Part #28 : Bu Sandra
Pagi ini aku sarapan ditemani marissa, tidak ada info apapun mengenai Lidia dan Gladys. Aku anggap mereka tidak hadir di hotel ini untuk sessi konsul berikutnya, maka setelah sarapan aku segera meluncur ke ibukota, kembali ke rumah.
Sore hari menjelang malam, seno info aku
“boss, bsk jam 11 di restoXX di kelapa gading ya” sebuah resto yang menjual iga bakar paling enak se ibukota.
“siapa yang hadir?”
“semua, termasuk Pak Johan”
“ssippp, thanks ya seno”
“masama boss”
“ara… hadiah buat anak-anak kantor udah ada?”
“siap, udah rapi boss”
“hahahahaha, jadinya kamu beliin apaan?”
“Yang laki jepitan dasi, yang perempuan bros”
“ada buat pak Johan gk?”
“hah!?! Pak Johan ikut?”
“iya.. barusan seno info”
“hhhmmm.. bentar… kayaknya dasimu sih ada tuh yang belum pernah kamu pake.”
“mana coba?”
“bentar ya aku cariin”
Tiara masuk ke kamar dan sekitar 30 menit kemudian kembali dengan sebuah dasi masih dalam dus aslinya yang belum pernah aku pakai. Aku ingat, ini adalah dasi sisa kisahku dengan janis. Gk ada yang spesial dengan dasi itu, karena hampir tiap bulan janis membelikan aku dasi dari berbagai designer tanpa pernah aku minta. Sebuah dasi dari stefano ricci, berwarna biru terang, lengkap dengan penjepitnya bertatahkan swarowski, rasanya cukup untuk diberikan sebagai hadiah Pak Johan.
“Okey good”
“gak ada memori apapun kan dengan dasi ini?”
“nggak ada, dia tiap bulan dulu beliin aku dasi koq, ini termasuk yang dibeli tiap bulan itu”
“Gila juga ya mbak Janis, ini kan paling nggak sekarang skitar 1.200 US loh..”
“Gitu deh orang yang duitnya gk ada seri sih, mana berasa hahahahaha”
“Ikhlas kan mas?”
“ya iya lah… gk pernah aku pake juga, aku aja lupa masih ada barang itu di rumah ini”
“aku emang sengaja simpen, semua jam mewah kamu juga masih aku simpen, kali aja nanti perlu”
“iya bener simpen aja, aku sih skrg gk ngerasa perlu ya, toh sama aja pake jam mewah sama G-Shock.”
“tapi kan terkadang perlu toh, pake yang top brand, mas”
“kalau ketemu pejabat sih iya, kalau ketemu orang interview? Mana perlu”
“ya udah mas, pokoke semua masih aku simpan dan masih dalam kondisi mint.”
“iya ara sayang… makasih ya..”
Cup! Tiara mengecup pipiku
“aku bungkusin ini dulu ya mas”
“siipp”
Esoknya aku dan tiara pergi bersama ke acara farewellku. Kami sampai di tempat acara, semua sudah berkumpul, termasuk pak johan dan istrinya, Acara dimulai dengan kesan-kesan buat diriku yang disampaikan satu persatu timku, dan diakhiri oleh pak Johan yang kemudian secara pribadi memberikan kenang-kenangan berupa pena merk puncak putih kepadaku, akupun memberikan kenang-kenangan pak Johan yang setelah dibuka membuatnya luar biasa bahagia.
Kemudian timku memberikan kenang-kenangan berupa foto kolase semua kegiatan kami selama empat tahun aku di perusahaan ini, akupun memberikan pada mereka satu-persatu kenang-kenangan yang segera disambut bahagia oleh mereka semua.
Setelah acara makan, secara alamiah grup terbagi menjadi dua, satu grup ngomongin kantor yang terdiri dari bapak-bapak, satu lagi grup ngomongin baju yang terdiri dari cewek-cewek termasuk istri pak Johan. Tiara tentu saja menjadi narasumber dadakan bagi para cewek-cewek, apalagi sudah beredar luas di kantor kalau istriku ini adalah model dan pengajar di sekolah kepribadian. Sempat kulihat beberpa kali tiara memperbaiki penampilan anak-anakku yang minta advice padanya.
“ndre..” kata pak Johan
“Ya pak..”
“saya sangat kehilangan loh, ndre…”
“saya yakin seno mampu mengemban tugas ini, pak. Jadi Pak Johan gk akan merasa kehilangan koq”
“saya udah tahu semuanya, pak momo cerita ke saya”
“oh ya pak?”
“pesan saya hanya satu, hati-hati. Tantangannya besar dan risikonya banyak buat karir kamu dan buat keluarga kamu”
“saya paham, pak. “
“kalau kamu perlu advice saya, jangan ragu, telepon aja. Saya selalu siap bantu kamu, ndre.”
“baik pak. Johan. Terima kasih atas bimbingan Pak Johan selama ini, saya berharap karir pak Johan akan selalu bagus di sini.”
“yang jelas kita satu idea, mengenai HR dan systemnya. Kamu maksud saya.”
“siap Pak. Jadi Pak Johan available juga khan?”
“gk perlu diperjelas lah, ndre.. hehehehe”
“siap pak Johan.”
“Okey ndre, have a bright endeavor career”
“thank you Pak Johan”
“saya jalan duluan, istri saya kalau gk di cut akan makin terhipnotis sama istri kamu, saya yang repot nanti kalau dia minta oplas hehehehe”
“hahahahaha siap pak.. silakan salam buat keluarga ya Pak Johan”
“Okey all.. saya duluann ya..” kata pak johan pamit kepada semuanya dibalas dengan tatapan jutek istrinya yang lagi seru ngobrol sama tiara.
“Tadi ngobrol apa aja kalian?” tanyaku pada tiara
“ya gitu deh, namanya cewek gk jauh jauh soal baju, dandan dan penampilan, xixixi”
“kalau sama istrinya pak Johan?”
“dia mau ikut sekolah kepribadian, gara-gara ketemu kita di kawinan kemarin, Pak Johan jadi sering komplain urusan baju, dandan sama gesture xixixixi”
“oalah, pantesan serius banget..”
“ya gitu deh, aku saranin daftar aja ke J*P aja”
“bener..”
“ntar sore kita kemana, mas?”
“males keluar, ajak anak-anak aja main di taman komplek, biar mereka lari sampe capek”
“sekalian ya… xixixi kamu lihat ibu2 komplek..”
“buat selingan gk ada salahnya sih hehehehehe”
“dasar cowok, matanya gk bisa lihat barang licin dikit, Boys, they all same”
“Ntar malem jatahin gk?”
“palang merah, gk bisa!!”
“Koq jadi jutek sih..”
“aku lagi mens, mas… nggak usah dipikirin klo jutek, emang bawaannya.”
“ya udah… hehehehehe”
…………………………………………………..
Senin pagi jam 06.45 aku sudah di depan gerbang rumah Pak AA. Sama seperti minggu lalu, proses masuk ke rumah Pak AA memang seperti itu SOP-nya, tapi kali ini aku diarahkan masuk ke dalam rumah, di samping ruang studio musik. Di sana rupanya ada ruangan yang disulap jadi ruang meeting.
Ada tiga orang berada di sana, aku memperkenalkan diri.
“Dengan Andre..”
“Sandra..”
“Andre..”
“Malik..”
“Andre..”
“Gladys.. xixixixi”
“kayak pernah kenal ya, bu?” kataku pura-pura
“iya.. rasanya saya pernah ketemu..” kata Gladys masih dengan senyum cerahnya
Duuuuhhhh… imut banget sih kamu…. kataku dalam hati
“How do you do, gle?”
“Never been better, welcome to our team ya..”
“Thanks Gle”
“Hadeh melting dah gw, cara kamu ngomong Gle itu loh.. xixixixi”
Gk lama kemudian seorang wanita serusia sekitar 45-an masuk dengan tergesa-gesa
“Ya ampun, bu aliyah ikut juga?”
“Issh mana bisa si babe hidup tanpa saya hehehehehe, welcome ya ndre”
“thank you bu Aliyah”
“hi semua…” tiba-tiba suara berat pak momo terdengar,
“Pagi Pak..” kata kami hampir serempak.
“Okey.. sebelum saya mulai, saya kenalkan dulu, ini andre.. minggu lalu masih tim saya di PT XY, ex HR div head, sekarang memutuskan bergabung dengan kita. Tanggung jawabnya masih sama seperti di perusahaan sebelumnya bidang HR”
Aku berdiri dan mengatupkan jari tangan di dada menghormati semua yang hadir.
“ndre, ini Pak Malik, beliau mantan Dir Legal perusahaan tambang nasional”
“mohon kerjasamanya Pak Malik”
“Kemudian ini bu Sandra, mantan Direktur Finance di PT SS (sebuah perusahaan manufaktur)”
“Bu Sandra, mohon kerjasamanya..” kataku
“dan Ini Bu Gladys, baru setahun di Indonesia setelah 12 tahun di Auditor Firm *Y New York, selain relation dengan tim audit kita di perusahaan itu, dia juga disini pegang data, jadi kalau kamu perlu data apa aja, silakan tanya ke Gladys”
“Pak Momo, gk usah kenalin aku sama andre”
“loh kenapa?”
“Kita pernah ngedate Pak xixixixi”
“eeh.. kamu ndre koq nakal ya, nanti saya kasih tau istrimu loh..”
“hahahahaha..” aku hanya bisa tertawa
“Istrinya andre cantik loh, Gladys..”
“Makanya dia ninggalin saya pak xixixixi” balas Gladys
“serius?” pak momo menatap kami bergantian
“bercanda pak, hahahahaha” kataku
“awas ya.. tapi itu urusan kalian lah, yg penting target dan kerjaan kalian beres semua”
“siap pak,” jawab kami hampir serempak
“Okey terima kasih atas kehadiran teman-teman semua di hari senin ini, jadi besok kita skip, langsung ketemu lagi hari kamis ya.
Ndre, kamu ketinggalan informasi ya, saat ini ada sebuah PT DDD yang bergerak di bidang real estate sedang berupaya bangkit dari keterpurukan akibat mismanagement, tapi bank banyak menolak permohonan kreditnya karena sejarah PT DDD ini tidak baik dalam pengelolaan pinjaman. Beberapa real estate yang dimilikinya tersebar di berbagai daerah di jakarta, tangerang dan bekasi. Investor PT ini sudah beberapa dan semuanya belum mampu menggerakkan PT ini, entah sudah berapa mereka kehilangan uang di sini. Saat ini PT DDD punya beban hutang sebesar 120M pada sebuah bank yang sudah jadi NPL selama 9 tahun.”
“Siap Pak.”
“Next Pak Malik, ada update?”
“Baik pak, ini mengenai legal formal usaha. Beberapa konsensi areanya masih belum digarap dan belum ada perkembangan dalam ganti ruginya. Mereka gk mampu bayar lahan yang dikuasai oleh masyarakat pak. Akibatnya konsensinya terancam dicabut jika dalam setahun ini belum ada progress ganti rugi. Pemda setempat sudah kasih surat peringatan kedua pak.”
“Bu Sandra?”
“Baik Pak, PT ini jelas membutuhkan suntikan dana yang mendesak, saat ini pengajuan sudah dilakukan kepada konsorsium bank, tapi saya rasa masih belum ada respon dari konsorsiumnya, mungkin Pak AA salah satu tumpuan terbesar untuk bisa menyelamatkan PT ini. Saya hitung setelah proses akuisisi, Pak AA akan membutuhkan pinjaman sekitar 40 Milyar untuk mendukung kegiatan operasionalnya dalam waktu 3 tahun ke depan dan 300 M untuk land acquisition awal. PT Ini sembilan tahun lalu assetnya masih sekitar 180M, tapi seiring penjualan dan perpindahan kepemilikan lahan dari perusahaan ke pembeli, saat ini assetnya tinggal sekitar 60M.
“Bu Gladys?”
“Kalau saya lihat dari struktur opex pak, opex perusahaan ini terhitung cukup besar, saya juga ragu mereka punya SOP yang memadai untuk mendukung kegiatan oprasionalnya. Karyawannya masih ada sekitar 400an orang, sebagian besar ada diproperti management di berbagai real estate milik mereka”
“Okey suggest dari kalian apa?”
Kami pun memberikan professional opinion kepada pak Momo untuk mendukung presentasi Pak Momo ke Pak AA. Meeting selesai 3 jam kemudian diakhiri dengan makan siang bersama di gazebo. Aku masih mencoba memahami berbagai informasi, jadi lebih banyak mendengar daripada bicara dalam meeting hari ini.
Bersambung