ya, bang? Plis…” katanya mendekap erat Salwa. Aku jadi takut kalau anak bayiku dibejeknya kuat-kuat karena kesal dengan bapaknya yang tak kunjung mengabulkan keinginannya. Keinginan mesumnya.

“Gak bisa aku, Da… Takut aku… Takut ketauan aku…” jawabku asal aja. Yang penting aku bisa terbebas dari rayuannya. Rayuan maut.

“Kalo takut ketauan di sini… kita ketemuan di luar aja, bang…” usulnya jenius. Jenius kampret. Kalau itupun aku tau caranya. Tapi masalahnya aku gak mau. Atau belum mau. Yang mana yang benar?

“Gak, Da… Aku gak bisa, Da…” tolakku terus dan mencoba beralasan dengan melihat jam tanganku, meminta Salwa kembali. Tapi Aida menolak mengembalikan Salwa semudah itu. Ia menggerakkan tubuh Salwa sehingga tubuh bayiku mendusel-dusel dadanya. Kimak! Perempuan ini gak pake bra. Teteknya gondal-gandul karenanya terlihat dari bahan katun daster bermotif bunga yang dipakainya. Beberapa kali aku juga bisa melihat pentilnya ngecap karena sudah menegang. Salwa mewakiliku menjamah tubuhnya.

“Aku gak pakek apa-apa nih bang dibalik dasterku… Abang mau liat?” tawarnya kurang ajar. ANJIAANK!

Cepat-cepat aku menggeleng, ia malah mundur dan masuk ke teras rumahnya yang satu batu bata lebih tinggi dari jalanan gang. Ia menggodaku terus. Senyumnya lebar. Anak bayiku hanya bengong ngences aja bisanya gak bisa nolongin papanya yang kesusahan. Anakku cantik… Tolongin papa-lah?

“Da… Jangan, Da…” panik aku melihatnya membawa masuk Salwa sampai di belakang pintu rumahnya. Teras rumahnya kecil hanya cukup untuk memarkir sebuah motor dan jejeran pot bunga koleksinya. Aida masih memeluk erat Salwa. Keadaan memang sepi kala itu.

Nekat! Perempuan ini sudah nekat. Dengan satu tangan ia menarik rok dasternya ke atas dan satunya tetap mendekap Salwa, alhasil aku sukses melihat apa saja yang ada tersembunyi di dalam sana. Sebagian kecil perut rata dan pusarnya, pangkal pahanya dan kumis Hitler itu. Melotot mataku melihat pemandangan erotis dadakan itu. Ia benar-benar tak memakai apa-apa lagi dibalik dasternya seperti yang dikatakannya tadi. Indah, melenakan dan sekaligus menakutkan. Bentuk segitiga dengan lepitan kemerahan di tengah apitan kedua pangkal pahanya sukses membuatku keringat dingin. Indah nian. Amboi… Ingin betul aku sekedar mengelus… membelai… atau membukanya… membasahinya dengan lidah.

Dengan cepat ia kembali menurunkan rok dasternya dan kembali kakinya tertutup takala sebuah motor melintas, seorang bapak membonceng dua anaknya pergi sekolah. Ia tersenyum lebar dan maju ke depan tanpa rasa bersalah sedikitpun. Diserahkannya Salwa kembali padaku tanpa bisa kucegah sedikitpun. Ia memberikan bonus, menyentuhkan kedua payudaranya yang tanpa bra itu ke lenganku. Aku dapat merasakan keras putingnya yang menegang. Lembut dan kenyal melebur menjadi satu. Daging empuk itu terasa adem dan nyaman.

“Dadah, Salwa cantik… Nanti malam jumpa lagi ya…” katanya melambaikan tangannya padaku. Dengan kaku aku balik kanan dan ngacir pulang.

Tak nyaman yang kurasakan saat ini karena si Aseng junior sedang baris-berbaris pagi ini. Dia ngacung!

Skip-skip
Di kantor aku baru berani menghidupkan data HP-ku dan berebutan masuk berbagai ping, teks dan beberapa buah foto yang dikirim Aida tadi malam. Foto beberapa sudut kemaluannya yang sepertinya habis orgasme karena becek bukan buatan. Ia membuka lebar-lebar bibir kemaluannya tanpa malu-malu lagi. Lubang sempit itu seperti memanggil-manggilku untuk mencicipinya.

Jam 9.30 pagi masuk satu foto baru. Ini seperti sebuah foto perbandingan karena dua buah foto dijadikan satu. Ia bela-belain mengedit foto ini. Aku baru sadar apa maksud foto ini setelah beberapa saat kupelototi. Di kanan adalah foto Aseng junior yang masih berlumuran sperma dan di kiri adalah foto kemaluan Aida yang juga berlumuran sperma.

Aida: liat encer kan?

Bangsat! Ia memfoto hasil persenggamaannya dengan lakiknya dan membandingkan kualitas spermaku dengan Agus. Itu artinya Agus yang baru pulang kerja pagi ini ditodong ML dan ini hasilnya. Encer sih. KIMAK!

Aida: encer gini g bisa buat bunting

Aida: kecil lg

Hampir kubanting HP-ku.

Entah untuk berapa lama akan kubiarkan Aida terus menerorku. Yang gilanya aku suka dengan teror seperti ini. Kalo orang Medan bilangnya ‘Ngeri Ngeri Sedap’. Sering dengar istilah ini kan? Yang dulu pernah dipopulerkan politisi yang memang berasal dari Medan. Gimana caranya aku menghentikan teror ini? Kalau kubiarkan, mungkin akan bertambah parah atau mungkin juga berhenti karena Aida bosan karena tak kunjung kutanggapi tawarannya. Bagaimana kalau ia tak kunjung bosan dan terus berharap. Ia akan terus menerorku dengan teror erotis lainnya.

Kalau berhenti atau ia mengalihkan terornya pada pria lain… Sayang juga! Barang bagus gitu. Belum tentu pria lain akan menolaknya. Tak terbayangkan kalau ada pria lain yang menggenjot Aida dan memanfaatkan keadaan rumah tangganya walau tak pasti bakal hamil. Pastinya pria itu akan bersenang-senang banget. Abis-abisan menggarap perempuan cantik itu dengan berbagai gaya… Arrggghh! KIMAK!

Pria itu pasti akan terus-terusan menggarap Aida sampe… sampe kapan? Aku juga kurang yakin kalau guna-guna itu bekerja pada pria lain. Kalau teori awalku benar, guna-guna itu hanya terikat pada Agus-Aida, seharusnya kalau Aida mendapat setoran sperma dari pria lain; ia akan hamil. Lalu bagaimana kalau sebenarnya guna-guna ini melekat per individu? Pada Agus dan pada Aida. Bagaimana kalau ada guna-guna lain yang bertujuan untuk melemahkan sang pria? Karena Agus mengalami penurunan stamina seksual yang bertujuan untuk melemahkan mental dan harga dirinya. Bagi pria hal ini adalah masalah kehormatan. Dengan begitu, rasa dengki pengirim guna-guna berhasil mengganggu Agus yang sudah mencapai posisi bagus dalam pekerjaannya ini. Kemudian merembet ke pekerjaan dan kemudian ke pernikahannya. Malah bisa ke kesehatan dan nyawa!

Dan… ikut melemahkan si pria ini juga. Korban kedua jatuh. Agus dan pria ini. Lalu Aida akan menyasar ke pria lainnya dan terus menerus seperti virus yang tak berkesudahan. Waduh! Sampe segitunya. Eh! Entah hapa-hapa yang kupikirkan nih?

Kukirimkan pesan baru pada Aida dan ia menanggapinya.

Bersambung

cantik pembantu bugil
Tidur Bareng Sama Pembantuku Yang Lugu Bagian Satu
Foto Tante Cantik Kesepian Ngangkang Sange
pembantu sexy
Mendapatkan Kesempatan Untuk Menikmati Tubuh Pembantuku
tetangga hot
Cerita dewasa terkagum kagum dengan tubuh mulus tetanggaku
jilbob cantik
Cerita ngentot terjebak hutang budi dengan atasan
sma sange minta di entot
Menikmati Keperkasaan Penis Guru Ganteng
Foto Abg Telanjang Toket Super Gede
pegawai bank bca cantik
Bercinta Dengan Pegawai Bank Yang Masih Perawan Bagian Satu
Foto Bugil Jilbab Super Cantik Tetek Super Gede
Cerita Dewasa Ngintip Tante Lilis Sedang Colmek
Bercinta Dengan Anak Pak RT
Foto Bokep Mahasiswi Ngentot di Hotel
Cerita Dewasa Menginap Di Rumah Tante Lia
Pembantu sebelah rumah yang menggoda birahiku
sepupu sexy
Tak bisa menahan nafsu birahi gara-gara tidur sekamar dengan sepupu ku
Foto selfie cewek kurus waktu di booking di hotel