Part #7 : Kamu jijik sama aku?
Aku menyadari rasa empatiku padanya begitu besar. Aku sampai gak bisa ngomong apa-apa, itu menandakan aku mulai masuk ke sungai dan basah. Ini gak boleh terjadi. Aku tetap harus stay di pinggir sungai dan menjadi pengarah dan pengamat untuk kesembuhan marissa.
Masalahnya adalah aku bisa apa nggak?
“Kamu jijik sama aku?” Tanya marissa.
“Nggak koq.”
“Kasihan?”
“Nggak. Aku malah salut sama kamu.”
(Dalam situasi seperti ini aku gak boleh ngomong merasa kasihan padanya. Itu akan membuat dirinya makin down)
“Kamu bisa lewati itu semua dan bertahan tetap hidup sampai sekarang. Apa yang membuat kamu memutuskan tetap hidup.”
“Sejak dulu, aku bermimpi akan datang seseorang ndre.”
NAH!! satu tabir lagi terbuka!
(Hal ini wajar banget dalam situasi penuh penderitaan hidup, seseorang akan mengharapkan datang superhero yang akan membantunya. Dalam skala awam dan jauh lebih ringan kasusnya, banyak orang akan merasa membutuhkan Tuhan).
“Kamu udah ketemu?”
“Belum”
“Suamimu?”
“Ternyata bukan”
“Lalu siapa?”
“Gak tau ndre.”
“Trus kamu tau dari mana klo udah ketemu atau belum?”
“Aku akan tau koq ndre
Aku akan bisa menyerahkan seluruh diriku untuk dia.
Dan aku juga yakin, dia akan terima aku apa adanya.”
“Hhhmmm konsep superhero, ini seperti skizofrenia waham rujukan” kataku dalam hati, banyak korban kekerasan dalam fase penyembuhan trauma mengalami hal ini. Faktanya ini gak pernah ada!! dia yang harus menjadi superhero untuk dirinya sendiri
“Pernah gak dalam imajinasi kamu, ngobrol sama dia?”
“Nggak” kata marissa sambil menggeleng
Aku membelai rambutnya.
“Kamu itu superwomen yang sesungguhnya mar..”
Marissa memegang erat tanganku
“Bantu aku ya ndre..”
“Iya mar… Aku akan bantu kamu.”
(Aku perlu observe lebih lanjut. Manifestasinya adalah dia gak mau punya baby sampai ketemu superheronya. Ini semacam trauma healing yang belum selesai tapi mengendap puluhan tahun)
“Makasih ya ndre..”
Katanya sambil menatap lekat mataku.
Kuusap pipi wajah cantik di depanku ini, aku masih gak habis pikir darimana dia bisa mendapatkan kekuatan mental dan psikis sebesar ini, sehingga dia gak bunuh diri atau jadi gila. Sepertinya “waham rujukan”nya benar-benar merasuki dirinya. Dalam beberapa kasus waham rujukan ini bisa sampai diajak ngobrol oleh penderitanya adalah tahap skizofrenia akut.
Dalam banyak kasus, biasanya agama menjadi solusinya. Superhero yang dimaksud ada di dalam mazhab agama apapun bentuk dan agamanya, psikiaternya adalah pemukanya. Dan sudah menjadi hal yang lumrah banyak subyek akan jatuh cinta dengan pembimbingnya ini, akibatnya banyak pembimbing agama yang imannya kurang kuat akan jatuh dalam perangkap ini. Instability pasien jenis ini kerap dimanfaatkan oleh oknum pembimbing agama, dan dukun2 cabul yang bertindak seolah2 dia adalah superhero yang merasuk dalam tubuh dukunnya dan bisa berbicara langsung dengan subyeknya.
Marissa mengecup lembut punggung tangan kananku
Kubelai rambut nya..
“Kamu cantik dan kuat banget mar…”
“Sayangi aku ndre..
Cintai aku ndre…
Rawat aku, sayang..”
Bibir kami pun segera bertemu pelan dan lembut kami saling mengecup satu sama lain. Matanya terpejam, keindahannya makin memancar membuatku segera buta akan statusku. Pertahananku bobol. Naluri ingin melindungi marissa jauh lebih besar dari kesadaranku akan statusku. Ini berbahaya tapi tak kuasa aku tolak. Kekuatan sekaligus kerapuhan dalam dirinya membuat pesonanya memancar begitu kuat.
Kuhentikan sejenak cumbuan kami dan kupandang wajahnya dengan bibir basah dan mata terpejam dengan sisa-sisa air mata d pelupuknya. Aku benar2 terkesima dengan wanita kuat ini. Wanita yang menunggu sang penyelamat yang entah ada ntah tidak.
“Icha.. aku panggil kamu icha ya..” kataku berbisik
“Iya sayang, aku panggil kamu el ya..” balasnya
“Koq..?”
“Kan andre L”
“Hehehehe bisa aja kamu..”
Aku mengangguk.
“Aku mau kasih diriku buat kamu el..”
“Aku gak mau sekarang cha.. Masih terlalu dini buat kita.”
“Gapapa el, aku tunggu sampai kamu beneran siap..”
Marissa mendekatkan lagi wajahnya padaku, sangat dekat sampai hidung kami hampir bersentuhan
“El.. aku cinta kamu.”
YUPS! Dia jatuh cinta, tapi tahap ini masih awal banget dan aku gak pernah berperan sebagai superheronya. Jangan-jangan dari awal dia memang tidak mau konsultasi, lebih pada ngejar aku secara intense aja. Emang dasarnya udah suka sejak awal.
Aku tersenyum, dan mengecup bibirnya pelan kemudian menarik nafas dalam
“Its OK, gak masalah koq buat aku” kata marissa mengerti bahas tubuhku.
“Pake celana kamu, biar aku turun..” kataku sambil menunjuk penisku sejak dia ngasih lihat vaginanya, udah berdiri.
“Xixixixixi, gitu koq gak mau”
“hehehehe…”
“Kamu mau nginep apa pulang, cha?”
“Aku mau dikelonin, boleh el..?”
“Boleh cha..”
“Buka kemeja sama celana kamu dong, biar aku laundry. Kan bau parfum aku, sekalian baju kamu yang semalem”
“Trus aku sekarang pake apa? Kan kamu minta aku kelonin?”
“Masalah gak, kalau gk pake apa2?”
“Aku bugil gitu?”
“Ya pilihannya cuma dua, istri kamu tahu atau sekarang kamu bugil”
“Aku pake baju yang minggu lalu aja lah, cha..”
“Mana aku bawa, kamu kan gak minta bawain, el..”
“Hadeh… ya udah aku bugil aja, tapi jangan diapa-apain ya.. “
“Xixixixixi.. harusnya aku yang ngomong gitu kalee”
“Hahahaha… ya udah yuks, aku bersih2 dulu ya.. “ kataku sembari bangkit menuju kamar mandi
“Mana baju kamu, sini kasih aku..” kata marissa di depan pintu kamar mandi sambil memegang laundry bag di tangannya
Aku memberikan pakaianku dengan jengah karena hanya pakai celana dalam aja.
“Gak kamu banget sih, malu sama aku xixixixi”
“hahahahahaha”
Aku keluar kamar mandi langsung ke tempat tidur dan masuk ke dalam selimut, telungkup. Marisa gak lama kemudian juga keluar kamar mandi dan menyusul ke bawah selimut tampa kulihat.
“Good night el, sweet dream”
“Good night, cha..”
Setengah jam aku mencoba tidur, tapi gak bisa. aku merasa bau tubuh marissa begitu menyandera indra penciumanku. Bau keringat bercampur parfum, rasanya aku kenal bau parfum ini. Ini parfum langka. Seperti bau bayi. Wanginya harum dan sexy. Penisku bereaksi dengan berdiri gagah maksimal. OMG..
“El, ud bobo blum?” kata marissa dengan sura bergetar aneh
“Blum, kenapa cha?”
“Peluk aku dong..” masih dengan getaran sura yang sama
“Waduh.. ” kataku bingung
“Kenapa?”
“Aku… ”
“Dari belakang juga gapapa, Aku kedinginan..” kata marissa memotong
Aku nengok ke bawah selimut, posisinya meringkuk, badannya gemetar mengigil, telanjang juga bahkan dia sudah gk pakai beha dan celana dalam.
(pada kesempatan lain ternyata kejadian marissa mengigil dan meringkuk ini terjadi lagi beberapa kali, termasuk pada situasi yang tidak bernuansa romantis seperti ini, aku berpikir ini seperti psikosomatis, tapi apa pemicunya masih belum jelas)
“Kamu kenapa?”
“Biasa.. Aku suka begini”
“Oh ya? Tadi gak apa2 kan?”
“Dari dulu aku gini, bisa tiba-tiba tanpa sebab”
Aku beringsut memeluknya dari belakang. Masalahnya tanganku yg memeluknya di bekap marissa di dadanya, kan disitu ada dua bukit putih yang udah gk ada penutupnya. Sementara, penisku terhimpit badanku sendiri dan pantatnya, dalam kondisi sudah keras dari tadi.
Sekitar lima belas menit kemudian tubuh mengigil marissa mulai tenang.
“Enak el.. Anget..”
“Iya bobo ya…”
“Gak bisa bobo..’ Kata marissa manja tangan marissa di belakang pantatnya mengelus-elus jagoanku yang emang udah keras sejak awal.
“Emang gak capek”
“Capek banget tapi gak bisa bobo”
Marissa kemudian berbalik, dalam keremangan cahaya kamar ini, aku bisa melihat wajahnya sayu, dan kurasakan hembusan nafasnya berat.
Bersambung