Part #16 : Desahan Putri
Pagi hari sekitar pukul setengah delapan tepat.
Seorang wanita cantik yang menutupi tubuhnya menggunakan daster syar’i serta menutupi sebagian kepalanya dengan hijab simpel serta cadar terlihat berjalan keluar dari dalam rumahnya. Terlihat bahwa tubuhnya jadi lebih berisi daripada biasanya. Pahanya berisi, lengannya berisi bahkan tonjolan di dadanya juga jadi lebih berisi. Ia berjalan dengan penuh percaya diri sambil menunjukkan kelemah lembutannya sebagai seorang istri.
Terlihat wajahnya tersenyum malu-malu. Terlihat ia menundukkan wajahnya karena malu saat kedua kakinya berjalan menuju seorang pria tua berperut tambun yang sehari-harinya berjualan sayur di sekitar kompleks rumahnya. Akhwat itu terlihat malu-malu karena ini merupakan pertemuan pertamanya semenjak persetubuhannya yang begitu bergairah saat dirinya mengunjungi pria tua itu di dalam rumahnya.
“Hehe selamat pagi mang” Kata akhwat bercadar itu malu-malu.
“Eh mbak Nayla… Diliat-liat kok gendutan nih… Pasti lagi bahagia yah ? Huahahaha” tawa mang Yono.
“Eh bukan gendutan mang tapi berisi… Tadi pagi pas aku ngaca juga kaget… Kok aku jadi lebih berisi gini yah hihihih” Jawab Nayla malu-malu.
“Huahaha bukannya sama aja mbak ? Oh yah, kayaknya saya tau penyebabnya kenapa ?” kata mang Yono setelah melihat bentuk tubuh Nayla sesaat.
“Eh kenapa mang ?” Tanya Nayla penasaran.
“Pasti karena mbak sering dipejuhi memeknya nih… Iya kan ? Ngaku coba ! Huahahaha” kata mang Yono yang membuat wajah Nayla memerah malu.
“Eeehhh apa hubungannya coba mang ?” Tanya Nayla sambil memegangi kedua pipinya yang memerah.
“Ya ada dong mbak… Yang namanya pejuh kan mengandung zat tertentu yang bisa bikin gemuk… Makanya biasanya wanita-wanita yang baru menikah pasti jadi lebih berisi karena mereka telah diberi vitamin berupa pejuh itu ke dalam vaginanya… Huahahha… Pasti mbak belakangan sering diberi vitamin yah sama orang-orang ?” Tanya mang Yono yang kembali membuat wajah Nayla memerah.
“Ehhh apa iyya yah ? Jangan-jangan iya deh… Pasti itu penyebab aku jadi berisi gini” Kata Nayla yang setelah dipikir-pikir kok masuk akal juga yah. Apalagi baru kemarin sore dirinya dipejuhi oleh seorang tukang nasi goreng langganannya.
“Nah kan ? Huahahhaa… Tapi gapapa… Justru penampilan mbak jadi lebih menggoda… Kebetulan saya suka yang empuk-empuk gini… Saya sampai ngiler ngeliat tubuh mbak yang lebih berisi kayak gini… Pasti disodok asyik nih” Kata mang Yono yang membuat Nayla tertawa.
“Hhihihihih mesum ihhhh… Dasar tukang sayur mesum… Mentang-mentang waktu itu udah dikasih enak-enak malah ngelunjak yah !” Kata Nayla tersenyum malu-malu.
“Huahahah iya dong… Baru ngentot sekali mana cukup ? Harusnya mah kalau punya pemuas secantik ini sehari minimal sekali lah yah” Kata mang Yono yang berbicara begitu bebasnya disaat tidak ada orang lain selain diri mereka.
“Hihihihi tapi maaf yah mang jangan sekarang… Aku udah dibooking pak Urip” Kata Nayla yang sudah berjanji akan menyerahkan tubuhnya pada pak Urip bahkan ia juga memasrahkan dirinya agar pak Urip dapat melakukan apa saja pada tubuh indahnya.
“Duhh sayang banget… Beruntung sekali yah pak Urip bisa memuasimu setiap hari” Kata mang Yono yang iri pada keberuntungan pembantu tua mesum itu.
“Hiihihi aku yang beruntung pak karena diberi kepuasan yang luar biasa olehnya” Kata Nayla malu-malu saat teringat semua perbuatan yang sudah pak Urip lakukan kepadanya.
“Huahahah jadi sama-sama untung lah yah kalian berdua” Jawab mang Yono sambil menatap mesum akhwat bercadar di depannya itu.
Disaat mereka asyik mengobrol. Tak sengaja wajah Nayla menoleh lalu mendapati pembantu tuanya itu pergi menaiki motornya. Nayla pun terkejut kenapa pak Urip malah hendak pergi menaiki motornya ? Tapi tak lama kemudian ia jadi teringat kalau pak Urip hendak memintanya untuk disetubuhi oleh gelandangan tua. Seketika tubuh Nayla merinding saat melihat kepergian pembantu tuanya itu.
Apa jangan-jangan pak Urip mau jemput gelandangan itu yah ? Duh serius nih ? Aku kudu ngentot sama gelandangan tua hari ini ?
Batin Nayla was-was.
“Mbaakkk… Mbaaakk Naylaaa” Kata mang Yono membangunkan Nayla. Kebetulan mang Yono juga melihat ke arah dimana wajah Nayla menoleh. Mang Nayla pun tersenyum kepada akhwat binal itu.
“Ehhh iya mang ?” Kata Nayla sambil menatap mang Yono.
“Jangan sedih gitu dong… Kayaknya abis sedih nih ngeliat pemuas mbak pergi… Mending sambil nunggu pak Urip pulang, main sama saya dulu gimana ?” tanya mang Yono mupeng.
“Hihihih ngarang ih… Aku gak sedih kok… Gak mau ah main sama mamang wleeekkk… Nanti kalau aku lemes terus pak Urip minta jatah ke aku kan aku yang repot jadinya… Capek tau tiap hari ngelayanin laki-laki mesum kayak mamang… Apalagi kalau sehari dua kali !” Kata Nayla yang membuat mang Yono tertawa.
“Huahahah gapapa… Coba dulu… Biar terbiasa… Coba aja sehari dua laki-laki… Biar nanti lama-lama mbak sanggup muasin lima orang laki-laki dalam sehari” Kata mang Yono yang seketika membuat Nayla kepikiran.
Eh, iya juga yah ? Kalau aku langsung ngelayanin banyak cowok yang ada aku bakal lemes juga… Mungkin dicoba sehari dua laki-laki dulu kali yah…
Batin Nayla kepikiran.
“Gimana ? Lonteku ? Huahahaha” Kata mang Yono yang membuat Nayla agak ragu tuk menerimanya juga untuk menolaknya.
“Annuuuu” Kata Nayla berfikir.
“Ehhh mangg Yonooo… Sayurrr… Saya mau beli sayurnya mang” Kata ibu-ibu lainnya yang tiba-tiba datang mendekat.
Untungnya ditengah pembicaraan mereka yang semakin mesum, terdapat ibu-ibu lain yang mulai mendekat untuk membeli sayuran. Terpaksa obrolan mesum mereka pun terhenti. Nayla yang sedari awal sudah datang langsung buru-buru membeli. Ia lagi-lagi memberi terong juga beberapa ikat bayam untuk dijadikan makanan olehnya. Nayla pun buru-buru kembali ke rumahnya. Dalam perjalanan pulang ia merenungi kata-kata mang Yono. Setelah dipikir-pikir kok omongan mang Yono masuk akal juga yah ?
Hmmmm siapa yah ? Siapa yah dua orang laki-laki yang akan jadi yang pertama menyetubuhiku secara bersamaan yah ?
Batin Nayla berfikir.
Sementara itu disaat yang bersamaan,
Terlihat sesosok pria tua kekar yang baru saja keluar dari rumahnya. Saat ia keluar, ia melihat akhwat cantik yang juga merupakan tetangganya berjalan pulang sambil membawa kresek berisi sayuran yang baru saja dibelinya. Terlihat wajah cantiknya seperti sedang berfikir. Pria tua kekar itu pun mikir-mikir. Apa yang sedang dipikirkan oleh akhwat cantik itu pagi-pagi ? Apakah karena memikirkan masakan apa yang bakal dibuatnya ? Berhubung ditangannya memegangi kresek berisi sayuran. Atau karena masalah lain yang tidak ia ketahui.
Hmmm tapi kok kalau dipikir-pikir, apa yah yang ingin mbak Nayla bicarakan ke saya ? Sudah beberapa hari berlalu kok mbak Nayla gak ngomong sesuatu ke saya… Berkali-kali saya chatt juga gak dibalas sama sekali olehnya…
Batin pak Beni berfikir.
Ia jadi gelisah tiap kali memikirkan apa yang ingin Nayla obrolkan dengannya. Apakah soal hati ? Atau soal birahi yang katanya sulit untuk ia kendalikan akhir-akhir ini ? Memikirkan soal birahi membuat dirinya jadi nafsu lagi. Apalagi seumur-umur ia cuma baru sekali bercinta dengan sang bidadari.
Hah… Kok jadi nafsu pengen ngentotin dia lagi yah ? Apa lagi gara-gara video call waktu itu… Behhh mantep banget emang bodinya… Jadi nafsu pengen genjot dia lagi deh…
Batin pak Beni sambil terus menatap tubuh Nayla hingga lama-lama memasuki rumahnya.
Baru setelah Nayla masuk ke rumah, pak Beni mulai berjalan keluar sambil memegangi sapu serta cikrak yang merupakan peralatannya bekerja.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan lewat. Tapi terik matahari sudah mulai hangat. Pak Beni pun menatap langit untuk melihat betapa silaunya mentari di pagi hari. Ia pun terus melanjutkan perjalanannya menuju titik pekerjaan dimana ia ditugaskan selama seminggu ke depan.
Seketika ia jadi teringat Putri. Sosok mahasiswi yang sudah ia gagahi berkali-kali. Sosok yang katanya akan segera menikah dengan seorang pria yang bernama Andri. Kalau dipikir-pikir, bercinta dengan Putri tidak buruk juga. Setidaknya ia bisa melampiaskan nafsunya di tempat yang semestinya, yakni kemaluan seorang akhwat.
Tapi ada satu hal yang membuat dirinya sangat menyayangkannya. Yakni sensasi, bercinta dengan Putri masih kalah nikmatnya bercinta dengan Nayla. Sensasi bercinta dengan akhwat binal seperti Nayla merupakan puncak kenikmatan dari fantasinya selama ini. Sayang ia jarang mendapatkannya. Meski ia berulang kali melampiaskannya pada Putri, masih saja ada hal kurang yang membuatnya kesulitan untuk menjelaskannya.
“Padahal kan sama aja yah… Sama-sama keluar di rahim seorang akhwat… Tapi kok saya merasa kayak ada yang kurang yah kalau keluar di rahimnya mbak Putri… Entah kenapa kalau keluarnya di rahimnya mbak Nayla baru kerasa puas banget… Sensasi apa yah yang ada pada mbak Nayla tapi enggak ada pada diri mbak Putri ?” Batin pak Beni memikirkan hal tersebut.
Tak terasa ia sudah tiba di tempat tujuan. Sebuah jalan yang letaknya berada di kompleks kampus terkenal. Lagi-lagi, terdapat mahasiswi-mahasiswi cantik baik yang suka berpakaian terbuka dan yang suka berpakaian alim tertutup lewat di sekitarnya.
Pak Beni jadi deg-degan andai bertemu dengan Putri lagi. Apakah ia akan kembali diajak bercinta sampai sore lagi ? Entah kenapa ia jadi berharap bertemu dengan Putri lagi. Apalagi ia sedang bernafsu gara-gara memikirkan Nayla di pagi hari.
“Hah… Kok kayaknya saya jahat banget yah… Cuma jadiin mbak Putri tempat pelampiasan aja…” Lirih pak Beni saat memikirkan perbuatannya kemarin.
“Ah enggak kok… Lagian waktu itu kan saya diajak… Ya, saya cuma ngelakuin aja apa yang mbak Putri minta, yakni muasin nafsunya agar saya bisa keluar dari kamar kosnya” Lirihnya lagi sambil terus menyapu jalanan.
“Paaakk !!”
Saat sedang asyik-asyiknya menyapu. Lagi-lagi, sesosok akhwat yang memiliki suara yang sama memanggil. Pria tua berbadan kekar itu kembali menoleh menatap sumber suara itu, Ya, lagi-lagi. Wajah yang familiar kembali dilihat oleh pria tua kekar itu.
Pak Beni sampai terkejut saat melihatnya. Rasanya seperti dejavu. Perasaan baru beberapa hari yang lalu ia merasakan situasi yang sama seperti ini. Apakah nanti ia bisa merasakan hal yang sama lagi ? Apakah nanti ia akan menyetubuhi rahimnya lagi ?
Entah kenapa memikirkan hal itu membuat penisnya jadi semakin berdiri. Pria tua yang sehari-harinya bekerja sebagai tukang sapu jalanan itu jadi mupeng ingin menyetubuhi mahasiswi yang rela ia gagahi berkali-kali itu lagi.
“Mbak Putri” Kata pak Beni saat melihat mahasiswi cantik itu berjalan mendekat.
Pada saat yang sama di suatu tempat.
“Hah… Sial… Dari kemaren nyari-nyari masih gak ketemu aja… Apa iya gelandangan yang ada di sekitar sini udah pada digruduk semua ?” Kata pria tua berperut tambun yang mengendarai motornya pelan sambil menoleh-noleh ke sekitar.
Sudah dari kemarin ia mencari-cari pesanan yang diminta oleh majikannya. Tapi sampai sekarang, ia masih belum mendapatkan pesanan majikannya itu. Sebagai pria jantan, ia tak mau membuat majikannya kecewa. Ia pun terus berusaha tuk mencari gelandangan yang bisa ia ajak untuk memuasi nafsu birahi majikannya yang semakin lama semakin sulit untuk dikendalikan saja.
“Hakhakhak… Sial, makin gak sabar ngeliat non Nayla digenjot sama gelandangan tua… Kalau bisa sih nyari lebih dari satu biar sekalian di gangbang tuh lonte binal… Sial dah… Makin ngebayangin kok makin bikin nafsu aja yah ? Akhirnya impianku selama ini bakal terwujud sebentar lagi… Akan kubuat dirimu binal sebinal-binalnya non… Akan kubuat memekmu itu tempat pembuangan pejuh orang-orang baik yang non kenal ataupun yang gak non kenal… Gak sabar ngeliat non hamil gara-gara perbuatan mereka-mereka itu… Jadi penasaran juga deh kalau hamil bakalan jadi anak siapa yah ? Atau jangan-jangan malah anak saya ? Hakhakhak” Tawa pak Urip seperti orang gila saat mengitari ibu kota tuk mencari gelandangan tua.
Seketika saat dirinya mendekati sebuah lampu merah yang posisinya berada di pinggiran ibukota. Ia menemukan seorang pria tua berpakaian lusuh dengan rambut putih serta janggut yang juga berwarna putih. Sekilas, pak Urip melihat adanya beberapa lalat yang berterbangan mengelilingi tubuhnya. Pak Urip tertawa, akhirnya ia menemukan sesosok gelandangan yang bisa ia pakai untuk memuasi nafsu majikannya.
Dengan suka cita ia mengarahkan motornya menuju pria tua itu. Ia lalu memelankan laju motornya saat ia hampir mendekati pria tua itu. Belum sampai saja, ia sudah dapat mencium aroma busuk dari pria tua itu. Pak Urip bahkan hampir muntah. Namun hal itu yang membuatnya jadi makin senang untuk mengajaknya join tuk memuasi majikan binalnya.
“Permisi pak… Boleh ngobrol sebentar gak pak ?” Kata pak Urip saat duduk di sebelahnya.
“Boleh… Ada apa yah pak ?” Tanya gelandangan tua itu.
“Sebelum itu, saya mau ngenalin diri dulu… Saya Urip… Kalau bapak ?” Tanya pak Urip sambil menjulurkan tangannya.
“Saya Dikin… Panggil aja pak Dikin” Jawab pak Dikin yang membuat pak Urip tersenyum senang.
“Hehe bapak… Ketemu lagi nih, kita” Kata Putri malu-malu setelah mendekati pejantan tuanya itu.
“Kali ini mbak gak kuliah yah ? Apa kuliah ? Jam segini kok belum masuk ?” Tanya pak Beni sambil mengamati outfit yang dikenakan oleh mahasiswi cantik itu sejenak.
Pak Beni terpana saat melihat penampilan Putri yang menurutnya cukup menggemaskan ini. Berbeda dengan hari sebelumnya, kali ini Putri tidak mengenakan kacamatanya. Putri hanya terbungkus gamis longgar berwarna coklat cerah mulai dari bahu hingga ke mata kaki. Sedangkan hijabnya berwarna coklat gelap. Ia juga mengenakan masker berwarna putih. Tampak sederhana memang sekilas, namun pakaiannya yang kebesaran itu justru membuat pak Beni semakin bernafsu. Mungkin karena pria tua kekar itu sudah mengetahui lekuk tubuh dari akhwat yang pernah ia gagahi seharian tersebut.
“Masuk kuliah kok setengah jam lagi… Ada apa bapak ngeliatin akunya kok gitu ?” Kata Putri saat mengamati wajah pak Beni.
“Ehh maaf… Saya cuma kagum aja sama penampilan mbak… Mbak cantik banget… Gak nyangka saya bisa bertemu dengan akhwat secantik mbak lagi di pagi ini” Puji pak Beni yang membuat Putri senyum-senyum sendiri.
“Hihihi ada-ada aja sih bapak… Makasih buat pujiannya” Kata Putri sampai salah tingkah sendiri.
“Sama-sama… Ngeliat mbak kayak gini… Mbak emang pantes dipuji kok” Kata Pak Beni yang semakin membuat Putri salah tingkah setelah mendengar pujiannya.
“Udah ah pak… Aku kan jadi malu… Lagian aku cuma dandan tipis-tipis aja kok hari ini… Tau gitu kalau aku bakal ketemu bapak… Aku pasti bakal dandan yang lebih cantik lagi” Kata Putri menyesali dirinya yang belum tampil maksimal dihadapan pak Beni.
“Udah gapapa mbak… Mbak udah cantik kok… Kalau mbak lebih cantik daripada ini… Bisa-bisa mbak saya culik loh nanti” Kata pak Beni yang membuat Putri tertawa.
“Hihihihi diculik kemana pak emangnya ?” Tanya Putri sambil memukul lengan pak Beni pelan.
“Ke rumah…. Biar mbak bisa saya entot seharian” Kata pak Beni jadi semakin gemas setelah bercengkrama dengan Putri.
“Uhhhhh pasti enak banget tuh… Culik adek dong bang… Hihihhi” Kata Putri yang malah justru ingin diculik.
“Dasar nakal yah… Pagi-pagi udah bikin sangek aja” Kata pak Beni yang jadi geregetan saat melihat wajah menggoda Putri.
“Hihihhi apaan coba ? Orang pengen diculik kok malah bapak sange sih” Kata Putri tersenyum malu-malu.
“Ya, iyalah… Ngebayangin mbak saya culik jadi membuat saya ingin melucuti pakaian mbak lagi… Dengan tubuh seindah ini pasti mudah buat mbak untuk bikin saya sangek lagi… Tuh kan kontol saya mulai keras lagi” kata pak Beni gara-gara ngebayangin tubuh polos Putri.
Mendengar kalau penis pak Beni mulai berdiri lagi membuat Putri tertawa. Putri yang penasaran tiba-tiba mulai menggerakkan tangannya tuk membuktikan perkataan lelaki jantan itu.
“Ah masa sih ?” kata Putri yang tiba-tiba mengelus celana pak Beni. Pak Beni pun terkejut. Pria tua berbadan kekar itu tidak menduga dengan perbuatan yang Putri lakukan.
“Aaaaahhhhh… Ehhh mbaakk… Jangann disini… Nanti diliat orang” Kata pak Beni yang sempet merem melek lalu menjauhkan tangan Putri karena takut dilihat orang lain.
“Hihihih kan cuma ngecek… Ihhh iya bapak udah ngaceng yah… Pasti kebayang waktu bapak ngentotin aku yah ?” Tanya Putri yang justru membuat pak Beni semakin gemas.
“Ya iyalah… Emang mikirin apa lagi yang bisa bikin saya ngaceng kayak gini ?” kata pak Beni yang membuat Putri semakin tertawa.
“Hihihihi bisa jadi mikirin mbak Nayla… Hayooo” Kata Putri yang membuat pak Beni tersentak kaget.
Eh kok mbak Putri malah nyebut nama mbak Nayla sih ? Apa jangan-jangan mbak Nayla pernah cerita ke mbak Putri ? Ah gak mungkin… Pasti mbak Putri cuma asal nebak aja !
Batin pak Beni terkejut.
“Mana ada mbak… Mbak Nayla kan udah punya suami… Gak sopan kalau saya bayangin mbak Nayla apalagi sampai pernah bercinta dengannya” kata pak Beni berbohong.
“Hmmm beneran ? Jadi cuma aku nih satu-satunya wanita yang pernah bapak setubuhi ?” Kata Putri tersenyum.
“Iiiyyy… Iyya dong… Cuma mbak yang pernah saya setubuhi… Makanya kemarin saya nafsu banget sampai keluar berkali-kali” Jawab pak Beni terus saja berbohong.
“Hihihih makasih” Jawab Putri yang tiba-tiba langsung memeluk pak Beni.
Sontak pak Beni terkejut saat tubuh kekarnya dipeluk erat oleh akhwat bermasker yang memiliki tubuh ramping menggoda itu. Meski daritadi mereka terus mengobrol mesum, tapi sebenarnya masih ada beberapa mahasiswi ataupun mahasiswa yang lewat di sekitar mereka. Mereka sedari tadi mengobrol dengan sangat lirih. Namun, ketika mereka berpelukan, jelas tindakan mereka menarik perhatian orang-orang sekitar.
“Mbaakk… Udaaahhh mbak… Apa gapapa diliatin orang-orang ?” Tanya pak Beni sambil matanya melihat ke sekitar.
“Gapapa pak… Biarin aja… Aku nyaman kok sama bapak… Aku gak peduli dengan apa tanggapan orang-orang soal hubungan kita” Kata Putri mengejutkan pak Beni.
“Ehh tapi nanti kalau ketahuan temen mbak terus lapor ke dosen gimana ?” Kata pak Beni yang justru panik sendiri.
“Hihihi tenang aja… Tinggal bilang aja kalau bapak itu ayah aku… Ayah yang aku cinta… Bahkan juga aku izinin buat muasin tubuh aku… Hihihihi” kata Putri sambil menatap wajah pak Beni lalu melepas pelukannya untuk memegangi telapak tangan pak Beni untuk mengecup punggung tangannya.
Orang-orang yang melihat Putri salim ke pak Beni langsung menduga kalau mereka berdua memang memiliki hubungan keluarga.
“Liat kan… Masalah beres kan… Hihihihi… Yuk temenin aku” Kata Putri sambil menarik tangan pak Beni.
“Eh kemana ?” Tanya Pak Beni terkejut.
“Anterin aku ke kampus lah pak… Masa seorang ayah gak mau nganterin putrinya ke kampus sih” Kata Putri sambil tersenyum.
“Eh ? Anterin ke kampus ? Hehehe yaudah deh” Kata pak Beni saat terkagum sejenak melihat indahnya senyum Putri.
“Hihihhi tapi kancingnya dibuka satu yah pak… Biar bapak keliatan lebih gagah” Ucap Putri meminta permohonan.
“Kayak gini ?” Tanya pak Beni.
“Nah iya ? Waahhh bapak jadi keliatan seksi deh hihihi… Duh rahimku jadi anget nih” kata Putri dengan vulgarnya yang membuat pak Beni menenggak ludah.
“Dasar binal banget yah ucapan mbak… Jadi panas dingin loh saya” Lirih pak Beni yang justru dijawab Putri seperti ini.
“Sengaja biar bapak makin sayang ke aku… Hihihihi” Jawabnya sambil membetot penis pak Beni diam-diam.
“Aaahhhh mbaakkk… Udahhh ihh… Ketahuan nanti” Kata pak Beni yang membuat Putri tertawa senang.
Mereka berdua pun berjalan bersama. Sungguh unik memang saat melihat ada seorang akhwat berhijab yang mengenakan masker tengah menggandeng lengan pria tua yang mengenakan seragam tukang sapu jalanan. Apalagi kancingnya sudah dibuka beberapa. Nampak dada bidangnya terlihat. Pak Beni dengan tubuh kekarnya membuat beberapa akhwat yang ada disekitarnya terdiam menatap sosoknya. Pak Beni yang diperlakukan seperti ini justru membuatnya jadi semakin percaya diri. Ia pun jadi memikirkan apa yang ada di benak akhwat-akhwat yang terpana saat melihatnya tadi.
Apa jangan-jangan rahim mereka anget juga yah setelah melihat saya ?
Batin pak Beni yang jadi semakin percaya diri.
Sedangkan Putri hanya tersenyum saja tanpa memperdulikan tatapan-tatapan akhwat yang menatap kegagahan pak Beni. Ia justru dengan bangga memamerkan kekasih gelapnya. Ia menggandeng lengan pak Beni semakin erat. Ia pun terus berjalan bersama pak Beni hingga diri mereka semakin mendekati gerbang kampus mereka. Sekilas wajah Putri menoleh tuk menatap wajah pejantan tuanya itu.
Pak Beni emang hot banget sih… Tubuhnya sempurna banget… Emang cocok deh kalau jadi hot daddy aku… Hihihihih…
Batin Putri tersenyum sendiri.
“Oh, jadi nama bapak, pak Dikin yah ? Boleh saja ajak ngobrol kan ? Saya gak ganggu waktu bapak kan ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Ganggu waktu saya ? Buwahahaha… Saya ini pengangguran pak… Kalau mau ngobrol sama saya ya ngobrol aja… Saya gak keganggu sama sekali kok… Saya justru seneng karena punya teman ngobrol lagi” Kata pak Dikin tertawa.
“Hakhakhak bener juga… Yah jadi gini pak sebenernya… Duh dari mana yah mulainya jadi bingung saya hakhakhak” Kata pak Urip sambil memutar otak.
“Loh kenapa ? Bilangin aja pak apa adanya… Monggo… Saya orangnya santai kok… Saya gak pernah tersinggung apa gimana” Kata pak Dikin yang rupanya orangnya cukup easy going juga.
“Ah iya… Bapak kenal mbak ini gak ? Mbak yang duduk disebelahnya mbak berkacamata ?” Tanya pak Urip sambil menunjukkan sebuah foto.
“Ahhh mbak Nayla” Kata pak Dikin yang membuat pak Urip terkejut.
“Eh bapak kenal rupanya ? Kok bisa ?” Tanya pak Urip penasaran.
“Loh saya itu kenal semua warga yang tinggal dikompleks perumahannya mbak Nayla… Sebaliknya mereka juga kenal saya kok… Hampir semua orang pernah memberi saya bantuan baik itu uang tunai ataupun pakaian… Dulu masih inget banget saya kalau mbak Nayla sama suaminya pernah menyumbangkan sekardus pakaian bekas untuk saya… Baik banget mbak Nayla orangnya” Kata pak Dikin yang diam-diam sambil mengelus peninsya.
Pak Urip yang menangkap momen itu langsung tersenyum menatap pak Dikin.
“Oh yah ? Ngomong-ngomong Bapak nafsu gak ke mbak Nayla” Kata pak Urip secara frontal yang membuat pak Dikin terkejut.
“Eh nafsu ? Ya nafsu lah… Siapa sih yang gak nafsu ngeliat akhwat secantik mbak Nayla… Buwahahaha” Jawab pak Dikin malu-malu hingga membuatnya tertawa sendiri.
“Hakhakhakh… Kebetulan… Bapak beruntung” Kata pak Urip yang membuat tawa pak Dikin terhenti.
“Eh maksud bapak ?” Tanya pak Dikin.
“Baru kemarin sih… Ya, mbak Nayla bilang ke saya… Kalau dia ingin bercinta dengan seorang gelandangan tua… Sepertinya ia bosan bercinta dengan suaminya makanya ingin mencari pengalaman baru untuk bercinta dengan seorang gelandangan… Kebetulan saya bertemu dengan bapak… Apa bapak tertarik untuk bersetubuh dengannya ?” Tanya pak Urip yang membuat pak Dikin tersenyum senang.
“Beneran pak ? Tentu saya tertarik… Saya tertarik banget… Saya itu sangat bernafsu pada mbak Nayla… Udah sejak lama malah saya nafsu banget ke dia… Kalau emang bener mbak Nayla tertarik, tentu akan saya balas rasa ketertarikan itu dengan kepuasan yang tak terkira” Kata pak Dikin dengan penuh keyakinan.
“Oh yah ? Emang bapak punya pengalaman nih ? Bukannya bapak udah lama tinggal sendiri di jalanan ? Udah lama kan bapak gak ngentot sama cewek ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Saya ? Pengalaman ? Buwahahaha… Asal bapak tahu aja yah… Dulu saya sampai diusir sama anak saya ya gara-gara saya nekat memperkosa menantu saya… Saya ini sudah lebih dari kata punya pengalaman untuk memuasi seorang cewek pak… Meski udah bertahun-tahun saya enggak ngentot sama cewek… Saya jamin, saya akan menjadikan sentuhan pertama saya nanti sebagai sentuhan yang penuh arti dan akan meninggalkan kesan yang begitu mendalam pada diri mbak Nayla” kata pak Dikin yang sampai menceritakan pengalaman rahasianya soal dirinya yang berakhir sebagai gelandangan.
“Oh yah ? Beneran itu pak ? Hakhakhak nekat juga yah bapak sampai berani memperkosa menantu bapak” Kata pak Urip kagum akan pengalaman pak Dikin.
“Yah… Pengalaman yang indah… Jujur saya sudah memperkosanya 10 kali… Bahkan saya sampai membuatnya hamil saat itu… Tapi sayang banget pas saya ingin memperkosanya yang ke sebelas kali… Anak saya mempergoki saya… Saya pun diusir… Padahal waktu itu saya hampir memejuhi rahim menantu saya yang udah jadi bumil” kata pak Dikin yang semakin membuat pak Urip tertarik.
“Hakhakhak… Okelah… Kalau gitu bapak lulus wawancara saya… Yuk ikut saya ke rumah… Biar saya anter bapak menuju rumahnya… Bapak siap kan kalau melakukannya sekarang ?” Tanya pak Urip tersenyum.
“Saya siap kapan saja dan dimana saja… Antarkan saya… Akan saya buat akhwat cantik itu mendesah keras saat menerima genjotan saya !” Kata pak Dikin dengan penuh ambisi.
“Hakhakhak… Oke tunggu sebentar” Kata pak Urip sambil mengeluarkan hapenya. Ia lalu mengetik beberapa kata yang kemudian ia langsung kirimkan pada sebuah nomor yang memiliki nama kontak “Lonte peliharaan”.
Siapkan dirimu non… Saya akan segera pulang… Dandan yang cantik… Kenakan pakaian yang terbaik !
Batin pak Urip saat membaca ulang pesan yang ia kirim tadi.
Setibanya mereka di gerbang kampus.
“Sudah yah mbak… Silahkan dilanjut… Semangat kuliahnya yah” Kata pak Beni sambil menatap Putri.
“Loh kok udah ? Gedung kelasku kan masih jauh pak… Ayo dong anterin aku lagi” kata Putri memaksa sambil merangkul lengan kekarnya.
Pak Beni terkejut. Ia sebenarnya senang tapi ia tak nyaman pada pandangan orang-orang yang terus melihat mereka. Apalagi saat Putri terus memaksa yang membuat tubuh kekarnya mau tak mau menuruti permintaan mahasiswi cantik itu.
“Loh mau sampai mana mbak ? Apa saya boleh masuk ? Saya gak enak loh sama tatapan orang-orang disini” Lirih pak Beni kepada Putri.
“Sampe gedung kelasku aja pak… Bentaran kok… Masa gak mau sih nganterin aku ?” Kata Putri tiba-tiba berhenti melangkah lalu cemberut hingga menyilangkan tangannya di dada saat menatap pria tua kekar itu.
“Maa… Maauuu kok mbak… Tapi saya cuma gak enak aja… Saya kan bukan orang dalem kampus… Saya jadi gak enak kalau mereka mikirnya macam-macam ke saya” Kata pak Beni berusaha menjelaskan.
“Gak usah peduliin… Kan aku ada di sisi bapak… Pokoknya bapak harus nganterin aku, titik ! Mau yah ? Ayo lah” Kata Putri terus memohon.
“Iyy… Iyya mbaakk… Yaudah” Kata Pak Beni yang akhirnya tidak memiliki pilihan lain selain menuruti kemauan Putri.
Disini pak Beni sudah seperti seorang ayah yang menuruti kemauan macam-macam dari anak manjanya. Akhirnya mereka berdua kembali berjalan bersama. Mereka berjalan menuju arah utara ke gedung kelas Putri.
Sembari berjalan, pak Beni pun membatin di dalam hati.
Mbak Putri ini orangnya cantik tapi suka maksa deh… Duhh ribet juga… Kalau keseringan bisa bikin gak nyaman nih… Males juga kalau harus nurutin kemauannya yang ini itu… Kalau masuk akal kayak kemarin yang disuruh muasin sebelum keluar kamar kos mah masih oke lah… Lah ini ? Duh rasanya kayak ditelanjangin, malu banget rasanya ditatap oleh orang-orang sebanyak ini… Masalahnya tatapan mereka itu kayak menganggap saya itu gimana gitu… Menyebalkan banget pokoknya…
Batin pak Beni sambil melirik Putri.
Seketika Putri menoleh yang membuat pak Beni buru-buru membuang mukanya.
Hihihi habis ngelirik-ngelirik yah ? Dasar nakal ih gak jaga pandangan… Duhhh mana pak Beni hot banget lagi… Makin kesini kok bikin aku panas dingin yah… Jadi geregetan pengen buka kancing seragamnya biar bisa ngeliat tubuh indahnya lagi… Gagah banget sih pak Beni ini !
Batin Putri yang sudah tergila-gila pada tubuh kekar pak Beni.
Saat Putri menatap ke depan, ia menyadari kalau lorong gedung kelasnya tidak terlalu ramai. Entah kenapa ia jadi kepengin sesuatu. Rahimnya anget tiap kali memandang tubuh indah pak Beni. Ia ingin mendinginkannya. Ia ingin mendinginkannya dengan cara menjepit penisnya menggunakan vaginanya.
Mumpung kampus sepi… Aku ajak pak Beni ngentot lagi ah… Hihihihi…
Batin Putri yang bersiap untuk menggoda pak Beni.
“Paaaakkkkkk” Kata Putri dengan nada menggoda setelah mereka tiba di dalam gedung tepatnya di lorong gedung kelasnya.
“Ada apa mbak ?” Tanya pak Beni menoleh hingga mereka dalam posisi saling berhadapan.
“Hmmmm hihihih… Aku punya permintaan ke bapak… Bapak sanggup gak menuhin permintaan aku ?” Kata Putri malu-malu bahkan tak berani untuk mengangkat wajah cantiknya itu.
“Permintaan ? Emang, apa yah ?” Tanya pak Beni penasaran.
“Hihihihi mumpung udah lama kita gak begituan lagi… Mumpung disini gak terlalu ramai… Aku mau bapaaakkk . . . . “ Kata Putri malu-malu sambil membelai tubuh pak Beni. Kedua tangannya dengan manja mengusap dada pak Beni. Bahkan jemarinya dengan nakal juga membuka kancing seragam pak Beni. Tatapannya yang menggoda serta senyumannya yang manis menghanyutkan membuat pak Beni sampai melamun sejenak.
Namun tangan Putri yang seakan-akan tengah membugili dirinya buru-buru membangunkannya dari lamunan indahnya. Ia yang tersadar sedang berada dimana buru-buru menyadarkan Putri agar mengurungkan niatnya.
“Astaga naga… Mbak… Kita lagi di kampus loh… Apa yang ingin mbak lakukan ? Jangan mbak… Nanti kita kena masalah loh” Kata pak Beni panik.
“Hihihihi kampus lagi sepi kok… Aku cuma kangen… Aku kangen kontol bapak yang bisa bikin aku menjerit penuh kepuasan… Mmmpphhh gimana yah keadaan kontol bapak ? Apa jangan-jangan makin kesini makin membesar ? Hiihihih” Lirih Putri kali ini sambil membelai celana pak Beni.
Sontak penis pak Beni langsung ngaceng maksimal ketika dibelai dengan begitu manja oleh tangan akhwat bermasker itu. Apalagi sensasi di ruangan terbuka menambah rasa deg-degan yang membuat perlakuan mereka menjadi jauh lebih menantang.
Jujur pak Beni menikmati. Tapi rasa takut akan ketahuan itu yang membuatnya agak ragu untuk melanjutkan aksinya itu.
“Taappp… Taappiii mbaakk… Tolonggg… Nanti kalau ketahuan mbak sendiri loh yang kena masalah” Kata pak Beni yang memperdulikan nasib kuliah Putri.
“Hihihihi makasih udah meduliin aku… Makanya ayo cepetan… Buruan pejuhin memek aku biar aku bisa berangkat ke kelas segera… Sekarang aku keluarin yah kontol bapak” Kata Putri kali ini sambil menurunkan resleting celana pak Beni lalu menarik penis raksasanya keluar dari dalam sarangnya.
“Aaaaaaahhhhhhhh” desah pak Beni merasakan dekapan halus Putri. Ia yang deg-degan terus menoleh ke kanan juga ke kiri. Memang tidak ada yang berlalu lalang disekitar mereka. Tapi jauh di seberang tepatnya di pertigaan lorong yang jaraknya masih cukup jauh ada beberapa mahasiswa yang berkumpul disana. Pak Beni takut namun elusan tangan dari Putri membuat pak Beni jadi bingung haruskah ia menikmati atau menghentikan aksinya ini.
“Mmpphhh tuh kan gede banget kontol bapaakk… Aku jadi makin suka deh… Mmmpphh gak sabar ngerasain kontol segede ini masuk ke dalam memek aku” Goda Putri sambil terus mengocok-ngocok penis hitam itu.
“Aaaahhhhh… Aaaaahhhh… Buruan mbak masukin aja… Buruan sebelum ada orang lain yang lihat” Kata Pak Beni yang ingin buru-buru menyudahi karena khawatir aksi mesumnya ini bakal kepergok orang lain.
“Hihihi yang sabar dong pak… Aku kan mau mainin kontol bapak dulu… Aku mau gedein kontol bapak dulu yah biar nanti rasanya jadi lebih nikmat pas masuk ke memek aku… Biar aku bisa lebih ngerasain gesekan kontol bapak yang udah keras maksimal hihihih” kata Putri sambil terus mengocok penis pak Beni.
“Aaaahhhh mbaaakk… Tapii aaaaahhh…. Aaaahhh yahhh nikmat sekaliii… Aaahhhhh yaahhh” desah Pak Beni sampai merinding saat merasakan kocokan tangan Putri.
Jemari Putri dengan lihai mendekap batang penis tukang sapu jalanan itu. Usapannya yang awalnya pelan lama-lama mulai dipercepat. Bahkan Putri sampai berjongkok agar dapat melihat penis kekar pak Beni dalam jarak yang begitu dekat. Putri terpana akan ukurannya. Putri juga terpana akan rupanya. Putri juga terpana mengingat penis sebesar ini pernah keluar masuk di dalam vaginanya bahkan berulang kali memejuhi rahimnya.
Putri pun memejam mengingat semua sodokan pak Beni yang berniat ingin menghamilinya. Ia membayangkannnya untuk menambah sensasi saat mengocok penisnya. Hal itu membuat pak Beni semakin tak karuan dalam menahan kocokan tangan Putri. Rasanya jadi semakin nikmat. Apalagi saat menahannya sambil menatap wajah indah Putri yang berada tepat di depan penisnya.
“Uuuhhhh makin keras aja nih kontol bapaakk… Hihihi tuh kan lama-lama makin gede” Kata Putri setelah berulang kali mengocok penisnya.
“Aaahhh yaahhh… Aaahhh mbaakk… Aaahhh buruannn… Buruannn mbakk masukin sekarang” Desah pak Beni yang masih ketakutan andai aksi mereka ketahuan.
“Hihihi tenang dong pak… Kalau kontol bapak udah segede gini… Aku kan jadi gak nahan pengen nyepong kontol bapak” Kata Putri yang tiba-tiba menurunkan maskernya lalu mendekatkan mulutnya ke ujung kulup penis pak Beni.
“Eeehhh mbaakk…. Mbaakk… Ehhh tungguu jangggg… Aaaahhhhhh” desah Pak Beni yang sampai merinding merasakan kehangatan dan kenyaman saat penisnya dilahap oleh Putri.
Penis pak Beni yang ukurannya begitu besar dan panjang membuat Putri hanya sanggup melahap ujung gundulnya saja yang perlahan semakin terbuka ketika penis pak Beni berereksi dengan benar.
Mulut Putri pun mulai menyedot-nyedot penisnya. Dekapan tangannya di batang penisnya turut membantu dengan mengocok-ngocoknya. Terkadang lidahnya ikut membantu dengan menjilati lubang kencingnya. Pak Beni jadi panas dingin. Tangannya jadi geregetan merasakan betapa nikmatnya kuluman yang mahasiswi binal itu berikan.
“Mmppphhhh… Mmpphhhh… Nikmat banget sih kontol bapak… Mmpphhh aku jadi gak peduli lagi… Aku cuma ingin kontol bapak… Aku ingin terus mengulum kontol bapak” desah Putri saking menikmati kulumannya.
“Aaahhhh… Aaahhh tunggu mbaakk… Aaahhhh nikmat sekalii… Aaahhhh enak sekali sepongan mbak” desah pak Beni dengan lirih mengingat lokasi dimana mereka beraksi.
“Mmpphh iyaahh dong paakk… Mmpphhh kontol bapak dikasih apa sih ? Kok aku jadi gak bisa lepas gini… Aku jadi pengen… Mmppphhhh” desah Putri saat mencaplok penis pak Beni lebih dalam lagi.
“Aaaahhh yaahhh… Aaahhhh mantapnyaaa… Ouhhh mbaakkk mmpphhhh” desah pak Beni berusah bertahan agar tidak menimbulkan desahan yang mencurigakan.
Terlihat mulut Putri mulai maju mundur melahap penis pak Beni. Kalau tadi ia cuma mengulum ujung kulupnya. Maka kali ini setengah dari penis itu sudah masuk ke dalam mulut Putri. Putri memaju mundurkan kepalanya. Lidahnya di dalam juga membantu dengan membasahi keseluruhan penis itu menggunakan liurnya. Kedua tangan Putri pun mendekap paha pak Beni. Kedua kaki Putri sampai berlutut. Matanya memejam. Ia terus mengulumnya tanpa peduli dengan keadaan. Ia hanya menikmati tugasnya. Ia menikmati perbuatannya saat menodai penis tukang sapu jalanan yang tidak disunat itu. Ia tak memperdulikan dimana ia berada juga statusnya sebagai akhwat alim yang sebentar lagi akan menikah. Ia hanya peduli pada penis pak Beni. Ia pun mulai membayangkan tubuh kekar pak Beni disaat telanjang agar kulumannya terasa lebih nikmat.
“Mmpphhh bapaaakkk… Aku suka banget sama tubuh bapak… Bapak kekar banget… Aku suka sama badan bapak yang bisa bikin aku terangsang terus… Mmpphh apalagi kontolnya… Aku jadi gak sabar pengen ngerasain sodokan bapak lagi di rahim aku… Mmmppphhh” desah Putri yang semakin bersemangat dalam mengulum penis pak Beni.
“Aaaahhh yaahh…. Aaahhhh sepongan mbak kuat banget… Saya juga suka tubuh mbak… Mbak itu seksi… Saya jadi pengen ngeliat tubuh telanjang mbak lagi” Kata pak Beni yang semakin hanyut dan mulai tak memperdulikan dimana tempat mereka saat ini. Mata pak Beni bahkan ikut memejam menikmati sepongan Putri yang semakin dalam.
“Mmmpphhh aku juga paaakkk… Aku gak nahan… Aaaaaahhhhh… Cuiihhhh” desah Putri sambil meludahi penis pak Beni lalu mengocokinya setelah puas mengulum penisnya.
Putri pun menatap wajah pak Beni dengan penuh nafsu. Ia menatapnyaa sambil mempercepat gerakan tangannya dalam mengocok penisnya. Tatapannya yang menggoda membuat pak Beni lama-lama tidak tahan. Perpaduan sikap malu-malu Putri dengan kebinalannya dalam menggoda dirinya membuat pak Beni lama-lama ingin menghukumnya.
“Ayo berdiri mbak… Saya udah gak kuat pengen nyodok memek mbak” Kata pak Beni yang segera dituruti oleh Putri.
“Hihihihi siap paakkk… Ayooo” Kata Putri yang langsung berdiri lalu membelakangi pak Beni sambil menunggingkan pantatnya. Ia sudah bertumpu pada dinding bersiap untuk menerima hujaman pak Beni dari belakang.
Pak Beni meliahat ke kanan kiri sejenak. Menyadari tidak ada orang disana membuat Pak Beni langsung menaikkan rok gamis Putri lalu menurunkan celana dalamnya hingga tersangkut di kedua lututnya. Ia pun mulai mendekatkan penisnya mendekati pintu masuk vagina Putri.
Akhirnya ia bisa mendapatkan kesempatan ini lagi. Apalagi ia mendapatkannya di lorong kampus yang rawan ketahuan oleh teman-teman Putri.
“Dasar mbak yah udah bikin saya geregetan… Sekarang terima kontol saya ini… Terima amarah saya ini… Hennkgghhhh !!!
Jleeeebbbbb !!!
“Aaaaahhhh yaahhhhh” Desah Putri dengan manja.
Penis pak Beni dengan cepat langsung ambles menuju titik terdalam dari rahim Putri. Tubuh ramping Putri juga sampai terdorong maju ke depan. Mata Putri juga sampai merem melek merasakan terjangan penis pak Beni yang begitu bertenaga. Putri sangat puas meski ini baru permulaan saja. Ia pun jadi semakin tak sabar untuk merasakan aksi selanjutnya dari pria kekar yang bersiap untuk memuasi tubuhnya.
“Aaaahhhhh nikmat sekali jepitan memekmu ini mbaaak… Siap yaaahhh… Saya akan mulai” desah pak Beni sambil mendekap pinggul Putri ketika pinggulnya mulai ia tarik sebelum membenamkannya lagi ke dalam rahim Putri.
“Uuuhhhhhhhh” desah Putri sambil memejam.
Pak Beni kembali menarik pinggulnya sebelum menyodoknya lagi. Ia menariknya lalu mendorongnya lagi. Ia menikmati jepitan vagina Putri secara pelan-pelan. Ia menikmati setiap momen saat penisnya menggesek dinding vagina akhwat bermasker itu. Rasanya benar-benar nikmat. Meski cuma penisnya yang merasakan jepitan vaginanya namun kenikmatannya telah menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia pun mulai stabil dalam memaju mundurkan pinggulnya. Ia juga mulai mempercepatnya hingga desahan demi desahan terdengar dari mulut mereka.
“Aaaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhh nikmat sekali memekmu ini mbaaak… Aaahhh yaahh… Aaahhhh” desah pak Beni sambil menampar bokong Putri.
Plaaaakkkk… Plaaaakkk… Plaaaakkkkk !
“Aaaaahh yaahhh… Aaahhhh sakitt paakk… Aahhh jangan ditampar lagi… Ouuhhhhh dalem banget kontol bapaaakkk” Jerit Putri menahan kebinalannya ini.
“Aaahhhh… Aaahhhh suka-suka saya dong mbaaak… Aaahhhh salah sendiri sudah menggoda saya untuk memuasimu disini… Jangan salahkan saya kalau sampai ketahuan yah mbak !” Kata pak Beni yang sudah tidak peduli lagi.
“Aaaahhh… Aaaahh yaahh… Iyaahh… Aku janji… Asalakan aku bisa mendapatkan kepuasan dari kontol bapaakk” desah Putri yang sudah dilanda nafsu birahi.
Pak Beni semakin mempercepat laju penisnya dalam membombardir lubang kenikmatan Putri. Kecepatannya yang semakin cepat membuat jeritan yang keluar dari mulut Putri semakin kuat. Apalagi tangannya juga sambil meraba-raba permukaan bokong Putri. Bokong Putri di elus. Bokongnya terasa begitu halus. Sesekali ia menamparnya lagi hingga desahan suara Putri semakin terdengar keras.
Plaaakkk… Plaaakkk !
“Aaahhh paaakkk… Aaahhh yaahhh… Aaaaahhhh nikmat banget sodokan bapaak” desah Putri yang suaranya mulai menggema di lorong kampus.
Pasangan tua muda yang sudah tak peduli tempat dimana mereka bercinta itu terus berpacu. Pak Beni dengan beringas mulai menyetubuhi Putri dengan ganas. Sodokannya yang mulanya berada di gigi 2 langsung berubah menjadi gigi 7. Saking kuatnya gempuran pinggul pak Beni membuat pinggul Putri berbunyi berulang kali saat terbentur pinggul pak Beni. Putri yang tak sanggup menahan sodokan ini mulai menjerit keras. Apalagi saat tangan pak Beni dengan nakal mulai membelai payudara Putri yang masih bersembunyi di dalam gamis longgarnya.
“Aaaahhhhhhh… Aaaahhhhh paaakkk…. Aaaaahhhhh teruss… Terusss aaaahhhh” desah Putri tak peduli lagi.
“Aaaahhh yaahhh… Aaahhh nikmat banget… Aaahhhh rasanya kayak dicekik nih kontol saya mbaaakk” desah pak Beni dengan penuh nafsu.
Saat mata pak Beni membuka lalu matanya menoleh ke sisi bagian dalam dari lorong kampus tersebut. Ia mendapati adanya bayangan mendekat dari sisi kanan pertigaan lorong kampus tersebut. Seketika ia langsung menghentikan sodokannya. Ia panik lalu berbicara pada Putri.
“Duhh mbak… Kayaknya ada orang mendekat nih” Kata pak Beni sambil mementokkan penisnya ke dalam rahim Putri.
“Uuuhhhh gimana nih pak… Masa udahan ? Lagi nanggung nih” kata Putri yang tidak rela kalau menyudahi perzinahan mereka begitu saja seperti ini.
Seketika pak Beni melihat ke arah sebuah pintu yang agak sedikit terbuka. Ia lalu terpikirkan sebuah ide.
“Itu disana ruangan apa mbak ?” Tanya pak Beni.
“Ohhh itu kamar mandi pak ? Mau kesana ?” Tanya balik Putri.
“Ayo buruan… Kita lanjut disana” Kata pak Beni yang sebenarnya juga kepalang nanggung kalau dipaksa menyudahi perbuatannya begitu saja seperti ini.
Dengan terburu-buru. Kedua pasangan mesum itu langsung masuk ke dalam toilet yang terbuka. Tanpa memperdulikan itu toilet apa, mereka langsung masuk saja lalu juga memasuki salah satu bilik yang berada disana.
“Fiyuhh nyaris aja” kata Putri sambil mengunci bilik pintu di ruangan tersebut.
“Hah… Iya nih… Yuk dilanjut… Udah gak sabar saya ngerasain jepitan memek mbak lagi” kata pak Beni sambil tersenyum mesum menatap wajah Putri.
“Hihihiih… Yang sabar yah… Kalau gitu tolong bukain dong” kata Putri yang minta dibugili.
“Wah mau telanjang yah ? Ide bagus nih” kata pak Beni yang langsung menurunkan resleting gamisnya lalu mengangkatnya melalui kepala mungil Putri. Gamisnya pun terlepas, Putri dengan malu-malu menggantungnya pada gantungan yang berada di balik pintu.
“Behanya juga yah pak” kata Putri malu-malu sambil melepas ikatan bra Putri.
“Terserah mbak aja… Saya ikhlas asalkan bisa ngerasaian jepitan memek mbak lagi” Kata Pak Beni yang hanya duduk di toilet duduk sambil melihat Putri yang mulai menelanjangi dirinya.
“Hihihihi awas bapak ntar makin nafsu loh” kata Putri yang sudah bertelanjang bulat setelah melepaskan beha beserta celana dalamnya juga. Putri tingal mengenakan hijabnya. Bahkan maskernya sudah turun dan dibiarkan menggantung di lehernya sehingga pak Beni dapat melihat polosnya tubuh indah Putri.
“Kalau itu mah udah dari tadi mbak… Duh jadi makin seksi nih… Liat deh… Kontol saya sampai ngangguk-ngangguk ngeliat keindahan mbak Putri” kata pak Beni yang menggerakkan otot penisnya tuk menggoda birahi Putri.
“Hihihihi lucu banget… Bapak juga dong… Aku buka yah kancingnya” kata Putri sambil melepas satu demi satu kancing seragam pak Beni hingga terlepas seluruhnya.
“Terserah… Silahkan lakukan apa aja ke saya mbak” kata pak Beni membiarkan Putri melakukan apa saja pada dirinya.
Putri pun tersenyum. Setelah melepas seluruh kancing seragam pak Beni. Ia juga memelorotkan celana pak Beni hingga turun sampai lutut. Putri yang sudah bertelanjang bulat menyisakan hijab, stocking dan sepatunya itu menatap pak Beni yang tinggal mengenakan seragamnya yang itupun sudah terbuka seluruh kancingnya dan juga celananya yang turun sampai ke lutut. Putri sengaja tidak menelanjanginya karena menurutnya kondisi pak Beni saat ini jauh lebih seksi. Putri pun mendekat tuk menunggangi penis liar itu. Putri ingin menjinakkannya. Ia pun bersiap untuk menungganginya sambil memegangi bahu lebarnya.
“Uuuuuhhh paaakkk” desah Putri merasakan dalamnya sodokan pak Beni.
“Aaaaahhh nikmatnyaaa… Duh gak sabar digoyang sama akhwat binal ini” Puji pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Hihihihi gak cuma binal tapi juga jago muasin” Kata Putri sambil mengedipkan matanya sebelum tubuhnya mulai ia angkat lalu ia benamkan lagi.
“Aaaahh yaahhh… Iyyah seperti itu mbaak… Ouhhh ayoo lagi… Aaahh yaahhh… Mmpphhh” desah pak Beni puas sambil memegangi pinggang ramping Putri.
“Hihihi enak kan pak ? Aku juga nih… Mmpphhhh… Rasa kontol bapak emang gak ada duanya… Rasanya nikmat banget… Ouuhhhhh” desah Putri saat menatap mata pak Beni.
“Enak banget mbaakk… Rasanya emang josss… Ayo goyang teruss… Goyang kontol saya sampai mampus… Hahahha” tawa pak Beni yang sudah geregetan ingin digoyang Putri.
“Iyyahh paakk… Mmmpphh ini aku goyang kok… Aaahhhh gede banget kontol bapaakkk… Aaahhhh kuatnyaaa… Aaahhhh keras banget sih kontol bapak bikin aku… Aaahhh yaahhh” desah Putri yang mulai stabil saat naik turun menunggangi penis itu. Wajahnya yang sangek membuat pak Beni bergairah. Gerakan susunya yang bergoyang membuat pak Beni semakin sumringah. Goyangan pinggulnya yang sungguh nikmat membuat pak Beni jadi terus mendesah.
Pak Beni sangat menikmatinya. Ia menikmati goyangan Putri sambil menikmati keindahan yang ada di hadapannya.
“Aaaahhhh yaahhh… Aahhh beruntungnya saya bisa menodai tubuh seindah ini… Aaahhh teruss… Ayoo terus goyang mbaaakkk” desah Pak Beni menyemangati.
“Aaahhh iyaahh… Mmpphhhh… Mmpphh yaahh… Aku juga beruntung bisa menunggangi tubuh sekekar ini… Aku suka banget paakk… Aku jadi maauuu… Mmpphhhh” desah Putri yang tiba-tiba mendekatkan wajahnya untuk mencumbu bibirnya.
Ditengah goyangan Putri yang terus berlanjut. Bibir Putri dengan binalnya mendekat untuk menjepit bibir pak Beni sambil menyeruput. Putri menghisap bibir pak Beni. Lidahnya di dalam juga menjilati bibir pak Beni. Ia menikmati cumbuannya sambil terus menggoyang penisnya. Kenikmatan yang begitu terasa membuat pak Beni membalas cumbuannya.
“Mmpphh nakal banget yah kamu mbak… Mmpphhh pagi-pagi bukannya kuliah malah ngajak saya berzina… Mmpphhh untung mbak seksi… Saya jadi ada waktu buat ngelayani mbak” desah Pak Beni ditengah cumbuannya.
“Mmmppphh habis bapak hot banget sih… Aku jadi gerah ingin menikmati kontol bapak lagi… Mmpphhh salah sendiri bapak udah mencuri hati aku… Bapak harus tanggung jawab memuasi diriku… Bapak harus bisa memuasiku terus pokoknya… Kalau bisa setiap hari bapak harus membuat aku menggelinjang oleh sodokan bapak yang begitu memuaskan” desah Putri membalas kata-kata kotor pak Beni.
“Mmpphh tenang aja… Dimanapun dan kapanpun mbak butuh saya… Saya akan datang tuk memuasi tubuhmu… Sekarang ayo fokus berzina… Jangan banyak bicara lagi mbak !” kata pak Beni sambil terus mencumbu bibir manis putri.
“Iyyahh paakk… Mmpphhh aku nurut… Aku akan fokus menikmati kejantanan bapak” desah Putri yang juga terus mencumbu bibir tebal pak Beni.
Dikala bibir mereka yang saling menghisap. Lidah mereka di dalam juga saling berperang dengan menjilati satu sama lain. Lidah mereka seperti sedang pedang-pedangan. Kadang lidah mereka juga seperti sedang bermain smackdown. Terkadang lidah Putri menindihi lidah pak Beni. Kadang lidah pak Beni yang menindihi lidah Putri. Tak jarang pak Beni membawa lidah Putri ke dalam mulutnya. Pak Beni pun menghisapnya. Ia menyeruputnya hingga liur mereka jatuh menetes dari sela-sela mulut mereka.
Sedangkan Putri yang dicumbu seperti ini jadi semakin bersemangat. Ia jadi semakin rajin bergoyang. Ia benar-benar menikmati kebinalannya dengan memuasi tubuh pak Beni.
“Mmpphhh… Mmphhh… Aaahhh… Aaaahhh” desah mereka setelah berhenti bercumbu lalu saling tatap menatap dengan penuh nafsu.
“Aaahhh… Aahhh.. Indah sekali wajahmu ini mbaakk… Indah sekali pokoknya… Saya sampai kehilangan kata-kata” Kata pak Beni yang membuat Putri tersenyum malu.
Putri pun jadi semakin senang. Ia rasa, ia jadi semakin mencintai pejantan tuanya itu.
“Hihihih makasih pak… Mmpphhh aku percepat yah… Aku rasa aku udah mau keluar… Mmpphhh” desah Putri disela-sela goyangannya.
“Aaahhh yaahhh… Saya juga… Saya juga mau keluar kok mbak” balas Pak Beni yang rupanya sudah tidak tahan lagi.
Putri mulai bergerak cepat dalam menggoyang penis tukang sapu jalanan itu. Tubuhnya diangkat lalu diturunkan. Vaginanya diangkat lalu kembali diturunkan. Terasa gesekannya membuat mata Putri memejam. Penis pak Beni yang begitu keras memberikan sensasi tersendiri baginya. Putri sampai mendesah hingga deru nafasnya mengenai wajah pejantan tua yang memiliki wajah jelek itu. Pak Beni hanya bisa merem melek. Ia begitu dimanjakan oleh goyangan serta raut wajah betinanya yang begitu terangsang.
“Aaahhhh teruss… Teruss yang kenceng mbaakk… Aaahh yahh… Mantap sekalii… Aaahhh” Desah pak Beni menikmati goyangan Putri.
“Aaahhh iyaahh pakkk… Iyaaahhh… Aaahhhhh” desah Putri menuruti.
Lagi. Putri mengangkat tubuhnya dibenamkannya. Ia melakukannya sambil memejam karena ingin fokus menikmati goyangannya tuk merasakan gesekan dari penis pria tua yang merupakan tukang sapu jalanan itu. Ia mendesah juga mengerang penuh kenikmatan. Gesekannya membuat lendir di dalam vaginanya semakin banyak. Hal itu lah yang membuat Putri semakin nikmat. Ia kembali mempercepatnya. Dadanya sampai bergoyang naik turun memanjakan mata pejantannya.
“Aaaaahhhhhh” desah Putri terkejut hingga matanya membuka dan mendapati pak Beni tengah menyusu saat dirinya menggoyang tubuhnya.
Putri pun kembali memejam saat mendapatkan rangsangan tambahan yang membuatnya semakin kenikmatan.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Manisnya susumu… Mmpphh sslllrrppp” desah pak Beni sambil menyusu karena gemas akan godaan dari susu bulat itu.
“Aahhh paakkk gelii… Aaahhh… Aaahhhh” desah Putri merinding.
“Mmpphhh nikmatnyaaaa…. Mmpphh… Mmmpphhh” desah pak Beni saat menghisap puting susu Putri lebih kuat lagi.
“Aaaahhhh… Aaaahhhhhhh” desah Putri semakin keras.
Pak Beni dengan beringas langsung meremas dan menyeruput pentil susu Putri hingga puas. Bibirnya mengatup rapat. Lidahnya menggeliat tuk menjilat. Nampak susu Putri semakin basah. Nampak susunya semakin membesar saja.
“Aaaahhh… Aaaahhhhh… Aaaahhhh” desah Putri semakin keras saat nafsunya hampir mencapai puncak.
“Mmpphh aaahhh… Mmpphh yaahhh… Ayo goyang terus mbak… Yang keras… Yang cepat !!!” Desah pak Beni menyemangati.
“Aaahhh iyyaahhh… Iyyaahhh” desah Putri yang sudah tidak kuat lagi. Sama halnya dengan Putri, pak Beni juga. Ia pun menahan birahinya agar bisa keluar bersamaan dengan semprotan betinanya.
Putri mempererat pegangannya pada bahu pak Beni. Ia lalu mengangkat tubuhnya setinggi-tingginya lalu membenamkannya sedalam-dalamnya. Tusukan penis pak Beni jadi semakin terasa. Sensasi liarnya membuat pikirannya semakin bernafsu untuk mendapatkan kenikmatan dari pemuas nafsunya itu.
“Aaahhhh… Aaaaahhhh”
Putri menggoyang tubuhnya maju mundur. Gerakannya seperti sedang menguleg sambel. Terasa sensasi pedas di vaginanya. Terasa sensasi panas yang membuat dirinya tak pernah puas. Putri kemudian melakukan gerakan memutar. Gerakannya seperti sedang menggerakan persneling mobil. Vaginanya seperti sedang diubek-ubek saja. Nayla puas. Kedua tangannya pun ia taruh di kedua payudaranya agar memudahkan pak Beni untuk menyususu disana.
“Aaaahhh… Aaaahhhh… Aaaaahhhhh… Ini pak jilat !”
“Mmmpphh ssllrrp… Mmpphh sllrrpp nikmatnyaa… Nikmat sekali susumu mbak”
“Aaahhh yahhh… Aaahhh teruss… Aaahhhhh” desah Putri saat merasakan tanda-tanda orgasme mendekat.
“Aaahhh… Aayooo… Lebih cepat… Uhhhhhh” desah pak Beni yang blingsatan merasakan goyangan liar Putri.
Gairah Putri memuncak. Nafsunya membara. Tubuhnya semakin panas. Ia pun melampiaskan semuanya dengan menggoyang penis pak Beni lebih cepat lagi. Goyangannya jadi terasa nikmat. Ia pun tak kuat untuk menahan semua goyangan ini lagi.
“Aaaahhh paakkk… Aaahhhh… Aaaahhhhh” desah Nayla tak kuat lagi.
“Ouuhhh yaaahhh… Aaayyooo mbaakk… Terusss… Aaahhh nikmatnyaaaa”
“Aaahhh akuu udah gak kaut… Aku mauu kelluaarrr, pak… Akuuu maauu kelluaarrr”
“Aaahhh saya jugaa… Saya juga udah gak kuat lagi… Ayo keluarkan sama-sama !”
Tubuhnya kembali bergerak naik turun. Gerakannya yang terlalu cepat membuat pak Beni sampai harus memegangi pinggangnya. Ia pun melepaskan cumbuannya pada payudara Putri dan membiarkan akhwat binal itu bergoyang sambil meremas susunya sendiri.
“Aaaahhh yaahh… Aaahhh paakk nikmat bangett… Aaahhhh… Aaahhhh” desah Putri sambil terus bergerak naik turun dikala tangannya terus meremasi kedua payudaranya.
“Aaahh yaahhh… Aaahhh terusss mbaakk… Terus remes lagi yang binaaalll… Puaskan nafsumu itu ke kontol saya !” desah pak Beni yang semakin menikmati kebinalan Putri.
“Aaahhh iyaahhh ouhhh… Ouhhhhh… Aaahhh bapaakkk… Memek aku jadi gatel bangett… Aku mau keluaar… Aku mau keluuaar” Desah Nayla yang jadi semakin binal dalam menggoyang penis pak Beni.
“Aaahhh iyaahhh… Aaahhh terus garuk mbaakk… Garuk memek mbak menggunakan kontol saya” desah pak Beni yang semakin merem melek menahan kebinalan Putri.
“Aaaaahhh iyaahhh… Iyyyaahh… Aaahhh benerannn… Aahhh aku mau keluuaar… Aakuu… Aaahhhh Akuuuu… AAAAAAHHHHHH !!!” Jerit Putri dengan sangat keras.
“Aaaahhhh saya jugaaa… Henggkkhhh !!!” Jerit pak Beni tak lama kemudian.
Putri yang mulai merasakan cairan cintanya mendekat, ia langsung membenamkan tubuhnya sedalam-dalamnya ke arah pangkuan pak Beni. Pak Beni yang juga merasakan cairan cintanya mendekat langsung menancapkan penisnya hingga menyodok rahim terdalam dari Putri. Kelamin mereka pun bersatu. Tak lama kemudian gelombang yang mereka tunggu-tunggupun datang menyusul kemudian.
“Aaaahhhh kelluaaaarrrrr !!!” Desah mereka bersamaan.
Jlleeebbbb !!!
“Paaaaakkkkkkkkkkk… Mmppphhhh” Jerit Putri yang langsung memegangi kedua pipi pak Beni lalu bibirnya mendekat tuk mencumbu bibir pria tua itu dikala cairan cintanya dengan deras keluar mengisi rahim kehangatannya.
“Mmppphhhhh” desah pak Beni kali ini sambil memeluk erat punggung Putri ke arah tubuhnya. Spermanya dengan deras menyusul tak lama kemudian. Rahim Putri pun penuh. Rasanya sungguh nikmat setelah digoyang berulang kali oleh akhwat binal yang sudah ia gagahi berulang kali itu.
“Mmppphhhh… Mmppphhh” desah mereka terus berciuman selagi membiarkan cairan cinta mereka bercampur memenuhi rahim kehangat Putri.
Mata mereka terus memejam. Mereka menikmati persetubuhan mereka dengan terus mencumbu menikmati sepongan di bibir lawan mereka masing-masing. Cukup lama mereka bercumbu hingga tetes terakhir cairan cinta keluar menggenangi rahim Putri. Putri pun melepas cumbuannya. Ia sangat malu hingga wajahnya memerah. Ia lalu berdiri setelah mendapatkan energinya kembali.
“Uuhhhhhhh” desah Putri saat campuran cairan cinta mereka keluar membasahi penis yang sudah lemas itu.
“Hah… Hah… Hah… Puasnyaa… Puas sekali saya mbak hari ini” kata Pak Beni ngos-ngosan.
“Hihihi aku juga pak… Tapi aku masih harus kuliah nih… Mmpphhh… Padahal pengen main ronde dua bareng bapak… Hihihihi” kata Putri yang seolah belum puas kalau main sekali dengan pak Beni.
“Hah… Hah ? Ronde dua ? Duh saya udah gak kuat mbak… Besok-besok lagi yah… Kontol saya udah lemes gini nih” Kata Pak Beni yang justru tak sanggup mengimbangi nafsu Putri.
“Hihihihi tau kok… Goyangan aku hebat banget sih yah, soalnya ?” Tawa Putri.
“Banget… Hebat pake banget” Kata pak Beni sambil memberi jempol pada Putri.
“Hihihih makasih pak” Kata Putri tersenyum manis.
Putri yang harus kuliah akhirnya buru-buru mengenakan gamisnya kembali setelah mencuci vaginanya menggunakan semprotan yang ada di sisi toilet duduk itu. Setelah mengenakan seluruh pakaiannya lagi juga mengenakan maskernya lagi. Ia lalu buru-buru pamit agar tidak terlambat menuju kelasnya nanti.
“Aku permisi dulu yah pak… Ini hadiah perpisahan dari aku… Muuachhh… Sampai bertemu besok lagi… Hihihih” kata Putri setelah memberi ciuman di pipi pak Beni.
“Iyyahh mbak… Hati-hati di jalan yah… Hah… Hah… Puas banget… Sampai lemes gini coba” kata pak Beni yang masih duduk bersandar pada toilet duduk dalam keadaan kemeja terbuka dan celana yang turun sampai ke lutut.
Ia lalu tersenyum membayangkan aksi Putri saat memuaskannya. Ia benar-benar puas pada Putri. Tapi ia jadi teringat Nayla lagi. Setiap kali ia merasakan goyangan Putri, ia jadi ingin merasakan goyangan Nayla lagi.
“Hah capek… Hah capek banget… Setelah saya digoyang Putri untuk yang kedua kalinya… Ternyata goyangannya sangat memuaskan juga… Gak nyesel saya udah digoyang lagi olehnya… Tapi tetep… Hah, mbak Nayla” lirihnya yang masih tetap menginginkan goyangan Nayla lagi.
“Hah… Kapan yah ? Bisa ngentot sama mbak Nayla lagi ? Kangen deh… Pengen ngerasaian sensasi binalnya lagi” Lirih pak Beni tersenyum membayangkan semua itu.
Saat sedang asyik-asyiknya beristirahat sambil menikmati momen-momen setelah orgasme. Seketika pintu bilik terbuka. Terdapat seorang akhwat yang terkejut melihat setengah ketelanjangan pak Beni di balik bilik kamar mandi itu.
“Aaaaahhhhhhhh… Apa yang bapak lakukan ? Bapaakkk ? Bapaak yang waktu itu melecehiku kan ?” Kata akhwat bercadar yang teringat saat pak Beni melecehinya sebelum diberi pelajaran oleh suaminya.
“Eehh tunggu… Tunggu mbakkk… Saya bisa jelaskan… Tolong jangan teriak” Kata pak Beni panik yang akhirnya buru-buru menaikkan celananya lagi.
“Jangan-jangan bapak habis memperkosa mahasiswi sini yah ? Ini gak bisa dibiarin ! Toloonggg… Tolonnggggg” Teriak akhwat itu yang membuat pak Beni kalut.
Pak Beni dengan buru-buru langsung menabrak akhwat bercadar itu. Akhwat itu pun terdorong hingga jatuh dalam posisi duduk di lantai kamar mandi. Dengan cepat ia berlari keluar. Ia pun berlari sambil mengancing seragamnya lagi.
“Duh gawat… Gara-gara mbak Putri keluar tapi gak ngunci pintu bilik tadi… Hampir aja saya ditonjok lagi gara-gara akhwat tadi… Siapa sih akhwat tadi kok jadi sering ketemu terus ? Hah nyaris aja… Ternyata dari tadi saya main di toilet cewek yah ? Pantes aja… Pokoknya saya harus keluar dari kampus ini… Jangan sampai kehadiran saya dicurigai orang lain lagi” Lirih pak Beni sambil terus berlari menjauhi kampus ini.
Sementara itu disaat yang sama namun di tempat yang jauh berbeda.
“Loh kok ada pesan masuk ? Dari siapa nih ? Eh pak Urip ?” Kata akhwat cantik yang sedang duduk manis menonton tayangan badminton di depan tivinya.
“Siapkan dirimu non… Saya akan segera pulang… Dandan yang cantik… Kenakan pakaian yang terbaik !… Oalah hihihih… Akhirnya gak lama lagi bisa digenjot pak Urip lagi nih… Dari tadi aku tunggu padahal” Kata Nayla tersenyum setelah membaca isi pesan itu.
Nayla pun segera mematikan tivi lalu beranjak pergi menuju kamarnya untuk bersiap-siap mandi. Membayangkan kalau pak Urip akan menyetubuhinya lagi membuat jantungnya dag-dig-dug sendiri. Ia mengingat-ngingat momen saat pak Urip menyetubuhinya. Ia begitu merindukannya. Ia pun tak sabar bisa dipuasi oleh pembantu tuanya itu lagi.
Setelah membuka pintu almarinya untuk mencari pakaian yang akan ia kenakan untuk menggoda pak Urip. Matanya justru teralihkan pada sebuah botol yang tersimpan baik di dalam tas ranselnya.
“Eh ini kan ?” kata Nayla sambil mengambil botol yang masih tersisa air di dalamnya.
Seketika Nayla tersenyum. Ia lalu duduk di tepi ranjang sambil membuka botol minuman itu.
“Ini kan obat yang bikin aku sangek lagi… Obat yang kubeli dari dokter abal-abal itu… Ihhh nyebelin, niatnya mau beli obat anti perangsang eh malah diberi obat perangsang… Tapi bagusnya aku jadi bisa sebebas ini sih sekarang… Hihihihi” Kata Nayla mengenang momen itu.
“Kalau misalkan aku minum minuman ini… Bisa-bisa persetubuhan nanti bakal semakin bergairah nih… Aku pasti bakal puas banget saat digenjot pak Urip disaat aku lagi nafsu-nafsunya… Tapi, kalau misalkan pak Urip bawa orang lain gimana ? Gelandangan tua yang kemarin dibahas misalnya ? Duh…” kata Nayla khawatir.
“Bisa-bisa aku yang lagi sangek-sangeknya gak bisa berbuat apa-apa selain dinikmati gelandangan tua itu dong… Ihhh amit-amit deh… Gimana yah ? Diminum gak yah ?” Kata Nayla mendadak ragu.
Ditengah kebimbangan yang melanda dirinya, Nayla seketika langsung meminum obat ramuan itu. Ia menenggaknya hingga habis tak tersisa. Ia lalu mengelap bibirnya menggunakan lengan pakaiannya.
“Aaahhh segernya… Hah, moga aja nanti pak Urip dateng sendiri… Moga aja pak Urip gak pulang sambil membawa gelandangan tua… Tapi kok aku punya firasat pak Urip bakal bawa gelandangan tua yah, pak Dikin misalnya… Hmmm entahlah… Mending aku mandi… Terus bersiap-siap tampil cantik buat melayani pak Urip nanti… Hihihihi… Binal banget sih aku, sekarang ini” Kata Nayla sambil tersenyum saat berjalan menuju ke kamar mandi.
Keputusan telah Nayla buat. Ia ingin bercinta saat sedang sangek-sangeknya dengan bantuan obat perangsang lagi. Apakah keputusannya tepat ? Nayla pun telah melempar taruhan tanpa mengetahui kalau ada pria tua rendahan yang berbau busuk yang bahkan memiliki wajah jelek yang tak dapat diampuni lagi tengah mendekat menuju rumahnya. Apakah keputusan Nayla tepat ? Apakah Nayla akan digenjot gelandangan tua ? Lalu apakah pak Urip akan bergabung atau hanya membiarkan mereka berdua saling gempur ? Tunggu kelanjutannya di chapter depan !
Bersambung