Part #28 : Thresome Dengan Dani Dan Sandra
“Lu mau tau, gak?”
“Apa, kak?”
“Dani dari tadi udah bangun…”
WHATDEFAKK!!
Terlihat memang ada gerakan kecil di sana pertanda kalau itu bukan gerakan normal orang yang sedang terlelap tidur. Itu gerakan seseorang yang sedang gelisah menahan sesuatu. Entah boker atau apa. Menahan sesuatu dan takut ketahuan orang lain. Takut karena mengintip persetubuhan kami berdua?
“Kakak sih… Suaranya bising kali pakek jerit-jerit… Ketauan kita, kan?” bisikku menyalahkannya. Memang gak kira-kira tadi kak Sandra menjerit-jerit keenakan apalagi dia udah bolak-balik kesetrum orgasme.
“Kek lu gak berisik aja-ih…” kak Sandra gak mau disalahkan sendiri. Didorongnya tubuhku untuk mencabut Aseng junior dari dalam liang kawinnya yang banjir oleh spermaku. Aseng junior menjuntai-juntai menggenaskan, lelah dan berlumuran muntahan enak. “Enak kali kontol lu, Seng…” ujarnya dengan suara keras. Alamakjang! Mau kusumpal kontol juga ini mulut cici-cici ber-cepet nikmat dan bertoket gede ini. Lengkap kali-ah predikatnya. Eh… lupa aku!
“Kak muncungnya jangan maju kali… ” peringatku akan membekap mulutnya yang lancip kali koar-koar begitu.
“Cepet wa sampe ledes gara-gara kontol lu, Seng… Enak gilak!” lanjutnya lagi dengan kegilaannya. Suaranya tetap keras kek lagi nawar cabe di pajak (pasar) Sambu. Tangan kami saling rebut berkuasa. Aku akan membekap mulutnya, kak Sandra menangkisnya kek seorang ahli beladiri yang berguru langsung ke Ip Man.
“Penuh cepet wa sama mani lu orang… Bunting dah wa ini…” lebar mulutnya tersenyum menahan tawa. Ia berhasil memegangi dua tanganku sehingga aku tidak berkutik. Dan kimaknya lagi, Aseng junior bisa-bisanya ngaceng lagi karena bacotnya itu. Kan kimak kali itu! Mulut kotor embernya itu sukses membuatku secara tak sadar terangsang kembali.
Kami berdiam untuk beberapa saat. Kak Sandra gak bersuara lagi karena kami sedang memperhatikan bahasa tubuh Dani yang masih ngumpet, pura-pura bobok di balik selimut hotel. Ia menahan dirinya untuk melakukan gerakan yang mencurigakan. Apa yang sedang dipikirkannya saat ini? Ini semua gara-gara kak Sandra, nih? Ntah ngapain dia pake nyamperin ke hotel ini segala. Padahal kan aku seharusnya bisa beberapa ronde lagi dengan kepala PPIC berhijab ini.
Semua jadi runyam begini…
“Dah lu sana… Wa mau ngeganjel cepet wa dulu sebentar…” dengan kurang ajarnya kak Sandra menendang pelan pantatku agar turun menghampiri Dani yang entah bagaimana keadaannya di balik selimut itu. Menggunakan sebuah bantal sofa, ia mengganjal pantatnya agar spermaku tidak merembes keluar dulu.
“Gimana nih, kak?” bingungku. Apa yang harus kukatakan padanya? Aku telah memasukkan Dani dalam situasi yang membingungkan seperti ini. Belang perselingkuhan kami malah terbongkar oleh perselingkuhan lainnya. Kalo sama-sama selingkuh pada pria yang sama, apa artinya? Bukankah ada kesamaan di dalamnya? Bukankah bisa diambil keuntungan?
Kak Sandra kimak memang-lah ini orang! Ia malah pura-pura bersiul-siul tanpa suara karena ia memang gak bisa bersiul sambil plotat-plotot memperhatikan bubungan kamar hotel yang remang gelap. Ia sama sekali gak mau membantu padahal dia-pun yang menjerumuskan aku dan Dani di situasi seperti ini. Kalo dia mau sabar aja nunggu di pabrik, kan bakalan dapat jatah juga. Ini malah ujug-ujug nongol di sini lalu ‘I demand it NOW!’ Pusing deh pala berbie.
Aku menelusup masuk ke dalam selimut di samping Dani dan langsung memeluk tubuh telanjangnya yang hangat. Tanganku langsung meraba perutnya. Ia membelakangiku. Kuciumi punggungnya yang halus telanjang. “Dani udah bangun?” bisikku ke arah kupingnya. Ia menggeliat. Ia belum kunjung menjawab untuk beberapa lama. Mungkin memilih kata yang tepat.
“Itu bu Sandra ya, bang?” bisiknya akhirnya malah berbalas tanya.
“Iyaaa… Dani liat semuanya?” tanyaku masih memeluknya. Deburan jantungnya bergemuruh kencang. Ia menggangguk pelan. “Dia sama kek Dani…” Aku tak memberikan semua informasinya dan aku tau Dani perempuan cerdas dan tanggap.
Dani menangkap tanganku yang masih mengelus perut ratanya. “Mau anak dari bang Aseng juga?” Nah, kan? Cepat tanggap dan tepat tebakannya. Aku memang tidak boleh membicarakan urusanku dengan kak Sandra dengan siapapun tapi kalau tertebak tidak akan melanggar pasal perjanjian kami, kan? Aku tidak menjawabnya.
“Pasal dua, Dan… Tidak boleh membicarakan ini pada siapapun…” ingatku tersirat kalau aku juga menerapkan perjanjian yang serupa pada kak Sandra seperti perjanjianku padanya. Aku tidak menjawab pertanyaannya sama sekali. “Dani tenang aja… Kak Sandra itu fair kok orangnya… Dia aja sedang sante-sante ngeganjal pantatnya pake bantal di sofa sana…”
“Kita nyobain threesome, yuk?
“Astaga dragon!” umpatku gak kira-kira. Kuurut-urut dadaku yang kaget karena selaan kak Sandra yang langsung hantam kromo masuk dan menjepitku berbaring di antara Dani dan dirinya. Toket toge-nya menekan punggungku. Tangannya lancang merogoh masuk dan menggenggam Aseng junior yang mulai terpekur istirahat di antara kakiku. “Kak Sandraaa? Awas dulu… Ih… Tangannya…”
“Ini coba kemariii…” nakal tangan kak Sandra malah mengoles-oleskan kepala Aseng junior ke belahan bokong Dani yang ada di depanku. Padahal aku menghindari tidak merapatkan perutku ke depan, ini malah dikuasin gitu sama ini cici panlok. Tentu aja Dani menjengit geli merasakan sebuah benda tumpul lunak dielus-eluskan ke belahan bokongnya. Menowel-nowel lubang pantatnya dan sesekali mencolek liang kawinnya yang masih berkerak bekas spermaku. “Enak, kaan?”
Panlok berbodi semok ini malah menaiki tubuhku yang berbaring menyamping, masih mempertahankan agar Aseng junior tidak dipermainkan sedemikian rupa. Toketnya malah runtuh di depan mataku. “Daaaniii?” panggilnya dibuat-buat manja gimana gitu. Kalo gak paham siapa kak Sandra mungkin mengira kalo karakternya memang begitu. Tangannya mengelus lengan terbuka Dani dengan lembut. Tentunya dia tau cara memperlakukan sesama kaumnya. “Dani gak usah mikir yang macem-macem, yaa? Sama kita disini… Amaan, kok…”
Dani terdiam dan terus mematung bingung. Ia pastinya serba salah. Ia gak pernah menyangka bakal terjebak atau berada di situasi runyam seperti ini. Berani selingkuh denganku saja sudah merupakan sebuah lompatan besar baginya. Itu baru diambilnya beberapa hari ini saja dan kini dia harus melompati sebuah lubang baru yang sama lebarnya dengan keputusan sebelumnya. Memasukkan orang lain di dalam hubungan rahasianya ini.
Kak Sandra bergerak lagi dan tangannya menjangkau ke sisi sebelah sana dan menyalakan satu lampu tidur yang tidak dinyalakan. Sama-sama berwarna kekuningan hingga kini ada dua buah lampu tidur yang menyala di samping ranjang hotel ini. Masih tetap temaram suasananya cuma agak lebih terang saja. Sepasang toket 36D itu ndusel-ndusel di mukaku, menggerus mukaku dengan puting ajaibnya. Kak Sandra memaksakan dirinya memisahkanku dan Dani—ia kini berada di tengah.
Ia menarik tubuh Dani agar berbalik, tentunya dengan sedikit paksa agar perempuan yang masih memakai hijab itu mau berpaling dan menghadapinya. Aku penasaran apa yang akan dilakukannya dan bagaimana caranya. Dani menunduk malu dan memejamkan matanya saat kedua perempuan yang polos tak berpakaian itu sudah berhadapan. “Daan…” ia memperbaiki bagian atas hijab Dani lalu mengelus-elus kepalanya agar lebih tenang menghadapi pelik masalah ini. “Tenang aja… Saya gak masalah, kok… Saya paham semuanya… Kita sama, kan? Sama-sama susah mendapat anak…” kembali kak Sandra memperbaiki sisi lain hijab Dani yang kurang rapi.
“Saya juga maksa sama si Aseng ini supaya dikasih anak… Ini juga bukan pertama kalinya kami ngeseks… Sama juga seperti Dani… Saya tau semua itu… dan saya gak akan mempermasalahkannya… Juga gak akan mencampurkan ini sama kerjaan… Kamu boleh pegang ucapan saya ini…” panjang lebar kak Sandra mengungkapkan posisinya dan dimana kami semua berdiri. Kami ada pada posisi yang sama, saling tolong menolong. Dan hebatnya dia gak pake lu-wa selama itu. Lebih ke ngomong formil gitu. “…. jadi rileks aja… Gak usah terlalu tegang, ya?”
Dani mengangguk dalam. Dari tadi, ia bergestur defensif dengan memposisikan kedua lengannya di depan dadanya hingga menutupi payudara dan selangkangannya. “Dibuka dong… Naah…” kak Sandra mengambil satu tangan defensif itu dan meletakkannya di pinggul. “Imut…” komentarnya akan bentuk dan ukuran payudara Dani. “Lembut… kek pantat bayi…” Dani menjengit geli karena kak Sandra iseng meremas pelan payudaranya. “Enakan mana sama tangan Aseng?” tanya panlok satu ini random kali. Dani menahan tertawa dengan senyum dikulum. “Jawab, Daaan? Enakan mana?”
“Enakan awak-la, kak kemana-mana…” aku ikut nyantel.
“Bacot-lu… Ini sprei basah-basah gini semua… lu pakein tombol darurat juga sama Dani?” sergahnya tiba-tiba menggerak-gerakkan kakinya. Masih ada rasa lembab basah yang membekas di permukaan ranjang akibat kencing enak yang dihasilkan Dani di ronde sebelum kak Sandra. Dani mendelik padaku bingung apa itu tombol darurat.
Aku hanya bisa garuk-garuk kepala. “Jago lu yaa… Dani lu buat sampe terkencing-kencing juga kek wa… Enak, gak?” balik ia beralih pada Dani kembali. Terkaget-kaget tentunya ditanya tiba-tiba entah tentang apa. Matanya plirak-plirik ke segala arah tapi tak berani menatap kak Sandra–pun tak kunjung menjawab. “Wa tanya enak gak maen sama Aseng satu ini?”
Dani hanya bungkam tak mengeluarkan suara secuilpun.
“Malu lu, ya?” sergah kak Sandra tanpa dinyana malah memeluk Dani erat-erat di posisi berbaring bertiga ini. Dani, kak Sandra di tengah dan aku di pinggir. Kembali Dani mendelik-delik kebingungan bertanya tanpa suara padaku, menunjuk-nunjuk punggung kak Sandra. Ia bahkan gak berani menggerakkan rahangnya yang menempel di bahu sang bos panlok. Aku hanya menggeleng paok. “Naaah… Kita saling menjaga aja… Kita jadikan ini rahasia kita orang bertiga aja… Semacam club kecil-kecilan-lah…” ia melepas pelukan ke Dani.
“Maksudnya, kak?” tanyaku lagi. Ia memalingkan wajahnya ke arahku tanpa membalikkan tubuhnya yang masih menghadapi Dani. Payudara mereka yang berbeda ukuran itu menempel erat.
“Wa tau rahasia lu berdua… Dani tau rahasia kita orang berdua… Lu entotin kami orang berdua… Maksud apa lagi? Lu harus belajar banyak, Seng… Lu bakalan gantiin wa soalnya… Lu harus belajar dengan cepat…” katanya setelah menoyor jidatku dengan jari telunjuknya pelan. “Gimana pendapat lu, Dan?” beralih lagi ia tiba-tiba ke Dani yang terus bungkam.
“Bu-bu Sandra ada main sama bang Aseng?” itu kalimat pertanyaannya sejauh ini. Seharusnya itu tidak perlu dipertanyakan lagi tapi mungkin ia harus menanyakan pertanyaan yang mirip basa-basi ini. Mungkin pelajaran yang dimaksud kak Sandra adalah tidak perlu banyak basa-basi, langsung action. Apa itu bukan karakter asli kak Sandra? Ia berprilaku seperti ini sebagai bagian personanya dalam memimpin.
“Ya, tentu… Wa minta dihamilin sama Aseng… Lu tau wa dah lama gak hamil-hamil… Kek lu juga, kan? Wa tau lu orang sering ke gudang arsip itu di pagi sebelum kerja sama waktu istirahat… Wa gak masalahin itu semua… karena wa juga dapat jatah dari Aseng sebubarnya kantor…” jawab kak Sandra. Ternyata memang benar. Kenapa aku baru menyadari ini, ya? Padahal dah bertahun-tahun aku kenal dia. “Lu juga baru liat, kan… wa dientotin Aseng barusan di sana… Nih… cepet wa masih beselemak maninya…”
“Jadi club kecil-kecilan tadi gimana, kak?” tanyaku malah ngingat masalah club.
“Ah… lu kan sering jadi bendahara arisan… Lu bendahara alias penyandang dana mani club kita aja… he he he… Kalo sempat kita orang maen bertiga kek gini sampai ada yang hamil… Cocok lu orang rasa?” katanya malah membentuk arisan gila kek gini.
“Heh??” aku dan Dani kaget.
“Lu berdua juga bisa make ruang istirahat wa kalo mau… Asal ati-ati aja jangan sampe ketauan Tiwi… Maen cantik-lah kelen berdua pokoknya…” katanya menambahkan satu penawaran baru. Ini ide bagus sebenarnya. “Ngapain lu berdua maen di gudang arsip kek gitu… Gak enak, kan?” tambahnya. Iya benar juga. Tempatnya lebih nyaman dan lebih aman.
“Gimana, Dan?” tanyaku menanyakan pendapatnya. Mungkin juga dia masih syok akan perkembangan yang drastis ini. Mungkin di bayangannya, affair kami ini hanya akan ada kami berdua saja selamanya. Ini bertambah satu dengan masuknya kak Sandra mengacak-ngacak segalanya. Mungkin segala keindahan dan kerahasiaannya.
“Dani bingung…”
“Ushh… usss…” kak Sandra tanggap dan menenangkannya dengan cara dipeluk kembali. Sebagai yang tertua di antara kami bertiga, apalagi ia juga perempuan. Sedikit banyak kak Sandra pasti paham apa yang sedang dirasakan Dani saat ini. Ini dilema yang besar bagi perempuan seperti Dani. Melakukan sebuah selingkuh saja sudah merupakan beban yang sangat berat, ini bertambah lagi beban baru yang jauh lebih berat. Kak Sandra membisikkan sesuatu padanya. Aku tak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan lewat bisik-bisik itu tapi beberapa kali aku ditunjuk-tunjuknya.
Untuk beberapa lama mereka berpelukan dan ngobrol berbisik-bisik. Entah apa maksudnya harus ngomong seperti itu. Supaya aku gak dengar? Apa mereka berdua sedang melakukan negosiasi? Karena aku menangkap pembicaraannya lumayan serius tapi ada tertawa geli bersama juga. Kak Sandra mengelus-elus lengan Dani selama ngobrol pelan itu. Aku jadi nganggur. Aseng junior apa lagi—terpekur lemas.
“Hei! Lu udah apain ini si Dani sampe begini?” kaget aku pahaku tiba-tiba ditepuknya keras. “Lu kasih dia nyium gak pake tanggung jawab… Binik orang jadi suka sama lu gimana?” lanjutnya sembari menunjuk-nunjuk hidungku. Kak Sandra bangkit dari berbaring tadi disusul Dani di sampingnya.
“Loh, Daan? Kan tadi janjinya gak pake perasaan… Awak gak tau-laaa…” jawabku menghindar. “Orang awak aja tadi dipaksa-paksa ciuman, kok…” gerutuku pelan walau mereka pasti dengar.
“Ha ha ha ha…” kompak mereka berdua tertawa terpingkal-pingkal melihat gelisahku yang dipersalahkan begini. Keduanya duduk berdampingan sambil berpegangan tangan, jari bertaut. Ah… Dua pasang payudara berbeda ukuran dan berat itu berguncangan karena tawa lepas itu. “Kena lu, kan?” kata kak Sandra mengolok-olokku. Ah… Bercanda rupanya. *tepok jidat.
“Oop, kak? Paten kali ini!” reaksiku tiba-tiba meroket ke level tinggi sekarang. Perutku bergelitik aneh dan tensiku melonjak tinggi, menyaksikan pemandangan terbaru ini. Apa pasal? Sepasang tangan kak Sandra dan Dani saling taut jari jemarinya menyatukan keduanya menjadi satu jalinan, ditambah sentuhan bibir—bercumbu!
“Nyuumm… Shllkk… Sllrrpp… Chlk…” kak Sandra memimpin dengan permainan lidahnya. Serangan gencar yang sering diperagakannya padaku, kini diterapkannya pada mangsa barunya, Dani. Tautan jari keduanya kadang mengendur dan sering mengetat seirama dengan intensitas tingkat ke’pedasan’ cumbuan mulut keduanya. Lidah kak Sandra menelusup masuk dan bergulat dengan lidah panjang Dani. Sepertinya kak Sandra menemukan lawannya. Keduanya berganti-ganti posisi kemiringan kepala agar dapat leluasa berjibaku dengan mulut lawan. Lidah Dani yang dipancingnya masuk ke dalam mulutnya, disedot dan dibetot kak Sandra dengan lihainya. Ah… Dani. Kau gak mau kek gitu sama aku…
Kedua perempuan itu saling menggelindingkan payudara masing-masing atas lawan di depannya. Walau toket kak Sandra lebih menang di ukuran dan massanya, Dani juga tak kurang kalah karena ia bisa dengan mudah menekan kenyal massa lemak berbentuk toge milik panlok di depannya. Menetes-netes ludah mereka berdua di permukaan toket dan payudara yang adu kenikmatan itu. Trus aku piyeee? Cuma bisa meremas-remas Aseng junior berharap terjepit diantara kedua pertarungan kenyal itu. Gak pa-pa kalo kejepit nikmat dan penyot digiling di sana.
“Eh… Humm… Hi hi hi… Kenapa lu? Pengen, yaaa… ada di sini?” kata kak Sandra menggodaku dengan binal. Lendir ludah dari mulut Dani dioleskannya ke puting toketnya sendiri dan ia mengerang seksi karenanya. Liur dari mulut Dani meleleh sampai membasahi permukaan payudaranya. Ia lalu menunduk dan mencaplok payudara kanan Dani dan menelan semuat mulutnya. “Mooahh…”
“Ahhnn… Uhh…” erang Dani tak mau kalah dan meremas toket kiri kak Sandra yang tertekan tubuh pemiliknya yang menunduk menyantap payudara lawan. Putingnya yang unik berwarna berbeda itu dipilinnya gemas. “Bang Aseng… Uhh…” panggilnya padaku. Ini terlalu indah untuk jadi kenyataan. Dua perempuan cantik ini saling rangsang tetek di hadapanku. Apapun yang mereka bisik-bisikkan tadi pastinya sangat mengena di hati Dani sehingga ia mau dan tega melakukan ini. Tega melakukan ini padaku lagi. Membiarkanku, membuatku hanya bisa menonton sambil mencekik Aseng junior yang megap.
“Kaak… Ikut, kaak?” rengekku kek minta jajan. Jajan nenen tepatnya. Kimak! Kak Sandra mendorongku agar tidak mendekat. Ia melakukan itu tanpa perlu melihatku, masih tetap menikmati payudara berukuran sedang milik Dani. Ditahannya dadaku agar tetap berjarak dari pergulatan mereka berdua. “Kaak… Ikutlah awak, kaaak?” rengekku agar diizinkan ikut maen. Maen nenen enak.
Kak Sandra melepas payudara Dani dan kembali memulai cumbuan mulut lagi yang disambut dengan gembira. Kembali keduanya melaga payudara dan toket di hadapanku. Pasti akan asoy geboy dijepit di antara gunung-gunung kenyal itu. “Hoo-o!” Kak Sandra menarik kepalaku yang mendekati pertemuan benturan dua pasang gunung kembar itu dan menjepitku. “Whooaaa! Nyot! Nyot!” seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Dijepit diantara kenyal dua pasang gunung yang menggiling kepala dan mukaku.
Kudusel-duselkan kepalaku berputar agar maksimal mendapat semua himpitan kenyal massa lemak kelenjar mammary yang menghiasi dada kedua perempuan cantik ini. Kak Sandra menyodor-nyodorkan kedua toket 36D-nya ke mukaku berulang-ulang. Begitu juga dengan Dani yang menggesek-gesekkan payudara kenyalnya ke pipiku. Kaku dan kenyal keempat puting itu menggesek kepalaku dengan alunan suara mendesah berderu-deru, menikmati rasa geli dan enak yang mereka dapatkan dari menjepit kepalaku di antara dada keduanya. “Awak mabok susu, kaaak… Daann… Nyam nyam…”
Lidahku menjulur untuk apa saja yang dapat kuraih. Dua buah pentil tegang segera mendarat di lidahku. Masing-masing keduanya menyetorkan perwakilannya ke lidahku. Segera kusentil-sentil dengan lidah basah berludah. Segera aku bisa menandai pentil yang satu milik siapa dari ukuran gundukan yang mengikutinya. “Aahhnn… Sssttt… Hhmmm… Uhhhnnss… Ahhsshhh…” erang kedua sahut bersahut. Massa lemak kenyal itu dijojos-jojoskan ke mukaku bergantian dan kuterima dengan mulut terbuka. Pada pentil toket kak Sandra kusedot-sedot kuat puting berukuran lumayan besar itu dan pentil Dani kusentil-sentil berputar. Kepala dan badanku lalu direbahkan alhasil tidak terjepit lagi di gundukan surga, berbaring di atas ranjang.
Runtuh toket kak Sandra dan payudara Dani ke mukaku di posisi begini. Keduanya kini menghimpitku dengan tubuh berkulit lembut mereka. Yang satu senior bertubuh montok bertoket gede, yang satunya langsing berpayudara sedang segenggam. Dengan arahan tangan, kak Sandra menyodorkan toketnya ke mulutku. Sekilas seperti berkompetisi mencari kenikmatan sendiri tetapi mereka bergantian melakukan itu karena Dani mendapatkan juga kesempatan untuk menjejalkan payudaranya padaku. Silih berganti kedua pasang toket dan payudara itu mencari kesenangan dengan mulutku. Minta dikenyot dan disedot. Minta dijilat dan diremas.
Saat aku menikmati payudara Dani, ini pasti tangan kak Sandra yang menjamah Aseng junior yang nganggur walau mengacung keras karena benar-benar terangsang. Tangan itu mengocok kuat dibarengi remasan gemas. Dani inisiatif langsung menduduki perutku dan mendesakkan payudaranya ke mulutku karena kak Sandra mengalihkan perhatiannya hanya pada Aseng junior sekarang. Tubuhnya melengkung penuh agar payudaranya tepat di mulutku. Kugelomoh rakus payudara sekal dan kenyal itu, memainkannya dengan lidah dan remasan tangan pas segenggam. Kusedot-sedot sepenuh bukaan mulut, rakus sebisanya masuk sebelah payudara Dani. “Aahhooohh…”
Tak tau apa yang dilakukan kak Sandra di bawah sana, Aseng junior memasuki sebuah lorong hangat dan basah. Belum, itu bukan cepet-nya. Ini masih mulutnya. Ia mempraktekkan deep throat lagi. Ia mengasah kehandalan teknik menelan kontol ini dari waktu ke waktu. Aku yang selalu jadi bahan mengasah teknik ini tentu aja selalu kelojotan kejet-kejet menikmati kedahsyatan saat Aseng junior memasuki lubang mulut yang menyempit menuju kerongkongan. Mulut yang lebih fleksibel dalam mengatur luasnya ditambah lagi dengan adanya lidah yang membantu mengurut atau memijat sang kontol.
Pantatku sampai terangkat akibat sedotan deep throat kak Sandra. Seluruh batang Aseng junior ditelannya dengan lidah menjulur keluar. Terdengar ia terbatuk-batuk setelah dilepasnya. Aku masih harus berbagi konsentrasi antara memainkan payudara Dani dan menikmati sedapnya sedotan kak Sandra. “Aoohh… Nyaam… Sllrphh… Slorrhh… Auhh… Ahh…”
Suaraku berbaur dengan desahan Dani yang payudaranya kusedot bertubi-tubi. Pentil mungilnya menjadi bulan-bulananku. Digigit kecil, diplintir, disentil dan dihisap bergantian berbagai kombinasi. Berkali-kali ia juga menoleh ke belakang, yang ternyata ia juga mendapat serangan dari kak Sandra. Pantat dan meki gundulnya ternyata juga tak lepas dari perhatian kak Sandra. Ia berkali-kali menjengit geli hingga pantatnya terangkat. Selagi panlok itu menelan Aseng junior, ia juga membenamkan jarinya ke liang kawin Dani. Ada cairan kental yang mengucur perlahan dari dalam sana, pastinya itu sisa spermaku yang tersisa dari rahimnya. Campuran berbagai aroma di kamar hotel yang temaram ini sudah sangat memabukkan. Feromon, adrenalin, sperma, cairan vagina, ludah, dan nafsu berbaur menjadi satu orkestra mesum yang kami arungi bertiga.
Mendapat serangan jari dari kak Sandra, membuat Dani menggelinjang. Pantatnya geal geol kebeberapa arah sampai ke arah Aseng junior yang sedang ditelan. “Byuung…” Tangan kak Sandra mengarahkan tegang batang kemaluanku malah ke arah Dani, ke arah meki gundulnya. Digesek-gesekkannya hingga kepala Aseng junior seperti kuas yang disapukan ke kanvas. Kak Sandra melukis di meki Dani. “Aarrhhh…” erang Dani menggeletar tubuhnya mendapat godaan seperti itu karena tak kunjung memasuki dirinya dan menawarkan haus yang mencekik lehernya. “Masukkan, kaaak…”
Aku yang tak sabar juga, bangkit dan menyambar mulut Dani yang dari tadi menoleh ke belakang. Kami berciuman dan tak lepas harapan agar kak Sandra membiarkan kelamin kami bertemu. “Eahhh…” malah kami berdua mengerang bersama. Terasa kak Sandra, mungkin gemas atau apa, ia menyerang kedua kelamin kami sekaligus. Mukanya merangsek masuk ke pantat Dani. Kepala Aseng junior yang sekedar menempel saja di mulut kemaluan Dani merasakan lidah perempuan itu menjilat-jilat rakus pertemuan kedua kelamin kami yang berkedut-kedut penasaran. Dani melebarkan belahan pantatnya agar kak Sandra lebih leluasa mengakses permainannya.
“Auuhh…” erang Dani bilamana kak Sandra akhirnya mengizinkan kelamin kami bersatu. Aseng junior menembus masuk dengan lancar. Terasa berkedut-kedut kelamin kami seirama debur jantung yang berpacu kencang tak sabar. Dani langsung menggerakkan tubuhnya naik turun di atas pangkuanku, Aseng junior tertancap dalam. “Eaahh… Ahh… Ahh…”
Apa yang dilakukan kak Sandra? Ia beranjak ke antara kami dan menjejalkan sepasang toket gedenya pada mulut kami berdua. Seorang dapat satu. Dua orang dewasa menyusu pada perempuan dewasa lainnya. Dani juga rakus mengenyoti toket kak Sandra sekaligus meremasnya gemas. Seperti yang juga kulakukan. Tambahan kulakukan dengan meremas payudara Dani juga.
Tubuh Dani melonjak-lonjak melompat selagi memompakan badannya terhadap Aseng junior-ku yang menancap dalam di kelaminnya. Kami bertiga mengerang-erang merasakan kenikmatan masing-masing. Aku dan Dani merasakan nikmat persetubuhan persatuan kelamin, kak Sandra merasakan enak toketnya dinenenin dua orang sekaligus plus kobelan yang kulakukan di cepet berjembut jarangnya. Jariku mengait sampai dua di dalam liang kawinnya. Mencari kenikmatan masing-masing dengan saling membantu.
Keknya keren kalo kedua perempuan yang bisa squirt ini, ngecrot berbarengan pikirku. Jadinya tanganku yang tadinya memilin pentil Dani kupindahkan ke kacang itilnya. Untuk kak Sandra, jari tambahan kukaryakan untuk mengutik kacang itilnya juga. Pemecahan konsentrasi begini yang sulit sekali dilakukan karena aku simultan melakukan hal lainnya. Mengenyot toket kak Sandra plus rasa enak di sekujur Aseng junior. Ditambah lagi mengobel dua vagina sekaligus.
“Oooh… Ohhh… Ohh…” desah kak Sandra merasakan beberapa serangan erotis sekaligus di tubuhnya. Pinggulnya berputar-putar merasakan nikmat yang mendera tubuhnya. Begitu juga Dani, meki gundulnya yang didesak Aseng junior-ku mengaduk-aduk liar mencari kesenangannya sendiri. Kedua perempuan ini berdiri di atas lututnya, rangsangan intens di toket dan vagina masing-masing. Kugerakkan Aseng junior sebisanya untuk tambahan kenikmatan dunia pada Dani. Mulutku terus rajin menyosor toket kak Sandra. Jariku mengobel kacang itil keduanya. “Aahh… ahhh… ahhh…”
Toket gede kak Sandra merah dan basah oleh liur kami berdua, kutinggalkan dan kusongsong mulut kak Sandra yang dari tadi menganga mengerang. “Aump…” mulut kami saling pagut dan berciuman bertukar ludah. Memberinya minuman yang sangat digemarinya. Disedot-sedotnya lidahku sembari terus merasakan sebelah toketnya terus diremas dan disedot Dani. Jariku juga terus merancap liang kawin dan kacang itilnya. Mengocok cepat.
“Ahh… Ahh…” beberapa otot tubuh Dani mengejang pertanda ia tak lama lagi akan mendapatkan puncaknya. Aku sebenarnya juga bentar-bentar lagi juga mau. Tapi kutahan sekuatnya dibantu pengaturan nafas sebisanya dengan teknik silat yang kuketahui. Kedutan serupa juga terasa pada cepet kak Sandra. Wah… Keknya rencanaku berhasil nih. Tapi bisa barengan gak, ya? Pagutan mulut berpindah pada Dani dan kami berciuman bermaksud menambah rangsangan. Kobelan tanganku di cepet kak Sandra semakin cepat, padahal sudah pegal. “Humm… humm…”
Berkerut-kerut alis Dani menahan rasa itu, gak lama lagi dia bakalan nembak nih. “Aohh… Oohh… Oohh…” kak Sandra juga nyaring mengerang padahal hanya tinggal kemaluannya saja yang mendapat gempuran tanganku. Toketnya sama sekali nganggur. Lidah Dani kusedot-sedot bertukar ludah. Semenjak mengenal permainan kak Sandra, ia kini semakin liar bercumbu mulut. Sebelumnya, mana mau Dani melakukan ini. Paling banter cuma cipokan ngulum bibir aja. Berganti kini ia yang menyedot lidahku yang menyerobot masuk mulutnya. Lidahnya berbelit-belit dengan lidahku.
Aseng junior semakin panas bergesekan terus dengan dinding liang kawin meki gundul Dani. Walau becek sisa sperma dan cairan pelumas vaginanya mengucur, tak mampu mengurangi rasa panas yang terjadi. Aku sudah dua kali ejakulasi hari ini, masing-masing sekali pada kedua perempuan rekan kerjaku ini. Kak Sandra tak sabar dan menyerbu permainan mulut kami. Lidahnya menjulur memasuki mulut Dani yang sedang menyedot lidahku. Dua lidah menyeruak masuk dan dihisapnya sekaligus. “Nyaamm…”
Ditinggalkannya mulutku dan beralih berciuman panas dengan kak Sandra. Saling pagut dan bermain lidah. Mulutku harus kembali mengenyot toket kak Sandra yang basah dan merah. Dani trus menggerakkan pinggangnya, mengeluar masukkan Aseng junior ke dalam liang kawinnya. Jari-jariku sudah pegal dan memasuki masa kritis batas ketahanannya. Kedua vagina ini harus segera squirt dalam waktu dekat ini, atau tidak…
“Yaahh… Aukkhh… A-ahh… Ahh… Uhh… Ukhh… Seengghh…”
Keduanya meraung berbarengan berpelukan erat kala tremor bergemuruh itu menyerang tubuh mereka. Toket dan payudara keduanya bergencetan erat dengan indah dalam harmoni geletar-geletar kenikmatan yang membuncak meledak dari lubang mini. Meluncurkan semprotan kencing nikmat yang menggetarkan jiwa. Aseng junior terlepas paksa dari sarangnya di tubuh Dani. Aku hanya bisa menyaksikan kedua perempuan itu saling mengencingi satu sama lain. Seksi sekali pemandangan ini. Aku belum pernah melihat ini sebelumnya. Paha keduanya basah kuyup oleh kencing tawar yang mereka semprotkan barusan. Mereka saling mendukung untungnya hingga bisa tetap tegak di atas ranjang yang sudah basah ini. Menetes-netes nakal.
“Auhmm… Mmm… Umm…” kembali mereka berdua meneruskan bercumbu mulut dan melupakanku. Rebah keduanya lalu menikmati mulut masing-masing bergulingan tak memperdulikan keadaan lembab ranjang ini akibat kencing enak barusan. Kadang kak Sandra di atas menindih Dani dan berguling sehingga ganti Dani yang menindih kak Sandra. Mereka seperti menemukan kekasih hati baru dengan melakukan semua cumbuan ini.
Seng? Nganggur kita, junior…
Aku hanya bisa menonton percumbuan mereka berdua sambil mengelus-elus Aseng junior-ku. Berharap kalo mereka bakalan ingat aku masih ada di sini. Pengen rasanya mencoblos tunggingan pantat siapa saja yang menjulang tinggi saat salah satu perempuan itu berada di atas. Belahan pantat menggiurkan dengan anus dan vagina terbentang lebar. Seharusnya bebas untuk dicoblos yang mana aja. Tapi itu artinya mengganggu kesenangan mereka. Kadang pantat kak Sandra yang kugemari—pantat lebar, putih dan mulus itu menungging tanpa daya di depanku dengan cepet merah lembab merekah menggoda di depan mataku. Berganti lagi dengan pantat Dani yang menungging mengangkang—menyebabkan isi meki gundulnya itu merekah lebar menunjukkan isi di dalamnya, lubang imut yang sudah beberapa kali kumasuki.
“Kenapa, Seng? Dah gak tahan, yaaa?” tanya kak Sandra menggodaku. Ia memeluk tubuh langsing Dani di atasnya yang cekikikian tertawa, rebah wajah di toket 36D-nya. Kaki keduanya sama-sama melebar sehingga aku dapat melihat kedua vagina mereka merekah berlubang. Dani bahkan menarik sebelah bongkah pantatnya sehingga bibir meki gundulnya tertarik terbuka lebar–memamerkan isi dalamnya, merah merona.
“Bang Aseng pilih yang mana? Yang atas atau bawah?” nakal tanya Dani begitu yang dibalas dengan cekikikan yang sama oleh kak Sandra. Keduanya menggerak-gerakkan pinggul mereka sehingga kedua vagina itu bergesekan bersama. Goyang-goyang kecil yang menggairahkan. Dua daging itu bertumpuk seperti sandwich daging segar.
“Bingung aku, bah! Mau yang mana?” kataku hanya bisa mencekik Aseng junior yang meradang tegang. Aku bisa meledak kapan saja ini… Keduanya sama-sama menggoda dengan segala kelebihannya. Meki Dani memang jauh lebih sempit tapi cepet kak Sandra lebih menggigit. Aku merapat dan bingung. Kutempelkan saja sembarangan dan malah menelusup masuk ke antara meki dan cepet itu. Terjepit begini tak kurang enaknya. “Ahhh…” sempit kali, woy!
“Seengg… Lu masuk mana?”
“Bang Aseeeng? Masak ke situ?”
Kucabut dan cepat-cepat kutusukkan ke sana. “Uhh…” Enaknyaaaa… Ke cepet memerah merekah itu dan langsung kugeber cepat. Aku sudah gak tahan lagi. “Ahh… Ahh… Ahh…” erang kak Sandra merasakan Aseng junior mencoblos masuk dan langsung menyumpal liang kawinnya. Seperti yang kubilang tadi. Ini sudah gak lama lagi bakalan ngecrot nih. Udah sampe ubun-ubun aku menahan semuanya.
“Agh… A-ahh… Uh…” semprotan pertama dan kedua dan langsung kucabut dengan menahan abis-abisan. Kumasukkan lagi ke lubang yang berbeda dengan cepat dan presisi. “Uhh… Ukhh…” sisa muatan dibagi rata pada dua lubang. Apapun yang tersisa di Aseng junior kuhabiskan di dalam liang kawin Dani setelah awalnya kusemprotkan di liang kawin kak Sandra. Selesai segera kucabut dan kubiarkan Aseng junior terbujur terkulai di antara dua sarangnya dengan nafas ngos-ngosan.
Mengalir perlahan, sperma kental dari kedua liang kawin itu. Cairan berwarna putih itu menggenang di mulut liang kawin keduanya. Kuambil dua buah bantal di dekat headboard ranjang dan kubuat dua perempuan telanjang itu menumpukan pantatnya di atasnya. Agar sperma yang tak seberapa banyak itu tidak mubazir keluar terlalu cepat. Tak banyak pikir kurebahkan kepalaku di antara kedua kaki perempuan itu. Kuciumi paha keduanya bergantian.
“Pinter lu, ya… Dua-duanya kebagian mani lu sekali crot!” kata Sandra di atas sana.
“Iya, kak… Bang Aseng pinter…” kata Dani juga. Entah apa yang mereka berdua lakukan di sana. Aku hanya memandangi langit-langit kamar yang temaram oleh dua lampu tidur di samping ranjang hotel.
“Mulai kapan Dani manggil kakak? Biasanya juga bu Sandra-bu Sandra…” isengku. Seingatku gak ada orang lain selain diriku yang berani memanggilnya kak Sandra atau ci Sandra gitu di pabrik. Semuanya takut atau segan pada Factory Manager kami ini sehingga panggilan-pun menjadi bu Sandra atau bu manager gitu manggilnya.
“Mulai tadi… Baruu aja… Kak Sandra sekarang jadi kakak Dani… Ummp-ahh…” jawab Dani centil di atas sana. Keknya kedua berciuman lagi kek lesbong gitu. Kuputar badanku untuk menyaksikan adegan les biola itu. Benar aja. Kedua perempuan itu dengan menggairahkannya saling berciuman intim sampe aku iri. Kukira kak Sandra ato Dani hanya melakukan itu padaku.
Menyaksikan keduanya saling bercumbu mulut dan saling sentuh, remas dan pilin tetek, membuatku juga pengen gabung. Yang terhidang di depanku adalah dua buah vagina berselemak spermaku terganjal bantal mencuat menantang. Agak jijik juga mencicipi sperma sendiri jadi aku hanya menonton percumbuan keduanya dan membayangkan Aseng junior mengobok-obok kembali salah satu dari vagina di depanku ini. Tak butuh waktu lama, Aseng junior menggeliat bangun kembali setelah dirancap dengan rangsangan visual begini. Keduanya masih saling cumbu mulut dan remas payudara.
Kulancangkan diriku tanpa permisi memposisikan perutku di antara bukaan kaki kak Sandra yang terbentang menantang. Kak Sandra dan Dani melirikku tapi tak mencegah, membiarkanku mengarahkan Aseng junior ke belahan cepet panlok itu. “Awak masuk sini ya, kaaak?” ujarku dan membelah masuk. “Uuhh…” lancar Aseng junior masuk meluncur berkat cairan kental spermaku yang masih menggenangi di dalamnya. Kecipak cairan lengket kental itu terdengar saru dan seru sekaligus kala mulai kugerakkan pinggulku maju mundur. “Clok clok clak clak…”
“Aahh-seengghh-ahh… Enaak, Seenghh… Cepat, Seengghh… Mmpph…” erang kak Sandra menyambut sodokan menyuruhku lebih cepat. Mulutnya kembali dibungkam Dani dan mereka beradu mulut sekali lagi. Seolah menemukan partner bergelut yang baru, keduanya keranjingan berciuman. Tangan Dani juga tak jemu-jemu meremas toket kak Sandra. Memilin pentilnya yang unik selagi mereka terus memadu lidah dengan panasnya.
Aku memegangi dan memeluk kedua paha kak Sandra dan kupompakan dengan cepat Aseng junior bersuara kecipak becek. Di situasi ini memandangi pemandangan keduanya bercumbu selagi salah satunya sedang kubenamkan Aseng junior, sangatlah memabukkan. Seperti tak akan puas kalo aku gak bisa membuat mereka menggelepar keenakan. Merasakan legit menggigit cepet berjembut jarang kak Sandra sangat memuaskan. Rasa pas balutan otot-otot kelaminnya memijatku dengan erat. Aseng junior perlu bantuan tombol darurat agar tak cepat kalah. Jariku menjalar mencari sang tombol.
“Seeeng-ahhh… Lu jangan pake tombol daru-RAAT!!” Segera kucabut Aseng junior dan berkelit dari semburan kencing enaknya. “Cuuurr… cyuurr…” memancur kencang ke udara dengan pinggul terangkat. Kak Sandra berkelojotan di tempatnya masih dengan pantat terganjal bantal. Dani memandanginya dengan takjub, mulutnya menganga tak percaya kalo orgasme bisa sedahsyat itu. Ia masih meremas-remas toket kak Sandra waktu aku beralih mengincarnya.
“Kak Sandra keenakan, bang Aseng…Eh…” ia terkejut kala kedua pahanya kupeluk seperti yang barusan kulakukan pada kak Sandra. “Giliran Dani, bang?” sadarnya takala Aseng junior kuarahkan ke meki gundulnya yang masih bernoda spermaku. Aku hanya tersenyum sebaiknya dan mendorong masuk. “Ugghh… Ahhh-bangg… Uhh… Enaaak, bhaangg…” erangnya tertancap Aseng junior dalam.
Dengan mudah Aseng junior membelah masuk ke meki gundul Dani yang sempit. Lancar kumulai memompanya. Targetku adalah membuatnya squirt lagi seperti yang sudah kulakukan pada kak Sandra yang mulai pulih dan mengajak Dani beradu lidah lagi. Tangannya meraba-raba payudara Dani dan memilin pentil mungilnya. Lidah mereka saling beradu, menonton itu membuatku memompakan Aseng junior dengan kencang. Gemas terangsang. Saat aku akan menggapaikan jariku mengobel kacang itilnya, tangan kak Sandra menepisku. Ia yang akan menggunakan tombol darurat itu?
Menggelinjang geli tubuh Dani mendapat berbagai serangan sekaligus. Meki gundulnya dicoblos kencang Aseng junior, mulutnya beradu lidah dengan lidah kak Sandra dan kacang itilnya dikobel juga. Hujaman dalam-dalam kuperagakan dan benturan menimbulkan suara tepukan kulit dan kecipak becek. “Clak clak clak clak…Plok plok plak plak…” Permainan mulut Dani jadi ngawur karena buncahan rasa nikmat yang tak terperi lagi. Kak Sandra mengejar lidahnya yang melenceng karena Dani mulai mengejang dan memejamkan mata bertahan. Jari kak Sandra lumayan gesit bermain di kacang itil Dani.
“Byaahh… Akhh… Ahh…” seperti dengan kak Sandra belum lama lalu, cepat kucabut Aseng junior dan menghindari semburan kencing enak itu. Nakalnya kak Sandra terus mengobel klitoris Dani hingga ada semburan berulang-ulang. Dani menjerit histeris berulang tak mampu berbuat apa-apa kala setruman nikmat itu bergulung-gulung menerpa tubuhnya. Bak sebuah tombol yang mengaktifkan bukaan semburan menyemprot kencang, kak Sandra terus memainkannya. Jeritannya berubah menjadi erangan manja kala kak Sandra berhenti dan sekedar mengusap-usap permukaan meki gundulnya yang basah kuyup. “K-kak Sandra… hah hah nakal ah… hah hah…” rengeknya.
“Cup cup sayang kakak… Enak, yaaa?” hibur kak Sandra memeluk Dani yang gempor keenakan. Ditendangnya bantal yang mengganjal kedua pantat mereka agar tak memperlama rasa risih itu. Apalagi spermaku sudah menguap entah kemana akibat banjir squirt mereka. Diciuminya pipi dan bibir Dani seperti menghibur pacar yang ngambek.
“Kaak?” aku menanyakan nasibku dengan Aseng junior yang masih meradang tegang di tangan.
“Lu entotin wa lagi… Awas lu pake tombol darurat… Biar wa sendiri aja yang pake… Wa juga bisa…” katanya masih memeluk Dani tapi membuka lebar kakinya, mempersilahkanku untuk memasuki dirinya lagi. Separuh badannya berbaring menyamping karena sedang mencumbui Dani. Keduanya kembali bermain mulut dan aku mendekatkan Aseng junior ke daerah yang diizinkan. Cepet yang sudah banjir itu mengundangku masuk kembali.
Untungnya Aseng junior masih tegang perkasa dan masuk dengan mudah. Segera liang kawin cepet kak Sandra menggamitku di dalam lorong menggigitnya. Pelan-pelan awalnya kusodokkan Aseng junior dengan kombinasi dua pendek-satu dalam. Walau tubuhnya melonjak-lonjak karena sodokan yang kulakukan, tak mengurangi percumbuan mulut kak Sandra dan Dani. Kak Sandra bergantian memainkan payudara dan meki gundulnya. Apakah ini kali pertama kak Sandra mencumbui seorang perempuan? Sepertinya ia sangat menyukainya. Begitu juga dengan Dani.
Dengan penghayatan penuh kuayunkan Aseng junior dengan kombinasi dua-satu itu. Merasakan nikmat yang memenuhi seluruh tubuhku yang bersumber dari batang dan kepala Aseng junior yang tenggelam di lautan kenikmatan itu. Kak Sandra mengoreksi posisinya dengan menungging sehingga ia menindih Dani selagi berciuman mesra. Tunggingan pantatnya dibuat seoptimal mungkin selaras dengan posisiku agar linear disodok dari belakang. Kombinasi dua-satu terus kupertahankan.
Lidah keduanya saling belit kala bercumbu dan aku jadi gemas sendiri. Pengen bergabung adu lidah tapi tidak bisa karena aku sedang berkarya di belakang sini, menyodok cepet kak Dani. Biarlah kak Sandra yang mewakiliku, pikirku. Dan konsentrasi memompa cepet yang sedang kunikmati ini. Keduanya bersuara nyaring, ternyata kak Sandra sedang mengobel meki gundul Dani tepat di tombol daruratnya. Kucari tombol darurat kak Sandra juga dan ia membiarkanku menjamahnya. Sepertinya ini akan jadi triple shoots!
Kepala kedua perempuan itu terbanting-banting ke segala arah mendapatkan rangsangan di masing-masing kemaluan, tepat di tombol darurat yang kutemukan pertama kali kala dientotin. Kombinasi sodokan yang kulakukan hanyalah satu sodokan dalam cepat. Cus cus cus cus! Jariku menari lincah di kacang itil kak Sandra sebagaimana jarinya juga mengobel kacang itil Dani. Erangan-erangan kami bertiga membahana di kamar hotel temaram ini. Tak perduli apapun kecuali mendapatkan kenikmatan yang didamba.
“Aaauuhhhh…” Dani yang pertama kali mendapatkannya lalu disusul kak Sandra. Semburan squirt Dani menyemprot kami berdua sebagai sasaran tembak. Kencing tawar kak Sandra hanya bisa merembes karena liang kawinnya masih terus kucoblos dan kemudian kusemprot juga dengan kencing enakku, si tai macan. Croott!
Setelah sempat berkelojotan berbarengan karena orgasme bareng, kami hanya bisa berbaring berhimpitan. Kak Sandra menggunakan kakiku untuk mengganjal pantatnya selagi ia memeluk mesra Dani kembali. Keduanya saling berpelukan dan memberikan ciuman-ciuman kecil. Kadang mereka berbisik dan terkikik geli. “Duuh… yang baru jadian sama pacar baruuu…” sindirku mengusap-usap Aseng junior yang masih keenakan. Rasa geli enak ejakulasi barusan masih tersisa. Becek dan lengket yang terasa biasa aja saat ini dibanding lembab ranjang ini oleh kencing enak kedua perempuan kasmaran di sampingku ini.
“Iri ya, lu?” jawab kak Sandra yang ditimpali ketawa cekikikan Dani kek anak abegeh aja. Ia mencuil sedikit cairan sperma dari cepetnya, mengacuhkanku lagi. Dibauinya jarinya dan diemutnya tanpa ragu. Lalu disodorkannya pada mulut Dani yang menyambutnya antusias. “Enak, loh…”
“Nyumm…” merem-merem mata Dani merasakan jari kak Sandra yang masih ada sisa spermaku. Oop mak! Ini seksi sekali. Dua perempuan itu sedang mencicipi rasa spermaku, kan? Lidah Dani menjulur untuk merasakannya lagi, yang disodorkan kembali oleh kak Sandra. Ia mengolesi jarinya lagi dengan spermaku. “Enak, kak… Apa karena nyampur sama rasa kakak, yaa?” komentar Dani dan melirikku genit. Kimak! Itu, kan spermaku. Yaa pasti karena itu aja… gak yang lain-lain.
“Cobain lagi langsung…” rayu kak Sandra. Paten kali kak Sandra ini. Secara gak langsung ia mendidik kekasih barunya ini untuk nyobain jilmek cepetnya. Ato lebih dahsyat lagi… Angka togel paling mujarab. 69! Enam sembilan. Mulut ke cepet-mulut ke meki. We O We. WOW!
“Ke anunya kak Sandra?” ragu Dani agak bergidik geli. Ini tentunya pengalaman pertamanya menghadapi vagina perempuan lain. Ini lompatan besar setelah lompatan-lompatan besar yang telah dilakukannya. Aku yakin Dani bisa mengatasi ini dengan mudah. Sepertinya tak ada yang tak mungkin baginya. Di bawah didikan kak Sandra pasti ia bisa lebih terbang mengangkasa. Kak Sandra yang masih berbaring bersamanya mengangguk menguatkan. Meyakinkannya kalo itu bukanlah hal yang susah. Apalagi kalo ternyata ia menyukai rasa yang sudah dicicipinya tadi. Saatnya melangkah ke jenjang selanjutnya.
“Gak pa-pa, Daan… Kita buat sama-sama… Dani di atas…” kak Sandra memberi petunjuk sembari mengelus-elus lengannya. Dani bangkit dan bertumpu di empat titik tubuhnya, dua tangan dan dua kaki, masih ragu dan bimbang. Melirik ke arah selangkangan berjembut jarang kak Sandra yang sudah dilebarkan kakinya. Diarahkannya kaki Dani agar berputar ke arah kepalanya, melangkahi kepalanya, posisi menindih bertolak belakang. The infamous 69!
Kak Sandra menangkap pinggul Dani dan menguncinya dengan mengalungkan tangannya hingga meraup bokongnya. Ditariknya mendekati wajahnya yang sudah mengulurkan lidah. “Nyaamm…” bergidik geli Dani yang meki gundul basahnya kini dijilati kak Sandra. Gemetar kakinya karena sensasi yang baru ini. Sebelumnya, hanya aku yang di posisi itu. Sekarang bertambah satu lagi, kak Sandra. Bahkan suaminya belum pernah mempraktekkan jilmek bernama keren cuningulus ini.
“Oahhmm… Ahh… Ahhss… Kaaak… Geliii… Enaaaak… Uuhh…” erangnya menjerit-jerit karena kak Sandra rakus memakan meki gundulnya. Kuncian tangan kak Sandra di pinggulnya, membuat Dani tak bisa menghindar kemana-mana. Mekinya tenggelam di mulut kak Sandra. Lidahnya mengaduk-ngaduk rakus. Menyedot si tombol darurat atau menelusupkan lidah ke liang kawinnya. Dani sangat menikmati perlakuan kak Sandra pada mekinya sampai pada taraf menggesek-gesekkan selangkangannya pada wajah Factory Manager itu. Lidah yang dijulurkan kak Sandra berperan bak penis kecil yang sedang mengentoti meki Dani. Perempuan yang tetap mengenakan hijabnya itu menggoyang pinggulnya naik turun, memperkosa mulut kak Sandra.
Oral yang dilakukan kak Sandra mencapai puncaknya ketika, Dani menggelinjang pelan kala serangan nikmat itu datang. Mulut kak Sandra penuh oleh jejalan meki gundul itu. Desiran basah orgasme melembabkan lagi mulut ketemu meki itu. Dani terpuruk di hadapan cepet kak Sandra yang belum disentuhnya sama sekali. “Haah… haah… hahh…”
“Ctak! Ctak!” kak Sandra memberi kode jentikan jari padaku yang sedang takjub sambil mengocok Aseng junior yang sudah menegang lagi menyaksikan aksi lesbong 69 ini. Ia menunjuk ke arah meki Dani dengan kode menusuk berulang. Aku disuruhnya menyodok Dani di posisi ini. Buru-buru aku mendekat ke arah kepalanya. Dimana tunggingan meki gundul Dani juga berada.
Ganjil juga memposisikan Aseng junior di posisi doggie ini karena ada kepala kak Sandra di bawah sana. Tapi ini hanya variasi, pikirku. Jangan berpikiran sempit. Harus kreatif. Kak Sandra membuktikan dirinya berkali-kali. Bahkan bisa memanipulasi Dani menjadi binal sedemikian rupa. Kak Sandra sendiri yang mengarahkan Aseng junior-ku memasuki meki gundul Dani. Kontan perempuan langsing itu bangkit kaget karena lubang kemaluannya sudah ditempeli benda lunak pejalku. “Ooaahh…” erangnya merasakan batang Aseng junior meluncur masuk dengan mudah dan langsung dikocokkan kombinasi andalanku, dua-satu.
Kak Sandra terasa menyentuhkan tangannya ke batang Aseng junior yang sedang bekerja keras memuaskan Dani. Juga mempermainkan tombol darurat Dani sesekali, menggodanya hingga menggelinjang geli. Meremas kantong pelerku juga. Memijat-mijatnya perlahan, memancing bibit-bibit subur di dalam sana untuk membuahi kekasih barunya. Aku harus menekuk satu kakiku untuk kak Dani mudah memijat pelerku karena rasanya sangat nyaman. Aku menghibur diri dengan meremas-remas pantat Dani yang lembab berkeringat. Entah sudah berapa lama kami bertempur. Entah-pun seminar pukimak itu sudah selesai dari tadi.
Bahu Dani menunduk. Apakah itu tandanya ia mulai mencoba mencicipi cepet kak Sandra? Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas kecuali paha dan lutut kak Sandra yang mencuat dari kanan kiri kepala Dani. Tapi Dani berlama-lama di sana dan kepalanya bergerak-gerak seperti memakan es krim. Suara erangan kak Sandra terdengar gaduh juga dan pijatannya pada pelerku menjadi tak beraturan. Sodokanku yang menyebabkan tubuhnya melonjak tiap tumbukan terjadi tak membuatnya berhenti menikmati cepet kak Sandra. Setidaknya membalas rasa nikmat yang sudah diberikan kak Sandra padanya sebelum ini.
“Baangh…” Dani bangkit dan menoleh padaku. Ahh… Seksi sekali Daaan! Ia menjulurkan lidahnya yang menggantung lelehan sperma kentalku. Ia memamerkan perbuatannya pada cepet kak Sandra. Ia menjilat dan membersihkan kemaluan kak Sandra tanpa ragu. Bahkan mencicipi langsung semua spermaku yang tersisa. Tangannya nampak bergerak-gerak maju mundur. Pasti ia sedang mengocok liang becek lengket kak Sandra dengan jarinya. “Aahhh… Enyaakk…” menjilat jarinya yang barusan dari liang cepet kak Sandra lalu masuk kembali.
Kak Sandra di bawah sana tentu saja tak tinggal diam cepetnya dikerjai sedemikian rupa oleh Dani. Ia juga mengobok-obok kacang itil Dani sebagai tombol darurat tak mau kalah. Mungkin Dani belum ngeh dengan trik ini atau sudah karena aku tidak tau persis apa saja yang dilakukannya pada cepet kak Sandra. Geol-geol liar pantat Dani karena kobelan kak Sandra sementara Aseng junior masih memompa dengan kombinasi dua-satuku. Keduanya mengerang keenakan begitu juga dengan aku karena jepitan meki gundul Dani terasa semakin mencekik Aseng junior-ku.
Seperti reaksi berantai… Dua perempuan itu squirt bareng dengan kompaknya dan Aseng junior tercerabut dari sarangnya. Aku melihat kencing enak kak Sandra meluncur seperti air mancur beberapa kali dan menghilang di kegelapan. Kencing enak Dani tentu saja menerpa tepat ke tubuh kak Sandra. Ia mengencingi sang Factory Manager. Tapi keduanya mengerang-erang enak, tak perduli walau dikencingi. Karena sama-sama enak.
Kulesakkan lagi Aseng junior yang sempat terlepas dan hanya perlu beberapa kali kocokan lagi, aku-pun mencapai puncak kenikmatanku. Beberapa kali semprotan spermaku memasuki liang kawin Dani, memenuhi rahimnya. Yah… Masing-masing perempuan ini sudah mendapatkan jatah spermanya secara seimbang. Dan kami bertiga terpuaskan.
—————————————————————————————–
“Lu balik lagi ke seminar sana… Nanti selesai ada sertifikatnya… ” kata kak Sandra yang masih kelonan sama Dani di ranjang yang lembab oleh kencing tawar itu.
“Dani-nya, kak?” tanyaku yang berdiri lunglai di samping ranjang.
“Dani sama wa aja dulu disini… Abis ini kita mau pergi jalan dulu…” jawabnya menciumi pipi Dani yang ketawa cekikikan.
“Heh? Jalaaan?”
“Abis dapat sertifikatnya… sekalian punya Dani juga… lu balik ke pabrik… Ya?” katanya lagi dengan pipi menempel erat di pipi Dani yang senyum lebar kek dua kucing lagi kasmaran.
Bersambung