Part #14 : Superhero
Hari ini peserta terakhir yang konsul selesai jam 9 malam, dan aku segera menuju kamarku berencana untuk merebahkan diri sebentar. Sampai kamar, ternyata marissa sudah di dalam kamar mengenakan pakaian normal kaos katun biasa, celana pendek sepertiga paha.
“hi el..”
“hi sayang..”
“sini peluk..”
“tapi…”
“aku gk pake parfum apa2 koq.”
“oh ya..”
“aku kan lagi mens, aku pengen kelonan biasa aja. Jadi sengaja gk pake parfum.”
“smart girl..”
Marissa kemudian memeluk aku erat banget.. terasa olehku toketnya gk ada penghalang.
“kamu gk pake bra ya?”
“xixixixi.. kenapa? Mau kenyot2? Nih… “ katanya sambil menaikkan kaosnya dan membiarkan toketnya terpampang jelas didepanku.
“nggak ah, kasihan kamu, horny gk kesampaian nanti. Kita ngobrol aja ya..”
“ya udah, tumben nolak nenen xixixi”
“itu namanya toleran sama kamu..hehehehe”
“oh ya, ada banyak yang belum kamu certain tentang diri kamu loh el..”
“hhhmmmm… yang mana?”
“semuanya lah..”
“okey, aku mulai dari awal banget ya, gimana aku ketemu tiara.”
Tiara itu cinta pertama aku, dan aku juga cinta pertamanya tiara, ketika hubungan kami kira2 setahun aku ambil prewi tiara dan tiara juga ambil perjaka aku. Kami lanjut hubungan sampai setahun lagi dengan LDR karena aku kuliah di jogja dan tiara kuliah di bandung. Semua lancar aja, aku berbuat kesalahan, aku selingkuhin tiara dan suatu saat tiara tahu itu, akhirnya kami putus.”
“Oh gitu, kalian sempet putus?”
“Iya..”
“Setelah putus dari tiara, aku jadian sama cewek yang namanya Janis, dia kakak kelasku di psikologi. Kami empat tahun tinggal serumah bersama dan Janislah yang berjasa membentuk aku kayak sekarang, plus ngajarin aku Taekwondo sampai blackbelt. Dia anak komisaris salah satu bank BUMN. Dari situlah aku banyak bergaul dengan kalangan the have. Makanya aku gk sungkan ngobrol dengan pak AA, karena aku dan Janis terbiasa ketemu kalangan itu, secara papanya Janis punya pengaruh luas di republik ini. Setelah merasa mantab, kami tunangan dan mempersiapkan pernikahan. Waktu itu aku udah kerja dan Janis juga udah kerja. Ketika undangan udah di cetak, tiba-tiba Janis pergi tanpa kabar dan kami gk jadi menikah”
“What?!?! Serius kamu sempet batal nikah?”
“Yups..”
“Okey, lanjut sayang..”
“setelah Janis pergi, aku gk bilang putus ya sama Janis, tapi dia pergi karena kami sebenarnya gk pernah putus. Aku bener-bener hancur desperate dan gk ada keinginan untuk menikah lagi. Aku tiga tahun jomblo, kebutuhan seksualku dipenuhi sama Tante Bella, dia mama sohibnya tiara, tapi tiara gk tau ttg hal ini dan beberapa one night stand yang ketemu di nightlife di ibukota maupun di bali. Tante Bella inilah yang berjasa mengembalikan aku seperti semula”
“sejak putus dari Janis aku jadi workaholic, jadinya aku jadi cepet naik level, dan dalam tiga tahun aku udah jadi div head. Selama tiga tahun itu juga aku ada affair sama beberapa cewek kantor, tapi gk diwaktu yang bersamaan ya.. Saat itulah aku di hijack ke perusahaan telekomunikasi, masih jadi div head juga di tempat yang baru dan ketemu lagi sama tiara yang jadi div head di marcomm, tapi waktu itu tiara ada pacar.”
“trus gimana pacarnya tiara?”
“itulah makanya aku bilang tiara jodoh aku, kami akhirnya secara gk direncanakan menikah karena papaku kritis dan tiara memutuskan meninggalkan pacarnya.”
“oh ya??? well kamu beruntung banget dong ketemu tiara lagi. Kayaknya emang kamu sama tiara jodoh banget ya el..”
“aku sih merasanya begitu..”
“seandainya ya kita ketemu lebih awal…”
“hhhmmm…. Gk ada yang tahu cha.. kemana nasib akan membawa kita.”
“trus dalam kasusku, apa yang kamu lihat el?”
“Sejauh ini kuncinya sih satu, superhero kamu, alsasan kamu untuk tetap hidup. Tapi kalau pencarian kamu buat si superhero ini gak ketemu gimana?”
“aku gak akan berhenti mencari”
Hhhhmmmm… ini pernyataan tegas dari marissa. Dia bukan orang yang mudah diubah pendiriannya, menggeser si superhero ini dari dirinya akan memakan waktu, dalam banyak kasus, si superhero memang gak akan pernah ketemu karena sesungguhnya yang hebat itu adalah si survivor itu sendiri.
“kamu gk merasa bahwa kamu itu sendiri ya yang kamu sebut superhero?”
“ya nggak lah el..”
“sekarang coba kamu bayangkan, kamu ini wanita super loh, kamu bisa selamat dari berbagai cobaan, bahkan selamat dari kematian dan masih tetap hidup sehat dan waras sampai sekarang, itu bukan apa yang bisa dilakukan cewek kaleng-kaleng sayang.
kamu bisa mencapai posisi setinggi ini dikantor, kamu bisa bela diri, kamu bisa selalu tampil dengan cantik seolah selama ini kehidupan kamu lancar-lancar aja. Itu membutuhkan kekuatan mental dan psikis yang luar biasa cha..
si kuat, dan si hebat yang kamu cari itu sesungguhnya ada dalam diri kamu”
“gitu ya..”
“sekarang coba kita duduk di kursi balkon” aku memutuskan shortcut untuk mencari tahu masalah marissa sebenarnya.
“okey” kemudian marissa bangun dan kami pindah ke balkon.
“okey, kamu tenangin diri kamu dulu, cari posisi yang paling enak dan rileks…”
Marissa tampak menggeser duduknya beberapa kali untuk menemukan posisi yang pas
“Udah..”
“nah sekarang aku mau kamu tutup mata kamu..”
Marissa kemudian memejamkan mata.
“Tarik nafas dalam dalam dan hembuskan.. satu.. dua… tiga…. empat… tenang…. tenang…. Kamu rasakan diri kamu ngantuk luar biasa, dan kamu semakin lemah dan…… Tidur.” kataku lembut sambil menepuk pundaknya pelan
Dan marissa jatuh dalam situasi subconscious antar tertidur dan terjaga. Aku memegang denyut nadinya teratur dan tenang, matanya masih tertutup. Ini fase REMS (rapid eye movement sleep) seperti hipnotis, tapi dilakukan untuk menggali ingatan lama dan memori itu dihadirkan kembali saat ini dalam bentuk mimpi yang jelas sekali.
“sekarang ajak aku kembali ke situasi ketika kamu kehilangan keluargamu..”
Aku perhatikan pergerakan bola matanya atau yang umum di sebut rapid eye movement. Awalnya tenang, kemudian menjadi semakin cepat dan kasar, wajah marissa menampakan wajah ketakutan.
“cukup… siapa orang yang selamat dari tragedi itu..”
“aku..”
“okey, sekarang bawa aku ke saat dimana kamu sadar pertama kali…”
Pergerakan bola matanya kembali tenang, wajahnya tampak lemah. Aku pegang pergelangan tangannya kemudian aku pegang vaginanya
“sakit?”
Marissa mengangguk sambil meringis sakit
“Punggungnya sakit juga?”
Marissa kembali mengangguk.
“sekarang bawa aku ke saat dimana kamu keluar RS”
Kulihat wajah meringis kesakitan itu lenyap.
“masih sakit?”
Marissa mengangguk
“Siapa yang bisa mengalahkan sakit yang hampir bikin kamu mati?”
“Aku”
“okey sekarang bawa aku saat kamu masuk ke panti asuhan pertama kali”
Wajah marissa datar
“siapa yang welcome kamu di sana?”
“Bu Yayah”
“Kamu ingat wajahnya?”
Gerakan mata marissa menjadi cepat, wajahnya memerah…. Ia marah NOTED
“ajak aku saat pertama kali kamu tahu kamu hamil ya..”
wajah marahnya berubah menjadi sedih, pergerakan matanya lambat dan tampak ke arah kiri dan kanan.
“kamu ingat saat di kuret?”
Marissa mengangguk
“bawa aku ke sana”
Wajah marissa menegang, tangannya kuat mencengkeram pegangan kursi, nafasnya terengah engah…
“sakit?”
“banget…” katanya lirih
“Cukup, bawa aku kembali ke panti asuhan”
Marissa berangsur menjadi tenang, cengkeraman di pegangan kursi menjadi lemah dan pergerakan matanya biasa, dia kembali rileks.
“masih sakit?”
Marissa menggeleng
“jadi siapa yang bisa mengalahkan rasa sakit itu?”
“aku”
“siapa yang hebat?”
“aku”
“nah sekarang bawa aku ke saat dimana kamu ketemu bapak dan ibu”
Pergerakan matanya cepat tapi wajahnya tenang, ada sedikit senyum di bibirnya.
“Okey cukup”
“bawa aku ke saat dimana kamu pertama kali ketemu pacarmu”
Wajahnya datar, pergerakan matanya agak cepat, banyak ke arah kanan tapi kembali lagi. Beberapa kali terjadi dan wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun. NOTED.
“Okey cukup”
Marissa kembali pada situasi REMS biasa.
“sekarang coba bisa kamu bawa aku ke saat dimana kamu di kuret kedua kali?”
Bola matanya bergerak cepat dan liar, gk lama marissa kembali memegang kursi erat erat, kakinya kembali tegang dan badannya dihentakan. Wajahnya marah dan menangis, tangannya bergetar hebat..
“okey cukup” NOTED
Pergerakan badannya kembali tenang, pegangannya mengendur dan dia rileks lagi. Bola matanya kembali tenang.
“sekarang bawa aku ke saat dimana ibu meninggal”
Bola matanya cepat bergerak, ke arah kiri dan kemudian badannya bergetar pelan. Wajah marissa memerah, air matanya keluar
“kamu lihat suami kamu di sana?”
“iya..” bola matanya kembali menunjukkan reaksi baik, bergerak ke arah kiri kembali dan kiri lagi kembali.
“kalian menikah?”
“iya..”
“Setelah itu ibu bisa meninggal dengan tenang?”
“iya..” NOTED
“okey cukup.. “
Perlahan nafas marissa kembali tenang dan tangisnya berhenti. Aku berpikir keras.. ada informasi yang berbeda ketika marissa menceritakan msa lalunya dalam berbagai kesempatan, dengan hasil REMS barusan. Sekitar 5 menit aku berpikir, ketika kutengok marrisa lagi, ia sudah tertidur pulas, bukan lagi ada pada fase REMS.
Okey ini cukup, aku rasa mungkin REMS bisa dilakukan lain hari untuk memaintain memori sedihnya.
Note: REMS biasanya digunakan untuk menggali informasi, bukan membuang informasi. Yang bisa membuang informasi adalah Teknik hipnosis, tapi tergantung seberapa kuat sugesti yang ditanamkan karena sebenarnya memori tersebut tidak benar-benar terbuang, hanya akses menuju bilah memori itu dibagian otak yang dilemahkan. Semakin kuat sugestinya semakin baik tapi tetap beresiko karena pada dasarnya memang memori tersebut masih ada dan setiap saat bisa kembali terhubung. Beberapa kasus hipnotis yang kurang berhasil kemudian membuat subyek dianggap memiliki skizofrenia akut, karena kelebatan-kelebatan memori itu kembali secara acak diwaktu yang tidak tepat dan menimbulkan anxiety berlebihan.
Aku kembali ke kamar sambil menggendong marissa dan dengan hati-hati meletakkannya di tempat tidur. Kulihat pemilik wajah cantik ini tertidur pulas dan tenang, pelan kucium keningnya. Iseng ku intip dalam celananya ternyata benar ada pembalut di sana tapi sudah tidak ada darah keluar.
Aku merebahkan diri di sampingnya dan gak lama kemudian ikut tertidur.
——————————-
Pagi ini aku sarapan dengan marissa menemani didepanku.
“sayang, semalem aku cerita apa aja?”
“mana ada kamu cerita, lha kamu tidur koq…”
“Ish beneran tau… aku kan kamu hipnotis..”
“nggak sayang… kamu semalem REMS”
“maksudnya apa?”
“kamu itu tidur tapi kayak mimpi gitu, cuma kamu mimpi apa, bisa aku minta.”
“oh ya..? emang sih… semalem tuh kayak aku banyak banget mimpi macem-macem”
“Trus gimana rasanya?”
“bangun tidur rasanya aku capek banget sih el…”
“karena semalam, aku minta kamu panggil banyak memori yang udah dulu-dulu banget, jadi otakmu kerja keras”
“trus hasilnya… ?”
“ada beberapa sih, aku sempet notice dalam memori aku”
“hhhmmm.. contohnya?”
“Bentar… aku catat kamu itu..”
“Pagi Pak Andre..” suara seorang wanita merdu terdengar dan memotong obrolanku bersama marissa.
“Ya..” kataku sambil menengok ke arah asal suara itu.
Sosok perempuan chinese, langsing, semampai, dada rata dengan tinggi tak lebih dari 160, imut-imut, rambut lurus sepunggung, dan berkacamata ini sudah ada di samping meja kami, wajahnya seperti artis korea IU. Aku tebak usianya sekitar 30 lebih sedikit.
“Maaf mengganggu bapak ya?”
“Ohh.. gak papa koq..”
“saya Gladys pak..”
Bersambung