Part #6 : Petualangan Sexs Liar Ku

Beberapa hari pun telah berlalu, aku dan Anes pun memintaku untuk tidak membahas tentang kejadian itu lagi demi hubungannya dengan Justin dan karirku sebagai pemain basket yang belum dimulai sama sekali.

Yang aku tahu saat ini, Anes secara terus terang bilang kalau dia menyukaiku dan aku pun juga menyukainya.

Tetapi dia sudah punya Justin dan aku sudah punya kak Ranty yang sangat aku cintai. Jadi kita sepakat untuk menyimpannya di dalam hati.

Skippp…

Hari ini adalah hari dimana aku akan mengikuti seleksi khusus (hanya aku seorang yang mengikutinya) yang diadakan oleh coach GB.

Hal itu berkat Justin, dimana dia adalah seorang pemain GB andalan sehingga rekomendasinya selalu didengar oleh tim termasuk untuk merekrutku ke dalam tim mereka.

“Oyy Ran! udah siap belum? lu jangan malu-maluin entar ya mainnya, coach udah percaya banget sama gue, gue gak mau ngecewain dia,” ujar Justin yang sedang berdiri di depan cermin sambil Anes yang berdiri tepat di depannya sedang membetulkan kerah bajunya.

“Tenang aja, lu masih inget kan kalo lu pernah gue lewatin pas pertandingan POM dulu?” sergahku mengingatkannya.

“Alah,, itu sih lu hoki doang, buktinya tim lu gue bantai,” jawab Justin tidak mau kalah.

Aku hanya tertawa karena mendengar Justin sedikit kena trigger dariku. Sejenak aku melirik ke arah mereka. Aku lihat Anes sudah selesai membetulkan kerah baju Justin.

Justin kemudian tampak menatap Anes dengan senyuman manja lalu kedua tangan Justin hinggap di pipi Anes dan…

Cuppp…

Mereka melakukan french kiss dan berpagutan mesra. Lidah mereka saling melilit. Mereka melakukannya sambil memejamkan mata seakan mereka benar-benar menikmatinya sehingga mengabaikanku yang ada di situ.

Ada rasa cemburu di hatiku melihat mereka melakukan itu, namun aku sadar aku bukan siapa-siapa di sini. Mereka berhak melakukan apapun yang mereka mau di rumahnya sendiri.

Sesaat kemudian Anes membuka matanya masih sambil berciuman dengan Justin. Dia lalu melirik ke arahku.

Setelah sadar bahwa sedari tadi aku melihat mereka berciuman, Anes kemudian buru-buru melepaskan ciumannya dengan Justin.

Sejenak wajahnya jadi memerah lalu Anes sedikit berpaling dariku.

“Udah ahh,, nanti telat lagi lagi,” sergah Anes.

“Kenapa beib? kok tumben, biasanya minta emmmp…”

Tiba-tiba bibir Justin dikatupkan oleh jari Anes agar dia tidak melanjutkan perkataannya.

Anes kembali melirik ke arahku, lalu disusul oleh Justin. Aku yang mendadak ditatap oleh mereka menjadi salah tingkah.

“Ohh,, jadi karena ada Randy, kamu malu sama dia?” tanya Justin kepada Anes.

“Enggak, udah ayok nanti telat lagi,” elak Anes singkat.

Tampak raut wajah Justin sedikit gondok karena kejadian barusan. Aku cuek saja seakan tidak melihat apa pun.

Setelah selesai bersiap-siap, kami pun berangkat ke pusat pelatihan tim GB menggunakan mobil Justin.

Justin dan Anes duduk di kursi bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.

Di dalam perjalanan Justin menjelaskan strategi bagaimana cara agar aku dapat lolos seleksi yang akan aku ikuti, karena kalau aku lolos maka aku akan secara langsung mendapatkan kontrak trial bersama tim GB selama kurang lebih 4-6 bulan.

Kalau performaku bagus dalam trial tersebut makan aku akan mendapatkan kontrak penuh.

Setelah sampai di markas tim GB, kami pun masuk ke dalam kawasan latihan mengikuti Justin.

Di sana aku lihat ada beberapa orang yang sedang bermain basket di lapangan outdoor berhenti dan melihat kami memasuki ruangan indoor.

“Kaya liat artis aja!” batinku.

Di dalam ruangan indoor Justin bertemu dengan coach yang sedang berlatih bersama timnya.

“Halo coach, ini pemain yang gue bilang kemarin,” ujar Justin sambil menyodorkan kepalan tangannya ke arah coach.

“Halo Tin, oke kebetulan kita mau mulai nih,” jawab coach sambil menyambut kepalan tangan Justin untuk tos.

Lalu pandangannya berpindah ke arahku. Kemudian dia mengangguk tampak cukup yakin hanya dengan melihat postur badanku.

Setelah itu kami mulai bersiap-siap untuk latihan. Aku berganti pakaian di loker room bersama Justin. Dia sekali lagi memberikan aku arahan untuk yang terakhir kalinya.

Ada beberapa pemain GB yang masuk ke loker room. Mereka menatap ke arahku karena melihat seseorang yang asing bagi mereka.

“Oyy sob,, kenalin ini Randy, calon rekan setim kita,” tandas Justin dengan keyakinan tinggi kalau aku akan lolos seleksi.

Mereka pun menatapku dari atas sampai ke bawah.

“Hmm,, boleh juga lu, kita liat nanti di lapangan,” balas salah satu pemain itu saat melihat postur badanku yang proporsional sebagai pemain basket.

Lalu kami pergi menuju lapangan basket. Anes duduk di tribun sendirian sambil melambaikan tangan ke arah kami.

Coach pun memulai latihan yang rutin digelar untuk para pemain GB. Karena ini bukan seleksi umum, maka aku memulai dengan berlatih eksklusif bersama tim inti.

Pertama-tama kami memulai dengan pemanasan lalu dilanjutkan dengan latihan fisik seperti lari, sit up, push up, dan lain-lain.

Aku merasa agak sedikit kewalahan karena aku sudah lama tidak melatih fisikku, namun lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan intensitas latihan ini.

Hingga pada seleksi latihan fisik aku dapat lolos lalu dilanjutkan dengan mengetes teknik permainan bola ku.

“Oke,, sekarang coba tunjukin apa yang lu bisa,” ujar coach yang menyuruhku untuk bertanding satu lawan satu dengan seorang pemain center andalan tim GB bernama Hendrik.

Dia adalah seorang pemain yang jangkung, tinggi badannya mencapai 190 cm, jauh lebih tinggi daripada aku. Dia nampak serius dalam melawanku dan tidak memperlihatkan gestur meremehkan.

Duggg…duggg…duggg…

Aku memantul-mantulkan bola basket itu ke lantai sembari berusaha mencari celah untuk dapat melewatinya.

Hendrik telah memasang ancang-ancang untuk mencoba menghalauku. Seketika aku bergerak dengan cepat ke arah kiri, lalu dia mengikuti gerakanku.

Aku kemudian memantulkan bola itu ke arah kanan dan memutar badanku untuk mengecohnya.

Duggg…

“Berhasil!” batinku.

Namun saat aku akan mengambil bola hasil pantulanku seketika tangan Hendrik menyongsong bola itu dengan cepat sehingga bola itu terlepas dari genggamanku.

“Shit!” umpatku dalam hati.

Priiitttt…!!!

Percobaan pertama gagal. Aku memukul telapak tanganku karena percobaan pertamaku gagal.

Lalu aku melakukannya lagi dipercobaan yang kedua. Aku kembali memantulkan bola ke lantai lapangan.

Kali ini aku mencoba untuk melemparkan langsung bola itu ke dalam ring basket.

Saat aku melakukannya, Hendrik secepat kilat merentangkan tangannya ke atas. Aku sedikit terkejut akan hal itu.

Dengan refleks aku langsung memantulkan bola itu ke bawah melewati kedua kaki Hendrik.

Hendrik tampak terkejut melihat gerakanku, pun dengan coach dan para pemain lainnya.

“Yess,, kali ini benar-benar berhasil!” seruku dalam hati.

Aku seketika memungut bola hasil pantulan itu lalu secepat kilat aku melompat untuk memasukkan bola itu ke dalam ring.

Namun saat aku hampir mencapai ring untuk melakukan slam dunk tiba-tiba Hendrik datang dan melompat lalu sekejap menampar bola itu dari genggamanku.

Brakkk…

Priiittt…!!!

Aku kembali gagal memasukkan bola itu ke dalam ring.

Deggg…

Apa yang terjadi? Apakah aku gagal dalam seleksi ini?

Hendrik kemudian menghampiriku lalu berkata, “Nice try!”

Aku mengernyitkan dahi, lalu Hendrik berlalu dari hadapanku. Semua orang yang ada di dalam stadium itu bertepuk tangan.

Aku kemudian menepi dan duduk di bench dengan raut wajah kecewa. Justin lalu menghampiriku sambil cengar-cengir.

“Hehehe,, mantap sob,” ujar Justin singkat.

“Mantap apanya?” balasku sedikit kesal.

“Mantap lah, tadi lu dikit lagi bisa masukin tuh bolanya.”

“Tapi gagal kan?”

“Emang lu berharap bisa ngalahin dia? gue aja sampe sekarang belum pernah menang lawan dia,” pungkas Justin dengan santai.

“Lah, terus apa tujuannya tadi gue disuruh lawan dia?”

“Ya kan kita cuma mau liat sejauh mana kemampuan lu,” ucap Justin.

Aku hanya mengangguk pelan.

“Tenang, itu gak mempengaruhi hasil seleksi lu kok, tapi keputusan tetep ada di tangan coach, dan kalo liat ekspresi wajahnya kelihatannya dia cukup puas,” imbuh Justin lalu menepuk bahuku kemudian berlalu untuk melanjutkan latihan mereka.

Saat itu aku sedang mengelap keringatku dengan handuk, lalu tiba-tiba Anes muncul di hadapanku.

Dia tersenyum sambil memberikan botol berisi minuman kepadaku. Aku kemudian menerima botol itu lalu meminumnya.

Glekkk…glekkk…glekkk

Beberapa teguk air berhasil masuk ke tenggorokanku. Anes kemudian duduk di sampingku.

“Makasih kak,” ucapku sambil menaruh botol itu di sampingku.

“Iya, gimana tadi hasilnya? lolos gak?” tanya Anes kepadaku.

“Belum tau kak, katanya nanti mau dikabarin.”

“Ohh gitu,, terus Justin bilang apa tadi?”

“Dia bilang kalo aku kemungkinan lolos kak,” balasku.

“Ohh,, bagus dong kalo gitu.”

“Tapi aku masih kurang puas kak, soalnya tadi aku gagal menang lawan dia,” tandasku sembari menunjuk ke arah pemain yang berpostur paling tinggi.

“Ya wajar aja dia kan pemain pro, apalagi tadi keliatannya dia serius banget waktu lawan kamu hihihi…”

“Hehehe,, iya sih.”

Aku jawab dengan sedikit tertawa. Entah mengapa moodku kembali naik setelah berbincang-bincang dengan Anes.

Setelah itu aku kembali minum air dari botol yang diberikan Anes tadi. Namun aku baru sadar kalau botol itu bukanlah milikku.

“Loh kak ini punya siapa?” tanyaku kepadanya.

“Punyaku lah,” jawab Anes singkat.

“Loh punyaku mana?”

“Tadi waktu mau nyiapin minuman aku liat botolmu kotor bekas jus terus bau lagi, jadinya aku pinjemin dulu selagi botolmu dicuci,” pungkas Anes.

“Waduh aku jadi gak enak kak.”

Aku baru ingat kalau botolku bekas jus saat sebelum aku berangkat ke Bandung.

“Hihihi,, santai aja.”

Anes kemudian kembali tersenyum kepadaku. Lalu kami sama-sama menonton tim GB berlatih.

Semua pemain terlihat serius dalam menjalani latihan yang diberikan oleh coach, terkecuali Justin. Dia terlihat tidak terlalu fokus dan beberapa kali melirik ke arah kami yang sedang duduk bersama.

Selesai latihan kami berganti pakaian dan bersiap-siap untuk pulang. Di dalam perjalanan menuju parkiran aku kembali berbincang-bincang dengan Justin mengenai hasil latihan tadi.

Namun tiba-tiba Anes muncul dari belakang.

“Hey,, asik sendiri yah sampe aku ditinggalin,” protes Anes kepada kami.

Aku dan Justin lalu menengok ke arah Anes yang menyelip di antara kami. Dia kemudian menggandeng lengan kami berdua.

Justin di sebelah kanan dan aku di sebelah kiri. Saat itu Anes seperti seorang ratu yang diapit oleh dua pangeran.

“Hehehe,, maaf beib…” jawab Justin seraya mengacak-acak rambut Anes sehingga membuat poninya berantakan.

Anes kemudian menatapku sambil tersenyum dengan poninya yang semakin berantakan karena tertiup angin.

Aku ikut tersenyum kepadanya. Ingin rasanya aku ikut mengusap rambutnya tetapi aku tidak enak pada Justin. Alhasil aku tidak melakukan apapun.

Sebelum pulang ke rumah kami mampir dahulu ke sebuah kafe untuk mengisi perut kita yang lapar setelah latihan.

Di sana kami menyantap makanan sembari bersenda gurau. Dari situ aku tahu kalau Justin sebenarnya orang yang humble.

Dia mau menolongku sampai sejauh ini tanpa meminta imbalan sedikitpun kepadaku.

Aku jadi merasa bersalah karena telah menyukai pacarnya. Sepertinya mulai sekarang aku harus berusaha untuk melupakan perasaanku terhadap Anes.

Mungkin jadi sahabatnya tidaklah buruk.

“Hmm…yah,, mungkin memang sebaiknya kami jadi sahabat saja,” ungkapku dalam hati.

Bersambung

Foto Bugil Jilbab Calon Ustazah Korek Memek
mtsmadrasah jilbab bugil
Nikmatya Ngentot Cewek Madrasah Berjilbab
anak ibu kost
Menjadi Guru Yang Baik Untuk Anak Ibu Kost Ku Yang Cantik
Gara gara cukur jembut jadi ngewe dengan teman sendiri
tante haus akan sex
Main dengan tante girang yang kesepian akan sexs
ayu
Menikmati memek ayu gadis cantik berkerudung
Ibu guru bugil
Ngentot Ibu Guru Berjilbab Yang Masih Perawan
Foto Bugil Abg Toge Kasir Indomaret
dukun cantik
Ceritaku waktu ritual dengan dukun sakti yang cantik dan montok
Cerita Panas Menjadi Pemuas Nafsu Tante Girang
tetangga hot
Ngentot dengan tetangga yang body nya oke banget
sepupu sexy
Tak bisa menahan nafsu birahi gara-gara tidur sekamar dengan sepupu ku
pacar alim dan lugu
Cerita ngajakin ML pacar yang alim dan lugu
Melayani Nafsu Birahi Ibu Kost Yang Binal
Foto Lesbian Jepang Sange Memek Muncrat Berlendir
siswi maggang mesum
Cerita mesum dengan siswi cantik yang lagi maggang