Cerita dukun cabul yang menikmati tubuh pasien nya bagian dua
Ia bangkit dari dipan dan menghampiri Lisa yang mandi keringat menyaksikan mamanya disetubuhi dengan hebat tadi. Kaos ketat Lisa yang basah keringat menampakan kemolekan gadis yang baru merekah ini.
“Hong Silawe…Silawe…mamamu sudah melakukan ritual paling beratnya, Cah Ayu. Biarkan dia istirahat dulu.” ujar Mbah Sukmo sambil menggamit tangan Lisa yang masih terpaku dengan apa yang baru dia lihat tadi.
Mbah Sukmo menuju karpet besar di area meja praktiknya. Ia kemudian meneguk air teh dalam gelas seng yang besar di mejanya. Dipandanginya Lisa yang duduk di karpet. Benar-benar sangat cantik daun muda ini.
Rambutnya yang dipotong pendek dengan tubuh yang langsing dan padat, memperlihatkan energi muda dari gadis yang sporty ini. Dengan masih telanjang, Mbah Sukmo mendekati Lisa yang duduk memandangnya. Batang penisnya mulai menegang lagi, ingin merasakan nikmatnya vagina belia ini.
“Lisa, dengarkan aku. Tinggal selangkah lagi. Dan semua ritual ini bergantung kamu sebagai puterinya. Kamu ikuti saja perintahku. Kita tuntaskan ritual agung ini.Siaap?”
“I…i…ya..Iya Mbah…” Lisa menjawab, gadis ini agak tergagap karena pandangannya yang terfokus pada penis Mbah Dukun yang kembali perkasa. Kilatan bekas cairan vagina mamanya masih nampak dari batang penis Mbah Sukmo.
“Hong Silawe…Silawe…kemari Nduk. Hisap kontol ini dengan mulutmu. Lakukan dengan benar ya Cah Ayu.” perintah Mbah Sukmo sambil menyodorkan penisnya di depan mulut mungil Lisa yang masih duduk bengong di karpet tebal ruang praktiknya.
Lisa masih terdiam terpaku. Dadanya naik turun, dengan nafas masih memburu. Terasa vaginanya basah karena cairan. Ada perasaan aneh menyaksikan pergumulan Mama yang begitu dicintainya dengan lelaki tua itu.
Pergumulan itu begitu membuat rasa keingintahuannya muncul, meskipun rasa takut begitu dominan saat ini. Pengalaman pertama yang justru didapatkannya dari mama dan lelaki tua yang lebih pantas menjadi kakeknya itu.
“Nduk, ayo, keburu roh gaib yang mau membuka tirai penghalang cita-cita mamamu pergi..” ujar Dukun Sukmo mendekat.
Penisnya yang berdiri begitu tegak dengan urat-urat besar dan warna hitam pekat, terlihat begitu menakutkan bagi sang dara. Bandot tua ini sudah tidak tahan untuk mencicipi tubuh anak kota yang begitu terawat. Begitu putih seperti mamanya. Begitu langsing dan terawat.
“Lisa takut Mbah…” desah Lisa perlahan, sambil kedua telapak tangannya saling meremas.
Mbah Sukmo menghela nafasnya. Dia mengelus rambut hitam mangsanya dengan senyum manis. “Tidak usah takut Cah Ayu. Semua tidak menyakitkan. Kamu harus melakukannya sebelum pengorbanan mamamu dan Mbah percuma.
Kamu sayang mamamu, bukan?” Sang Dukun pun menebar jebakan mautnya membuat Lisa tidak memiliki pilihan kecuali menganggukkan kepala. Dan dengan sigap, Mbah Sukmo mendekatkan penisnya di depan bibir mungil itu.
“Jangan sampai kena gigi ya Cah Ayu. Kulum, sedot dan pakai lidahmu…begitu ritualnya.” Masih dengan ragu-ragu Lisa memegang penis yang hingga begitu besarnya tidak cukup dalam genggamannya.
Mbah Sukmo segera mendorong kepala Lisa maju mundur.
“Hong Silawe…Silawe…setan belang, jangkrik monyong….terus Nduk.” ujar Sukmo keenakan. Lisa terus mengulum batang penis Sukmo.
Setiap sedotan membuat lelaki bejat itu merem melek. Terkadang, saking tidak sabarnya Sukmo mendorong terlalu keras hingga separoh batangnya menyodok masuk ke dalam tenggorokan Lisa. Air liur Lisa membasahi hangat penisnya, menggantikan sisa-sisa cairan kemaluan mamanya sendiri.
“Hoooo oooh…bener gitu caranya Cah Ayu…” Sukmo makin kelojotan, batang penisnya semakin membesar sehingga nyaris membuat Lisa kesulitan bernapas tiap kali dukun cabul itu memaksa batangnya memenuhi mulutnya.
Tangan Sukmo meremas-remas rambut pendek Lisa.
“Ah, beruntungnya aku. Anak ini cantiiiiik banget. Mirip artis sinetron Agnes Monica. Mungil, namun seksi,” pikir Sukmo.
“Sekarang jilati kantong bola kontol Mbah sayang….di situ tempat semua pengasih untuk membuka tirai penghalang Mama…” lanjut Sukmo.
Dan Lisa pun menurut. Dua buah zakar Sukmo dikulumnya bergantian. Membuatnya tidak kuasa menahan semua kenikmatan ini. Dia pun menjadi semakin bergairah dan bernafsunya.
“Sekarang giliran Mbah….” tanpa ba-bi-bu karena diselimuti nafsunya. Tangan-tangan dan lidah Sukmo berebutan menjamah tubuh gadis cantik yang baru tumbuh-tumbuhnya ini.
“Mbah, Lisa malu…” Ketika dua tangan Mbah Sukmo berusaha melucuti kaos ketatnya. Tangan-tangan mungil Lisa berusaha menahannya.
Namun, Sukmo tidak peduli lagi. Diserangnya ketiak kiri-kanan sang gadis sambil menarik kaosnya. Breeet….terlihatlah dada putih mulus dengan dua gundukan yang indah bentuknya masih dalam perlindungan BH hitam berendanya.
Tidak sebesar mamanya memang, tapi bentuknya begitu paripurna, pikir Sukmo. Belum pernah dijamah laki-laki. Masih bentuk alami yang mengundang tangan-tangan kasarnya meremas dengan gemas.
“Demi mamamu sayang….demi mamamu.” Sukmo membaringkan tubuh Lisa yang didera kebingungan dan rasa nikmat yang pertama kali dia rasakan itu ke karpet.
Ciuman dukun tua itu memborbardir bibir mungil Lisa, dan seluruh bagian lehernya. Dan dua tangannya yang lebih kuat menarik lepas BH itu dari dua payudara yang ingin disentuhnya langsung. Kulit ketemu kulit. Sukmo berhenti sejenak.
Pemandangan yang luar biasa membuatnya tertegun. Bahkan ketika malam pertamanya saat mengambil kegadisan isteri pertamanya, tidak pernah dia menemukan sensasi sehebat ini.
“Hong Silawe…Silawe. Kamu cantik sekali Nduk. Dua payudaramu ini harus disedot untuk mengeluarkan hawa penolong mamamu….” Seperti tak sabar, bibir tebal Sukmo pun menyerbu dua puting payudara Lisa bergantian.
Tangannya pun bergantian meremasnya. Kadang gerakan halus melingkar searah jarum jam di sekitar puting, kadang remasan terhadap semua bagian payudara Sukmo.
“Aaaahh…Mbah.” Lisa mulai terhayut dalam permainan Mbah Sukmo yang begitu membuat dirinya melambung. Dua putingnya sudah mancung karena rangsangan hebat Sang Dukun yang kaya pengalaman ini. Setelah hampir 30 menit dicumbu. Tubuh Lisa menggeliat namun dengan kaki masih terkatup.
Sang Mbah pun menggelar serangan kilat tahap berikutnya. Salah satu tangannya mulai mengarah ke selangkangan Lisa. Dibelainya selangkangan gadis itu dari luar. Mulut dan tangan Sukmo mulai bergeser posisi turun, ke perut dengan dua tangannya masih bergantian memutar-mutar puting Lisa. Lisa pun makin menggelinjang. vaginanya pun semakin basah.
“Mbah, sudah jangan Mbah…”Lisa tiba-tiba tercekat dalam sadarnya.
Tangannya memegang dua tangan Sukmo yang sudah berhasil membuka kancing dan resliting celana jeans yang membungkus bagian bawah tubuhnya. Sial, hebat juga kesadaran bocah ini, pikir Sukmo. Rupanya penaklukannya menjadi tidak mudah sekarang.
“Kamu mengacaukan semuanya!!!!” bentak Sukmo dengan membuat mimik wajah paling angkernya.
“Roh marah dan pengorbanan mamamu sia-sia malam ini…Sudahlah, lenyap mimpi mamamu!!!” Lisa yang terduduk sambil meringkuk pada dua pahanya tertegun melihat akting top markotop sang dukun.
Perasaan bersalahnya mulai muncul. Diliriknya tubuh mamanya di dipan yang masih mandi peluh karena percintaan hebatnya tadi.
“Ah, mama sudah berjuang keras, dan tak pantas aku menghancurkannya,” batin Lisa.
Melihat lawannya bingung, Sukmo pun semakin memasang akting cuek dan marah. Dan ia membalikkan badannya menuju meja persembahannya. Lisa pun terlihat mulai panik. “Maaf,Mbah. Lisa cuma takut.
Nggak pernah Lisa seperti ini….”Lisa pun menubruk tubuh Mbah Sukmo dari belakang. Tak sengaja dua tangan mungil itu bersentuhan dengan penis Mbah yang sudah lapar ini. Sukmo pun tersenyum…..
“Masih bisa diatur asal Lisa benar-benar siap dalam upacara ini. Sekarang Mbah bersila di sini. Lisa berdiri tiga kaki dari posisi Mbah. Lakukan perintah Mbah….” ujar Mbah Sukmo dengan nada tinggi. Lisa menurut.
“Apa perintah Mbah…?”Tanya Lisa setelah berada di jarak yang diinginkan Sukmo.
“Kamu bisa menari Nduk? Liukkan tubuhmu, menarilah untuk menggoda sang roh gaib datang lagi…..yak, terus raba badan neng sendiri.
Yah, begitu….mulai lepas celana jeans itu!” Sukmo menikmati ABG cantik ini menari begitu erotisnya, meliukkan pinggulnya yang ramping, dengan dua payudara yang bergantung bebas naik turun mengikuti gerakan Lisa.
“Rebahkan tubuhmu di karpet itu,Nduk…” ujar Sukmo lirih sambil menahan nafsunya yang sudah melambung.
Tubuh seksi Lisa yang mengkilap basah oleh keringat dan air liur Sukmo rebah tidak jauh dari Sukmo. Lelaki tua ini pun merangkak menghampiri ibu jari kaki Lisa. Dengan lembut dikulumnya jari-jari kaki Lisa, terus bibirnya menelusuri betis, dan terus menaiki paha sang dara jelita ini.
“Uuuuugh…”Terdengar desisan tertahan dari Lisa.
Sukmotidak menyia-nyiakan keadaan. Lidahnya pun menyodok-nyodok vagina Lisa yang terlindung dibalik CD hitam berenda itu. Lisa semakin kelojotan. Dan dengan cepat, tangan Sukmo menarik turun CD Lisa dan melemparnya ke karpet.
“Jangan takut Nduk. Semua akan lancar” bisik Sukmo ketika Lisa menunjukkan keraguan.
Selanjutnya, lidah Sukmo menyibak rambut vagina Lisa yang tertata rapi ini. Menerobos masuk, menjilati klitoris Lisa. Lisa benar-benar melayang menikmati permainan lidah yang dahsyat dari Sang Dukun. Melihat Lisa mulai menggelinjang, Sukmo terus melanjutkan serangannya.
Lidah Sukmo menusuk-nusuk liang vagina Lisa yang semakin banjir itu. Tanpa bisa mengontrol dirinya, tanpa terasa tangan Lisa sudah menjambak rambut panjang sang dukun. Dan semakin dekat dengan kenikmatan, semakin keras tangan Lisa menarik rambut Sukmo.
“Aaaaaahh…hhh..Mbah..” lenguh Lisa.
Tubuhnya bergetar. Perasaan yang luar biasa. Dia mengalami orgasme pertamanya dalam hidupnya sebagai wanita. Sukmo tersenyum. Dia membiarkan sekian detik Lisa menggelepar dalam kenikmatan. Sukmo pun merangkak mendekati bibir Lisa, dan menciumnya lembut.
“Sekarang saatnya upacara utama,Nduk. Kamu siap?” Mangsanya terdiam, masih dalam kenikmatan luar biasa yang tidak pernah dirasakannya. Sukmo pun mengarahkan kepala penisnya yang mirip jamur besar itu di bibir vagina Lisa. Lisa melenguh saat bibir vaginanya membuka perlahan, saat penis raksasa itu mulai menembus vaginanya.
“Lisa takut,Mbah…” desis Lisa melihat penis besar yang terasa tidak mungkin bisa masuk ke dalam lubang vaginanya itu. “Sabar Cah Ayu.
Sakit cuma di awal. Pengorbanan untuk mamamu…”Sukmo begitu lihai memainkan perasaan sang dara ini. Dia pun mempersiapkan pergerakan penisnya. Perlahan kepala penis Sukmo mulai masuk.
“Aaaah…sakiiiiittt…ttt..tt..,Mbah.” teriak Lisa. Sukmo sudah tidak begitu menggubrisnya.
Dia dan senjata pamungkasnya sudah begitu sibuk menikmati sensasi menembus keperawanan gadis seksi ini. penis Sukmo pun terus bergerak pelan namun pasti diiringi rintihan kesakitan Lisa.
“Sabar,sayang…..Heeeeeehhh…hhhh…”Mbah Sukmo pun menghentakkan pinggulnya dengan kekuatan penuh. “Aaaaaahhh…..Mbah…Sakiiiit.” Bleeeeessss…seluruh batang penis Sukmo yang besar itu tenggelam dalam vagina Lisa yang begitu terasa sangat sempit.
Air mata Lisa mengalir di sela dua matanya merasakan perih selaput daranya dirobek benda besar yang tidak pernah dibayangkan bisa berada dalam liang vaginannya. Setelah sejenak membiarkan vagina Lisa beradaptasi, Mbah Sukmo mulai menggoyangkan pantatnya naik turun.
Tampak batang besar penis Sukmo keluar masuk dengan kokohnya. Cairan vagina bercampur darah perawan Lisa. Rapatnya vagina Lisa membuat Dukun sableng ini merem melek menikmati semua kenikmatan yang mungkin sebelumnya hanya bisa didapatkan dalam mimpi.
Lisa kelojotan menerima hantaman penis Sukmoyang terus menerjang tanpa ampun seolah ingin membongkar rapatnya vagina perawan Lisa. Peluh membasahi dua insan yang berjauhan usia itu.
“Uuuuugh…hh..eeeemph.”Lisa melenguh ketika Mbah Sukmo menarik tubuhnya dalam posisi duduk. Seperti insting alamiah, tubuh Lisa seakan paham untuk mengambil peran dalam pergumulan posisi ini.
Pantat Lisa naik turun, pinggulnya meliuk memperkuat remasan vagina Lisa terhadap batang penis Sukmo. Sukmo pun menyambut dari bawah dengan sodokan terhebat penisnya.
“Hong Silawe..Silawe…weee…wwweee…wenaaaakkk,Nduk.” Sukmo meracau penuh kenikmatan.
10 menit dalam deru nafas Lisa semakin ga karuan. Tangannya memeluk Sukmo.
“Aaaaahhh…hhh…..hhh..Mbaaaaah..” Lisa orgasme untuk kedua kalinya.
Sukmo menyambut pelukan Lisa dengan lembut. Mengurangi daya sodokan untuk memberikan kesempatan gadis ini menikmati pengalaman orgasme keduanya yang indah, Sukmo memberi kecupan hangat di bibir gadis cantiknya.
“Gimana,Nduk? Siiiiiiap dengan ritual kenikmatan berikutnya sayang?” bisik Sukmo diiringi anggukan lemah Lisa.
Dengan sigap Sukmo menidurkan tubuh Lisa dengan tetap memegang pinggul gadis cantik itu dengan dua tangannya yang kuat. Lalu ia mengangkat dua kaki Lisa dan meletakkannya ke pundaknya dengan posisi penis masih di dalam liang senggama Lisa.
“Eeeeemmphh…phh..aaahh…” Lisa mendesah ketika dalam posisi barunya Mbah Sukmo mempercepat genjotannya.
Semakin cepat batang Sukmo keluar masuk, diiringi naik turunnya payudara Lisa. Cairan vagina Lisa semakin memberi pelumas bagi rudal raksasa ini untuk mengaduk-aduknya, memaksimalkan kenimatan dua insan itu.
“Aaaaaah…enak sekali vaginamu Cah Ayu.” bisik Sukmo sambil meraih puting Lisa dengan bibirnya di sela genjotan itu.
Hampir 30 menit Sukmo tanpa kenal lelah terus menyetubuhi gadis cantik itu. Peluhnya bahkan menetes jatuh di perut langsing Lisa, bercampur dengan keringat sang gadis. Kulit Lisa terlihat semakin mengkilap karena peluh yang membasahi semua bagian tubuhnya.
Nafas keduanya saling bersahutan dengan sesekali diiringi erangan penuh kenikmatan. Hingga entah sodokan yang ke berapa ratus kali, tubuh Lisa kembali mulai menunjukkan tanda-tanda orgasme bakal kembali melanda.
“Eeeeergghh..aaaaahh…Mbah…Lisa ga tahan lagi.” desah Lisa sambil mencengkram karpet dengan kuku-kuku tangannya. “Saaaabaar, sayang….aaaahh..aahh..Mbah juga mau sampai.” Sukmo mempercepat genjotannya.
Urat-urat penisnya berkedut tak mampu dibendungnya. Dengan semua kekuatannya yang tersisa, dihentakkannya penisnya dalam-dalam hingga mentok ke dasar rahim Lisa. Diiringi teriakan orgasme yang dahsyat,
“Aaaaaahhhhh……aaaahhh….Lisa….Silawe…Aaahhh..Hoong… Lisaaaa….” Lisa pun mengejang hebat, cairan vaginanya muncrat bertumbukan dengan tumpahan sperma Mbah Sukmo yang sepertinya memenuhi liang kenikmatannya.
Tubuh Sukmo roboh di atas pelukan Lisa. Lemas, puas, dan nikmat. Sukmo pelan-pelan mencabut penisnya dari vagina Lisa. Senyuman kemenangannya tersungging di pipinya saat melihat sisa-sisa spermanya menetes keluar dari vagina gadis cantik itu, berbaur dengan cairan vagina dan darah perawan.
“Mandilah, di kamar mandi itu. Upacara kita sukses Nduk. Mamamu akan mendapatkan semua yang diinginkannya.” ujar Sukmo sambil melemparkan kaos dan jeans pada Lisa yang masih terlentang di karpet.
Gadis ini masih tak percaya dengan apa yang dialaminya. Dipungutnya pakaiannya, dan dengan langkah kaki yang masih lemas dia masuk ke bilik kamar mandi di mana sang mama masih lelap dalam kebugilannya. “Gua juga dah dapat yang gua inginkan.
Nyoblos memang nikmat, daripada nyoblos di TPS mending nyoblos langsung calegnya hehehe!” ujar Sukmo dalam hatinya sambil ketawa kecil.
TAMAT