Part #2 : Tak ada lagi aroma sperma yang menyengat di mulutnya
Nayla sudah mandi. Aroma tubuhnya juga sudah wangi. Tak ada lagi aroma sperma yang menyengat di mulutnya karena dirinya sudah menggosok gigi berulang kali. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Nayla yang baru saja pulang dari musholla terdekat bergegas berganti pakaian untuk menyantap makan malam bersama pembantu yang sangat ia percaya.
“Paakkk… Makan yukk” Ajak Nayla yang sudah kelaparan.
“Akhirnya makan juga… Daritadi saya nungguin loh non, cuma gak enak buat bilangnya… Hakhakhak” Tawa pak Urip.
“Yeee bapak gak bilang… Aku biasa makan jam segini soalnya, jadi aku gak tau kalau bapak udah kelaperan dari tadi” Ucap Nayla merasa tak enak.
“Hakhakhak gapapa non… Saya juga tamu kok disini… Tamu kan harus ngikutin kebiasaan disini” Ucap pak Urip sambil tersenyum yang membuat Nayla ikut tersenyum.
Mereka berdua pun menyantap makan malam. Nayla yang tadi pagi memasak sayur sup dengan gorengan tempe serta sambal matah langsung berdiri untuk mengambilkan nasi untuk laki – laki yang telah melindunginya tadi.
“Gak usah non, biar saya aja” Ucap pak Urip merasa tak enak.
“Udah gapapa pak… Aku kan harus membalas budi perbuatan bapak… Aku gak tau bakal kayak gimana kalau tadi bapak gak dateng menolongku” Ucap Nayla yang membuat pak Urip tersipu.
Pak Urip jelas merasa malu. Ia begitu senang ketika dianggap sebagai pahlawan yang telah melindungi akhwat bercadar dihadapannya. Dilihatnya Nayla yang saat ini sedang mengenakan pakaian santainya. Meski hijab & cadar terpasang menutupi kepala dan sebagian wajahnya. Kaus santai Nayla yang tidak terlalu longgar membuat pak Urip dapat mengira – ngira bagaimana lekuk tubuhnya saat tidak berpakaian.
Ya, sebagai lelaki biasa. Pak Urip juga mempunyai nafsu kepadanya. Ia masih normal. Meski usianya sudah menua, hasrat birahi untuk menggagahi Nayla tetap ada. Tapi ia menekan semua hasrat birahinya itu demi memenuhi pengabdiannya pada pak Miftah yang merupakan sosok yang sangat berarti baginya.
Pak Urip pun tersenyum saat melihat keindahan paras Nayla.
“Maaf pak cuma seadanya” Ucap Nayla yang tadi sore hanya memanaskan lagi sup yang ia buat di pagi tadi.
“Gapapa non, bagi saya ini sudah termasuk mewah kok… Hakhakhak” Tawa pak Urip yang menghibur hati Nayla.
Mereka berdua pun menyantap makan malam bersama. Sesekali mereka mengobrol. Sesekali juga mereka bercanda. Terkadang Nayla bercurhat mengenai sikap suaminya. Terkadang pak Urip menghiburnya dengan menyadarkan Nayla kalau suaminya itu memang sibuk. Nayla pun senang dengan sikap pak Urip. Ia juga bercurhat mengenai kejadian di hari ini. Beruntung pak Urip sudah mengetahui kejadian asli di sore tadi. Nayla jadi bisa menceritakan semuanya sehingga hatinya terasa plong setelah mengungkapkan semuanya.
“Sudah belum pak, biar aku bawa ke wastafel” Ucap Nayla saat melihat pak Urip sudah menghabiskan makan malamnya.
“Eh gak usah, biar saya aja yang membereskannya” Ucap pak Urip tanggap dengan mengambil piring Nayla lalu membawanya ke wastafel. Ia bahkan mencucinya juga yang membuat Nayla menyukai kepribadiannya yang tanggap.
“Anu pak, aku mau langsung tidur ke kamar yah” Ucap Nayla meminta izin saat berjalan melewati dapurnya.
“Oh iya non, silahkan… Saya boleh tiduran di ruang tamu sambil nonton tv kan ?” Ucap pak Urip meminta izin saat sedang membersihkan piringnya.
“Iyya pak boleh” Jawab Nayla sambil tersenyum.
Pak Urip pun tersenyum. Nayla setelah itu pun membuka pintu kulkasnya untuk mengambil sebotol minuman yang berwarna kekuningan. Kemudian Nayla menuangkannya ke dalam gelas yang dibawanya. Lalu meminumnya sambil membelakangi pak Urip untuk menyembunyikan sebagian wajahnya.
“Aahhhh segernya minuman rasa lemon ini” Ucap Nayla sambil mengelap bibirnya yang basah.
Pak Urip pun menoleh saat majikannya itu mengucapkan sepatah kata. Lalu pak Urip menatap botol berisi minuman rasa lemon itu sebelum dirinya melanjutkan bersih – bersih piringnya.
“Hmmm minumannya mau abis… Besok harus beli lemonnya ke mang Yono lagi nih” Ucap Nayla sambil menutup botol lemon itu kemudian menaruhnya kembali ke kulkas.
Akhwat bercadar itu pun berjalan menuju kamarnya untuk beristirahat. Ia ingin cepat – cepat mengakhiri hari karena sudah terlalu letih dengan segala kejadian yang sudah terjadi. Ia pun berganti pakaian, ia juga melepas hijab berserta cadarnya. Tak lupa ia mengunci pintu kamarnya karena ada laki – laki lain selain suaminya yang menginap di rumahnya.
“Hah waktunya tidur… Semoga besok ada kabar baik yang menyertai hariku” Lirih Nayla sebelum memejamkan matanya.
Pagi telah datang diikuti oleh cahaya mentari yang bersinar terang. Burung – burung berterbangan melewati pohon – pohon yang rindang. Cuacanya sangat cerah membuat orang – orang begitu sumringah. Ada yang ingin jalan – jalan. Ada juga yang ingin berdiam di rumah menikmati pemandangan indah di halaman depan.
Nayla juga telah bangun dan bersiap – siap untuk berolahraga. Meski badannya agak pegal – pegal. Ia ingin berolahraga untuk melupakan masalah yang ia dapatkan. Nayla memang suka berolahraga maka tak heran kalau dirinya memiliki tubuh yang begitu indah.
“Hmmm seger banget udaranya” Ucap akhwat bercadar itu saat sedang mengenakan sepatunya di teras depan.
Akhwat berhijab serta cadar merah itu pun berdiri tegak setelah mengenakan sepatunya. Kaus berlengan panjang berwarna hitam melekat di tubuh rampingnya. Tak lupa celana training panjang berwarna coklat membungkus kaki jenjangnya. Meski tak mengenakan pakaian yang memiliki warna selaras. Kecantikannya tetap melekat padanya. Penampilannya sungguh mengundang mata lelaki tuk melihatnya. Ia pun mulai berlari untuk melupakan masalah yang menghantuinya kemarin.
Setelah melewati gerbang rumahnya. Ia pun berbelok ke arah kanan. Kedua tangannya ia kibas – kibaskan untuk melemaskan otot di lengannya. Matanya pun memejam saat menikmati udara yang begitu segar.
Seketika, saat dirinya melewati rumah seseorang. Sepasang tangan tiba – tiba datang mengejutkan Nayla dari arah belakang. Rasa terkejut yang dialaminya membuatnya ingin berteriak. Namun mulutnya tertahan oleh dekapan orang itu dari belakang.
“Mmmpphhh… Mmmpphhh… Mmmpphhh” Desah Nayla tertahan.
“Pagi – pagi udah wangi aja dirimu mbak… Main ke rumah yuk, saya janji akan memberikan kepuasan yang gak pernah mbak bayangkan” Ucap sosok itu yang membuat mata Nayla terbuka lebar.
“Mmmpphhh.. Mmmpphhh… Mmmpphhh” Desah Nayla tertahan sambil menggeleng – gelengkan kepala.
Namun tubuhnya tiba – tiba diseret ke belakang oleh orang itu. Seketika ia mengenali suaranya. Ia juga mengenali tangan kekar yang sedang mendekap mulutnya juga perutnya. Sontak Nayla ketakutan. Ia sadar kalau dirinya sedang dibawa ke rumah seseorang.
Pak Beni… Apalagi yang akan pak Beni lakukan padaku… Lepaskan… Lepaskaannnn…
Batin Nayla di dalam hati.
“Mmmpphhh… Mmmpphhh… Mmmpphhh” Desah Nayla sambil berontak. Berulang kali tangannya mendorong dekapan tangan pak Beni agar terlepas. Namun usahanya percuma karena dekapan tangan pria tua itu terlampau kuat. Ia juga berulang kali menahan kakinya. Namun tetap saja, kakinya justru terseret seiring terbawanya tubuhnya ke dalam rumah pak Beni.
Jebreeettt !!!
Pintu telah ditutup. Nayla telah diculik ke dalam rumah pak Beni. Dengan kasar tubuh Nayla didorong hingga menghantam dinding rumah pak Beni. Tangan kanan pak Beni bertumpu pada dinding. Tepatnya dinding yang berada tepat dibelakang Nayla. Tangan pak Beni berada tepat di sisi kiri wajah Nayla. Wajah Pak Beni pun mendekat tuk menatap wajah cantik Nayla.
“Sayaaannggg” Ucapnya yang membuat Nayla benci sehingga menoleh ke kanan.
“Liat sini donggg” Ucap pak Beni sambil mendekap dagu Nayla lalu menolehkannya ke arah wajahnya.
“Apa lagi yang bapak inginkan ? Lepaskan aku… Aku gak mau dinodai lagi oleh bapak !” Tegas Nayla meski jantungnya berdebar karena ketakutan.
“Cantik sekali wajahmu ini, sayang… Akan lebih baik kalau wajah secantik ini dilumuri pejuh agar wajahmu semakin mulus” Ucap pak Beni sambil membelai lembut pipi Nayla yang masih tertutupi cadarnya.
“Apa bapak bilang ? Jangan kurang ajar yah pak ! Wajah aku bukan tempat pembuangan sperma bapak !” Ucap Nayla dengan tegas yang malah membuat pak Beni tertawa.
“Pembuangan sperma ? Pembuangan pejuh kaliii…. Duh makin gak nahan deh, ingin rasanya mencium bibir manismu lagi” Ucapnya sambil membelai bibir tipis Nayla dari luar cadar yang dikenakannya.
Nayla pun membuang mukanya lagi. Namun, saat wajahnya digerakkan oleh jemari pak Beni agar dapat melihat sosok tua itu lagi. Tiba – tiba wajah jeleknya mendekat untuk mencumbu bibir tipisnya.
“Mmmpphhh” desah pak Beni yang tiba – tiba mencumbu bibir Nayla dari luar cadarnya.
“Paakkk, mmmpphhhhh” Desah Nayla tak siap sehingga membiarkan bibirnya dihantam oleh bibir pria tua itu.
Meski ada cadar yang menjadi pemisah bibir mereka berdua. Nayla masih dapat merasakan sentuhan bibir pak Beni yang begitu rakus saat mencumbu bibirnya. Nayla pun berusaha mendorongnya menggunakan tangan rampingnya. Namun usahanya percuma karena tubuh kekar pak Beni terlampau kuat.
“Hentikaannn… Lepaskaaannn” Jerit Nayla sambil mendorong tubuh pak Beni.
“Yahahaha… Manis sekali bibirmu sayang… Belum juga dengan susumu… Ouhhhh kenyalnya… Ya ini baru susu… Ini baru susu akhwat yang rasanya nikmat” Desah Pak Beni sambil meremas dada Nayla.
“Aaahhhh lepaskaaann…. Aahhhh sakitttt” Jerit Nayla sambil menahan tangan pak Beni agar tidak semakin bebas dalam meremas dadanya.
“Aahhh yahhh… Aahhhh mantapnyaaa… Ini baru susu… Ini baru susu” Ucapnya sampai mengulang kata – katanya hingga dua kali.
Sembari tangannya meremas buah dada Nayla. Bibirnya kembali mendekat tuk mengincar leher Nayla yang masih tertutupi hijabnya. Karena kesulitan, ia pun mengganti targetnya dengan menaikan cadar yang Nayla kenakan. Lidahnya pun keluar lalu menjilati pipi Nayla dari balik cadarnya. Lidahnya juga mendekat ke arah bibirnya meski Nayla sudah berusaha kabur agar tidak disentuh oleh bibirnya.
“Aaahhh bapaakkk… Jangaaannn”
Dikala Nayla fokus menghindari lidah pria tua kekar itu. Tiba – tiba ia dikejutkan oleh celananya yang dipelorotkan oleh pak Beni. Celananya pun turun hingga ke lututnya. Ditengah kepanikan itu, tubuh Nayla tiba – tiba dibalikan menghadap ke arah dinding ruangan. Nayla pun dipaksa menungging bertumpu pada dinding. Dalam sekejap celana dalam Nayla juga diturunkan. Kejadian yang begitu cepat itu membuat Nayla tidak tahu harus melakukan apa dulu tuk mencegah perbuatan pria tua itu.
“Dah lama saya ingin menghujami memekmu, sayang… Akhirnya waktunya pun tiba… Terima ini, Terima kejantanan saya ini” Ucap pak Beni saat mengarahkan penisnya yang baru saja dikeluarkan dari balik celana kolornya yang diturunkannya.
Jleeeebbbb !!!
Mata Nayla terbuka lebar. Sebuah benda tumpul yang amat besar tiba – tiba menghantam masuk membelah liang senggamanya. Tubuh Nayla sampai terdorong maju. Tusukannya yang begitu kuat membuat penis itu dengan cepat menyundul dinding rahimnya.
“Aaaaahhhh bapaaakkkk” Desah Nayla hingga membuat sekujur tubuhnya lemas tak berdaya.
“Yahahaha… Nikmat sekali jepitan memekmu, sayang… Ouhhhh mantappnyaaa… Ouhhhh baru nusuk aja udah senikmat ini… Apalagi kalau sampai gerak maju mundur ?” Ucap pak Beni yang akhirnya mulai menggerakan pinggulnya.
“Aaahhh jangaaannn… Jangaannnn paakk… Aahhhh…. Aahhhh” Desah Nayla merasakan gesekan yang begitu terasa menggelitiki dinding vaginanya. Meski vaginanya belum terlalu basah. Meski penis pria tua itu terlampau megah. Rasa sakit akibat penetrasi pria tua kekar itu tak begitu terasa.
Mulut Nayla berulang kali membuka lebar. Tusukan demi tusukan yang pak Beni lakukan telah menggetarkan jiwanya. Seingatnya hampir dua minggu sejak terakhir kali dirinya disetubuhi oleh suaminya. Ini kah akibatnya hingga diam – diam ia merasakan kenikmatannya. Namun suara pak Beni yang mendesah saat sedang memperkosanya membuat ia tersadar. Ia sedang diperkosa. Ia pun kesal sehingga meminta pria tua itu untuk berhenti menggenjotnya.
“Aaahhh hentikaaann… Hentikan paakkk… Aaahhh gakk maauuu… Gakk maauuuu” Jerit Nayla sambil melepaskan tangan pak Beni yang sedang memegangi pinggangnya.
“Aaahhh nikmat sekali memekmu sayanggg… Aaahhh yahh… Aahhhh mantaaappp” Desah pak Beni dengan barbar saat menikmati kemaluan tetangganya.
Sebagai pekerja kasar yang memiliki tubuh kekar. Ia pun tak kenal dengan yang namanya kelembutan. Apa – apa ia lakukan dengan kasar. Termasuk saat menyetubuhi kemaluan akhwat bercadar itu dengan gaya barbar. Cengkraman yang ia lakukan di pinggangnya juga terlampau kuat. Ia pun terus menggenjotnya hingga perlahan kemaluan Nayla semakin basah.
“Aaahhh… Aaahhh… Aaahhh paakkk ouhhhh” Desah Nayla hingga berulang kali merapatkan pahanya saat merasakan sensasi aneh dari sodokan pria tua itu.
Gerakan barbar yang dilakukan oleh pak Beni malah membuat Nayla perlahan kian menikmati. Belum pernah ia digenjot dengan kasar seperti ini. Suaminya biasa melakukannya dengan lembut. Gerakan seperti ini justru membuat birahinya terpanggil hingga diam – diam menikmati perlakuan kasar tetangganya itu.
“Aaahhh… Aaahhh… Enakk kan sayanggg ?” Ucap pak Beni yang menyadarkan Nayla kembali.
“Enggaakkk… Gak sama sekali… Lepaskan akuu… Lepaskan akuu pakkk” Ucap Nayla dengan sisa harga diri yang dimilikinya.
Namun lagi – lagi sodokan barbar yang ia terima membuat hatinya bertanya – tanya.
Aaahhh… Aahhhh kenapa rasanya seperti ini… Kenapa aku nyaris menikmati ? Ada apa ini ? Mmmpphhh… Aaahhhh…
Batin Nayla heran.
Ditengah sodokan yang semakin nikmat. Tiba – tiba pak Beni menghentikan sodokannya. Nayla pun terkejut hingga menoleh ke belakang. Nampak pak Beni tersenyum mesum yang membuat bulu kuduk Nayla merinding dibuatnya. Nayla pun ketakutan. Apalagi saat mendengar kata yang pak Beni ucapkan.
“Mari kita selesaikan dengan jantan, sayang” Ucap pak Beni sambil mendorong tubuh Nayla ke dalam kamarnya. Nayla pun diam tak bisa berkata – kata karena saking takutnya. Dalam perjalanan ke kamarnya, kelamin mereka masih tetap bersatu. Bahkan sesekali pak Beni menggenjotnya yang membuat Nayla gemetar merasakan sensasinya.
“Aaaaahhhh bapaakkkk” desah Nayla yang semakin membuat pak Beni bersemangat untuk menggenjotnya.
Tepat setelah mereka memasuki kamar. Tepatnya lagi di depan ranjang tidur pak Beni. Tiba – tiba pak Beni menarik lepas kaus yang Nayla kenakan. Pak Beni dengan cepat juga melepas kait bra yang menyembunyikan dada indahnya. Nayla pun berteriak setelah pakaiannya dilucuti oleh pak Beni.
“Aaahhhh jangaannn… Jangann dilepas paakk… Aaahhhh” Jerit Nayla saat tubuhnya didorong oleh pak Beni sehingga membuatnya terjatuh dalam posisi tengkurap diatas ranjang tidur pak Beni.
Baru saja terjatuh, pak Beni langsung menarik lepas celana training yang Nayla kenakan. Pak Beni juga menarik lepas celana dalam yang Nayla kenakan. Dalam sekejap Nayla sudah bertelanjang bulat menyisakan hijab dan cadar berwarna merahnya.
“Yahahahaha… Orang – orang pernah bilang kalau ada yang pake hijab merah jangan sampai lepas, gitu kan yah ?” Ucap pak Beni sambil menelanjangi dirinya yang membuat mata Nayla membuka lebar saat melihat bentuk fisiknya.
Nayla awalnya merasa ngeri. Namun semakin lama ia melihatnya, ia terpesona oleh tubuh pak Beni. Tubuh pak Beni begitu indah dimata wanita. Tubuhnya begitu kekar dengan dada bidang serta perut kotak – kotak yang menghiasinya. Belum lagi dengan lengan berototnya. Belum lagi dengan bulu jembutnya yang begitu lebat serta penis gagah perkasa yang sudah mengacung tegak.
Nayla pun bergidik ngeri. Baru kali ini dirinya melihat aurat seorang lelaki selain milik suami. Baru kali ini ia melihat seorang lelaki yang begitu seksi.
“Jangaannn… Jangaannn mendekat paakk… Toloongg jangaannn” Ucap Nayla tersadar dari lamunan kotornya.
Sebagai wanita biasa, siapa sih yang tidak tergoda dengan tubuh indah pak Beni. Terlepas dari usianya yang sudah terlampau tua. Terlepas dari wajahnya yang terkesan buruk rupa. Belum lagi dengan tato di dada yang menjelaskan kalau pak Beni bukanlah laki – laki yang baik hati. Nayla sempat terkesan bahkan terpesona oleh tubuh kekarnya.
Namun sebagai akhwat bercadar yang sudah pernah menikah. Sebagai akhwat bercadar yang dulu sempat belajar di pondok pesantren. Ia tahu kalau membiarkan tubuhnya diperkosa oleh pria kekar itu adalah kesalahan. Ia pun berusaha menolak meski ia sendiri tahu, dirinya tidak memiliki kesempatan untuk kabur dari sergapan pria tua itu.
“Maaf saya sudah gak kuat… Saya ingin menggenjotmu sampai puas” Ucap pak Beni sambil memegangi paha Nayla lalu menariknya hingga akhwat cantik itu terseret ke arahnya.
“Aaaaahhhh lepaskaaannnnn !!!” Jerit Nayla panik saat pria tua kekar itu terlihat bernafsu ingin menyetubuhinya lagi.
Kaki Nayla pun dilebarkan. Nayla sedang mengangkan dalam posisi terlentang dihadapan pria tua yang sudah telanjang.
“Jangaannn pakk… Jangaannn… Jangaannn aaaaaahhhhhh” Desah Nayla saat merasakan penis jantan itu kembali ambles di dalam liang senggamanya.
“Ouuhhhhh mantapnyaaaaa” Desah pak Beni dengan sangat puas.
“Hah… Hah… Hah… Hah” Baik pak Beni ataupun Nayla, mereka berdua terengah – engah setelah kemaluan mereka kembali bersatu. Pak Beni dengan penuh nafsu menatap mata Nayla. Nayla dengan lemas juga menatap mata pak Beni. Mata mereka saling melakukan kontak tanpa mereka sadari. Pak Beni pun tersenyum yang membuat Nayla bergegas membuang wajahnya ke samping.
“Mari kita mulai lagi pertempurannya, sayang” Ucap pak Beni yang perlahan mulai menggerakkan pinggulnya yang membuat suara jeritan Nayla mulai kembali terdengar.
“Mmpphhhh… Mmpphhh” desah Nayla saat terbaring diatas ranjang tidur pria tua itu.
Pergerakan pak Beni memang terkesan lambat. Namun itu sudah cukup untuk membuat buah dada Nayla bergoyang indah. Mata Pak Beni pun terpaku pada pergerakan lembut payudara itu. Berulang kali lidahnya keluar tuk menjilati tepi bibirnya yang kering. Kedua tangannya pun tak berhenti mengelusi paha bagian dalam Nayla yang membuat akhwat bercadar itu merinding merasakan persenggamaan ini.
“Paaakk tolloonngg… Sudahhh… Sudaahhh aaahhhhhh” desah Nayla meminta berhenti meski hatinya berkata ingin melanjuti.
“Aaahhh… Aahhh… Gak usah munafik mbak… Saya tau tubuh mbak sedang menikmati, iya kan ?” Tanya Pak Beni yang membuat Nayla kesal merasa tidak terima.
“Gak mungkin pak… Mana mungkin aku menikmati pemerkosaan ini ! Lepaskannn… Lepaskaaan aaahhhhh” Desah Nayla saat merasakan genjotan Pak Beni dipercepat.
“Yahahaha munafik sekali… Keliatan sekali dari wajahmu, kalau mbak sangat menikmati genjotan saya, iya kan ?” Desah Pak Beni saat tubuhnya agak menunduk untuk mendekap pinggang ramping bidadari cantik itu.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Enggaaakkk… Engaakkk pakk… Aaaaaahhhhh” desah Nayla memejam tak kuasa menahan hujaman yang begitu kuat.
Penis pak Beni dengan brutal keluar masuk menggesek dinding rahim bidadari itu. Gesekannya yang begitu cepat membuat rahim Nayla semakin basah oleh cairan cintanya yang perlahan mulai menggenangi. Suara cipratan air pun terdengar dari dalam. Suara hantaman antar pinggul juga terdengar keras yang membuat Nayla tak tahan lagi selain berteriak kencang.
“Aaaahhh… Aaahhhhhh… Aaaahhhhh” Jerit Nayla sambil mencengkram kuat sprei ranjang tidur pria tua itu.
“Aaaahh… Aaahhh… Mantapppnyaa… Mantap sekali jepitan memekmu, sayanggg” Desah pak Beni sambil mengamati gerakan payudara Nayla yang meloncat – loncat.
Ya, gerakan buah dada Nayla terlampau kuat. Gerakan buah dadanya terlihat seperti mau terlepas saja. Hantaman pinggul pak Beni menjadi penyebabnya. Bahkan tubuh polos Nayla tergerak maju mundur diatas ranjang tidur pria tua itu. Bahkan ranjang tidur yang menjadi TKP pertempuran mereka sampai bergoyang hingga terdengar bunyi denyitan disana. Usapan tangan pak Beni di tubuhnya yang mulanya berada di pinggangnya mulai menjalar ke perutnya. Usapan tangannya pun naik tuk membelai payudaranya. Pak Beni tengah memegangi payudaranya ditengah sodokannya yang semakin kuat. Pak Beni begitu puas. Rasanya sangat nikmat saat menyetubuhi akhwat bercadar dengan gaya barbar.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaaahhhhhh” Desah Nayla merasa tak sanggup lagi. Hujamannya membuat birahinya melayang ke angkasa.
Ia heran, kenapa bisa – bisanya ia nyaris berorgasme ditengah pemerkosaan yang ia terima. Saat matanya membuka. Ia mendapati pak Beni tengah menunduk hingga dada mereka saling bersentuhan. Nayla pun buru – buru membuang muka. Ia tak mau melihat sosok pria tua itu dengan jarak yang begitu dekat.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh… Buka cadarmu sayang” Ucap pak Beni saat menaikan cadar Nayla lalu menutupi pandangannya menggunakan cadar itu. Bibir Nayla pun terlihat namun matanya tertutupi cadarnya. Pak Beni pun tersenyum. Dengan rakus bibirnya datang untuk mencumbu bibir manis itu.
“Mmpphhhh… Mmppphhhhhh” Desah mereka saat saling cumbu.
Pak Beni yang sudah menindihi tubuh Nayla sangat menikmati kelezatan bibirnya. Kedua tangannya pun mendekap tangan Nayla lalu merenggangkannya ke samping. Matanya pun memejam ditengah cumbuan bibirnya yang begitu kejam. Pinggulnya juga terus bergerak naik turun tuk membombardir liang senggama akhwat bercadar itu.
Kepuasan tak terkira dialami oleh mereka berdua. Bedanya, pak Beni menunjukkannya secara terang – terangan sedangkan Nayla menyembunyikannya karena tak ingin harga dirinya terenggut oleh pria tua itu. Ia tak mau pria tua itu terlihat senang karena telah membuatnya keenakan.
Plookk… Plokkk… Plookkk !!!
Pinggul Pak Beni terus menggempur. Suara hantaman pinggul itu terdengar semakin keras seiring nafsu birahi pak Beni yang semakin ganas. Sela – sela jemari Nayla teremas. Hujamannya bibirnya semakin kuat yang membuatnya semakin puas.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Puas sekali rasanya menikmati tubuhmu ini sayangg… Terima ini… Terima lebih kuat lagi” Desah pak Beni setelah melepas cumbuannya.
Plokkk… Plokkk… Plokkk…
Terdengar hantaman pinggul mereka berdua semakin keras.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh cukkuupppp” desah Nayla merasa tak sanggup menahan gairah birahinya lagi.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhhh… Kayaknya ada yang mau keluar nih ? Iya gak ? Memek mbak udah berdenyut yah ?” Ucap pak Beni yang membuat Nayla merasa malu.
“Hentikaannnn… Hentikaannn paakk… Akuu enggakk… Akuuu aahhhh… Aaahhhhh” Desah Nayla tak sanggup lagi yang membuatnya hanya bisa mendesah.
“Yahahahha saya juga mbak… Gimana kalau kita sama – sama keluar di rahim mbak… Siapa tahu nanti mbak bisa hamil oleh perbuatan saya ini” Ucap Pak Beni yang membuat mata Nayla membuka lebar.
“Tappii… Engggakk… Aku gak mauuu… Aku gak mauu hamil paakkk… Aku gak mau hamil dari bapaaakkk… Aaaahhhh… Aahhhh… Aaahhhhh” Ucap Nayla ketakutan mendengar ucapan pria tua itu.
“Terlambat… Saya sudah meniatkannya… Saya akan membuang pejuh saya di titik terdalam rahim mbak” Ucap pak Beni yang membuat Nayla ketakutan.
“Aaahhhhhh enggaakk… Enggaakkk… Aaaahhhhhhhh… Toloongggg“ Desah Nayla semakin keras.
Hujaman pak Beni semakin kuat. Gerakannya juga semakin cepat. Gesekannya terasa nikmat. Terlihat wajah tuanya semakin berhasrat saat melihat tubuh polos akhwat bercadar itu. Begitu juga dengan susu bulatnya yang jarang diperlihatkannya itu. Juga dengan pentil berwarna pinknya serta ekspresi wajahnya yang ketakutan saat akan dihamili olehnya membuat pak Beni semakin tidak tahan lagi. Nafasnya terasa sesak. Dadanya terasa sempit. Ia tak kuat untuk menahan birahinya lagi.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh sayaa akan keluaaar… Saya mau keluuuaarrr” Desah pak Beni yang membuat Nayla ketakutan.
“Aaahhhhh jangaannn… Jangaannn pakkk… Jangannn di dalemmm” Ucap Nayla sambil terus menjerit merasakan hujaman pak Beni yang semakin liar. Kedua tangannya bahkan mencengkram sprei ranjang tidur pak Beni saat tubuhnya terhempas maju mundur menahan serangan birahi pria tua berbadan kekar itu.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Sayaaa… Sayaaaa…. Aaahhhhhh terimaaaa iniiiiiii !” Desah pak Beni saat menusukkan penisnya hingga mentok menembus rahim kehangatan Nayla.
“Aaaaahhhhhh bapaaaaakkkkkkkkk” Jerit Nayla hingga terduduk diatas ranjang tidurnya.
Nayla pun terengah – engah. Nafasnya terasa berat. Ia pun menoleh ke kiri dan ke kanan & menyadari kalau langit masih gelap. Bahkan kamarnya juga gelap. Ia pun meraba – raba ranjang tidurnya dan menemukan hape androidnya.
“Baru jam dua pagi yah ? Astaghfirullah… Untungnya tadi cuma mimpi” Ucap Nayla merasa lega.
Sepertinya trauma yang ia alami di kemarin sore terbawa hingga ke alam mimpinya. Sosok pak Beni yang tak pernah ia lihat dalam keadaan telanjang pun hadir di alam mimpinya untuk memperkosanya. Nayla yang hanya mengenakan kaus berlengan pendek serta celana pendeknya saja berkeringat. Ia pun mengelap dahinya menggunakan tangannya lalu memegangi celananya yang rupanya sudah basah.
“Kok basah ? Hah… Hah… Ternyata aku sampai mimpi basah juga yah ?” Desah Nayla menggelengkan kepalanya. Entah kenapa ia merasa kalau mimpi tadi terasa nyata. Ia dapat merasakan betul hujamannya yang begitu kuat. Seketika ia mengingat – ngingat mimpi itu. Tubuh kekarnya. Penis perkasanya sampai hujamannya saat memperkosanya. Tak pernah ia mengalami hal seperti itu sebelumnya. Bahkan suaminya pun tak pernah menyetubuhinya dengan cara barbar.
Ia seketika bangkit dari ranjang tidurnya kemudian menyalakan lampunya. Ia dengan santai berjalan menuju kaca jendela yang berada di sisi kanan ranjang tidurnya. Ia membuka kordennya lalu menyilangkan tangannya ke dadanya.
“Astaghfirullah… Pantas saja aku tadi menikmatinya… Itu kan cuma mimpi… Mana mungkin di dunia nyata aku menikmati persetubuhan yang dilakukan oleh pria tua bejat itu !” Lirih Nayla sambil mengamati rumah yang menjadi tempat tinggal pemerkosanya di alam mimpinya.
Nayla terus menatapnya namun yang ada malah membuatnya terbayang tubuh kekarnya. Nayla pun buru – buru membuang pikiran kotornya itu sambil kembali duduk di tepi ranjang tidurnya.
“Astaghfirullah… Kenapa aku malah kebayang auratnya yah ? Hmmm mas Miftah mana sih ? Mungkin gara – gara udah lama aku gak dapet nafkah batin dari mas Miftah makanya pikiranku jadi sekotor ini” Ucap Nayla merindukan sosoknya. Ia pun mengecek hapenya dan hanya terdapat centang dua yang belum berubah menjadi warna biru.
Massss aku kangen… Tolong cepat pulang… Selamatkan aku dari pikiran kotorku !
Batin Nayla yang entah kenapa masih kepikiran mimpinya saat disetubuhi pak Beni.
Ia pun kembali tiduran lalu merenggangkan tangannya lebar – lebar.
“Kenapa yah pak Beni setega itu ke aku ? Bahkan di mimpi aja, pak Beni sampai berani memperkosaku ?” Lirih Nayla memikirkannya.
Seketika ia teringat kejadian di kemarin sore. Ia pun teringat rasa dari sperma yang ada di mulutnya kemarin.
“Astaghfirullah… Kenapa bangun tidur aku jadi seterangsang ini yah ? Hah… Hah… Hah…” Lirih Nayla merasa gelisah.
Rasa terangsang itu lama – lama semakin kuat hingga membuat Nayla tak sanggup lagi menahannya. Ia pun memelorotkan celana pendeknya juga celana dalamnya yang sudah sangat basah akibat mimpi semalam. Ia bahkan juga menelanjangi kausnya hingga membuatnya sudah bertelanjang bulat di dalam kamarnya.
Di kala tangan kirinya meremas susunya maka tangan kanannya menekan – nekan klitorisnya. Mata Nayla pun memejam merasakan kenikmatan yang tak tertahankan. Belakangan ia jadi sering bermasturbasi ketika sang suami tidak memberinya nafkah batin. Bahkan saat memberikan nafkah batin pun, Nayla masih belum merasa puas karena suaminya lebih sering keluar duluan. Ia pun tampak ahli dalam bermasturbasi. Berulang kali ia mencubit putingnya. Berulang kali jemari telunjuknya masuk sedangkan jemari tengahnya menekan – nekan klitorisnya.
“Aaaahhhh… Aaahhhhhh… Aaahhhh” desah Nayla merasakan kenikmatan yang semakin tak tertahankan.
Entah kenapa bayangan tubuh pak Beni yang sudah telanjang bulat hadir dibenaknya yang anehnya membuat masturbasinya menjadi semakin nikmat. Meski Nayla berulang kali berusaha membuang pikirannya itu. Namun sodokan pak Beni di alam mimpinya membuatnya kembali teringat akan momen – momen indah itu.
“Aaahhh… Aahhhhh… Aaahhh” desah Nayla terangsang.
Tangan kiri Nayla meremasi dada bulatnya. Gigi Nayla menggigit bibir bawahnya. Matanya masih memejam membayangkan sosok pemerkosanya itu ada di hadapannya tengah memasukan penis kejantanannya. Nayla terangsang. Nayla amat menyukai masturbasinya di dini hari ini.
“Aaahhh nikmat bangeett…. Aahhh yaahh… Aaahhhhh” desah Nayla keenakan.
Jemari Nayla semakin cepat keluar masuk vaginanya. Jemari satunya juga semakin kuat menekan klitorisnya. Pinggul Nayla sampai terangkat lalu bergoyang – goyang menahan kenikmatan yang tak tertahankan.
“Aaahhhh sebentar lagiii… Aahhhh aku gak kuat lagii… Aaahhhh… Aaahhhh bapaakkk… Aaahhhhhh” desah Nayla saat gelombang orgasme itu kembali datang untuk memuaskan birahinya.
Crrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt !!!
“Kelluuaaarrrrr !” Desah dengan sangat puas hingga membuat tubuhnya kelojotan. Bahkan pinggulnya sampai terangkat. Cairan cintanya dengan deras pun menyembur membasahi sprei ranjang tidurnya itu.
“Ouuhhhh… Ouhhhh… Ouuhhhhh” desah Nayla memejam merasakan sisa – sisa orgasmenya.
“Akhirnyaa… Hah… Hah… Akhirnyaa legaaa” Desah Nayla ngos – ngosan yang membuatnya tidak merasa gelisah lagi setelah mendapatkan orgasmenya.
Namun perlahan ketika rasa kenikmatan itu mulai menghilang. Ketika akal sehatnya mulai kembali ke pikirannya. Ia teringat akan apa yang baru saja dilakukannya. Baru saja ia bermasturbasi sambil membayangkan sosok pemerkosanya. Ya, ia bermasturbasi sambil membayangkan sosok pak Beni. Sosok pria tua berbadan kekar yang telah memuaskan birahinya di alam mimpinya juga di alam imajinasinya. Memimpikan dirinya saja sudah bisa membuatnya mimpi basah. Bermasturbasi sambil membayangkannya saja sudah membuat dirinya berorgasme sepuas – puasnya.
“Astaghfirullah ada apa dengan diriku ini ? Kenapa belakangan aku jadi sehina ini sih ?” Lirih Nayla menyesali perbuatannya.
Ia pun mencoba mengingat – ngingat kegiatan apa yang sudah ia lakukan di hari kemarin hingga membuatnya jadi seterangsang ini.
Buatin bekal suami, beli sayur terus kerja bareng Putri, terus pulang kerja minum jus, terus abis itu makan roti pak Beni, habis itu . . . .
Batin Nayla terhenti saat teringat dirinya dinodai oleh pak Beni.
Habis itu aku mandi terus makan bareng pak Urip, habis itu aku minum air lemon di kulkas habis itu aku tidur…
Batin Nayla melanjutkan.
“Gak ada yang aneh deh perasaan… Kenapa tiba – tiba aku jadi seterangsang ini sih ? Bahkan sampai bermasturbasi membayangkan sosoknya juga ? Ihhh aneh banget sih aku ini ?” lirih Nayla menyesalinya. Ia pun sampai menangis dalam keadaan telanjang bulat di rumahnya. Ia tampak sangat menyesali perbuatannya. Ia pun menangis sambil menutupi wajahnya menggunakan gulingnya. Ia menangis hingga rasa kantuk perlahan kembali hadir hingga membuatnya tertidur dalam keadaan telanjang bulat di kamarnya.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Nayla sudah rapih dengan kaus berlengan panjang yang membungkus tubuh indahnya. Tapi, entah kenapa Nayla merasa kedinginan. Ia pun berfikir sejenak. Apa jangan – jangan karena tidur telanjang semalam yah ?
“Bbrrrrrr, kok dingin yah ?” Lirih Nayla saat berjalan keluar dari rumahnya.
Beruntung sinar mentari yang hangat menyambutnya menghapus hawa dingin yang dirasakannya. Ia pun berjalan keluar melewati pintu gerbang rumahnya. Tak sengaja wajahnya menoleh ke arah kanan.
“Semalam di mimpi, aku diperkosa gara – gara belok ke arah sana… Aku harus menjauhi rute itu… Aku gak boleh sekali – kali berbelok ke arah situ” Lirih Nayla sambil memandang benci saat teringat pemerkosaannya di dunia mimpi.
Saat wajahnya menoleh ke arah kiri. Ia pun melihat tukang sayur yang sedang ia cari.
“Nah itu dia mang Yono” Lirih Nayla yang membuatnya bergegas berjalan mendekati tukang sayur itu.
Ditengah perjalanannya, tiba – tiba ada seseorang yang memanggilnya.
“Mbak Nayla . . .” Ucap seseorang yang membuat Nayla menoleh.
“Eh bu Tia” Jawab Nayla sambil tersenyum.
Akhwat bercadar itu pun berhenti sejenak menanti kehadiran tetangganya yang tinggal tepat di depan rumahnya.
“Mau beli sayur yah mbak ?” Tanya bu Tia saat mendekati Nayla.
“Iyya nih bu, buat bahan masak besok” Ucap Nayla tersenyum. Mereka berdua pun kembali berjalan setelah sudah berdiri sejajar.
“Hihihi mulai rempong yah sekarang kudu masak ini masak itu” Ucap bu Tia bercanda.
“Hihihi iyya nih bu, gak kebayang kalau nanti udah jadi seorang ibu… Kayaknya bakal capek banget deh nanti” Ucap Nayla membayangkan andai dirinya mempunyai anak.
“Hihihi itu sudah pasti… Tapi gak usah khawatir, semua akan baik – baik aja kok” Ucap Bu Tia menenangkan.
“Hihihi semoga yah bu” Ucap Nayla tersenyum.
“Oh yah mbak, kemarin tau gak ? Saya ngeliat pak Beni mondar – mandir di depan rumah mbak loh” Ucap bu Tia mengejutkan Nayla.
“Eh, kemarin sore ?” Ucap Nayla kembali berhenti melangkah.
“Iyya, dia kayak orang bingung gitu… Mencurigakan deh… Kadang dia ngeliat sekitar… Kadang dia ngeliat ke dalem rumah mbak… Tingkah lakunya kayak mau malingin rumah mbak… Saya jadi takut deh, mbak gak kenapa – kenapa kan kemarin ?” Tanya bu Tia mengkhawatirkan Nayla.
“Eh gapapa kok… Aku juga gak ketemu pak Beni kemarin… Orangnya emang suka aneh gitu yah ? Dulu aja pernah masuk ke halaman rumah gitu deh sebelum diusir mas Miftah” Ucap Nayla dengan gugup.
“Iyya, dia agak miring gitu deh… Ya hati – hati aja yah pokoknya… Dia udah sering dicurigai di kompleks sini” Ucap bu Tia mewanti – wanti.
“Iyya makasih yah bu… Aku akan lebih berhati – hati” Ucap Nayla sambil tersenyum.
Mereka berdua pun kembali melanjutkan perjalanan. Ditengah perjalanan itu lah, Nayla tiba – tiba terpikirkan sesuatu.
Mondar mandir di depan rumah ? Terus ngintip ke dalem ? Kayaknya pak Beni emang udah merencanakan niat jahatnya deh… Ihhh jadi takut deh, semoga aja aku gak diapa – apain lagi sama pak Beni…
Batin Nayla ketakutan. Seketika kejadian di alam mimpinya kembali teringat. Ia pun merinding membayangkan andai dirinya beneran diperkosa oleh pak Beni.
Sesampainya mereka di gerobak sayur mang Yono. Mereka pun langsung memilah – milih sayur segar untuk dibelinya. Nampak Bu Tia memilih – milih sayur terong yang merupakan kesukaan suaminya. Sedangkan Nayla memilah – milih sayur bayam karena ingin membuat sup bayam di keesokan harinya agar bisa memiliki tenaga kuat seperti Popeye.
“Mbak Naylaa” Sapa mang Yono mengejutkannya.
“Astaghfirullah, bapak ! Orang lagi milih sayur malah dikagetin” Ucap Nayla sambil memegangi dadanya.
“Huahahaha, orang saya manggil malah dibilang ngagetin” Ucap mang Yono tertawa.
“Orang lagi serius milih sayur malah dipanggil… Huft dasar” Ucap Nayla kesal.
“Huahahaha… Maap… Maap… Cuma mau nawarin, ini buah lemon yang biasa mbak Nayla cari… Mau gak ?” Ucap mang Yono nawarin.
“Eh iya baru inget… Kebetulan minuman rasa lemonku udah mau abis… Berapa pak harganya, sekalian sama sayur bayam ini yah ?” Ucap Nayla.
“Hmmmm semuanyaaa jadinyaaa… Gratis” Ucap mang Yono mengejutkan Nayla.
“Eh serius, mang ?” Ucap Nayla sumringah.
“Enggak dong huahahah” Tawa mang Yono yang membuat Nayla kesal.
“Dasar ngeselin” Ucap Nayla yang membuat mang Yono semakin tertawa.
“Buat mbak, ya 19.000 aja lah yah” Ucap mang Yono setelah menghitung total sekilo Lemon dan seikat Bayam.
“Mahal amat ?” Protes Nayla.
“Kayak baru kenal saya aja huahaha” Tawa mang Yono yang malah membuat Nayla kesal.
“Yaudah nih… Ambil” Ucap Nayla mengalah dengan memberi uang 20.000.
“Waduh mbak, gak ada uang pas yah ?” Tanya mang Yono.
“Gak ada mang” Ucap Nayla yang membuat mang Yono berfikir.
“Yaudah besok aja yah mbak… Nanti saya anterin ke rumah sekalian buat nganterin kembaliannya” Ucap Mang Yono.
“Ehhhh ngapain sampe ke rumah segala ? Gak usah lah… Besok aku juga beli lagi kesini” Ucap Nayla terkejut dengan alasan mang Yono ingin main ke rumahnya.
“Gapapa, sekalian mau silaturahmi… Siapa tau nanti dibikinin teh lemon sama bidadari secantik ini” Gombal mang Yono yang membuat Nayla tersipu malu.
“Husshhh cangkeme… Gak boleh godain istri orang” Tegur bu Tia yang membuat mang Yono tersadar bahwa dirinya sedang tidak berduaan dengan Nayla.
“Iyya iya… Namanya juga bercanda… Iya gak mbak ?” Ucap mang Yono tersenyum sambil menatap Nayla.
Namun jawaban Nayla hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum. Pinggang mang Yono pun dicubit oleh Bu Tia yang membuat Nayla tertawa – tawa saja.
“Yaudah aku permisi dulu yah mang, bu… Wassalamualaikum” ucap Nayla pamit.
“Walaikumsalam mbak” Jawab Bu Tia.
“Hati – hati yah mbak” Ucap mang Yono sambil menatap lekuk indah Nayla dari belakang.
Entah kenapa tiba – tiba wajah mang Yono tersenyum. Matanya dengan binar menatap bokong Nayla yang agak nyeplak dari balik celana panjangnya.
Indah sekali bokongmu itu mbak, jadi gak sabar pengen nyelipin kontol ke dalem… Jangan lupa diminum lemonnya yak !!!
Batin mang Yono berpikiran mesum.
Ditengah perjalanan pulangnya. Nayla merasa adanya getaran di saku celananya. Saat ia mengambil hapenya, wajahnya seketika tersenyum saat mengetahui ada panggilan telepon dari suaminya.
“Haloo Assalamualaikum, mas” Ucap Nayla terburu – buru untuk mengangkat telepon dari suaminya.
“Walaikumsalam dek… Adek gapapa kan ? Mas udah baca pesan adek kemarin di WA… Maaf yah mas baru bisa nelpon, kuota mas abis dan ini baru saja beli… Apa beneran pak Beni bertindak macam – macam kemarin ?” Ucap Miftah mengkhawatirkannya.
“Hehehe iyya mas… Untung aja ada pak Urip kemarin yang nyelametin aku… Aku kaya ngerasa abis dikasih obat tidur… Hampir aja aku diapa – apain pas tidur… Untung ada pak Urip yang tanggap buat nolongin aku” Ucap Nayla menceritakan sebagian kisahnya.
“Tapi kamu gak diapa – apain kan dek ? Dia gak ngapa – ngapain adek kan ?” Tanya Miftah khawatir.
“Enggak mas… Enggak kok” Ucap Nayla berbohong. Ia merasa tak sanggup untuk menceritakan semua kisahnya. Ia tak mau memberi tahu suaminya kalau kemarin mulutnya habis dipejuhi oleh penis pak Beni.
“Huft syukurlah… Maaf yah, mas kemarin harus pergi… Tapi entar sore kalau gak ada halangan mas udah sampai di rumah kok” Ucap Miftah mengejutkan Nayla.
“Eh serius mas ? Mas hari ini pulang ?” Tanya Nayla sumringah.
“Iyya dek, serius… Dari sekarang sampai mas pulang nanti tolong jaga diri yah” Ucap Miftah perhatian.
“Iyya mas… Adek janji akan jaga diri” Ucap Nayla tersenyum.
“Yaudah kalau gitu udahan yah… Mas mau mesen tiket pesawat dulu” Ucap Miftah.
“Iyya mas… Hati – hati di jalan yah… Jangan sampai jatuh” Ucap Nayla khawatir.
“Yeee kan bukan mas pilotnya hahahhaha” tawa Miftah yang membuat hati Nayla lega seketika. Rasanya begitu senang ketika mampu mendengar suara tawanya lagi. Mereka pun sempat bercanda sebentar sebelum mereka benar – benar menyudahi telponannya. Setelah telpon berakhir, ia pun sangat lega dan berharap bisa segera bertemu dengan suaminya.
“Alhamdulillah, nanti sore mas Miftah pulang” lirih Nayla merasa senang.
Sesampainya ia di halaman rumah, terlihati pak Urip sedang merapihkan rumput – rumput liar. Mengetahui majikannya baru pulang belanja. Pak Urip pun tersenyum untuk menyapa sosoknya.
“Wahhh ada yang abis belanja nih” Ucap pak Urip yang membuat Nayla tersenyum.
“Hihihhi iyya nih pak… Kebetulan stok lemon aku mau abis… Makanya beli ke mang Yono… Tapi kok aneh yah masa tukang sayur jualan buah juga” Ucap Nayla bercanda.
“Huahahaha… Mungkin mau melebarkan bisnisnya biar sekalian jualan buah juga… Soalnya buah alpukat kemarin juga saya beli dari mang Yono” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Oh yah ? Hihihi mungkin kali yah mau melebarkan bisnisnya” Ucap Nayla tertawa.
“Ngomong – ngomong, enak gak jus Alpukat yang saya buat kemarin ?” Tanya pak Urip ingin tahu.
“Enak banget pak… Rasanya seger, bikin aku ketagihan deh… Apalagi pas dingin” Ucap Nayla yang membuat pak Urip senang.
“Huahahah besok – besok saya buatin lagi yah” Ucap pak Urip sumringah.
“Hihihih aku tunggu yah pak” Ucap Nayla tersenyum.
Saat Nayla hendak masuk ke dalam rumahnya, ia seketika teringat sesuatu yang membuatnya segera mengabarkannya ke pak Urip.
“Oh iya pak… Nanti sore kalau gak ada halangan suamiku bakalan pulang… Jadi bapak gak perlu lagi nginep di rumah yah… Makasih udah nemenin aku semalem” Ucap Nayla sambil tersenyum.
“Oh yah ? Syukurlah kalau gitu… Bisa nemenin istri lagi malem nanti” Ucap Pak Urip bercanda yang membuat Nayla tertawa.
Nayla pun masuk ke dalam rumah sedangkan pak Urip terlihat termenung setelah dikabarkan oleh Nayla. Entah kenapa wajah pak Urip terlihat tidak senang. Tapi ia hanya tersenyum saja setelah itu sambil melanjutkan pekerjaannya di halaman rumah majikannya.
Sementara itu di dalam rumah, Nayla segera menaruh barang – barang belanjaannya di dapur. Ia menaruh buah lemon yang baru saja dibelinya di kulkas. Ia juga menaruh seikat bayam yang dibelinya di atas meja makannya. Ia tampak sibuk saat membuka satu demi satu pintu almari di dapurnya.
“Eh gulanya mana yah ? Apa udah abis yah ?” tanya Nayla pada diri sendiri.
“Hmmm kalau kayak gini mesti beli gulanya dulu nih… Padahal niatnya mau bikin minuman rasa lemon itu sekarang” Ucap Nayla kecewa.
Ia pun setelah itu bergerak menuju kamarnya untuk mengambil sedikit uang untuk membeli gula di minimarket terdekat.
“Ini dia kunci motornya… Ayok sekarang kita berangkat” Ucap akhwat bercadar itu hendak pergi menaiki motornya.
Dengan pakaian santai yang dikenakannya, akhwat bercadar itu pun sudah menaiki motornya. Terlihat pak Urip menoleh ketika mesin motor Nayla dinyalakan.
“Eh non mau kemana ? Tumben pergi pake baju santai gitu” Ucap pak Urip keheranan.
“Hihihihi mau beli gula pak… Gula di dapur udah habis” Ucap Nayla sambil mengenakan helmnya.
“Oalah gitu” jawab pak Urip.
“Iyya pak… Aku permisi dulu yah… Aku mau pergi dulu… Wassalamualaikum” Ucap Nayla sebelum menarik gas motornya.
“Walaikumsalam” Jawab Pak Urip sambil menatap sosok Nayla yang telah pergi.
Setelah beberapa menit berkendara, Nayla akhirnya tiba di minimarket terdekat. Memang alfa yang ada di dekat rumahnya tidak terlalu besar. Tapi minimarket itu cukup sering dikunjungi oleh orang – orang yang tinggal di sekitar.
Saat Nayla membuka pintu alfa tersebut. Terasa hawa sejuk meruntuhkan hawa panas yang ada di luar ruangan. Nayla tersenyum senang bisa merasakan kesegaran di dalam. Ia pun lekas pergi menuju sudut untuk membeli gula curah yang biasa ia beli.
“Eh mbak Nayla… Tumben” Ucap seseorang mengejutkan Nayla.
“Loh Andri, kok disini ? Mau beli apa ?” Tanya Nayla terkejut melihat sosoknya.
“Eehhh mbak Naylaaa” Ucap seorang akhwat bercadar yang tiba – tiba mendekat kemudian memeluknya.
“Ehhh Putri, kalian lagi dating yah ? Cieeee datingnya di Alfa, hihihih” Ucap Nayla bercanda.
“Hahahaha cuma mau nemenin Putri beli bahan – bahan dapur rumah aja kok… Iya gak Put ?” Tanya Andri pada calon istrinya.
“Iyya mas… Mau belanja sekalian jalan – jalan aja” Ucap Putri malu – malu yang membuat Nayla tertawa.
Putri terlihat sangat cantik saat berbelanja. Kemeja berwarna pink benar – benar cocok untuk akhwat seusianya. Rok bermotif bintik – bintik yang menutupi kaki jenjangnya juga sangat cocok dengan dirinya. Belum lagi wajahnya yang hanya ditutupi masker berwarna hitamnya membuat orang – orang begitu penasaran akan wajah yang disembunyikan olehnya. Apakah ia sangat cantik ? Dilihat dari matanya sih iya. Diam – diam banyak sekali pengunjung yang mencuri – curi pandang ke arah akhwat berhijab maroon tersebut.
“Anu sebentar yah mbak… Aku mau nyari barang dulu” Ucap Putri pergi meninggalkan Andri & Nayla berdua.
“Apa kabar ?” Tanya Andri pada Nayla.
“Baik kok ndri” Jawab Nayla.
“Gimana kabar pernikahanmu ?” Tanya Andri sekali lagi.
“Ya baik – baik aja kok… Semua lancar alhamdulillah” jawab Nayla.
“Tapi bahagia kan ?” Tanya Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihih ya bahagia lah… Kenapa sih nanyanya gitu ?” Tanya Nayla heran.
“Hahahahah kepikiran aja… Aku kan mau nikah takut pikiran macem – macem hadir di otakku… Kadang takut kalau pernikahanku malahan gak bahagia” Ucap Andri beralasan yang membuat Nayla paham.
“Ohhh gitu… Tenang gak usah dipikirin… Kadang pikirin negatif suka hadir kok… Tapi asal kalian saling cinta, memahami dan memaklumi pasti pernikahan kalian akan lancar- lancar aja kok… Semangat yah, jangan dibatalin… Putri udah cinta mati loh ke kamu, Ndri” Ucap Nayla memberi nasehat yang hanya membuat Andri tersenyum.
“Hahaha gak akan… Ya kali aku batalin pernikahanku dengan wanita secantik dia” Ucap Andri sambil menatap Putri yang membuat Nayla tertawa.
“Cieeee hihihihi… Aku cuma bisa doain lancar aja yah buat kalian… Semoga kalian bisa berbahagia selamanya” Ucap Nayla tertawa yang membuat Andri ikut tertawa.
Nayla pun pergi tuk mencari gula yang ingin dia beli. Sedangkan Andri menetap sambil terus memperhatikan gerak – gerik Nayla.
Kamu bahagia yah ? Bukan itu sebenarnya jawaban yang mau aku dengar… Aku harap pernikahanmu enggak bahagia agar aku bisa menggantikan posisi suamimu untuk membahagiakanmu suatu saat nanti…
Batin Andri menatap Nayla. Seketika pandangannya pun beralih menatap Putri. Putri memang cantik tapi entah kenapa ada sesuatu yang gak sreg di hatinya yang membuatnya malah lebih mencintai Nayla ketimbang Putri.
Kenapa yah aku lebih mencintaimu Nay, ketimbang Putri ? Apa sih kurangnya Putri ? Dia juga cantik kok… Tapi entah kenapa sosokmu lebih menarik…
Batin Andri merenung ketika terus membandingkan Nayla dengan Putri.
“Eh Ndri, aku duluan yah” Ucap Nayla ketika sudah membeli gulanya.
“Oh iya Nay… Hati – hati yah” Ucap Andri memberikan perhatian.
“Iyya ndri… Makasih” Jawab Nayla tersenyum yang membuat hati Andri begitu bahagia saat melihat senyum indahnya.
Nayla pun pergi menaiki motornya kembali. Sosok akhwat bercadar yang mengenakan hijab abu – abu itu pun pergi meninggalkan Andri di minimarket sendiri.
“Eh mas, mbak Nayla mana ?” Tanya Putri datang kemudian.
“Udah pergi Put… Cuma beli barang sedikit doang tadi” Jawab Andri.
“Yahhh… Padahal mau ngobrol – ngobrol dulu tadi” Ucap Putri menyesal. Andri pun hanya tersenyum mendengar jawaban Putri. Entah kenapa dirinya juga ingin mengobrol – ngobrol lebih lama lagi dengan akhwat bercadar tadi.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Nayla telah tiba di rumahnya. Akhwat bercadar itu pun segera turun dari motornya.
“Eh pak Urip mana yah ? Tumben gak keliatan ?” Ucap Nayla heran.
Nayla heran karena biasanya pak Urip selalu berada di halaman depan untuk merapihkan kebun atau sekedar mengambil dedaunan yang jatuh di halaman.
Nayla berjalan memasuki rumahnya. Ia berjalan sambil menenteng belanjaannya di tangan kanannya juga helm di tangan kirinya. Ia pun menaruh helmnya di tempat biasa. Lalu kemudian melangkah ke dapur untuk membuat minuman rasa lemonnya.
“Eh pak Urip, disini rupanya” Ucap Nayla saat memasuki dapur. Suara yang Nayla ucapkan secara tiba – tiba malah membuat pak Urip terkejut hingga tubuhnya sampai meloncat saat membelakangi Nayla.
“Eh non, bikin kaget aja” Ucap pak Urip saat menoleh sambil memegangi dadanya.
“Hihihihi kok kaget sih pak… Maaf… Maaaf” Ucap Nayla sambil tertawa meski hatinya merasa tidak enak padanya.
“Huh, saya udah tua loh non… Kasian jantung saya… Habis saya kan dari tadi sendiri, gak nyangka kalau ada non Nayla disini” Ucap pak Urip yang membuat Nayla masih tertawa ngakak.
“Hihihi maaf pak… Maaf… Saya jadi gak enak deh sama bapak… Eh itu apa pak ?” Tanya Nayla saat melihat adanya serbuk misterius yang tertuang di dalam gelas di depan pak Urip.
“Oh itu… Itu… Itu koppi… Iyya kopi non, tadi saya mau buat kopi” Jawab pak Urip terbatas – bata.
“Kopi ?” Tanya Nayla mendekat lalu mengambil gelas itu untuk menghirup aromanya.
Nampak raut wajah pak Urip tak nyaman. Terlihat jemarinya gelisah ingin menahan Nayla untuk tidak melakukannya.
“Hmmmm kopi apa ini ? Baunya aneh” Ucap Nayla sambil mengerutkan hidungnya.
“Hehehe saya juga gak tau non, saya juga baru beli… Dikasih temen tadi” Ucap pak Urip tertawa canggung.
“Beli ? Beli apa dikasih temen ?” Tanya Nayla sambil menatap pak Urip.
“Dikasih temen maksudnya… Eh non mau make dapur yah ? Yaudah saya buatnya nanti aja deh… Permisi yah non” Ucap pak Urip sambil membawa gelas itu lalu pergi membawanya ke halaman depan.
“Pak Urip kenapa yah ? Gelagatnya aneh deh ? Apa jangan – jangan itu kopi hasil nyuri ? Hihihi ada – ada aja pikiranku ini… Yaudah aku mau buat minuman lemon dulu ah” Ucap Nayla mulai bekerja dengan memeras lemon lalu memberi sedikit gula untuk menambah rasa manis disana. Tak lupa ia mengisi air secukupnya lalu memasukan air lemon itu ke botol minuman yang kemudian ia memasukannya ke dalam kulkas.
“Hah selesai juga… Udah mau jam 11 yah ? Bobo siang dulu ah… Biar cepet sore, biar bisa ketemu mas Miftah hihihihi” Tawa Nayla.
Akhwat bercadar itu pun bergegas memasuki kamarnya. Ia melepas hijabnya lalu cadarnya. Ia melepas gamisnya berikut juga celananya. Nayla yang sehari – harinya terbiasa mengenakan pakaian serba tertutup itu tinggal mengenakan bra beserta celana dalamnya saja. Nampak keindahannya memancar disana. Buah dadanya terasa sesak saat ditekan dengan bra berukuran 34B itu. Andai payudaranya bisa berbicara mungkin payudaranya akan meminta Nayla untuk melepas behanya saja.
“Duhhh tadi padahal dingin tapi sekarang kok malah panas yah ? Apa aku tidurnya kayak gini aja ? Ihhh jangan, malu deh… Kaus apa yah yang tipis yang bisa aku pake pas tidur ?” Ucap Nayla sambil memilah – milih pakaian di almarinya.
Seketika Nayla menoleh ke pintu dan menyadari kalau pintu kamarnya masih terbuka.
“Eh astaghfirullah” Ucap Nayla buru – buru tuk menutupnya.
“Ihhh kok bisa – bisanya pintu belum ketutup… Moga aja tadi gak ada yang liat” Lirih Nayla menyesali kecerobohannya.
Ditengah penyesalannya, Nayla kembali ke depan almarinya untuk memilih pakaian untuk tidur siangnya. Ia mengangkat satu demi satu pakaiannya. Ia juga melihat satu demi satu kaus yang digantung menggunakan hangernya. Matanya nampak tidak fokus karena pikirannya tertuju pada hal yang terjadi sebelum dirinya menutup pintu kamarnya.
Tadi kok, aku ngerasa kayak ada orang yang lewat di deket pintu yah ?
Batin Nayla gelisah.
Memang perasaan wanita tak pernah salah. Karena saat ini pun ada sepasang mata yang sedang mengintip Nayla berganti pakaian. Tepatnya dari arah jendela luar yang tak disadari oleh Nayla.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Nayla sudah terbangun dan sedang memasak untuk menyambut kedatangan suaminya. Meski ia mendengar kabar kepulangan suaminya secara mendadak. Ia sudah bersiap untuk memasak hidangan favorit suaminya yakni ayam balado pedas.
Sambil mengelap keringat di dahinya. Nayla secara telaten membolak – balikkan ayam yang ada di dalam wajannya. Nayla tampak ahli. Ia terlihat sudah seperti koki saja. Nayla memang jago memasak. Pokoknya apa saja yang dimasaknya pasti akan terasa enak.
“Akhirnya selesai juga” Ucap Nayla setelah mematikan kompornya.
Nayla pun meniriskan ayam itu kemudian menaruhnya diatas piring besar lalu ditaruhnya di meja makan.
“Ayam balado siap, tempe goreng siap, sambel matah juga… Ah lengkap deh… Pasti mas Miftah bakal puas nanti hihihi” Ucap Nayla tampak bangga atas perbuatannya.
Tokkk… Tokkk… Tokkk…
“Assalamu’alaikum” Ucap seseorang yang suaranya tak asing di telinga Nayla.
“Eh mas Miftah udah pulang ?” Ucap Nayla yang kemudian bergegas menghampiri suaminya.
“Walaikumsalam… Maaaasssss” Jawab Nayla saat melihat kehadiran suaminya.
Akhwat yang sudah mengenakan hijab dan maskernya itu bergegas menghampiri suaminya. Nayla yang sudah kangen berat langsung memeluknya yang kemudian dibalas juga dengan pelukan oleh suaminya.
Nampak pelukan suaminya terlampau erat. Nayla pun membalas pelukan suaminya juga dengan erat. Wajah Nayla lalu menengadah naik untuk menatap wajah tampan suaminya.
“Sayaanggg” Ucap Miftah singkat namun berdampak besar di hati Nayla.
“Apaaa” Jawab Nayla manja sambil tersenyum.
“Mas kangen” Ucap Miftah yang semakin menambah rasa cinta Nayla padanya.
“Sama mas, adek juga” Ucap Nayla yang langsung dihadiahi kecupan di dahi oleh suaminya.
“Gimana kabarnya ? Baik kan ?” Tanya Miftah setelah melepas pelukannya yang langsung direspon oleh Nayla dengan salim kepadanya.
“Baik kok mas” Jawab Nayla.
“Aman kan ? Gak ada gangguan kan ?” Tanya suaminya khawatir.
“Enggak kok… Pak Beni juga gak keliatan hari ini… Semuanya aman” Ucap Nayla sambil tersenyum.
“Alhamdulillah kalau gitu” Ucap Miftah tersenyum.
Mereka berdua pun langsung mengobrol panjang. Mereka juga bercanda dan saling tertawa. Mereka saling bertutur kata untuk melepas rasa rindu meski baru satu hari tak bertemu. Mereka terlihat begitu bahagia terutama dari wajah Nayla. Nayla merasa aman dengan kehadiran suaminya sekarang. Ia pun tersenyum lalu mensyukurinya kemudian menikmati ketampanan wajah suaminya yang sudah dihalalkan untuknya.
“Oh yah mas… Mau minum dulu ? Mau adek buatin teh gak ?” Tanya Nayla perhatian.
“Wah boleh dek, mumpung mas lagi haus” jawab Miftah.
“Kalau gitu mas duduk dulu yah… Adek buatin dulu” Ucap Nayla tersenyum.
“Iya dek” Jawab Miftah sambil duduk di ruang tamunya. Miftah merasa bangga bisa mendapatkan istri yang penuh perhatian seperti Nayla. Ia pun duduk sambil memainkan hapenya untuk menunggu istrinya menyiapkan minuman untuknya.
“Ini mas” Ucap Nayla sambil memberikan es teh favorit suaminya.
“Wahhh makasihh banget… Eh itu apa dek ?” tanya Miftah saat melihat gelas lain yang Nayla bawa.
“Ini minuman favorit aku mas… Masa gak tau sih hihhii” Ucap Nayla tertawa.
“Oh air lemon ? Dasar sih ! Kalau gak lemon ya jus alpukat… Entar kebanyakan minum lemon jadi bau kecut loh” Ucap Miftah mengada – ngada.
“Hihihihi dasar hoax” kata Nayla tertawa.
Malam telah tiba, Nayla sudah mandi dan mengenakan pakaian dinasnya di depan suaminya. Ya, pakaian dinas merupakan istilah yang sering Nayla gunakan saat merujuk kepada pakaian menggoda yang biasa ia gunakan didepan suaminya. Nampak tubuh Nayla hanya tertutupi daster tipis yang menutupi sebagian buah dadanya serta paha mulusnya. Nampak belahan dada Nayla terlihat bahkan sebagian paha mulusnya juga terlihat.
Miftah, meski sudah berulang kali melihat aurat tubuh Nayla dan sudah beberapa kali juga menyetubuhinya. Ia masih saja ngiler tiap kali istrinya memamerkan sedikit auratnya. Memang tidak ada bosennya untuk menatap keindahan tubuh Nayla. Bahkan menatap wajahnya saja sudah cukup untuk memanjakan matanya. Apalagi ini dengan menampakkan sebagian tubuh indahnya.
“Mas mau makan pake apa ? Ayam balado apa yang lain ?” Tanya Nayla sambil berdiri untuk mengambilkan makanan untuk suaminya.
“Semuanya aja dek… Satu – satu” Ucap Miftah sambil tersenyum.
“Hihihih siap mas… Tunggu yah” Ucap Nayla sambil menyendokkan nasi ke piring suaminya.
Saat Nayla hendak mengambilkan lauk untuk suaminya. Ia sesekali harus menunduk untuk memilihkan potongan ayam yang besar untuk suaminya. Namun terkadang, tanpa ia sadari. Ia saat ini sedang memperlihatkan susu menggantungnya dihadapan suaminya. Jelas Miftah terpuaskan oleh pemandangan indah itu. Bahkan penisnya sudah menegak akibat rangsangan tak sengaja yang istrinya berikan.
Diam – diam, sesekali Nayla juga melirik wajah suaminya. Terlihat jelas kalau suaminya tengah memandang dirinya. Saat pandangan Nayla turun sedikit, ia pun baru menyadari kalau suaminya sedang menatap dada indahnya. Entah kenapa nafsu pun mulai menyerang tubuh indahnya. Terhitung sejak sore tadi, setelah Nayla mandi. Ia merasa bergairah seperti tadi pagi. Ia jadi berhasrat ingin bercinta. Ia pun bertanya – tanya ? Apakah karena kehadiran suaminya yang membuatnya ingin bercinta.
“Ini mas” Ucap Nayla sambil memberikan piring kepada suaminya.
“Makasih sayang” Ucap Miftah yang membuat Nayla tersipu senang.
Makan, minum, ngobrol & bercanda merupakan kegiatan rutin yang mereka lakukan ketika menyantap makan malam. Makan yang harusnya bisa mereka selesaikan dalam 10 menit melebar menjadi 30 menit setelah dibarengi dengan ngobrol & bercanda.
Untuk menambah kemesraan, Miftah kadang menyuapi istrinya. Kadang Miftah juga mengelap noda yang menempel di sekitar mulut istrinya. Istrinya pun semakin senang. Namun kegelisahan yang ia rasakan lama – lama semakin kuat. Kegelisahan yang menandai keinginan dirinya untuk bercinta bersama suaminya.
“Mas…” Ucap Nayla setelah menyelesaikan makan malamnya.
“Iya dek ?” Tanya Miftah sambil mengelap mulutnya menggunakan tisu yang ada di meja.
“Euummm anuuu… Kan udah lama nih hehe… Kita gak itu ?” Ucap Nayla malu – malu sambil menyentuhkan kedua ujung jemari telunjuknya selama berulang kali.
“Itu ?” tanya Miftah belum nyambung.
“Iyya mas… Kita di kamar hehe” Ucap Nayla yang terlalu malu hingga tak dapat mengungkapkannya langsung.
“Eh maksudnya ?” Ucap Miftah yang masih kebingungan.
“Iiihhhhh masa gak paham… Di ranjang mas” Ucap Nayla memberikan petunjuk besar yang membuat Miftah tertawa.
“Oh hahaha… Adek pengen bercinta yah ?” tanya Miftah yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Heem mas” Jawab Nayla mengangguk.
“Adek mau malam ini ? Ayo, daritadi mas juga gak nahan pengen mantap – mantap setelah ngeliat tubuh seksi adek sekarang” Ucap Miftah yang membuat Nayla tersipu.
“Hihihihi iya mas… Adek mau malam ini” Ucap Nayla yang membuat Miftah semakin bernafsu.
“Kalau gitu adek siap – siap dulu sana… Dandan yang cantik yah… Biar mas yang beresin piring – piring kotor” Ucap suaminya yang membuat Nayla mengangguk malu.
“Iyya mas… Mas lebih suka adek pakek baju kayak gini apa pake cadar ?” Tanya Nayla meminta pendapat suaminya.
“Yang pake cadar dong sayang… Mas pengen ngerasain bercinta sama istri sholehah kayak adek… Pake cadarnya yak… Yang cantik” Ucap Miftah yang membuat Nayla tersipu malu.
“Siap mas… Adek dandan dulu yah” Ucap Nayla malu – malu.
“Iyya dek… Silahkan” Ucap Miftah tak sabar ingin menggenjoti istrinya.
Sebelum Nayla masuk ke dalam kamarnya. Ia melangkah menuju dapur untuk meminum air putih dahulu agar makanan yang baru disantapnya turun semua ke perutnya. Nayla pun tersenyum, sebentar lagi dirinya bisa merasakan nikmatnya bercinta lagi bersama suaminya.
“Duh tapi kok dipikir – pikir malah bikin gugup yah” Lirih Nayla yang kemudian membuka pintu kulkasnya.
Ia tanpa ragu mengambil botol berisi air lemon itu lalu menuangkannya ke dalam gelas.
Gleegg… Gleeggg… Gleegg…
Nayla meminum segelas penuh air rasa lemon itu. Ia pun mengelap bibirnya kemudian. Ia lalu mendesah setelah merasakan kesegarannya.
“Aaahhhh segernya… Oh yah, aku pakai baju apa yah malam ini ?” Lirih Nayla memikirkan cara untuk memuaskan suaminya.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Tokk… Tokk… Tokk…
“Dek, Udah siap ?” Tanya suaminya setelah mengetuk pintu kamarnya.
“Sudah mas… Mas boleh masuk kok” Jawab Nayla dari dalam yang membuat jantung Miftah deg – degan.
“Mas masuk yah kalau gitu” Ucap Miftah sambil membuka pintunya.
Saat wajahnya ia naikan, ia melihat seorang wanita berhijab yang tengah memunggungi dirinya. Wajahnya langsung tersenyum seketika. Ia pun membatin dalam hati saat melihat istri cantiknya.
Dasar adek yah… Kerjaannya bikin mas penasaran terus…
Batin Miftah tersenyum lebar.
“Deeekkk” Panggil Miftah sambil duduk di belakang istrinya.
Miftah dengan malu – malu duduk di tepi ranjang tidurnya menghadap ke selatan sedangkan Nayla dengan malu – malu duduk di tepi ranjang tidurnya menghadap ke timur. Tangan kanan Miftah pun bergerak untuk mendekap pinggang rampingnya. Tangan kirinya juga bergerak untuk mendekap pinggang satunya.
“Sayaaannggg… Mas udah siap… Liat kamu dari belakang aja udah bikin mas gak nahan loh” Ucap Miftah yang membuat istrinya tersenyum dibalik cadarnya.
“Ah masa sih mas ?” tanya Nayla sambil malu – malu.
“Iyya dek… Apalagi setelah mas meluk adek sekarang… Rasanya pengen banget balikin tubuh adek terus ngeliat wajah cantik adek… Mas penasaran banget, seberapa cantik sih adek malam ini ?” Goda Miftah yang membuat Nayla tak tahan lagi ingin menunjukkan penampilannya kepada suaminya.
“Hihihi mas siap yah ? Tarraaa, gimana menurut mas ?” Tanya Nayla yang kemudian berdiri lalu berbalik badan tuk menghadap suaminya.
Miftah pun terdiam seribu bahasa saat menatap penampilan istrinya. Dari wajah ke atas semuanya terlihat sempurna. Nayla terlihat sangat cantik dengan hijab & cadar berwarna merah yang dikenakan olehnya. Kemeja berwarna hitam bermotif garis – garis pun membungkus tubuh rampingnya. Tak lupa celana kain berwarna coklat melengkapi penampilan indahnya di malam ini. Nayla terlihat seperti seorang office lady saja yang merupakan fantasi kesukaan suaminya selama ini.
“Cantik banget dek… Ini kesukaan mas banget… Tau darimana kalau mas suka sama wanita yang pake kemeja sama celana kayak gini ?” Puji suaminya sambil berdiri lalu memandang mata indah istrinya. Kedua tangannya pun mendekap pinggang rampingnya. Jantung mereka berdua berdebar kencang. Nayla sampai menunduk malu karena pujian yang diberikan oleh suaminya itu.
“Hihihih tau dong… Adek kan udah lama tinggal sama mas” Ucap Nayla malu – malu.
Namun sebenarnya, ada alasan lain yang membuat Nayla terpikirkan untuk mengenakan pakaian seperti ini. Yakni dari mimpinya, entah kenapa ia teringat kalau ia mengenakan pakaian yang mirip seperti ini saat dirinya diperkosa oleh pak Beni di mimpinya. Ia pun berharap, suaminya mampu memberikan kepuasan seperti apa yang ia dapatkan di mimpinya.
“Pinter yah adek… Tau banget apa yang mas suka” Puji Miftah sambil mendekatkan wajahnya.
“Iyya dong mas… Sebagai istri, aku kan harus bisa muasin suami” Ucap Nayla sambil memundurkan wajahnya karena terlalu malu pada pergerakan suaminya.
Miftah pun semakin gemas. Ia lalu meminta izin kepada istrinya untuk mencumbunya.
“Mas udah gemes banget pengen muasin adek… Mas boleh angkat cadar adek gak ? Mas pengen banget ngerasain bibir manis adek” Goda suaminya yang membuat Nayla mengangguk malu – malu.
“Boleh banget mas” Ucap Nayla yang membuat Miftah tak tahan lagi.
Diangkatlah cadar Nayla oleh Miftah. Ditatapnya bibir manisnya yang berwarna merah. Miftah semakin bergairah. Wajahnya pun mendekat lalu dilahapnya bibir manisnya yang sudah dihalalkan untuknya.
“Mmmppphhh” Desah mereka berdua bersamaan.
Miftah menubruk bibir istrinya menggunakan bibirnya. Mereka berciuman dengan begitu panasnya. Tak pernah ia senafsu ini pada istrinya. Penampilan istrinya menjadi penyebabnya. Dikala bibir mereka bertemu, tangan Miftah merangkak naik tuk menahan sisi kepala bagian belakangnya. Tangan satunya ia gunakan untuk mendekap punggungnya. Mereka pun asyik bercumbu. Mereka asyik melampiaskan syahwat birahi yang sudah lama tak mereka salurkan.
Bibir mereka saling dorong. Bibir mereka saling sepong. Bibir mereka bertubrukan tuk melampiaskan nafsu yang sudah tak tertahankan. Nayla juga tak tinggal diam. Cumbuan suaminya membuat birahinya semakin panas. Tangan Nayla tanpa sadar mendekap dada suaminya yang berada di balik kaus santainya. Tangan satunya mendekap penisnya dari luar celana yang suaminya kenakan.
Miftah terkejut karena istrinya tak pernah seaktif ini sebelumnya. Namun ia hanya tersenyum menikmati remasan jemari istrinya pada penis besarnya.
“Mmmpphhh nakal yah adek yahhh… Mmpphhh titit mas diremes – remes coba” Desah Miftah keenakan yang membuat Nayla tersenyum malu.
“Mas yang nakal… Mas gak pernah ngasih jatah ke adek… Adek kan jadi nafsu… Pokoknya mas harus tanggung jawab muasin adek malam ini” desah Nayla yang lagi – lagi membuat Miftah terkejut. Miftah tak menyangka kalau selama ini istrinya menyimpan nafsu kepadanya. Ia tak menyangka kalau istrinya menanti dirinya tuk menyetubuhi tubuhnya.
“Maaf sayanggg… Mmpphhh… Adek gak minta sih… Tau gini mas bakal menyetubuhi adek tiap hari” Ucap Miftah disela – sela cumbuannya.
“Mmpphh janji yah mas… Mmpphhh… Adek gak tahan banget soalnya nahan nafsu adek selama ini” Desah Nayla yang semakin terangsang mengobrol mesum dengan suaminya.
“Mmpphhh iyyahh dek… Kalau adek udah gak tahan, adek bisa buka resleting mas sekarang” Ucap Miftah semakin keenakan dengan remasan tangan istrinya.
“Iyyahhh mass… Mmpphhhh” desah Nayla sambil mengeluarkan penis suaminya.
Dikala bibir Nayla terus dicumbu, tangan kirinya membetot penis suaminya lalu mengocoknya. Nafsu Nayla yang membesar membuat tangannya begitu bersemangat untuk mengocok penis suaminya. Tangan kirinya bergerak maju mundur. Tangan kirinya mengocok penis suaminya tanpa ampun. Tangan kanannya juga menyelinap masuk ke dalam kausnya untuk membelai tubuh kurusnya. Nayla benar – benar sangat bernafsu. Ia pun melakukan segalanya untuk melampiaskan nafsunya.
“Aaahhh dekk… Aahhhh… Aaaahhhh” desah Miftah saat cumbuan mereka terlepas. Miftah sampai menaikan wajahnya tuk menatap langit – langit ruangan. Matanya memejam. Ia begitu keenakan saat menahan kocokan tangan istrinya yang begitu memuaskan.
“Enakk massss ? Mmmpphhhh… Mmpphhhh” desah Nayla yang kali ini mengocok penis suaminya menggunakan kedua tangannya.
“Aaahhhhh enakk bangett dek… Enak bangettt… Aaaahhhh… Aaahhhhh… Terusss” desah Miftah yang membuat Nayla tersipu.
Kenapa aku jadi senafsu ini yah ? Padahal aku gak pernah seaktif ini ketika kami bercinta ? Kenapa kok aku rasanya nafsu banget pas ngocokin tititnya mas… Padahal biasanya aku pasrah membiarkan mas Miftah melakukan apa aja ke aku…
Batin Nayla kebingungan dengan nafsu birahinya.
Apa jangan – jangan gara – gara mimpi semalam ?
Batin Nayla teringat.
Entah kenapa tiba – tiba ia membandingkan penis suaminya dengan penis pak Beni yang ia lihat di mimpinya. Perbandingannya jauh berbeda. Penis pak Beni terlihat lebih besar dengan warnanya yang jauh lebih hitam. Ia juga teringat kalau penis pak Beni memilik otot – otot yang mengitari penisnya. Otot – otot itu yang membuat Nayla bernafsu saat melihatnya. Pak Beni juga memiliki tubuh kekar yang begitu sempurna. Entah kenapa saat Nayla melihat tubuh suaminya yang kurus, Nayla merasa kecewa sehingga mengurangi nafsunya kepadanya.
Astaghfirullah… Kenapa aku malah kepikiran orang lain yah ?
Batin Nayla kecewa.
“Aaahhhh dekk… Aahhh cukuppp… Mas mau nusuk sekarang… Mas udah gak tahan lagi” Ucap Miftah yang mengejutkan Nayla.
“Iyyahh masss” Ucap Nayla menghentikan kocokannya lalu berdiri tegap menghadap suaminya.
Nampak Miftah melepas kausnya serta menurunkan celananya. Tubuh kurus Miftah pun terlihat yang entah kenapa menurunkan nafsu birahi Nayla saat melihatnya. Nayla diam – diam kecewa. Padahal biasanya ia tak mempermasalahkan kondisi fisik suaminya. Namun birahinya yang begitu mengharapkan sosok kekar yang bisa memuasinya membuat ia lebih pilah – pilih saat bercinta dengan seseorang.
“Mas buka kemeja adek yah” Ucap Miftah bernafsu dengan melepaskan satu demi satu kancing kemeja istrinya.
“Iyyah mas” Ucap Nayla agak mendesah sambil berdiri pasrah.
“Mas, adek boleh mainin titit mas lagi ?” Ucap Nayla yang tak kuat membiarkan penis suaminya menganggur.
“Boleh, sayang” Ucap Miftah tersenyum.
Meski ia tak bernafsu pada tubuh suaminya. Meski ia tak berselera dengan bentuk penis suaminya. Nafsu birahinya yang menggebu membuatnya tak tahan ingin memainkan penis suaminya selalu. Sambil menunggu suaminya membugili dirinya, ia kembali mengocok penis suaminya yang entah kenapa ia merasa penis suaminya tak sekeras penis pak Beni.
Kok beda yah rasanya ? Punya mas Miftah gak terlalu keras… Punyanya pak Beni seingatku kayak tombak besi… Keras bangetttt…
Batin Nayla lagi – lagi membandingkan penis suaminya dengan penis pak Beni.
Lama – lama Nayla semakin kecewa, hasrat birahinya semakin menurun karena tidak adanya sosok pemuas seperti yang ia bayangkan.
Setelah kemeja Nayla terlepas, Miftah langsung membuka beha istrinya juga memelorotkan celananya. Dalam sekejap Nayla sudah bertelanjang bulat menyisakan hijab beserta cadar berwarna merahnya.
“Cantik banget sih adek ini kalau udah telanjang” Puji suaminya yang menyadarkan Nayla dari lamunannya.
“Eh hehe makasih mas” Jawab Nayla tersadar yang membuatnya menyesal karena sudah memikirkan penis orang lain dibandingkan penis suaminya yang sudah dihalalkan untuknya.
“Kalau kata orang – orang, yang hijab merah jangan sampai lepas yah” Ucap Miftah sambil menidurkan Nayla yang membuat mata Nayla melebar.
Kata – kata itu ? Bukannya itu kata yang pak Beni ucapin di mimpi aku sebelum memperkosaku ?
Batin Nayla yang entah kenapa membuatnya jadi teringat sosok pak Beni lagi.
Astaghfirullah… Kenapa belakangan ini aku jadi kepikiran pak Beni sih ? Kenapa aku gak bisa menepisnya seperti hari – hari biasanya… Kenapa aku justru semakin bernafsu saat teringat tubuh kekarnya…
Batin Nayla yang keheranan dengan pikirannya.
Sebagai akhwat sholehah, ia selalu bisa menjaga pikirannya untuk tidak membayangkan hal yang tidak – tidak. Ia selalu menjadikan suaminya sebagai pelampiasan hasrat seksualnya. Namun belakangan ketika nafsu lebih menguasai akal pikirannya. Ia kesulitan untuk menghapus bayangan kekar pak Beni di pikirannya. Padahal kemarin sore ia sampai nangis – nangis saat hampir diperkosa pak Beni. Namun sekarang ketika nafsu yang menguasai, ia justru terangsang saat teringat adegan pemerkosaan di mimpinya.
“Aaaaaaahhhhhhhh” desah Miftah saat memasukan penisnya ke dalam vagina istrinya.
“Mmmppphhhhh” desah Nayla merasakan geli – geli nikmat disana.
Kenapa rasanya ada yang kurang ?
Batin Nayla masih kecewa karena masih ada ruang di dalam vaginanya yang tak terpenuhi oleh penetrasi penis suaminya.
“Mas mulai yah ?” Tanya suaminya sambil menatap istrinya.
“Heem mas” Ucap Nayla mengangguk.
“Uuhhhh yahhhh… Uhhhhh enak banget dek… Uhhhhhh sempit banget vagina adek” Desah Nayla saat menggesek penisnya secara perlahan – lahan.
Nayla pun merasakan geli di vagiannya. Tapi rasa geli itu masih belum cukup untuk memuaskan birahinya. Ia membutuhkan nafsu yang lebih besar lagi untuk memuaskan birahinya. Lagi – lagi ia teringat mimpinya. Ia pun sadar kalau sekarang ia membutuhkan seks kasar seperti yang pak Beni lakukan. Ia ingin disetubuhi dengan barbar bukan pelan – pelan seperti sekarang.
“Aaahhhh yahhh… Aahhhhh yahhh… Aahhhhh enakk banget dekkk” desah suaminya sambil memejam menikmati jepitan kemaluan istrinya.
“Mmpphhh… Mmpphhh lagi masss… Mmpphhh yang kencang” Pinta Nayla gemas karena suaminya lebih menggunakan kecepatan stagnan yang itu sama sekali tidak memuasi birahinya.
“Aaahhhh iyahhh dek bentar… Ini aja udah mau keluar… Entar kalau lebih kenceng lagi bahaya” Desah Miftah yang membuat Nayla keheranan.
Mau keluar ? Dengan kecepatan seperti ini ?
Batin Nayla.
“Aaahhhh yahhh… Aahhhhh nikmatnyaaa… Aahhhhhhh” desah Miftah yang akhirnya mulai mempercepat gerakan pinggulnya. Tubuh Nayla mulai bergerak maju mundur. Buah dada Nayla mulai bergoyang gondal – gandul. Pemandangan indah tubuh istrinya membuat Miftah semakin bernafsu. Gerakannya dipercepat namun itu masih belum memuaskan Nayla.
“Aaahhhh… Aahhhh… Lagi masss… Ini masih kurang… Yanggg kencenggg” Pinta istrinya gemas karena gerakannya masih belum memuaskan nafsu birahinya yang sedang terbakar.
“Aaahhhh iyahhh dekk… Aahhhh iyahhhh… Uhhhhh nikmat banget” desah Miftah saat mempercepat gerakannya.
“Aaahhh… Aahhhhh… Belumm masss… Belummm… Yangg kuattt… Lebihhh kuattt masss… Yang kencenngg jugaaa” Rengek istrinya meminta suaminya untuk lebih kuat lagi dalam menubruk rahimnya.
“Aaahhhh iyaahhh… Aahahhhhh sudahhh dek… Mas gak kuat lagii… Aahhhhhh… Aaahhhhh” desah Miftah yang justru hampir mendekati orgasmenya akibat menuruti keinginan istrinya yang ingin melakukan seks hardcore.
“Maasssss ? Aahhhhhh… Aahhhhhh… Ini masih belum masss… Tolonggg jangan keluar duluuu” Pinta Nayla kecewa.
“Aaahhhh tapi dekk… Aahhhhh mas gak kuat lagi… Mas gak tahan lagi” Desah Miftah yang nampaknya sudah berada di ambang batasnya. Terlihat nafas Miftah ngos – ngosan. Terasa penis Miftah berdenyut di dalam. Cengkraman tangan Miftah juga diperkuat saat mendekap pinggang ramping istrinya. Nayla terlihat kecewa saat menyadari suaminya hendak menyudahi persetubuhannya.
“Aaahhhh… Aaaahhhh… Mas gak kuat lagi… Mas mau keluaarr… Uhhhh yahhhhhhhhh” desah Miftah tiba – tiba mementokkan ujung gundulnya ke dalam rahim istrinya.
“Aaahhhh maaasssss” Desah Nayla kecewa saat tak lama kemudian, ia merasakan cairan kental yang perlahan mulai membanjiri rahimnya.
“Keeelllluuuaaarrrrr” Jerit Miftah sepuas – puasnya.
“Mmmppphhhhhhhh” desah Nayla memejam merasakan rahimnya dipenuhi cairan kental suaminya.
Miftah pun sampai ambruk setelah menyudahi persetubuhannya. Tubuh kurusnya pun menindihi tubuh istrinya. Dada Miftah terasa empuk terkena buah dada istrinya. Mata Miftah merem melek. Ia pun tersenyum menatap mata indah istrinya.
“Hah…. Hah… Hah… Makasih yah dek… Mas puas banget… Maaf yah, mas capek banget jadi gak kuat lagi… Adek belum puas yah ?” Tanya suaminya saat menyadari kekecewan istrinya.
“Enggak kok mas… Adek udah puas… Makasih yah” Ucap Nayla berbohong karena tak ingin mengecewakan suaminya.
“Beneran ? Gak boong ? Hah… Hah… Hah… Kalau gitu makasih yah… Mas mau tidur dulu… Rasanya capek banget hari ini” Ucap Miftah yang segera bangkit melepas penisnya lalu mengelapnya menggunakan tisu yang berada di meja kecil samping ranjangnya.
“Sama – sama mas… Adek gak boong kok… Maaf yah udah ganggu waktu mas… Silahkan tidur dulu, mas pasti capek kan yah… Adek mau bersih – bersih dulu” Ucap Nayla sambil berdiri setelah melihat suaminya sudah terlelap.
Hah… Payah… Belum juga apa – apa udah keluar…
Batin Nayla kecewa.
Tapi kok, kenapa juga yah aku bisa senafsu ini ? Rasanya tadi kayak gak ngapa – ngapain saat bercinta dengan mas Miftah… Kenapa juga yah aku teringat sosok pak Beni saat mas Miftah sedang menyetubuhiku ? Astaghfirullah… Dosa apa lagi ini… Kenapa aku malah teringat orang lain saat sedang bercinta dengan mas Miftah ?
Batin Nayla menyesali perbuatannya.
Meski ia menyesal, nafsunya belum terpuaskan. Ia terlebih dahulu melihat sosok suaminya yang terlelap di belakangnya sebelum memutuskan untuk pergi ke kamar mandi untuk melampiaskan nafsu yang belum terpuaskan tadi.
Maafin adek tadi yah mas… Maaf karena adek malah bayangin sosok pak Beni dibandingkan menikmati perbuatan mas ke adek tadi…
Batin Nayla dalam perjalanannya ke kamar mandi.
Wajahnya terlihat sangat menyesal. Ia pun melepas hijabnya juga cadarnya sambil membawa kemeja serta celana dan juga pakaian dalam yang tadi dilepas oleh suaminya. Dengan lilitan handuk yang menutupi tubuh indahnya. Ia berjalan ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya yang kian menguasai.
Setelah Nayla memasuki kamar mandi. Ia menaruh semua pakaian yang tadi ia kenakan ke dalam ember. Ia duduk diatas toilet duduknya lalu menaruh tangan kanannya diatas vaginanya.
“Aaahhhhh” Desah Nayla merasakan kegelisahan yang semakin kuat saat menahan gairah birahinya.
Jemari Nayla menyentuh bibir vaginanya. Jemarinya bergerak naik turun menggesek bibir vaginanya. Tubuhnya yang sudah telanjang bulat bergetar merasakan sensasi nikmatnya. Matanya bahkan sampai memejam saat melampiaskan nafsu birahi yang tak tertahankan.
“Aaahhhh… Aaaahhh massss… Kenapa gini aja kamu gak bisa, mas ?” Desah Nayla heran kenapa suaminya tak mampu memuaskan nafsu birahinya.
Nafsu yang semakin besar membuat tangan kirinya ikut aktif dengan meremas payudara kirinya. Semakin kuat remasan yang ia lakukan, semakin nikmat pula kenikmatan yang ia dapatkan. Nayla pun heran kenapa gairah birahinya semakin kuat. Apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya ?
“Pakkk Beniii” Desah Nayla saat terbayang mimpinya di pagi tadi.
Ia teringat bagaimana buasnya pak Beni saat memperkosanya di alam mimpinya. Ia terbayang bagaimana penis kekar itu dengan barbar menerobos liang senggamanya. Ia ingat betul bagaimana remasan tangan pak Beni saat mencengkram payudara bulatnya. Rasanya berbeda. Ia merasakan kenikmatan disana. Ia merasakan sesuatu yang tidak ia dapatkan sebelumnya.
“Aaahhhh… Aaahhhh pak Beniii… Aaahhhh… Aaahhhh” Desah Nayla ketika nafsu berkuasa.
Jemari telunjuknya semakin menekan klitorisnya. Terkadang jemarinya juga keluar masuk membelah vaginanya. Jemari kirinya juga menjepit putingnya. Ia benar – benar terangsang tanpa mengetahui apa penyebabnya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Kenapa aku terangsang banget yah ? Kenapa aku jadi kayak gini yaaahhhh” Desah akhwat yang sehari – harinya menggunakan cadar itu.
“Paaakkk… Ouhhhh… Paakkkk terusss… Terusss…. Aaahhhh” Desah Nayla tanpa menahan diri lagi karena saking tak kuatnya menahan nafsu birahi. Sungguh ironi, akhwat bercadar yang memiliki ratusan ribu followers itu tengah terangsang sambil membayangkan pak Beni, seorang tukang sapu jalanan berbadan kekar yang bahkan sedang dicurigainya telah memperkosanya. Nafsunya yang besar membuatnya kesulitan untuk mengendalikan akal sehatnya. Nayla telah terangsang. Ia dengan penuh nafsu menjadikan pria tua rendahan itu sebagai objek fantasi pelampiasan nafsu birahinya.
“Aaaaahhh… Aahhhhhhh… Aaahhhh bapaaakkkk” Desah Nayla tak kuat lagi. Ia merasa vaginanya berdenyut kencang. Ia merasa gairah birahinya akan meledak sebentar lagi.
Jemari Nayla semakin kencang dalam keluar masuk merangsang vaginanya. Mulut Nayla terbuka lebar. Matanya memejam membayangkan sosok kekar itu tengah berada di depannya sedang menggenjot vaginanya dengan sangat kuat. Semakin ia membayangkan sosok kekar itu tengah menggenjot vaginanya. Semakin nikmat pula rangsangan yang ia lakukan pada vaginanya.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aku gak kuat lagi… Aku mauuu keluaarrr… Aku mau kelluaarrrr…” Desah Nayla dengan suara bergetar.
Nayla semakin bernafsu dalam mencolek kemaluannya. Susu bulatnya semakin mengencang. Puting susunya semakin menegak kencang. Desahannya semakin kencang ketika membayangkan penis pak Beni yang begitu panjang. Ia membayangkan penis itu semakin dalam saat menerobos masuk vaginanya. Ia membayangkan sosok itu semakin buas dalam memuasi nafsu birahinya.
“Aaahhhh… Aaaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhh aku gak kuat lagiii… Ahh akuu… Aaahhhh kelluaarrrrrr !!!!” Jerit Nayla saat gelombang orgasme semakin dekat menuju lubang kencingnya.
Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt !!!
Mata Nayla memejam nikmat saat mendapatkan kepuasan yang ia cari – cari. Tubuhnya mengejang. Nafasnya ngos – ngosan. Kedua kakinya semakin lebar membiarkan cairan cintanya mengalir deras hingga mengenai pintu kamar mandinya.
“Uuhhhh… Uhhhh… Uuuuhhhh puas banget” Desah Nayla hingga pinggulnya terangkat saat mengeluarkan cairan cintanya.
“Hah… Hah… Hah…” Nayla tak bisa berkata – kata setelahnya. Cukuplah desahan nafasnya yang menjelaskan betapa puasnya Nayla saat bermasturbasi sambil membayangkan pak Beni.
Lagi, ia bermasturbasi membayangkan pak Beni dua kali di hari ini. Pertama di pagi tadi saat terbangun malam – malam. Kedua barusan setelah gagal mendapatkan kepuasan dari sang suami. Lambat laun ketika akal sehatnya mulai kembali. Ia pun mulai merenungi perbuatan yang baru saja terjadi.
“Apa yang sudah aku lakukan ?” Lirih Nayla ngos – ngosan.
Ia kembali membayangkan saat – saat dirinya menjadikan pak Beni sebagai objek fantasinya. Ia menyesal. Ia merasa sangat hina. Bagaimana bisa dirinya yang sehari – harinya mengenakan pakaian longgar serta cadar malahan membayangkan pria tua rendahan yang diduga telah memperkosanya saat sedang bermasturbasi ? Wanita macam apa dirinya ? Padahal dirinya sudah bersuami dan suaminya sedang ada di rumahnya bersamanya.
“Astaghfirullah mas… Maafin aku mas… Maafin aku” Lirih Nayla menyesal.
Sambil duduk diatas toilet duduk, Nayla menunduk sambil menutupi wajahnya menggunakan tangannya. Ia merasa malu pada diri sendiri. Ia merasa malu sudah bermasturbasi sambil membayangkan lelaki lain.
Nayla terus menangis di dalam kamar mandi. Ia terus menangisi diri sendiri. Ia terus menangis dalam keadaan telanjang bulat untuk menenangkan hatinya yang baru saja dikhianati oleh nafsu birahi.
“Pak Beni… Apa jangan – jangan aku habis diguna – guna olehnya yah ?” Lirih Nayla semakin mencurigai sosoknya.
“Kayaknya enggak, lalu kenapa aku jadi seterangsang ini sih hari ini ?” Lirih Nayla penasaran dengan apa yang telah terjadi.
Bersambung