Part #1 : Hidup itu indah
Hidup itu indah, kalau belum indah berarti hidup belum berakhir. Begitu lah motto hidup yang Nayla jalani. Setiap kali ia mengalami kesulitan dalam hidupnya. Ia selalu mengingat motto hidupnya. Ia tahu, ia sangat yakin akan hal itu. Tak pernah ada keraguan sedikitpun dalam hatinya kalau kehidupan seseorang tidak akan berakhir dengan indah. Pasti akan indah. Hanya kedatangannya saja yang membedakan kehidupan dari masing – masing orang.
Di pagi yang cerah ketika sinar matahari turun dengan begitu bebasnya. Nayla dengan riang tersenyum menikmati kegiatan pagi di rumahnya. Kedua tangannya memotong – motong bawang yang berada di atas talenannya. Terkadang ia berpindah ke arah panci yang berada di atas kompornya untuk melihat keadaan sup yang sedang dibuatnya. Terkadang ia juga berpindah ke dalam kamarnya untuk menemui suaminya yang sedang bersiap – siap.
“Mas, mau berangkat jam berapa ?” Tanya Nayla sambil menatap suaminya.
“Sebentar lagi dek… Sekitar jam enam” Jawab suaminya sambil tersenyum.
“Jam enam ?” Tanya Nayla sambil melihat ke arah jam dindingnya.
“Eh bentar lagi dong… Tapi sayurnya belum jadi mas” Lanjut Nayla panik.
“Hahaha ya gapapa… Sayurnya buat adek aja… Maaf yah, mas buru – buru… Udah ditunggu sama rekan kerja yang lain soalnya… Bentar lagi nih bakal dateng temen – temen mas” Ucap suaminya yang membuat Nayla merasa sedikit kecewa. Bukan kecewa karena suaminya pergi meninggalkannya. Tapi ia kecewa karena ia merasa tidak mampu memberikan bekal sarapan untuk suaminya.
“Hmmmm adek buatin roti sandwich aja yah… Kebetulan di dapur ada roti tawar” Ucap Nayla terpikirkan ide.
“Boleh dek… Makasih yah” Jawab suaminya tersenyum sambil merapihkan dasinya.
Nayla pun buru – buru menuju ruangan dapurnya. Ia mencari roti tawar sisa yang tersimpan di dekat meja makannya. Saat menemukannya, ia buru – buru membuka kulkas untuk mencari selai yang bisa ia oleskan pada roti sandwich buatannya.
“Hmmm untung masih ada selainya” Ucap Nayla dengan lega. Ia lalu kembali ke meja makanya. Ia mengambil satu potong roti tawar lalu mengambil pisau untuk mengoleskan selai itu di atas roti tawar itu. Setelah selesai, ia menutupnya menggunakan potongan roti tawar lainnya sehingga menghimpit selai stroberi itu diantara kedua roti tawar itu.
“Hihihihi jadi kasian deh sama selainya… Masa dijepit sama roti – roti ini… Gimana yah rasanya dihimpit mereka” Ucap Nayla kepikiran.
Namun saat dirinya kembali melihat ke arah jam. Ia menyadari kalau dirinya baru saja membuang – buang waktunya. Ia pun kembali melanjutkan pembuatan sandwichnya menggunakan roti sisanya.
“Fiyuhhh akhirnya selesai juga… Lumayan bisa buat 4 roti sandwich” Ucap Nayla tersenyum.
Ia lalu menengok ke kanan juga ke kiri. Ia seperti mencari sesuatu. Ia pun akhirnya menemukan apa yang ia cari. Ia membuka kotak bekal itu. Lalu memasukan keempat sandwich itu ke dalam kotak bekal itu.
Tiba – tiba terdengar suara mobil yang berhenti di depan. Nayla bergegas menoleh ke luar. Benar saja, nampaknya mobil yang akan menjemput suaminya sudah datang. Nayla dengan panik berlari menuju ke dalam kamarnya. Saat ia sampai di depan pintu kamarnya. Ia terkejut dengan penampilan gagah suaminya.
“Maassss… Wahhh, mas cakep banget” Ucap Nayla terkagum yang membuat suaminya tersenyum.
“Hahahah makasih yah dek” Jawab suaminya yang sudah mengenakan setelan kemeja rapih berikut celana kain dan jas berwarna hitamnya. Rambut suaminya yang tersisir rapih ditambah ketampanan wajahnya membuat Nayla seketika jatuh hati padanya. Rasa cinta yang dimilikinya lama – lama semakin tumbuh kepadanya. Nayla tersenyum, apalagi saat perlahan suaminya datang untuk mendekat.
“Mas mau pergi dulu yah… Adek gapapa kan sendirian di rumah” Ucap suaminya yang membuat Nayla mendadak sedih karena bakal ditinggal pencuri hatinya.
“Gapapa sih, tapi adek bakal kangen sama mas” Ucap Nayla dengan manja yang membuat suaminya paham kalau Nayla membutuhkan belaian darinya.
“Duhhh sayaannggg… Sini mas peluk, mas juga kangen adek kok” Ucap suaminya yang langsung memeluk Nayla dengan erat.
“Aaawwww erat banget mas… Adek sampe gak bisa napas” Ucap Nayla sambil tersenyum saking bahagianya.
“Hahaha maaf… Habis gemes banget sih sama kamu dek… Adek cantik… Pasti mas bakal kangen banget sama adek” Ucap suaminya saat melepaskan pelukannya sejenak sambil menatap wajah cantik Nayla.
“Iyya mas… Adek juga… Pasti bakalan kanggeeennn banget sama mas” Ucap Nayla melebih – lebihkan untuk menunjukan kalau dirinya juga sangat merindukan suami tampannya.
Ditengah tatapan mereka yang semakin mesra. Tiba – tiba wajah suaminya mendekat ke arah bibir tipis Nayla yang membuat pipi bidadari cantik itu berubah menjadi warna merah.
“Maasss mmmppphhhhhh” Desah Nayla saat tiba – tiba suaminya melayangkan cumbuan kepadanya.
“Mmmpphhhhh… Mmppphhhh” Cumbu suaminya sambil memegangi kepala bagian belakang Nayla sedangkan tangan satunya memegangi punggung mulus Nayla.
Bibir suaminya dengan nafsu mendorong bibir Nayla. Tak jarang bibirnya membuka untuk mengapit bibir bawah istrinya. Tak jarang lidahnya juga bermain dengan memasuki rongga mulut istrinya. Suaminya dengan aktif bergerak sedangkan Nayla dengan pasif menerima tiap rangsangan yang sedang suaminya berikan. Mereka berdua sampai memejam karena menikmati tiap jilatan yang mereka lakukan di dalam rongga mulut Nayla.
Ya, lidah mereka sedang saling jilat di dalam. Lidah mereka sedang bertempur. Lidah mereka sedang pedang – pedangan. Terkadang lidah Nayla ditindihi oleh lidah suaminya. Terkadang lidah Nayla yang menindihi lidah suaminya. Percumbuan mereka yang semakin panas membuat liur mereka jatuh melewati sela – sela mulut Nayla. Nayla tersenyum menikmati waktu paginya. Ia sangat menikmati cumbuan suaminya. Ia pun berharap bisa menikmati waktu ini lebih lama lagi.
“Pak Miftah… Non Nayla… Itu mobilnya sudah daattttt… Eeehhhh” Ucap seseorang yang mengejutkan pasangan suami istri itu.
Miftah sebagai sang suami buru – buru melepas cumbuannya. Sedangkan Nayla dengan malu – malu segera memunggungi sumber suara itu untuk menyembunyikan wajah cantiknya.
“Maaf pak… Maaf non… Saya gak tau kalau kalian lagi enak – enak” Ucap seorang pria tua yang membuat Miftah hanya tersenyum saja.
“Gapapa pak… Yasudah bilangin ke mereka… Saya sudah siap… Saya akan segera kesana” Ucap Miftah yang membuat orang itu bergegas pergi.
“Siap pak, laksanakan !” Jawab pria tua itu.
“Dasar ihh… Nafsu banget… Untung pak Urip gak ngeliat wajah adek… Eh gak liat kan yah ?” Ucap Nayla khawatir kalau pembantunya itu bakal melihat wajahnya yang selama ini ia sembunyikan.
“Enggak… Enggak bakal liat kok” Ucap Miftah tersenyum.
“Yaudah mas… Sana berangkat… Adek mau ambil cadar adek dulu di lemari” Ucap Nayla sambil bergegas pergi ke dalam kamarnya.
“Oh yah tapi dek” Ucap Miftah yang membuat Nayla berhenti melangkah.
“Apa gapapa adek tinggal sendiri nanti ? Gak takut sama orang itu ?” Ucap Miftah mengisyaratkan sesuatu yang membuat Nayla hanya tersenyum saja.
“Gak usah dipikirin mas… Adek gapapa kok” Ucap Nayla hanya tersenyum lalu membuka lemarinya untuk mengenakan cadarnya.
Nayla bernama lengkap Nayla Salma Nurkholida merupakan akhwat berusia 22 tahun yang baru saja menikah 3 bulan yang lalu. Parasnya sungguh menawan. Siapapun yang melihatnya akan membuat hati mereka tertawan. Dengan postur indah yang dimilikinya, ia dengan mudah mampu membuat siapapun jatuh hati kepadanya. Tingginya sekitar 160 cm. Beratnya sekitar 49 kg. Postur idealnya itulah yang membuat suaminya tertarik untuk meminangnya.
Nayla sebelumnya merupakan lulusan fakultas tarbiyah di salah satu universitas bergengsi di ibu kota. Meski dirinya berasal dari jurusan tarbiyah, ia sangat menyukai dunia modeling sehingga dirinya begitu rajin untuk mengupload foto – foto yang berisi dirinya ketika bergaya di depan kamera. Foto – fotonya pun menjadi terkenal hingga satu persatu followers pun berdatangan. Tak cuma followers, bahkan ada produk hijab terkenal yang ingin diendorse olehnya. Kesempatan ini pun tak disia – siakan oleh Nayla. Sehingga lambat laun ketika dirinya menjalani dunia perkuliahannya, ia pun nyambi menjadi seorang selebgram.
Ada hal unik yang dimiliki oleh Nayla dibandingkan selebgram – selebgram lainnya. Kalau selebgram lain mengandalkan wajah cantiknya untuk meningkatkan pamor mereka. Nayla justru menyembunyikan sebagian wajahnya menggunakan cadar ataupun masker. Ya, Nayla merupakan hijabers bercadar yang sudah ditekuninya semenjak dirinya lulus dari pondok pesantrennya. Bisa dibilang sebelum Nayla masuk kuliah pun, ia sudah mantap untuk bercadar.
Tak ada satupun teman – temannya yang pernah melihat wajah cantiknya tanpa menggunakan cadar. Meski demikian, mereka semua sudah tahu kalau Nayla pastilah memiliki wajah cantik yang menawan. Mata indahnya sudah menjelaskan semuanya. Belum lagi dengan lekuk tubuhnya yang selalu dibalut dengan gamis longgar sehingga menyembunyikan keindahannya.
Kecantikannya sudah terkenal. Keindahannya sudah terkenal. Nayla sudah lama terkenal sejak dirinya menjadi mahasiswi disana. Maka tak heran kalau ada lelaki tampan kaya raya yang akhirnya tertarik untuk meminangnya. Ya, dia adalah suaminya sekarang.
Miftahul Hidayat adalah nama suaminya. Kalau istrinya saat ini berusia 22 tahun. Miftah kini telah berusia 29 tahun. Ada rentang jarak sekitar 7 tahun antara dirinya dan istrinya. Namun hal itu bukanlah penghalang baginya untuk memupuk rasa cinta dengannya.
Miftah merupakan direktur muda berwajah tampan yang menjadi idola para wanita karier yang bekerja di kantornya. Meski banyak wanita di kantornya yang begitu mengejar – ngejar dirinya. Namun hatinya dengan mantap memilih Nayla sebagai istrinya. Pertama kali ia mengenal istrinya saat melihat pose bergayanya di instagram pribadinya. Miftah langsung jatuh hati padanya. Ia pun berulang kali melayangkan DM untuk mengajaknya berkenalan. Namun usahanya sia – sia karena tak ada satupun DM yang dibaca olehnya. Namun ia tak menyerah, Ia kemudian dengan rajin memperhatikan tiap story yang dibuat oleh bakal calon istrinya. Akhirnya ia menyadari kalau lokasi perfotoan selanjutnya berada tak jauh dari kantornya. Ia pun memutuskan untuk menemuinya. Ia akhirnya bisa bertemu dengannya lalu berkenalan dengannya. Hal itulah yang menjadi awal pertemuan mereka berdua. Bahkan sekarang, mereka masih tak menyangka kalau diri mereka merupakan jodoh yang sudah ditentukan di langit sana.
Nayla buru – buru menuju dapurnya. Ia pun menurunkan volume api di kompornya lalu membawa bekal makanan yang sudah disiapkannya untuk suaminya.
Dengan hijab panjang berwarna putih yang dikenakannya. Dengan cadar yang juga berwarna putih yang menutupi sebagian wajahnya. Dengan kaus berlengan panjang berwarna cerah serta training panjang berwarna hitam yang menutupi kaki jenjangnya. Akhwat berkulit bening itu dengan percaya diri menuju ke arah luar rumah untuk menemui suaminya. Saat Nayla keluar rumah lalu memberikan bekal itu kepada suaminya, terdengar suara sorakan yang berasal dari dalam mobil berwarna hitam itu.
“Ciyyeeee dianterin istrinyaaa… Wuihhh cantik amat bos istrinya… Emang gak salah bos saya ini… Panutan banget dah, pinter banget nyari istri yang cantik dan sholehah kayak gini” Terdengar sorakan – sorakan yang membuat Nayla tersipu malu. Ia pun menyembunyikan senyumnya dari balik cadar yang menutupi sebagian wajahnya.
“Hahahaha kalian ini berlebihan deh… Yaudah mas pamit dulu yah… Jaga diri di rumah” Ucap Miftah mengkhawatirkan istrinya.
“Iyya mas… Aku akan . . . .”
“Ciyeeee so swieeetttt” Terdengar sorakan selanjutnya yang membuat kedua pasangan pasutri ini malu – malu saat menatap ke arah mobil itu.
“Maaf agak rame disini… Mas duluan yah” Ucap Miftah mendadak canggung karena tak bisa mengekspresikan perhatiannya kepada istrinya di hadapan rekan – rekan kerjanya.
“Iyya mas hati – hati yah di jalan” Ucap Nayla sambil melambaikan tangan yang lagi – lagi membuat orang – orang di mobil bersorak.
Miftah pun masuk ke dalam mobil. Nayla pun terus melambaikan tangan hingga mobil itu perlahan hilang dari pandangan matanya.
Nayla lagi – lagi tersenyum apalagi saat mengingat momen – momen indah di pagi tadi. Ia sudah merasa bahagia saat dapat menikmati waktu sesaat bersama suaminya. Rasanya waktu berlalu begitu cepat. Ia pun sudah merindukan suaminya dan berharap suaminya bisa pulang lebih cepat.
Sudah menjadi resiko untuk menikahi suami sibuk yang hari – harinya diisi dengan bepergian keluar kota untuk menjalin relasi dengan perusahaan besar lainnya. Nayla sudah memahami resiko itu. Meski awalnya ia tak mempermasalahkan karena dirinya terkadang juga sibuk dengan aktifitasnya sebagai seorang selebgram. Lama – lama ia tak sanggup juga karena perasaan menyiksa yang tumbuh dihatinya ketika merindukan seseorang.
Belum lagi dengan sikap orang – orang yang membuatnya merasa tak nyaman. Ya, entah kenapa belakangan ini ada orang – orang yang membuatnya merasa tak nyaman. Ia pun menoleh ke kanan. Ke arah rumah kontrakan yang didiami seseorang.
“Syukurlah pagi ini pak Beni gak keliatan” Ucap Nayla dengan lega sambil mengelusi dadanya.
“Non Nayla. . . .” Ucap seseorang yang membuat Nayla terkaget.
“Astaghfirullah pak Urip… Bikin kaget aja” Ucap Nayla hingga tubuhnya meloncat.
“Eh non maap… Masa gitu aja kaget… Pagi – pagi ngelamunin apa sih ?” Ucap pria tua berkacamata itu.
“Hihhhh ada deh… Lagi ngeliat keadaan… Untungnya pak Beni gak keliatan” Ucap Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhakhak… Gak usah khawatirin itu non… Kalau pak Beni berani bertindak macem – macem lagi… Nanti akan saya tinju kok mukanya” Ucapnya sambil memamerkan kemampuan tinjunya yang jelas tidak ada apa – apanya.
“Hihihih makasih yah pak… Untung ada bapak disini… Aku jadi gak perlu khawatir lagi kalau ada orang yang kayak pak Beni lagi disekitar sini” Ucap akhwat bercadar itu sambil tersenyum.
“Tenang non Nayla… Itulah gunanya saya disini” Ucap pak Urip yang memberikan ketenangan di hati Nayla.
Untung Urip Bejo adalah nama lengkap dari pria tua berkacamata itu. pak Urip merupakan pria berperawakan gempal dengan perut tambun yang dimilikinya. Rambutnya sudah menipis. Brewoknya sudah berwarna putih. Kulitnya sudah berkeriput bahkan dadanya sampai tumpah karena tubuhnya yang kelebihan berat badan. Usianya sudah 59 tahun. Ia merupakan orang kepercayaan Miftah yang sudah lama bekerja untuknya. Saat Nayla pindah untuk tinggal bersama suaminya. Otomatis Pak Urip pun mengabdi sebagai pembantu rumah tangganya. Kesibukan keluarga Nayla dan Miftah membuat rumah mereka menjadi terbengkalai. Itulah tugas dari pak Urip sesungguhnya. Ketika malam tiba, pak Urip pun pulang ke rumahnya yang letaknya berada di sebelah kiri Rumah Nayla.
Pak Urip saat itu hanya mengenakan celana kolornya serta kaus singletnya. Sebenarnya, Nayla merasa tak nyaman saat melihatnya namun ia juga tidak enak untuk menegur orang yang sudah menjadi kepercayaan suaminya itu.
“Hihihihi ada – ada aja… Kalau gitu, aku mau ke dalem dulu yah pak” Ucap Nayla dengan nyaman saat pamit pergi untuk melanjutkan kembali memasaknya.
“Iyya non, silahkan” Ucap Pak Urip dengan ramah.
Sayyurrrr…. Saaayyuurrr… Sayurrrnya buuu… Sayurrr !!!
Terdengar suara orang memanggil ibu – ibu untuk membeli sayurnya.
“Eh ada tukang sayur yah… Aku mau beli dulu ah” Ucap Nayla yang kemudian bergegas memasuki rumahnya untuk mengambil uang untuk membeli sayur di tukang sayur itu.
“Hati – hati non… Entar jatuh” Ucap Pak Urip perhatian yang membuat Nayla tersenyum saja.
Setelah mengambil uang di dalam kamarnya. Nayla pun bergegas menuju tukang sayur untuk membeli perbekalan sayur yang akan ia masak di keesokan harinya.
“Selamat pagi mang Yono… Tumben nih gak ada ibu – ibu lain yang beli” Ucap Nayla menyapa tukang sayur itu.
“Huahahaha… Gak tau nih… Apa jangan – jangan semesta sedang mengizinkan kita untuk menikmati waktu berdua” Ucap tukang sayur berkumis tebal itu.
“Heleehh preetttt… Mana bisa aku menikmati waktu berdua dengan mamang” Ucap Nayla sambil memilah – milih sayurnya.
“Ah yakin nih ?… Nanti saya sepik – sepik dikit malah baper loh” Ucap mang Yono yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihih mana ada… Gak percaya” Ucap Nayla tertawa ngakak mendengar kepercayaan diri tukang sayur itu.
“Mau bukti ? Mau nyoba gak mbak ?” Ucap mang Yono sambil mendekatkan wajahnya yang membuat Nayla menggeleng kepalanya.
“Ogaahhhh” Ucap Nayla yang membuat mang Yono tertawa.
“Huahahahaha… Terbukti kan mbak Nayla takut baper ke saya… Emang saya gak ada lawannya soal urusan baper – baperin cewek” Ucap Mang Yono dengan percaya diri yang membuat Nayla geleng – geleng kepala saja.
“Terserah” jawab Nayla sambil tersenyum.
Supriyono adalah nama lengkapnya. Usianya sudah 40 tahun. Kulitnya gelap dan kumisnya tebal. Perawakannya juga agak gempal namun tidak sebesar pak Urip. Perutnya juga maju tapi tidak semaju pak Urip. Tingginya berada lebih sedikit dari Nayla. Namun sifatnya yang ramah membuat ibu – ibu kompleks mudah akrab dengannya termasuk juga Nayla.
Mang Yono sehari – harinya bekerja sebagai tukang sayur gerobak yang ia tarik menggunakan motornya. Meski pendapatan sehari – harinya tidak begitu besar. Ia terlihat selalu bahagia apalagi kalau sudah bertemu dengan pujaan hatinya yakni mbak Nayla.
Sudah bukan menjadi rahasia umum kalau kecantikan Nayla disukai oleh laki – laki lain bahkan bagi mereka yang sudah beristri. Hampir tiap harinya, mereka diam – diam menstalking foto instagram Nayla yang sudah diikuti oleh ratusan ribu followers. Beberapa ada yang mengagumi fotonya saja. Bahkan beberapa ada yang menjadikan foto itu sebagai bahan coli termasuk mang Yono sendiri. Menurutnya, kecantikan Nayla tidak ada duanya. Bahkan tidak bisa dibandingkan dengan istrinya yang sudah berkeriput. Sesekali mang Yono pun mupeng berharap bisa menyelupkan batang kejantanannya meski hanya lima menit saja.
Dicelupin aja pasti udah crot… Huahahahha… Apalagi sampe digenjot…
Batin mang Yono sambil memperhatikan keindahan akhwat bercadar itu dari samping. Penisnya pun mulai mengeras. Padahal baru saja pagi tadi dirinya beronani sambil menatap foto cantiknya.
Emang kalau udah nafsu bawaannya pengen mesum melulu… Moga aja yah kita bisa enak – enak suatu hari nanti…
Mang Yono pun dengan penuh harap berdoa sambil menatap tubuh indah Nayla yang begitu ramping dan mempesona.
“Ini yah mang… Berapa semua ?” Tanya Nayla.
“Buat mbak Nayla limaribu aja… Tapi kalau mbak mau nyium saja, saya kasih gratis deh… Huahahahha” tawa mang Yono yang membuat Nayla merinding.
“Ihhh dasar, bikin geli aja… Ogaaahhhh” Ucap Nayla yang segera membayar lalu lekas pergi meninggalkan tukang sayur itu.
Untungnya ia sudah terlampau akrab dengan tukang sayur berkumis itu. Andaikan belum, mungkin nasibnya bakalan di-blacklist sama seperti pak Beni.
Eh astaghfirullah… Baru aja diomongin…
Batin Nayla saat baru saja tiba didepan gerbang rumahnya.
“Mbak, apa kabar ?” tanya orang itu yang langsung membuat Nayla tidak nyaman.
“Baik” Jawab Nayla dengan singkat.
“Senang rasanya bisa ketemu mbak lagi… Mbak cantik banget hari ini” Pujinya sambil melihat penampilan Nayla dari atas ke bawah.
Tatapannya yang seolah sedang meng-scan tubuhnya itu membuat Nayla reflek menutupi dadanya menggunakan tangannya. Nayla merasa telanjang padahal dirinya sudah berpakaian lengkap termasuk menutupi sebagian wajahnya menggunakan cadar.
“Maaf aku sibuk… Aku mau pergi” Ucap Nayla buru – buru ingin kabur dari situasi ini.
“Tunggu mbak… Saya. . . . “ Ucap pria kekar itu sambil memegangi lengan Nayla yang sontak membuat Nayla berteriak.
“LEPASIN !” Jerit Nayla sambil menggerakan lengannya. Suaranya yang terlampau keras membuat ibu – ibu yang mulai berdatangan membeli sayur di mang Yono pun menoleh. Pak Urip yang sedang menyirami halaman juga keluar dan mendapati majikannya sedang digoda oleh tukang sapu jalanan itu.
“Heyyy heyyy ada apa ini ! Masih berani gangguin non Nayla… Pergii !!! Pergiii !!!” Ucap Mang Yono sambil mengarahkan selang air itu ke tukang sapu jalanan itu.
Orang itu dengan terpaksa pun pergi meninggalkan mereka. Saat ia berjalan melewati ibu – ibu yang sedang membeli sayur mang Yono. Ia mendengar ibu – ibu itu membicarakan dirinya. Namun ia menghiraukan. Ia terus berjalan melewatinya begitu saja.
“Makasih yah pak Urip… Kalau gak ada bapak mungkin orang itu udah . . . Ah serem deh, pokoknya makasih banget yah pak” Ucap Nayla merasa lega karena ada pembantu tambunnya yang menyelematkannya dari perlakuan tukang sapu itu.
“Tenang, kalau pak Beni ngeganggu lagi… Saya akan siram mukanya biar dia sadar siapa yang sedang diganggunya itu” Ucap Pak Urip yang membuat Nayla tersenyum senang.
“Makasih banget yah pak… Makasih sekali lagi… Maaf waktunya mepet banget, aku mau ke dalem dulu yah… Mau siap – siap pergi soalnya” Ucap Nayla teringat kalau ada sesi perfotoan di pagi hari.
“Siap non, serahkan rumah kepada saya… Saya akan menjaganya dengan sekuat tenaga” Ucap Pak Urip kepada majikannya.
“Makasih… Aku izin pergi dulu yah” Ucap Nayla pergi dengan terburu – buru.
“Iya non, hati – hati yah” Ucap Pak Urip.
Setelah majikan alimnya itu pergi ke dalam rumahnya. Pak Urip pun menoleh ke arah jalan yang dilewati oleh pak Beni tadi. Ia dengan ketus pun mencaci sosoknya menggunakan matanya. Ia pun menatap sosok kekar itu. Ia hanya tersenyum sambil mengarahkan selang itu ke tanaman yang ada di belakangnya.
“Dasar kerjaannya ganggu aja !” Lirih pak Urip.
Beni, tidak diketahui nama lengkapnya. Ia merupakan pria misterius yang tinggal tepat disebelah kanan rumah Nayla. Orang – orang hanya tahu kalau sehari – harinya ia bekerja sebagai tukang sapu jalanan. Sosoknya kekar. Kalau jalan pasti tegap. Lengannya berotot dan ada tato yang dicetak di dada kanannya. Kulitnya juga berwarna gelap. Ia juga mempunyai kumis tebal yang tidak dirawat olehnya. Sehari – harinya ia terbiasa menggunakan topi. Ia bahkan sering bertelanjang dada untuk memamerkan kejantanan tubuhnya.
Ada rumor mengatakan kalau pak Beni dulunya adalah seorang preman pasar. Ada juga yang mengatakan kalau pak Beni dulunya ditinggal nikah sehingga membuatnya sedikit gila. Makanya terkadang ia suka mencuri – curi pandang tiap kali ada wanita cantik yang lewat. Termasuk diri Nayla yang merupakan tetangga dekatnya.
Untuk kalimat terakhir, itu bukanlah rumor belaka. Ya, Nayla sendiri berani mengonfirmasinya karena ia seringkali memergoki pak Beni mengintipnya dari luar pagar rumahnya. Bahkan ia pernah memergoki pak Beni memasuki pagar rumahnya tanpa sebab sebelum diusir oleh suaminya. Bahkan ia pernah mendapati celana dalamnya hilang saat ia gantung dijemuran. Ia pun mencurigai pak Beni sebagai pelakunya. Makanya ia begitu ketakutan saat lengannya dipegang oleh pria kekar itu tadi. Untungnya ada penyelamatnya yakni pak Urip. Nayla jadi terbebas. Ia pun dengan lega melanjutkan aktifitasnya.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
“Oke waktunya berangkat… Untung masih ada waktu lebih” Ucap Nayla setelah bersiap dengan gamis berwarna putihnya.
Dengan pakaian serba putih mulai dari hijab di ujung kepala sampai gamis yang menutupi mata kaki. Nayla telah bersiap untuk bekerja mempromosikan hijab yang akan diendorsekannya.
Nayla pun tak sabar untuk berpose di depan kamera. Ia merasa percaya diri dengan kecantikan yang ia miliki. Sebagai selebgram bercadar, ada pesan yang ingin ia sampaikan kepada followers – followersnya terutama akhwat – akhwat penggemarnya. Ia ingin menunjukkan kepada mereka kalau menggunakan cadar tidak serta merta membuat mereka ketinggalan zaman. Cadar tidak membuat kecantikan mereka tertutupi. Justru membuat mereka semakin cantik dibandingkan dengan wanita yang gemar memamerkan lekuk tubuh mereka di depan khalayak ramai. Itulah motivasi terbesar Nayla ingin menjadi selebgram. Ia ingin berdakwah di tengah pekerjaannya sebagai selebgram bercadar.
Nayla berjalan menuju depan rumahnya untuk menaiki motornya. Ia pun memasukannya kuncinya ke dalam lubang kunci motornya. Ia kemudian menstarternya hingga motor matic berwarna pinknya menyala seketika.
“Pak Urip, aku mau pergi dulu yah… Tolong jaga rumah” Ucap Nayla kepada pria tua yang sedang memotong rumput itu.
“Iya non, hati – hati di jalan yah” Ucap pak Urip sambil tersenyum.
“Iyya pak, makasih… Wassalamualaikum” Ucap Nayla saat berjalan pergi.
“Walaikumsalam non” Ucap Pak Urip sambil tersenyum. Setelah majikannya pergi. Ia pun mendesah di dalam hati.
“Hah, bisa – bisanya tadi pak Beni mau bertindak macem – macem… Jaga diri yah non… Saya gak bisa jagain non kalau non lagi di luar rumah” Ucap pak Urip yang kemudian melanjutkan kembali pekerjaannya.
Sesampainya Nayla di tempat kerja.
Nayla bergegas memarkir motornya lalu melepas helmnya. Akhwat bercadar itu pun berjalan menuju fotografer yang tengah fokus memfoto modelnya. Nayla tersenyum tiap kali melihat model itu bergaya. Model itu memang cantik. Nayla pun bangga karena ada akhwat lain yang sepertinya yang bergaya di depan kamera menggunakan cadarnya.
“Cieee yang difotoin calon” Ucap Nayla setelah sang fotografer menyudahi foto – fotonya.
“Hihihi mbak Nayla… Baru dateng yah ?” Tanya akhwat itu lekas menghampiri.
“Iyya nih Put… Dah lama yah nunggunya ? Maaf agak terlambat” Ucap Nayla pada akhwat bercadar itu.
“Ah santai aja mbak… Kita juga baru pada dateng kok… Aku sama Putri juga baru dateng… Tadi cuma pemanasan aja biar gak kaku di depan kamera” Ucap sang fotografer menyela.
“Hihihi Putri mah gak bakalan kaku kok… Paling cuma malu – malu, iya gak Put ?” Tanya Nayla pada Putri.
“Yeeee gak yah… Orang dah lama kenal” Ucap Putri mengelak yang membuat Nayla tertawa.
Obrolan hangat pun terjadi di lokasi photoshoot sebelum sesi perfotoan dimulai. Di depan Nayla terdapat akhwat bercadar bernama Putri. Usianya baru 20 tahun. Ia juga masih kuliah di kampus yang sama dengan Nayla sebelum kelulusannya. Nama lengkapnya adalah Putri Nadila Khoirunnisa. Tingginya hampir sama dengan Nayla yakni 157 cm. Beratnya jauh lebih ringan daripada Nayla yakni 44 kg. Ia juga mempunyai kebiasaan yang sama dengan Nayla. Yakni sama – sama terbiasa menggunakan gamis lebar serta cadar atau masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Putri terlihat sangat cantik dengan pakaian serba pink yang dikenakannya. Hijabnya berwarna pink, gamisnya juga berwarna pink bahkan roknya pun sama. Hanya cadarnya saja yang memiliki warna berbeda yakni berwarna hitam. Meski demikian, kecantikannya masih terpancar pada dirinya. Matanya begitu indah membuat siapapun mudah jatuh hati padanya. Beruntungnya ada satu lelaki yang bisa mendapatkan hatinya. Yakni sang fotografer bernama Andri yang kini duduk disebelahnya. Mereka memang sering melakukan project bersama. Bahkan Nayla juga mengenalnya. Andri pun mengejutkan orang – orang ketika dirinya tiba – tiba melamar Putri tepat setelah selesai melakukan sesi perfotoan. Untungnya Putri menerimanya, kalau tidak Andri bisa – bisa malu tujuh turunan.
“Ah itu dia bos besar udah datang… Siap – siap yuk” Ucap Andri saat melihat manager yang ingin diendorsekan produknya datang. Nayla dan Putri pun berdiri. Mereka mendekati ibu manager itu untuk mendengarkan pengarahan darinya.
Terlihat Nayla dan Putri manggut – manggut saja saat mendengarkan pengarahan dari ibu manager. Sang ibu manager juga mengarahkan apa saja pakaian yang akan kedua selebgram ini kenakan. Ia juga meminta mereka berdua untuk merekam video untuk mempromosikan produknya. Setelah pengarahan selesai, mereka berdua pun diminta berganti pakaian untuk bersiap – siap melakoni sesi perfotoan pertama.
Cekreekk… Cekreekk… Cekreekk…
Andri dengan profesional bergerak kesana – kemari untuk mencari sudut terbaik untuk memotret modelnya. Berulang kali Andri meminta modelnya untuk lebih tersenyum lagi. Ia juga meminta modelnya untuk melakukan pose memutar agar gamis yang dikenakannya terkena efek – efek terbang tertiup angin.
Saat giliran Nayla, Andri berulang kali kedapatan tersenyum melihat kecantikan Nayla. Memang kecantikan Nayla tidak ada tandingannya. Andri dengan senang hati mengarahkan Nayla untuk berpose lebih cantik lagi. Untungnya Putri sedang berada di ruang ganti untuk melakukan sesi perfotoan kedua dengan produk gamis yang berbeda. Andri jadi lebih bebas berduaan dengan Nayla. Andri tersenyum. Andri memotret Nayla dengan begitu bahagia.
Andai dirimu belum menikah Nay…
Batin Andri saat memotret model favoritnya itu.
Sambil terus memotret, ia mengingat – ngingat terus momen – momen saat pertama kali bertemu dengannya. Ia agak menyesal karena tak langsung mengungkapkan perasaannya. Andai waktu itu ia mengungkapkannya terlebih dahulu. Mungkin dirinya yang akan menjadi suaminya sekarang.
Seketika ia melihat Putri datang mendekat. Putri datang dengan senyuman saat mendatangi calon suaminya. Putri pun bertanya untuk meminta pendapatnya.
“Mas, gimana penampilanku ?” Tanya Putri saat mengenakan produk gamis terbaru yang akan diendorsekannya.
“Kamu cantik banget Put… Coba gaya dulu” Ucap Andri sambil memotretnya.
Cekreekk !!!
“Hihihihi makasih, mas” Ucap Putri bahagia setelah dipuji oleh calon pengantinnya.
“Cieeee… Cieeee habis dibilang cantik” Ucap Nayla pada Putri.
“Hihihi namanya juga cewek… Ya cantik lah” Jawab Putri yang membuat Nayla tertawa.
Diam – diam Andri pun ikut tertawa. Namun bukan karena tawa yang Putri berikan. Melainkan karena tawa yang Nayla berikan.
Maafin aku Put, udah jadiin kamu pelampiasan rasa kecewaku… Sejujurnya, aku masih mencintai Nayla… Hanya dia wanita yang kucinta selamanya…
Batin Andri sambil membelakangi mereka berdua.
Waktu terus berlalu. Sesi perfotoan terus berlangsung. Tak terasa jam sudah menunjukan pukul satu siang. Ibu manager pun memberikan waktu istirahat bagi mereka selama satu jam untuk makan siang dan juga beribadah bagi yang menjalankan. Putri & Nayla yang kelaparan memilih untuk menyantap makan siang terlebih dahulu. Sedangkan Andri memilih menetap untuk berdiskusi dengan bagian editing untuk memilah – milah hasil jepretannya.
“Mau makan apa nih kita mbak ?” Tanya Putri kelaparan.
“Apa yah ? Bakso aja di depan gimana ?” Tanya Nayla saat melihat warung bakso di depan tempat mereka bekerja.
“Yeee bakso mana bikin kenyang… Eh itu ramen aja gimana ?” Tanya Putri yang membuat Nayla tertarik.
“Wah boleh juga… Biar kayak Naruto hihihi” Ucap Nayla tertawa saat teringat serial kartun favoritnya dulu.
“Hihihi Sakura dong yang cantik” Ucap Putri.
“Mending Hinata yang suka ramen… Mana itunya gede lagi” Ucap Nayla bercanda dengan sesama wanita.
“Hihihi tau lah yang gede” Ucap Putri agak iri saat melihat ukuran payudara Nayla.
“Hihihi nanti punya kamu juga gede kok, pas udah nikah tapi” Ucap Nayla memotivasi.
“Loh emang bisa gitu ? Apa gara – gara sering diremes sama suami yah ?” Tanya Putri malu – malu saat menanyakan hal itu.
“Hihihi bisa jadi” Ucap Nayla ikut malu saat teringat perlakuan suaminya dulu yang gemar memainkan kedua payudaranya.
Saat sedang asyik – asyiknya membahas hal – hal yang berbau kewanitaan. Mereka berdua dikejutkan oleh seseorang yang tiba – tiba mendekat.
“Mbak Nayla. . . .” Ucap seseorang yang membuat kedua akhwat bercadar itu menoleh.
Astaghfirullah pak Beni ? Kenapa dia ada disini ?
Batin Nayla terkejut.
“Iya, ada apa ?” Tanya Nayla dengan dingin sambil memperhatikan tubuhnya. Pak Beni sedang bertelanjang dada. Tangan kirinya memegangi sapu dan tangan kanannya memegangi kantung kresek.
“Mbak laper ? Ini saya ada sesuatu buat mbak” Ucap pak Beni sambil menyerahkan kantong kresek itu.
Ihhh apaan sih sok deket ? Mau ngasih apa juga ?
Batin Nayla saat terpaksa menerimanya.
“Makasih” Jawab Nayla dengan dingin tanpa sempat melihat isi dari kantung kresek itu.
Pria tua kekar itu hanya tersenyum sambil memandang wajahnya. Jelas Nayla pun tak nyaman. Akhirnya dengan tergesa – gesa ia izin pamit agar bisa menjauh dari kejaran pria tua itu.
“Maaf aku mau pergi, permisi” Ucap Nayla sambil menarik tangan Putri.
“Eh mbak…. Itu… Itu siapa ?” Tanya Putri dengan lirih setelah semakin jauh dari tukang sapu jalanan itu.
“Dia pak Beni… Tetangga aku… Kata orang – orang sih, dia agak gimana gitu… Aneh deh pokoknya… Jangan deket – deket, tadi pagi aja tangan aku dipegang – pegang olehnya” Ucap Nayla.
“Heh dipegang – pegang ?” Tanya Putri.
“Iya, untung ada pak Urip pembantu aku… Dia nyelametin aku” Jawab Nayla.
“Tapi, dia keliatan baik deh” Ucap Putri sambil melihat sosok pak Beni lagi.
“Hush jangan diliatin… Cuekin aja” Ucap Nayla menegur Putri.
“Oh yah, emangnya isi dari kresek itu apaan yah ?” Tanya Putri.
“Hemmm apa yah ? Oh cuma roti ternyata” Ucap Nayla saat melihatnya.
“Roti ? Sepotong roti ?” Tanya Putri.
Nayla pun hanya mengangguk. Ia lalu mengangkat kedua bahunya pertanda ia tak tahu apa maksud dari pria tua aneh itu.
SORENYA
Sesi perfotoan telah berakhir. Nayla dan Putri pun pamit kepada ibu manager sekaligus berterima kasih karena sudah diberi kesempatan untuk mengendorse produk mereka. Jelas ini pengalaman besar bagi mereka berdua. Sayangnya jalan yang mereka berdua tempuh berbeda. Putri pun pulang duluan diboncengi Andri. Sedangkan Nayla menaiki motornya sendiri setelah berbelok ke arah kiri.
“Hah, mas Miftah apa kabar yah ? Daritadi kok susah dihubungi… Apa jangan – jangan datanya dimatiin yah ?” Lirih Nayla ditengah perjalanan pulangnya.
Jujur, ia sangat merindukan sosoknya. Apalagi di malam ini dirinya harus tidur sendiri. Ia jadi ketakutan kalau harus tidur sendiri. Padahal ia membutuhkan teman yang bisa diajaknya bercerita tentang hari ini. Ia ingin mengeluarkan keluh kesahnya. Kalau suaminya tidak ada, kepada siapa ia harus bercerita ?
Tak lama kemudian, ia pun tiba di depan rumahnya. Terlihat pak Urip sedang menyapu halaman. Lantai pun sudah bersih. Nayla sangat senang dengan kinerja pembantunya itu.
“Assalamu’alaikum pak… Makasih pak atas kerja kerasnya” Ucap Nayla tersenyum.
“Eh non Nayla dah pulang… Walaikumsalam… Hakhakhak, kerjaan saya cuma nyapu doang kok… Gak ada keras – kerasnya sama sekali” Ucap pak Urip merendah yang membuat Nayla tersenyum saja.
“Oh yah non… Tadi saya buatin jus alpukat kesukaan non di kulkas… Kalau non haus bisa diambil langsung disana yah” Ucap Pak Urip perhatian yang membuat Nayla senang.
“Oh yah ? Makasih banget yah pak… Kebetulan aku capek banget hari ini” Ucap Nayla sambil membawa kantung kresek di tangan kanannya.
“Oh yah non… Maap” Panggil pak Urip yang membuat Nayla berhenti melangkah.
“Iya pak ?” Tanya Nayla setelah berbalik badan.
“Saya izin pulang dulu yah… Udah jam setengah lima… Saya mau nemenin istri di rumah” Pinta pak Urip yang membuat Nayla tersenyum.
“Huft kirain apa… Iya silahkan pak… Makasih yah untuk kerja kerasnya” Ucap Nayla dengan ramah.
“Sama – sama non… Mari” Ucap pak Urip pamit pergi.
“Pintu gerbangnya ditutup sekalian gak non ?” Lanjut pak Urip setelah melewati pintu gerbangnya.
“Gak usah pak… Siapa tau ada tamu nanti” Ucap Nayla yang membuat pak Urip membiarkan pintu gerbang rumah majikannya terbuka.
Setelah pak Urip pulang. Nayla pun bergegas menuju dapur untuk mencari jus buatan pembantunya. Saat melewati ruang tamunya, ia menaruh kantung kresek itu di meja. Ia pun merenggangkan kedua tangannya naik untuk menghilangkan rasa lelahnya.
“Aaaahhhh capek banget hari ini” Desah Nayla dengan sedikit menguap. Rasanya ia ingin beristirahat. Ia ingin tidur saja setelah lelah bekerja seharian.
Saat tiba di depan kulkasnya. Ia pun mengambil segelas jus buatan pak Urip lalu menaikan cadarnya kemudian meminumnya hingga habis sambil duduk di kursi dekat meja makan rumahnya. Rasanya memang nikmat saat menenggak jus dingin yang terbuat dari buah – buahan segar. Setelah menghabiskannya, ia pun menutupi mulutnya lagi menggunakan cadarnya lalu berpindah menuju ruang tamu rumahnya.
“Hah kok aku laper yah ? Padahal tadi udah makan semangkuk ramen” Ucap Nayla sambil memegangi perutnya.
“Mungkin karena gak pake nasi kali yah hihihi” Ucap Nayla sambil membuka kantung kresek yang tadi dibawanya.
Ia pun menemukan roti yang masih disegel dengan plastik seolah baru dibeli. Meski ia tahu kalau roti ini didapatnya dari pak Beni, ia tetap ingin memakannya karena ia yakin pasti roti ini memang baru dibeli di toko. Sehingga ia tidak begitu mencurigainya.
Nayla kembali menaikan cadarnya lalu menggigit roti demi roti sambil mengecek isi hapenya siapa tau ada pesan masuk yang tidak sempat ia baca.
Sambil menscroll – scroll isi hapenya. Entah kenapa tiba – tiba rasa kantuk datang menguasai. Matanya merem melek padahal mulutnya masih memakan roti yang dipegang menggunakan tangan kanannya. Pandangannya mulai samar – samar. Ia pun heran dengan apa yang sedang terjadi pada tubuhnya.
“Astaghfirullah… Kenapa aku jadi ngantuk banget sih ?” Ucap Nayla sambil memegangi kepalanya.
Lama – lama Nayla merasa tidak kuat lagi. Tanpa disadari, ia pun ambruk diatas sofa panjang yang berada di ruang tamu rumahnya. Ia terbaring dalam posisi terlentang. Roti yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Berikut juga hapenya yang untungnya cuma terjatuh diatas sofa panjangnya. Diam – diam, ditengah keadaan Nayla yang tertidur senyap. Terdapat sosok yang tersenyum saat melihat mangsanya telah tertidur persis seperti apa yang telah ia rencanakan. Sosok itu pelan – pelan mendekat sambil menatap keindahan tubuh Nayla dengan jarak yang begitu dekat.
“Beristirahatlah sayang, pasti capek kan bekerja seharian ?” Ucapnya sambil menatap roti yang sedang Nayla pegang.
Sosok itu kian mendekat, sosok itu lalu menyentuh dada Nayla untuk pertama kalinya menggunakan kedua tangannya.
“Gilaaa kenyel banget… Emang gak ada yang bisa ngalahin susunya akhwat yang baru aja nikah” Ucapnya sambil meremas – remas dada Nayla.
“Mmmpphhh” Desah Nayla dalam tidurnya yang mengejutkan sosok itu.
“Asem, bikin kaget aja… Tapi merdu banget sih desahanmu, sayang” Ucap sosok itu yang semakin menikmati remasan di dada akhwat bercadar itu.
Kedua tangan sosok misterius itu semakin liar. Mulanya ia mendekap dada rampingnya. Lalu naik hingga tiba di kedua dada bulatnya. Disana ia meremasnya, ia mencengkramnya, ia menekan ujung putingnya tuk menikmati kekenyalan dada ori yang dimiliki sang bidadari.
Sosok itu kemudian menaikan gamis sang akhwat. Nampak masih ada kaus dalaman yang menghalangi kulit mulusnya. Sosok itu pun juga menyingkap kaus dalaman Nayla sehingga perut ratanya terlihat dengan begitu jelas di pandangan matanya.
“Paling suka saya sama udel – udel kayak gini… Rasanya lebih nafsuin aja deh ngeliat akhwat yang keliatan udelnya” Ucapnya sambil membelai pusar sang akhwat.
“Aaaaahhhh…. Ouhhhh mulus banget sayang kulitmu… Uhhhhh, pasti nikmat banget kalau bisa menggenjotmu sambil grepe – grepe tubuhmu” Ucapnya saat menikmati kemulusan kulit perutnya.
Penasaran, ia pun kembali menaikan pakaian Nayla. Ia menaikannya hingga melewati penampakan gunung kembarnya. Dada Nayla yang masih tertutupi bra berukuran 34B itu pun terlihat. Sontak sosok itu terkejut. Ia tak menyangka kalau buah dada Nayla berbentuk bulat sempurna. Bentuknya mirip artis JAV yang implan saja. Tapi punya Nayla ini ori. Ia pun tak sabar untuk mencengkramnya sambil mendengarkan desahannya yang merangsang nafsu birahi.
“Ouuhhhh… Ouuhhhhh… Ouhhh kenceng banget susumu sayanggg” Desahnya sambil meremasi dada Nayla yang masih tertutupi branya.
Rasanya lebih nikmat seperti ini. Ia jadi bisa merasakan sentuhan kulitnya sekaligus kekenyalanannya. Tubuh akhwat bercadar memang berkualitas. Gak heran akhwat – akhwat seperti Nayla menyembunyikan tubuhnya karena kualitas tubuh mereka sangatlah premium.
Sosok itu menaikan bra yang Nayla kenakan. Nampaklah puting susunya yang berwarna pink. Sosok itu tersenyum senang, ia pun menatap wajah Nayla sejenak untuk mengecek keadaannya.
“Mumpung masih tidur, saatnya nyusu dulu ah” Ucap sosok itu bersemangat untuk menyeruput putingnya.
Sambil melihat keadaan sekitar, ia pelan – pelan mulai menunduk untuk mendekati dada bulat bidadari itu. Ia pun menjulurkan lidahnya. Ia menoelnya dengan lidahnya baru setelah itu memasukannya ke dalam mulutnya.
Sosok itu dengan penuh nafsu langsung menghisapnya sambil meremasnya dengan sekuat tenaga. Tangan satunya pun tak mau menganggur dengan meremas dada satunya. Dilahapnya susu bulat itu dengan penuh nafsu. Jilatannya kian membasahi putingnya itu. Bibirnya pun menjepit putingnya itu. Bahkan giginya sampai menggigit pelan akibat terlalu gemas dengan kemegahan susu bulatnya.
“Ssllrrpp mmpphhh… Slllrrpp mmpphhh… Nikmat banget susumu sayaaangg… Mmpphhh… Andai dari dulu saya tahu susumu seenak ini, pasti sudah saya jilat susumu ini diam – diam” lirih sosok itu dengan penuh nafsu.
Ia pun berpindah ke susu satunya. Tangan kirinya meremasnya sehingga puting susu bidadari itu mencuat mendekati bibirnya yang kian dekat untuk melahapnya. Sesekali sosok itu melirik wajahnya tuk melihat reaksi binalnya. Ia tersenyum saat melihat bidadari itu mengerang di dalam mimpinya.
“Lagi mimpi basah yah sayang ? Pasti dirimu sedang bermimpi digenjot oleh saya kan ? Sabar yah, nanti mimpimu itu akan kesampean kok di dunia nyata” Ucap sosok itu tertawa.
Lidahnya kembali menyerang putingnya. Lidahnya dengan liar menyapu puting sebelah kiri bidadari itu. Bibirnya dengan binal mencium putingnya. Lalu mulutnya mendekat tuk melahap setengah dari payudara yang teramat bulat itu. Sosok itu mengerang. Sosok itu menyedot susu itu berharap ada satu tetes yang keluar dari dalam putingnya. Namun itu tak mungkin karena Nayla belum sempat melahirkan apalagi hamil. Ia pun berambisi ingin menghamilinya agar suatu saat bisa menyusu langsung dari puting susunya.
“Mmppphhh… Mmpphhh nikmat bangett… Mmpphhhh nikmat banget susumu ini sayangg… Mmpphhhh” Desahnya sambil menyeruput dada bulat Nayla.
“Aaaaaahhhhh” Desah Nayla lagi – lagi di dalam tidurnya.
Suaranya sempat mengagetkan sosok itu hingga berdiri menjauhi Nayla. Untungnya Nayla kembali tertidur. Sosok itupun tertawa sehingga ingin memejuhi wajahnya sekarang.
“Dasar bikin kaget aja ! Huft, ngomong – ngomong pengen liat kontol saya gak, sayang ? Kontol saya gede loh” Ucapnya sambil memelorotkan celananya.
Nampak penis hitam berwarna gelap yang sudah berdiri tegak keluar dari dalam celana kolornya. Ujung gundulnya sudah basah sebagian. Sepertinya sosok itu sudah sangat bernafsu ingin menggauli akhwat bercadar itu.
“Pertama – tama, saya kontolin dulu yah susunya… Gak sabar pengen ngerasain sentuhan kulit susumu ini, sayang” Ucapnya sambil mengocok penisnya.
Pelan – pelan ia mendekatkan penisnya ke arah puting susunya. Ia pun menyentuhkan ujung gundulnya ke arah puting susunya. Saat ujung gundulnya menyentuh putingnya. Terasa sensasi nikmat yang membuatnya ingin mengocoknya terus. Sosok itu jadi kian kuat dalam membetot peninsya. Ia memajukan penisnya lalu menariknya. Ia mengocoknya maju lalu mundur. Pergerakan tangannya semakin cepat saat ujung gundulnya menyundul susu bulat sang akhwat yang begitu nikmat.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Gilaaaa enak bangett susunya akhwat bercadar… Baru disentuh aja udah enak gini… Apalagi dijepit ?” Ucapnya dengan penuh nafsu.
Seketika ia terpikirkan ide. Ia tiba – tiba duduk diatas dada sang akhwat lalu menjepitkan penisnya disela – sela dada bulatnya. Tanpa ragu lagi pinggulnya bergerak maju mundur disela – sela himpitan dada sang akhwat yang begitu kuat.
“Ouuhhh nikmat bangettt… Ouhhhhh sayanggg… Ouhhhhhh… Ouhhhhhhh” desahnya sampai manyun – manyun merasakan jepitan susu sang akhwat.
Ditatapnya wajah sang akhwat yang masih memejam. Wajah cantik itu. Wajah yang tengah tertidur itu. Ia sangat beruntung bisa menggenjot dada bulatnya meski dalam keadaan tak sadar. Ia pun mencubit putingnya. Lalu menariknya naik sambil terus menggerakan pinggulnya maju mundur. Rasa gerah yang melanda membuat ia menaikan kausnya hingga tubuhnya pun terlihat dihadapan sang akhwat. Ia tersenyum. Ia pun kembali berbicara di depan sang akhwat yang masih memejam.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Andai dirimu sadar sekarang… Dirimu pasti akan terpana dengan tubuh indah yang saya punya” Ucapnya dengan penuh percaya diri saat menggenjot dada bulatnya.
Kedua tangan sosok itu meremas – remasnya dengan kuat. Sodokannya pun dipercepat. Terasa sensasi nikmat yang melanda penis hitamnya. Sosok itu sampai berulang kali mengatur nafasnya. Kepalanya juga ia geleng – gelengkan untuk mengendalikan nafsunya agar tidak keluar duluan. Baru digenjot dadanya aja udah senikmat ini. Ia pun geleng – geleng kepala membayangkan jepitan kemaluannya saat penisnya masuk menghujam dinding rahimnya.
“Aaahhhh… Aaahhh… Jadi gak sabar saya… Pasti puas banget kalau bisa menggenjot selebgram bercadar sepertinya” Ucapnya dengan penuh nafsu.
Maju mundur, maju mundur, maju mundur. Pergerakannya tidak pernah mengendur. Bahkan pergerakannya semakin cepat seolah sedang menggempur. Sosok itu mengusap rambutnya ke belakang lalu mengelap keringat yang membasahi wajahnya.
Ditengah sodokannya yang menggesek dada bulatnya. Matanya sedari tadi menatap cadar yang menghalangi sebagian wajah indahnya. Ia begitu penasaran. Ia ingin merasakan mulut dari selebgram bercadar itu.
“Aaaaaaahhhhhhh” Desahnya saat mementokkan penisnya hingga ujung gundulnya nyaris mengenai kaus yang masih terpasang di tubuh indahnya.
Ia lekas berdiri lalu membuka cadar sang dewi. Lalu mengocoknya dengan menyentuhkan ujung gundulnya di bibir seksinya.
“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Aaaahhhh… Nikmat bangettt… Aaahhhhhh” desahnya sambil mengocok penisnya di bibir tipisnya.
Sudah saya duga… Wajahmu ini memang cantik… Untuk apa kamu menyembunyikan keindahanmu ini sayang ? Dengan tubuh seindah ini, dan wajah secantik ini, seharusnya kamu pamerkan dan biarkan orang – orang lain menikmatinya dengan memejuhi tubuh seksimu ini…
Batin sosok itu membayangkan selebgram bercadar itu telanjang dikelilingi oleh orang – orang rendahan.
“Pasti puas banget… Pasti dirimu akan sangat beruntung kalau digilir oleh orang – orang seperti mereka” Ucapnya sambil mencengkram pipinya sehingga mulut Nayla perlahan membuka.
“Aaaahhhh yahhhhhhhhh” desah sosok itu merinding merasakan sepongan mulut sang dewi ketika penisnya perlahan masuk membelah mulutnya.
Terasa sensasi lembap di dalam sana. Terasa sensasi hangat di dalam sana. Sosok itu pelan – pelan menggerakan pinggulnya maju. Lalu pelan – pelan ia menariknya lagi hingga menyisakan ujung gundulnya saja. Lalu ia mendorongnya lagi lalu menariknya lagi. Ia mendorongnya lagi lalu menariknya lagi. Ia tersenyum sambil menatap mata sang dewi yang tertutupi kain cadarnya yang tipis. Ia pun tak sabar ingin menyetubuhi sang bidadari bercadar dalam keadaan sadar. Pasti akan terasa nikmat saat merasakan jepitannya sambil mendengarkan suara desahannya yang menggairahkan.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah sosok itu kenikmatan.
Rasa nikmat yang begitu enak membuatnya pelan – pelan mementokkan ujung gundulnya hingga menyundul pangkal kerongkongannya. Ia tak peduli andai sang bidadari akan terbangun. Ia terus mendorongnya hingga pangkal penisnya pun sampai di bibir tipis Nayla. Bahkan bulu jembutnya telah menyapu hidung mancungnya. Baru setelah puas, ia menariknya keluar hingga penisnya itu basah berkilauan. Bahkan liurnya sampai ada yang tertarik lalu jatuh mengenai dagu sang akhwat.
“Aaaahhhhhhh mantaaapppppp… Gilaaa puas bangetttt… Saya jadi gak kuat lagi… Saya ingin memejuhinya sekarang” Ucap sosok itu kembali memasukan penisnya ke dalam mulutnya.
Sosok itu kembali menggenjot mulutnya. Ia memaju mundurkan pinggulnya secara berhati – hati agar tidak membangunkannya. Ia tidak mau andai akhwat itu terbangun, kemudian menggagalkan niatnya yang ingin memejuhi mulutnya.
Nafas sosok itu kian berat. Terasa penisnya cenat – cenut di dalam. Tangan kirinya pun bergerak mundur untuk meremas dada bulatnya dikala pinggulnya terus maju menggempur mulut bidadari cantik itu. Hampir lima menit ia menggempur mulut sang dewi. Ia akhirnya tak tahan lagi. Rasa nikmat itu tak mampu ia tahan lagi.
“Aaahhhh… Aaaahhh… Aahhhh… Sayaannggg… Saayaannggg… Aaaahhhh rasakaannn iniiiii !!!” Ucap sosok itu sambil menarik keluar penisnya lalu mengocokkannya tepat dihadapan mulutnya.
Crroottt… Crroott… Crroottt…
“Aaahhhh kelluuaaarrrr !!!”
Satu demi satu lelehan spermanya tumpah mengenai bibirnya. Sebagian bahkan ada yang masuk ke dalam mulutnya. Sebagian lagi mengenai hidungnya. Sebagian lagi berceceran di sekitar mulutnya. Sosok itu sampai kelojotan karena saking nikmatnya. Sosok itu sampai merem melek merasakan nikmatnya menggenjot tubuh selebgram bercadar itu.
“Ooouuhhhh gillaaa… Ouhhhh puassnyyaa… Ouuhhh aahhh… Hah…. Hah… Hah” desah sosok itu sampai ngos – ngosan.
Sosok itu pun melangkah mundur. Ia berdiri disamping sofa itu sambil melihat keadaan sang akhwat yang tengah berantakan. Ia tersenyum puas. Ia puas karena berhasil menjalankan rencana awalnya.
Kemudian, dengan terburu – buru ia menaikan lagi celana kolornya lalu menurunkan kaus lusuhnya. Ia dengan hati – hatipun menurunkan cadarnya tuk menutupi pejuh yang menodai area disekitar mulutnya.
Namun saat ia baru saja menurunkan cadarnya. Ia melihat Nayla tiba – tiba bergerak seolah ingin bangkit dari sofanya.
Gawwaaatttt !!!
Batin sosok itu terkejut. Ia pun melihat ke arah pintu keluar, tepatnya di arah belakang tempat berdirinya sekarang. Ia terpikirkan ide tapi masih ragu karena sempitnya waktu yang ia miliki.
“Mmmpphhhhh bau apa ini ? Aku dimana ?” Ucap Nayla terbangun sambil merenggangkan tangannya naik.
“Nyammm… Nyaamm… Eh… Apa ini ?” Ucap Nayla tersadar saat merasakan adanya sesuatu yang kental di dalam mulutnya. Nayla pun buru – buru menyentuh mulutnya. Ia pun membuka cadarnya lalu menjulurkan lidahnya sebelum jemarinya datang untuk mengoleskannya ke sana.
Betapa terkejutnya Nayla saat melihat sesuatu yang kental berwarna putih ada di jarinya. Ia pun lalu mengoleskan wajahnya yang basah dan lagi – lagi menemukan sesuatu yang kental berwarna putih disana.
Belum selesai rasa terkejut yang Nayla miliki. Tiba – tiba ia melihat sosok kekar yang sedang berdiri di depan pintu masuknya. Mata Nayla jelas membuka lebar. Apalagi saat menyadari kalau gamis yang ia kenakan terangkat naik hingga memamerkan dada bulatnya.
“Aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh” Jerit Nayla ketakutan. Apalagi saat ia melihat penis pria tua berbadan kekar yang sudah menegak dibalik celana kolornya. Ia pun curiga. Ia pun takut andai apa yang ada di pikirannya itu beneran terjadi.
Ini gak mungkin spermanya pak Beni kan ? Innniiiii ?
Batin Nayla ketakutan.
“Mbak Naylaaa… Saya bisa jelaskan… Saya . . . .” Ucap Pak Beni ketakutan andai Nayla memikirkan yang bukan – bukan. Saking paniknya, pak Beni justru mendekat yang niatnya padahal ingin menenangkan Nayla.
Namun Nayla berfikiran kalau pak Beni ingin menodai tubuhnya lagi. Ia pun melangkah mundur. Ia hendak berdiri namun tubuhnya tidak mau menuruti apa yang diinginkannya. Ia kesulitan berdiri. Ia pun hanya bisa menjerit agar sosok kekar itu menjauhi dirinya.
“Aaahhhh perggiii… Peerrggiiii…. Jangan kurang ajar yah pak… Saya akan lapor polisi kalau bapak berani menodaiku lagi !” Ucap Nayla ketakutan.
“Lagi ? Saya gak pernah menodai mbak… Jujur, saya aja baru dateng… Saya tadi penasaran kenapa gerbang pintu rumah mbak terbuka” Ucap Pak Beni mencoba menjelaskan.
“Perggiiiiii… Jangan mendekat lagiii… Aaahhhh tolooonggg… Tollooonggggg” Teriak Nayla meminta pertolongan.
Untungnya tak lama kemudian, datanglah pria tua berbadan gempal yang muncul dari arah kanan mereka berdua. Kaget melihat ada pak Beni yang sedang mendekati Nayla. Sosok itu dengan sigap mengambil sapu lalu menghantam lengan pria tua kekar itu yang membuatnya terjatuh ke atas meja ruang tamu.
“Apa yang kamu lakukan disini ? Ada apa ini non, kenapa pak Beni disini ?” Ucap pak Urip yang datang dengan mengenakan pakaian santainya.
“Paakkk tolooonngggg… Pak Beni mau menodai aku pakkk… Toloongggg” Ucap Nayla yang membuat Pak Urip naik pitam.
“Apa ? Berani sekali dirimu mau menodai non Nayla… Pergi kamuuu… Pergiii dari siniii !!” Ucap Pak Urip sambil mengibaskan sapunya selayaknya pendekar pedang.
“Pakkk bukan seperti itu… Saya bisa jelaskan pakk… Tolloonggg” Ucap pak Beni yang masih bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana kolornya saja. Pria tua kekar itu pun akhirnya memilih kabur karena pak Urip sudah dirundung nafsu ingin menggebuki sosok kekar itu. Pak Beni akhirnya mengambil kaus lusuhnya yang terjatuh di lantai. Lalu berlari sekencang – kencangnya menuju gerbang luar.
“Dasar bajingan ! Berani sekali dirimu menodai non Nayla !” Kutuk pak Urip pada pria tua yang dikenal aneh oleh masyarakat sekitar itu.
Saat pak Beni sudah pergi. Nayla pun menangis sejadi – jadinya yang membuat pak Urip iba pada sosoknya. Pak Urip pun duduk di samping Nayla. Nayla yang ketakutan tanpa berpikir panjang langsung memeluk sosok penyelamatnya itu.
“Paakkk akuuu takutt” Ucap Nayla sambil menangis.
“Tenanggg, ada apa sih non ? Kok bisa – bisanya orang itu sampai masuk ke rumah ?” Ucap pak Urip ingin menanyakan kronologi kejadiannya.
“Gak tau pakkk… Tadi aku abis pulang kerja… Terus ketiduran disini… Tau – tau pas bangun aku ngeliat pak Beni di dekat pintu dan aku ngerasain spermanya di mulut aku pakkk” Ucap Nayla semakin mengencangkan tangisannya.
“Sperma ?” Ucap Pak Urip semakin kesal.
“Iya aku yakin banget… Ia tega menodai aku pas lagi tidur pakkk… Aku takut kalau dia dateng lagii” Ucap Nayla yang membuat pak Urip pun mengelus punggungnya untuk menenangkannya.
“Lagian kenapa non bisa tidur disini sih ?” Ucap Pak Urip heran karena biasanya majikannya itu tak pernah tidur disembarang tempat.
“Gak tau pak… Rasanya ngantuk banget… Tadi aku lagi makan roti… Dan . . . .” Ucap Nayla tersadar.
“Roti ? Roti apa ?” Tanya pak Urip.
“Roti ini ? Tadi siang, pak Beni yang ngasih aku roti ini pak” Ucap Nayla menduga kalau roti itu telah diracun oleh pak Beni.
“Roti dari pak Beni ? Kenapa masih dimakan sih ?” Ucap pak Urip berdiri lalu membuang roti itu ke dalam tempat sampah.
“Maaafff aku gak tau… Aku gak curiga sedikitpun pak… Soalnya roti itu masih disegel plastik… Aku gak nyangka kalau ada sesuatu yang bikin aku ngantuk berat di dalamnya” Ucap Nayla kembali menangis yang membuat pak Urip semakin tidak tega.
“Yasudah, itu sudah berlalu non… Jangan diulang lagi… Jauhi orang tua itu… Apapun yang diberikan jangan mau yah… Buang aja biar kejadian kayak gini gak terulang lagi” Ucap pak Urip sambil memeluk erat akhwat bercadar itu.
“Iyya pakkk… Maaffff, gak lagi – lagi pak” Ucap Nayla terisak – isak.
Pak Beni pun memeluknya erat untuk menenangkannya. Terkadang mulutnya juga mengeluarkan kata – kata. Terkadang jemarinya juga mengusap punggungnya yang masih tertutupi gamis berwarna putihnya.
“Oh iya pak… Aku minta sesuatu boleh ?” Pinta Nayla tiba – tiba.
“Ada apa non ?” Tanya pak Urip sambil menatap wajahnya.
“Tolong temani aku malam ini… Aku takut kalau orang itu datang lagi pak… Bapak bisa tidur disini atau dimana aja tapi tolong jangan biarkan aku sendiri disini pak… Aku takut” Ucap Nayla yang membuat pak Urip berpikir sejenak.
“Temani non ?” Tanya pak Urip.
“Iya pak… Toloongggg… Aku takut banget kalau tidur sendiri disini” Ucap Nayla terus memohon.
“Hmmm nanti saya izin ke istri dulu yah… Untuk sekarang non tenangin diri aja dulu… Non bisa mandi dulu apa gimana… Nanti setelah izin, saya datang lagi kesini, gitu yah ?” Ucap pak Urip yang hanya dijawab anggukan oleh Nayla.
Nayla yang masih merasa jijik dengan aroma sperma di mulutnya lekas pergi menuju kamar mandi untuk membersihkannya. Pak Urip pun hanya menetap di sofa sambil melihat ke arah pintu keluar. Ia masih kepikiran, bisa – bisanya pak Beni datang di jam seperti ini.
“Hah… Untung saja tadi bisa tepat waktu” Ucap pak Urip tersenyum lega.
Bersambung