Part #7 : Petualangan Sexs Liar Ku

Hari demi hari berlalu, masih belum ada kabar tentang hasil seleksi ku apakah berhasil atau gagal.

Semakin hari hubungan ku dengan Justin dan Anes semakin akrab. Kami sudah seperti sahabat karib.

Bahkan saat malam hari kami sering memainkan permainan, entah itu uno stacko, kartu, atau permainan lain yang bisa dimainkan.

Kemudian yang kalah akan mendapatkan hukuman. Seperti malam ini kami sedang bermain stacko, saat itu Justin yang mendapat giliran untuk menarik salah satu blok.

Dia melakukannya secara perlahan.

“Yes,, berhasil!” pekik Justin melihat blok itu keluar dari tumpukan.

Lalu giliran ku untuk melakukannya. Namun karena aku belum terbiasa bermain permainan itu aku menjadi gugup.

Tangan ku gemetar saat menarik salah satu balok sehingga…

Prakkk…

Semua tumpukan itu hancur berkeping-keping karena aku menariknya secara asal-asalan.

“Hahaha,, baru tumpukan pertama langsung jatuh,” ujar Justin sambil melumuri muka ku dengan tepung.

“Hihihi…” tawa Anes sembari melemparkan sebuah piring plastik penuh tepung ke arah wajah ku sehingga wajah ku putih penuh dengan tepung.

Aku merasa Anes sangat puas melakukannya seakan dia ingin balas dendam karena di permainan kartu dia selalu menjadi bulan-bulanan ku.

Kemudian kami mulai menyusun blok-blok itu lagi untuk melanjutkan permainan.

Kali ini giliran Anes yang mencoba untuk menarik blok itu dari tumpukan. Aku berharap dia gagal melakukan. Iseng aku tiup-tiup sedikit tumpukan itu agar roboh.

Sejenak Anes berhenti bergerak dan melotot ke arah ku. Aku hanya cengar-cengir saja melihat muka sebal dari dirinya karena aku curang.

Lalu Anes kembali menarik blok itu dan…

Plukkk…

“Yee,, berhasil!” ujar Anes girang karena berhasil.

“Hahaha,, gimana nih Ran? masa kalah sama cewek,” timpal Justin meledek ku karena kalah dari Anes.

“Haihh,, gue ngalah aja, masa iya gue menang semua game sih, kan gak asik,” balas ku sedikit sombong.

“Alesan aja lu Ran.”

Anes kemudian mencubit pinggang ku hingga aku memekik kesakitan. Mereka hanya tertawa saja melihat penderitaan ku.

Lalu giliran Justin kembali. Lagi-lagi dia berhasil dengan mudah. Kemudian dilanjutkan oleh ku lagi.

Mereka sudah senyum-senyum mengetahui aku akan gagal lagi. Namun kali ini aku tidak akan menyerah begitu saja.

Aku tarik secara perlahan sembari memicingkan alis ku untuk berkonsultasi.

Mereka berdua mencoba mengacaukan konsentrasi ku dengan cara menari-nari ala tiktok di depan wajah ku.

“Hayo Randy gagal, gagal, gagal…” pungkas mereka berdua.

“Oyy,, diem, diem, diem, ahh…haha…” jawab ku sedikit tertawa melihat tingkah mereka.

Sesaat aku langsung menarik blok itu keluar dari tumpukan.

Plukkk…

Aku berhasil melakukannya tanpa merobohkan tumpukan itu. Mereka berdua langsung terdiam.

“Yeahhh,, berhasil!”

Aku langsung berdiri untuk melakukan selebrasi. Namun naas, saat akan berdiri aku tak sengaja menyenggol tumpukan itu sehingga roboh.

Prakkk…

Seketika aku diam mematung melihat stacko itu tercerai-berai.

“Hahaha,, ancur lagi, gagal maning, gagal maning son!” ujar Justin girang.

“Bhahaha,, Randy…Randy, makannya jangan seneng dulu kalo berhasil, jadinya gagal kan,” tawa puas Anes melihat kegagalan ku.

Aku hanya merengut kesal dan pasrah menerima hukuman yang akan aku terima.

Bakkk…bukkk…

Dua piring berisi tepung berhasil mendarat di wajah ku. Wajah ku semakin berantakan karena tepung dari mereka berdua.

“Anjirrr,, tinggal digoreng aja tuh muka, hahaha…” ucap Justin sambil tertawa.

“Hahaha,, jadi muka krispi nanti beib,” imbuh Anes menimpali pacarnya itu.

“Awas nanti gue bales kalian.”

Aku kemudian membersihkan wajah ku dari tepung yang menempel. Setelah itu kami kembali melanjutkan permainan sampai tengah malam.

Wajah kami sudah berantakan tidak karuan. Terlebih Anes, bukan hanya mukanya saja tapi juga dadanya karena Justin yang iseng menuangkan tepung itu di belahan payudaranya yang besar.

Selesai permainan Justin tertidur di sofa tanpa membersihkan badannya yang dipenuhi oleh tepung karena saking ngantuknya.

“Ran, kamu apa aku dulu yang bersihin badan?” tanya Anes kepada ku.

“Aku duluan kak, kalo kakak kan pasti lama,” sergah ku meminta duluan.

“Ya udah sana, jangan lama-lama.”

Aku hanya mengiyakan perkataannya lalu masuk ke dalam kamar mandi. Aku membuka satu persatu pakaian ku yang kotor terkena tepung.

Kemudian aku mulai menyirami rambut ku dengan shower yang ada di situ.

“Dinginnya…” batinku.

Aku tidak mau berlama-lama berada di situ karena tubuh ku sudah menggigil. Namun saat akan beranjak keluar hanya dengan handuk yang aku kenakan, tiba-tiba perut ku merasa mulas.

Karena toilet dan kamar mandinya jadi satu, daripada aku harus membuang ampas yang ada di ujung pantat ku setelah Anes selesai mandi yang entah kapan selesainya.

Maka aku memutuskan untuk BAB terlebih dahulu sebelum aku keluar. Kembali aku lepaskan handuk yang terlilit di pinggang ku lalu ku taruh di cantelan baju.

Aku lalu duduk di atas toilet dengan bertelanjang bulat. Sambil ngeden, pikiran ku menerawang jauh memikirkan apa yang harus aku lakukan selanjutnya.

Tujuan utama ku masih sama yaitu menjadi atlet basket profesional dan yang paling terpenting adalah menikahi kak Ranty yang tak lain adalah pacar ku sekaligus kakak kandung ku sendiri.

Ya, apapun yang terjadi aku akan tetap mencintai kak Ranty tidak peduli apa yang akan terjadi nanti. Meskipun dunia tak merestui hubungan ku dengannya.

Aku pejamkan mata ku sambil mengelus kontol ku yang setengah berdiri membayangkan betapa bahagianya diri ku ketika kelak dapat hidup bersama kak Ranty.

Aku mulai mengocok kontol ku sambil membayangkan kak Ranty berada di pelukanku.

“Ouhh,, kak Ranty, Randy kangen sama kakak, Randy cinta kakak, ouhhh…” racau ku sembari kocokan ku aku percepat.

Sedang asik-asiknya bermasturbasi, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.

Ckrekkk…

Sontak aku sangat terkejut melihat ada seseorang yang masuk tanpa ijin. Secara reflek aku langsung menutupi area terlarang ku yang tidak tercover dengan baik karena panik dan ujung kontol ku yang mencapai pusar.

Ternyata itu adalah Anes, dia masuk dengan santainya seolah-olah tidak ada diri ku di sana.

“Dibilang jangan lama-lama malah,, ihhh…” protes Anes singkat lalu sontak kaget melihat ku sedang melakukan hal yang sering dilakukan oleh para jomblo.

Anes memicingkan matanya sembari tersenyum meringis menampakkan giginya yang tertata rapi.

Tampaknya dia terkekeh dengan apa yang sedang aku lakukan.

“K…kakak kok bisa masuk? perasaan tadi udah aku kunci kak,” pungkas ku dengan mematung.

“Kamar mandi mana ada kuncinya, tuh gara-gara Justin ngerusak pintu pas lagi…”

Tiba-tiba Anes menghentikan perkataannya. Dia lalu berjalan menuju cermin yang terdapat di kamar mandi itu dengan cara membuang muka tanpa melihat ke arah ku.

“Hah…!!!” jawab ku sama sekali tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Anes.

“Gak,, lupain aja!”

Anes kemudian mulai membasuh mukanya di wastafel. Posisi ku sekarang berada di belakangnya berjarak sekitar dua meter darinya.

Saat itu tinja yang sudah keluar beberapa sentimeter dari anus ku kembali masuk.

Aku memang tidak bisa BAB kalau ada orang di samping ku. Praktis hanya dengan Lisa lah aku dapat mengeluarkan kotoran ku di dekatnya tanpa merasa sungkan.

Sedikit cerita tentang Lisa, sahabat ku itu.

Dia memang anak yang spesial bagi ku. Banyak hal yang pernah aku lakukan bersamanya tapi tidak pernah aku lakukan bersama orang lain bahkan dengan kak Ranty sekalipun.

Kami pernah BAB berhadap-hadapan di sungai saat naik gunung di suatu hari. Saat itu aku dapat melihat tinjanya keluar dari anus Lisa dan hanyut terbawa arus sungai. Lisa hanya cengengesan saat aku melihatnya. (baca : My Sex Journey Season 1)

Aku bahkan pernah merasakan tinjanya di ujung lidah ku saat melakukan oral di anusnya waktu berada di dalam gudang sekolah di hari pengumuman kelulusan.

Saat itu aku sedang asik menjilati anusnya lalu tiba-tiba dia kentut di depan wajahku.

Namun waktu itu dia sedang diare alias mencret. Alhasil kentutnya itu membawa ampas berbentuk cairan yang menetes di lidah ku yang membuat aku tidak selera makan selama beberapa hari.

Yang membuat aku jengkel, dia justru tertawa puas melihat aku mual-mual saat merasakan rasa pahit kotorannya. Tetapi momen itu juga yang aku rindukan di season satu yang mungkin tidak terjadi lagi di season ini.

Back to story

Aku masih mematung diri sambil terduduk di atas toilet.

“Kamu abis coli ya?” tanya Anes yang membuat ku mati kutu.

“E…enggak kok kak, siapa bilang?” elak ku.

“Lah itu punya mu ngaceng,” jawab Anes dengan santai.

Aku tidak menjawab, malah mencari sesuatu yang dapat menutupi tubuh telanjang ku, tetapi handuk yang aku bawa berada di cantolan yang jaraknya jauh dari posisi ku dan aku tidak bisa menjangkaunya.

“Kak Ranty itu siapa? pacarmu yah?” tanya Anes lagi.

“I…iya kak,” balas ku sekenanya.

“Kok manggilnya kak?”

“Ya kan dia lebih tua dari aku kak.”

“Hah,, kamu manggil pacarmu kakak?” tanya Anes terkejut.

“I…iya.”

“Gak mesra banget,” imbuhnya lagi.

“Aduh,, di saat gini kenapa malah ngomongin hal itu sih,” gerutu ku dalam hati.

Sejenak Anes menatap ke arah ku dari pantulan cermin.

“Ya udah,, lanjutin aja kalo tanggung,” ujar Anes masih sambil membersihkan wajahnya.

Yang tidak aku duga, Anes justru menurunkan leher bajunya dengan tangan kiri sehingga payudara kirinya bebas tereksplor.

Dia dengan cueknya menggenggam toketnya itu lalu ia arahkan ke atas. Matanya tampak memicing. Kemudian ia kibas-kibaskan putingnya untuk membersihkan dari sisa-sisa tepung yang menempel.

Lalu dia lakukan juga di payudaranya sebelah kanan. Hal itu membuat kontol ku yang semula melemas kembali berdiri dengan tegak.

Anes hanya menyunggingkan sebelah bibirnya mengetahui hal itu.

“Masih lama gak Ran? aku udah gerah banget nih pengin mandi,” sergah Anes tiba-tiba.

“Aduh,, masih mules kak, tapi gak bisa keluar kalo ada kakak di sini.”

“Aihh ribet! aku udah gak tahan nih, ya udah aku mandi di sini yah, kamu jangan liat!” larangnya sembari mengambil handuk ku lalu melemparkannya ke arah ku.

Aku pun menerima handuk itu lalu menutupi tubuh telanjang ku.

“Heihh,, itu buat nutupin muka mu biar gak liat,” protes Anes melihat aku hanya menutupi selangkangan ku dan tidak menutupi wajah ku.

Aku kemudian mengangkat handuk ku yang tidak terlalu besar itu ke atas, alhasil kontol ku yang sedang berdiri kembali terlihat.

“Udah belum kak?” tanya ku dari balik handuk yang menutupi wajah ku.

“Baru aja buka baju Ran!” sergahnya.

Aku jadi penasaran ingin mengintip. Maka aku singkat handuk itu sedikit hingga mata ku dapat melihat seorang bidadari yang sedang melucuti pakaiannya.

Pada saat aku mengintip Anes sedang berdiri membelakangi ku sambil mengangkat kaosnya ke atas.

Saat kaos itu melewati lehernya aku menahan nafas ku karena terkejut melihat punggungnya terdapat tatto yang besar hingga menutupi hampir seluruh punggung Anes.

Aku menelan ludah ku, sesaat kemudian Anes melirik ke arah ku. Aku buru-buru memperbaiki handuk ku agar tidak ketahuan olehnya.

“Jangan ngintip!”

Anes kembali memprotes ku.

“Enggak kak cepetan, gak enak banget posisinya kek gini,” timpal ku kepadanya.

Lalu tidak ada suara lagi. Aku rasa Anes kembali melanjutkan aktifitasnya. Dengan memberanikan diri aku sobek sedikit handuk ku agar menghasilkan celah yang bisa untuk ku gunakan mengintip.

Aku lihat Anes sedang menurunkan mini jeansnya beserta CD yang berupa g-string ke bawah sehingga menampakkan bulatan pantat yang menggoda.

Aku kembali menahan nafas ku dan menelan ludah ku melihat tubuh Anes tanpa penutup sama sekali. Payudaranya yang dapat dikategorikan big boob itu

Tanpa aku sadari tangan kiri ku mulai kembali mengelus-elus kontol ku yang sedang dalam tegangan tinggi.

Entah Anes sadar atau tidak aku mengintip, dia terus menyirami tubuhnya dengan shower.

Sesekali Anes tampak melihat ke arah kontol ku sembari tersenyum sambil membasuh tubuh telanjangnya.

Aku terus mengocok kontol ku. Namun karena rangsangan yang dirasakan oleh junior ku tidak terlalu kuat, maka aku tidak juga mencapai klimaks.

Sampai saat itu Anes menyelesaikan mandinya yang cukup lama. Dia mengelap seluruh tubuhnya kemudian kembali mengenakan handuk yang dililitkan di tubuhnya.

Lalu dia mendekati ku dan melepas handuk yang menutupi wajah ku.

“Udah Ran, lama amat belum keluar juga, padahal dari tadi kan ngintip, hihihi…” sergah Anes yang ternyata mengetahui kalau aku mengintip dia mandi tadi.

“Hehehe,, kalo cuma liat sih lama keluarnya kak,” jawab ku sekenanya.

“Maksudnya?” tanya Anes kepada ku.

“Bantuin kak, hehehe,, kalo mau itu juga tapi.”

Aku mencoba sehalus mungkin agar dia tidak tersinggung.

“Bantuin gimana?”

“Seikhlasnya aja kak.”

Anes menarik nafasnya dalam, kemudian dia mendekat ke arah ku.

“Aku bantu kocokin aja ya.”

Kemudian Anes berjongkok di depan ku hingga aku dapat melihat belahan payudaranya. Lalu dia sedikit menarik hidungnya ke atas.

“Ihh, bau banget! belum disiram ya?” pekik Anes.

“Hehehe,, iya kak belum.”

Anes kemudian menjangkau flusher yang ada di bagian belakang tubuhku lalu seketika guyuran air keluar dari sisi dinding toilet.

“Ehh,, gitu caranya yah? baru tau aku,” ujar ku saat mengetahui cara kerja toilet duduk itu.

“Emang biasanya gimana?”

“Disiram pake gayung,” balas ku jujur.

“Hihh,, kampungan!”

“Wkwkwk…”

Anes sejenak berdiam diri mengamati batang kebanggaan ku yang sedang berdiri dengan kokoh. Kedua telapak tangannya ia letakkan di atas paha ku.

Kemudian dia sedikit meremas-remas paha ku lalu mengusapnya ke atas dan ke bawah. Hal itu membuat desiran birahi ku semakin menjadi.

“Uhhh…!!!” desah ku merasakan elusan tangannya di paha ku.

Lalu tangannya ia arahkan ke perut bagian bawah pusar. Kembali di usap-usap bagian itu hingga kontol ku bersentuhan dengan punggung tangannya.

Aku lihat Anes masih mengamati kontol ku sambil sesekali dia berkedip.

“Besar mana kak sama punya Justin?” tanya ku memecah keheningan.

Anes lalu melirik ke arah wajah ku kemudian tersenyum.

“Punya Justin lah,” jawabnya singkat.

“Emm,, masa iya?”

Anes tidak menjawab, namun langsung membalikkan telapak tangannya sehingga kini bersentuhan langsung dengan kontol ku.

Digenggamnya kontol ku lalu ia gerakkan naik turun.

“Ehh,, kayaknya sama ding,” ucap Anes meralat perkataan dia sebelumnya.

Aku sudah tidak memperdulikan apa yang dikatakannya barusan, yang aku rasakan kini nikmat yang tiada tara.

“Shhh…ouhhhh…!!!”

Aku menutup mata ku sambil mendesah merasakan kocokan tangan Anes di kontol ku.

Secara reflek aku raih buah dada Anes yang besar, namun saat tangan ku mendarat di payudaranya, Anes langsung menepis tangan ku. Sesaat dia menghentikan kocokannya.

“Jangan pegang!” larang Anes.

Aku langsung membuka mata ku dan menatapnya. Aku memicingkan mata ku, dia balik menatap ku.

“Maaf Ran, tapi yang ini punya Justin!” jelas Anes sembari menutupi payudara kirinya dengan tangan kanan.

Aku kemudian tersenyum seraya mengangguk pelan.

“Iya kak.”

Anes membalas senyuman ku lalu ia memindahkan pandangannya ke arah kontol ku yang sedang ia pegang.

Beberapa saat kemudian Anes mempercepat kocokannya agar aku cepat klimaks, namun kontol ku belum juga memberikan tanda-tanda akan crot.

“Lama amat Ran keluarnya?” tanya Anes yang tangannya sudah lelah mengocok.

“Masih lama kak, kalo cuma dikocok ya gak sampe-sampe.”

Anes mengatupkan bibirnya kuat. Kemudian perlahan wajahnya mendekat ke arah kontol ku.

Aku menahan nafas terkejut melihat apa yang dilakukan oleh Anes.

Tanpa ragu dia mencium ujung kontol ku yang terdapat urat di bagian bawah. Mata Anes melirik ke arah ku.

Sambil mengocok dia kemudian menjulurkan lidahnya hingga menyentuh lubang kontol ku.

Padahal sebelum itu terjadi aku sempat mengeluarkan air seni ku namun belum sempat aku bersihkan.

Sejenak Anes melepaskan jilatannya. Dia memicingkan matanya sembari mengecap-ngecap lidahnya seperti merasakan rasa yang aneh.

Namun beberapa saat kemudian dia kembali mendekatkan bibirnya ke arah kontol ku.

Lalu seketika dia langsung melahap junior ku hingga kepala kontolnya masuk ke dalam mulutnya. Anes kemudian menaik turunkan kepalanya di kontol ku.

“Ouhhhh,, kak enakkk…!!!” pekik ku merasakan kulumannya.

Semakin lama semakin cepat.

Plokkk…plokkk…plokkk…

Aku sudah tidak tahan lagi untuk menuntaskannya. Kemudian aku pegang belakang kepalanya lalu aku dorong-dorong ke arah kontol ku.

Anes tampak tidak protes saat aku melakukannya. Telapak tangannya bertumpu pada paha ku. Aku sedikit mengangkat pinggul ku untuk mengimbangi gerakan bibirnya.

“Ouhhh…shhh…emhhh…”

Desahan ku semakin keras. Aku merasa pertahanan ku sudah hampir jebol. Maka seketika aku langsung benamkan wajahnya ke arah kontol hingga mencapai kerongkongannya dan…

Crottt…crottt…crottt…

Aku tembakkan sperma ku jauh ke dalam lambungnya. Anes menahan nafas dan memejamkan matanya dengan kuat.

“Grrrooooogkkk…!!!”

Suara Anes terdengar seperti sapi sedang disembelih saat kepala kontol ku menekan dinding tenggorokannya.

Aku sempat melihat melihat cairan putih keluar dari hidungnya dan jatuh ke area jembut ku yang tidak terlalu lebat itu.

Anes buru-buru mengeluarkan kontol ku dari dalam tenggorokannya lalu dia terbatuk-batuk.

“Uhukkk…uhukkk…!!!”

Sesaat aku dapat melihat lelehan sperma ku kembali lewat hidungnya sebelum dia mengelap cairan itu dengan telapak tangan.

“Gila kamu Ran! hampir aja aku mati keselek kontol,” protes Anes kepada ku.

“Hehehe,, sorry kak habisnya gak tahan aku,” balas ku sambil tertawa kecil.

Anes kemudian bangkit lalu pergi ke wastafel untuk membersihkan sisa sperma yang ada di hidungnya.

Aku lihat Anes menutup salah satu lubang hidungnya dengan jari telunjuk lalu sekeras mungkin dia hembuskan nafas dari lubang hidung yang lain seperti orang sedang mengeluarkan ingusnya.

Kemudian aku cebok lalu ikut berdiri dan memakaikan handuk ku lagi di pinggang.

Lalu aku hampiri Anes yang saat itu sedang membasuh wajahnya.

Melihat aku mendekat Anes kemudian melirik ke arah ku. Aku hanya cengar-cengir saja.

“Apa lagi? udah kan?” ujar Anes ketus.

“Hehehe makasih ya kak!”

Anes tidak menjawab lalu dia mengeringkan wajahnya dengan handuk.

“Oh ya kak, boleh nanya gak?”

“Nanya apa?”

“Soal tatto kakak yang ada di punggung,” tanya ku dengan hati-hati.

Tiba-tiba Anes menatap ku tajam. Terkejut juga aku ditatap seperti itu olehnya.

“Ya kalo gak mau cerita ya gak papa,” ucap ku nothing to lose.

Anes kembali mengarahkan pandangannya ke cermin.

“Aku ceritain, tapi janji jangan bilang siapa-siapa ya!” sergah Anes memperingati ku.

“Iya kak.”

“Termasuk Justin!”

Deggg…

Aku tersentak mendengarnya.

“What!!! Justin belum tahu? gak mungkin dia gak tau kak, orang tatto segede gaban gitu.”

“Bukan gak tau tentang keberadaan tatto ini, tapi tentang latar belakangnya,” pungkas Anes dengan jelas.

“Emang ada yang salah? kakak anak dari gangster? atau kakak anggota Yakuza?”

“Sembarangan aja kau! bukan lah!”

“Terus?” tanya ku semakin penasaran.

“Aku jelasin tapi bukan di sini.”

Aku hanya mengangguk.

Beberapa saat kemudian kami keluar dari kamar mandi secara bergantian. Anes keluarga terlebih dahulu untuk memastikan Justin masih terlelap tidur. Setelah yakin aku kemudian menyusulnya.

Bersambung

One by One
Adik keponakan ku yang centil dan sexy
pacar horny
Memuaskan pacarku yang lagi horny berat bagian 1
kenalan baru
Awalnya dari media sosial akhir nya menginap di hotel
sex Sedarah dengan mama
Keperjakaanku Di Ambil Mama Ku Sendiri
Foto melihat belahan memek sempit anak sma
Bercinta Dengan Frida Temen Kost Yang Paling Cantik
tante anak hyper
Menikmati tubuh tante hyper dan anak nya yang sexy
smp sexy
Main dokter-dokteran dengan om bayu teman akrab ayah
cewek lagi masturbasi
Menikmati masturbasi di kamar mandi waktu di rumah gak ada orang
Cerita Dewasa Selingkuh Sama Tante Sampai Hamil
cewek cantik hyper
Apakah Aku Termasuk Cewek Hyperseksual
sedarah
Bercinta Dengan Tante Dan Ibu Kandungku
abak pembantu
Anak Pembantu Ku Yang Penurut Bagian Dua
Foto Janda Toge Gede Siap Ngentot
cantik
Cerita sex suami yang tak mampu memuaskan nafsu ku