Part #17 : Kedatangan sang pemuas nafsu birahi

Pagi menjelang siang di salah satu rumah yang berada di ibukota. Tepatnya di sebuah kamar yang biasa ditempati oleh pasangan suami istri. Disana terdapat seorang akhwat yang baru saja mandi. Akhwat itu tengah duduk di dekat meja riasnya sambil berkaca demi menyiapkan penampilan terbaiknya. Sungguh luar biasa parasnya. Matanya yang indah, bulu matanya yang lentik, bibirnya yang merah merona serta hidungnya yang mancung. Semua itu terdapat pada wajah akhwat yang sehari-harinya biasa menutupi sebagian wajahnya dengan cadar.

Baru setelah ia selesai merias wajah indahnya. Ia pun menutupi sebagian wajahnya itu menggunakan cadar yang memiliki warna selaras dengan gamis longgarnya. Akhwat itu bernama Nayla. Nayla sudah selesai bersiap-siap. Satu-satunya yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menunggu. Menunggu pangeran pemuasnya tuk datang agar bisa memberinya kenikmatan yang tak dapat ia bayangkan.

Nayla gelisah. Entah kenapa makin kesini ia merasa gugup saat menanti kedatangan pemuasnya. Ia lalu menatap ke cermin. Ia tersenyum sambil geleng-geleng kepala menyadari dirinya sudah sejauh ini.

“Gak nyangka aku udah segila ini sekarang hihihih… Gak pernah ngebayangin dulu aku bakal jadi sebinal ini… Semua gara-gara pak Urip nih ! Haruskah aku menyesal ? Atau justru bersyukur ? Jujur sih, aku agak menyesal tapi juga bersyukur… Aku sadar kalau sampai mas Miftah sama kedua orangtuaku tahu tentang sikapku belakangan ini, pasti mereka akan kecewa berat… Aku yang dari dulu belajar di Pondok Pesantren tapi nyatanya malah rusak kayak gini pasti mereka akan kecewa banget ke aku… Tapi dengan semua kepuasan yang sudah pak Urip berikan ke aku… Aku ngerasa kayak belajar hal baru… Aku jadi senang karena bisa mendapatkan kepuasan yang tak terkira, sesuatu yang sebelumya aku ragu bisa mendapatkannya dari mas Miftah saja… Untungnya dengan semua pemerkosaan yang pak Urip lakukan padaku… Aku mulai terbiasa… Aku jadi gak ragu lagi untuk menyerahkan tubuhku pada siapa aja… Ya siapa aja… Kecuali gelandangan tua !” Lirih Nayla saat teringat pak Dikin lagi.

“Ihhhh tolong dong… Jangan gelandangan tua juga kali… Huft moga aja pak Urip gak bawa pak Dikin beneran… Tapi kok aku malah ngerasa pak Dikin yang dateng yah… Mana sekarang memekku mulai gatel lagi… Duhhh pak Urip kok belum sampe rumah sih ? Aku udah mulai sangek nih gara-gara obat dari dokter gadungan itu” Kata Nayla sambil sesekali menggesek pahanya tuk menahan rasa gatal di vaginanya.

Ia lalu berdiri tuk melihat penampilannya di cermin. Ia yang ingin memberikan penampilan terbaik saat persembahan tubuhnya pada pak Urip nanti mencoba untuk mengamati adakah yang kurang dari penampilannya sekarang ?

Dari atas ia dapat melihat kepalanya yang tertutupi oleh hijab berwarna favoritnya yakni putih cerah. Sedangkan tubuhnya yang mulai berisi itu tertutupi oleh gamis longgar yang bentuknya mirip seperti gaun mewah yang tampaknya sengaja ia pakai untuk menyambut kedatangan pangeran pemuasnya. Nayla sengaja tampil bak permaisuri yang siap untuk menyambut kedatangan sang pemuas nafsu birahi. Gamisnya itu menyatu dengan rok yang menutupi kaki jenjangnya. Penampilannya terlihat mewah. Sepertinya ia sengaja untuk membuat persetubuhannya nanti begitu wah.

“Kayaknya cukup deh… Aku cantik… Gak sabar ngeliat ekspresi pak Urip nanti… Hihihii terpesona gak yah liat aku pake gamis mewah kayak gini ?” Lirih Nayla penuh harap sambil membayangkan ekspresi wajah pemuasnya nanti.

Seketika ia mendengar suara motor mendekat. Nayla pun langsung berjalan ke arah jendela untuk melihat keadaan di luar. Ya, ia akhirnya melihat motor milik pak Urip memasuki halaman rumahnya. Tapi sekilas ia melihat kalau pak Urip memboncengi seseorang. Nayla tak melihatnya dengan jelas yang membuatnya segera berpindah ke ruang tamu untuk melihat siapa seseorang yang dibawa oleh pak Urip ke rumahnya ini.

“Eh pak Urip bawa siapa yah ? Aku kok ngerasa kalau tadi itu . . . .” Batin Nayla merasa tidak enak. Ia pun terus menduga-duga saat berjalan keluar dari dalam kamarnya.

Apalagi sekilas ia telah melihat celana yang dikenakan oleh orang itu tampak kotor, lusuh dan tentunya tidak sedap dipandang. Nayla merasa kalau itu adalah gelandangan yang sudah dijanjikan untuknya. Nayla seketika bergidik membayangkannya. Tapi ia tak pantang menyerah. Mungkin saja bayangan di benaknya salah. Bisa jadi orang itu cuma orang miskin yang masih suka mandi sehari minimal dua kali.

“Amit-amit deh kalau pak Dikin orangnya… Apalagi yang sejenisnya… Masa gak ada orang lain sih pak ? Yang minimal sering mandi lah… Gak tahan tau kalau sampai nyium bau busuknya” Kata Nayla sambil berjalan menuju jendela rumahnya.

Diam-diam dari dalam ia mengintip keadaan di luar. Terlihat pak Urip sedang mengobrol menutupi orang yang diboncenginya. Tangan Nayla dari dalam bergerak-gerak meminta agar pak Urip menyingkir agar dirinya dapat melihat tamu yang diboncengi oleh pembantunya.

“Siapa sih orang itu ? Kok bikin penasaran yah… Eehhhhh” Kata Nayla sekilas saat melihat wajah tuanya.

“Orang itu ? Gak mungkin ! Jangan-jangan !!! Astaghfirullah… Masa sih ? Ini beneran ?” Kata Nayla yang masih tak mengira saat melihat penampakan tubuhnya. Akhirnya sosok misterius itu terlihat seluruhnya oleh Nayla. Nayla sampai merinding. Ia lalu mengangkat lengan bajunya tuk melihat keadaan tangannya. Ia melihat bulu kuduknya merinding. Rasanya seperti baru melihat penampakkan saja. Nayla pun hanya bisa geleng-geleng kepala saat pasrah menerima keadaan.

“Pak Dikin ? Pak Urip bawa pak Dikin ke rumah ? Aku harus . . . Aku . . . . Aku harus ini nih ? Ngentot dengannya ?” Kata Nayla yang masih tak percaya.

Tokkk… Tokk… Tokkk…

“Assalamualaikum non Nayla… Saya sudah sampai rumah… Hakhakhak” Terdengar suara ketukan pintu yang membuat Nayla buru-buru bersiap berdiri di depan pintu ruang tamunya.

“Walaikumsalam pak” Kata Nayla saat membukakan pintu untuk menyambut kedua pria tua yang ditakdirkan untuk menjadi pemuas tubuhnya sekarang.

Sesuai dugaan, kedua pria tua itu terpana melihat keindahan yang ada pada tubuh Nayla. Dari atas ke bawah. Wajah kedua pria tua itu tak menemukan adanya satu kecacatan yang ada pada penampilan Nayla. Penampilan Nayla sungguh sempurna. Penampilannya berbanding terbalik dengan kedua pria tua rendahan yang masih berdiri tegak tanpa berbuat apa-apa di depan rumah akhwat bercadar itu.

Pak Urip cuma mengenakan pakaian andalannya yakni kaus oblong serta celana kolor tanpa daleman. Sedangkan pak Dikin cuma mengenakan kemeja berlengan pendek yang itupun sudah lusuh serta celana ¾ yang cuma bisa menutupi paha kurusnya.

Nayla yang ditatap seperti itu hanya bisa berdiri malu-malu. Apalagi terlihat jelas kalau kedua pria tua itu menatap Nayla dengan penuh nafsu. Nayla pun hanya bisa membayangkan nasibnya yang bakal dipaksa untuk melayani kedua pria berwajah buruk rupa itu. Apakah ia sanggup ? Nayla hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan. Ia tak sanggup membayangkan. Ia pun pasrah membiarkan semuanya mengalir begitu saja sampai ia menikmati setiap sodokan yang akan diberikan oleh mereka berdua.

“Hakhakhakhak” Tawa pak Urip menatap wajah pak Dikin.

“Buahahahaha… Ini ? Mbak Nayla ?” Tawa pak Dikin menatap wajah pak Urip.

Nayla yang melihat mereka berdua tertawa seolah paham dengan maksud mereka. Pasti pak Dikin terkejut melihat dirinya yang akan menjadi pelampiasan birahinya. Nayla pun sedari tadi tak sanggup mengangkat wajahnya. Ia hanya pasrah saja membiarkan pria-pria tua itu menikmati pemandangan pada tubuh indahnya.

“Hehehe mari masuk pak” Kata Nayla yang buru-buru meminta mereka berdua masuk sebelum ada orang lain yang melihat.

Kedua pria tua buruk rupa itu pun masuk lalu duduk setelah diminta oleh tuan rumah yang cantik jelita itu. Saat kedua pria tua itu duduk di sofa panjang di dalam ruang tamu. Nayla seketika diminta duduk di tengah-tengah dari posisi duduk mereka berdua. Sontak Nayla gugup. Namun tubuhnya hanya menuruti apa yang diminta oleh pembantu tuanya itu.

“Sini non… Duduk disini… Ada yang mau saya kenalkan ke non… Hakhakhak” tawa pak Urip sambil mengajak Nayla.

“Mmmpphh… Iyyah pak” Kata Nayla malu-malu.

Namun baru saja ia hendak melangkah, aroma busuk yang berasal dari tubuh gelandangan tua itu mulai tercium oleh hidungnya. Nayla agak ragu, namun memaksa maju, tiap kali ia mendekat tercium aroma busuk yang semakin terasa. Namun demi melindungi harga diri pak Dikin agar tidak tersinggung, Nayla pun menahan semua itu dan berpura-pura tidak mencium apa-apa.

“Buwahahaha… Indahnya wajah cantik ini… Padahal baru kemarin kita ketemu yah mbak… Masih inget banget saya mbak ngasih saya uang lima ribu kan ? Eh sekarang kita sudah ada disini bersiap-siap untuk bertempur birahi… Denger-denger mbak bosan main sama suami mbak yah ?” Kata pak Dikin sambil membelai paha Nayla.

Gleeegggg !!!

Nayla menenggak ludah. Diluar dugaan usapan tangan kotor dari gelandangan tua itu meningkatkan nafsu birahinya

“Oh gitu yah ? Kemarin non Nayla ngasih uang lima ribu yah ? Gak nyangka non sampai bayar lima ribu buat ngajak pak Dikin ngentot… Hakhakhak” Tawa pak Urip menimpali.

“Buukk… Bukaann gitu paakk… Bukan giiituu maksud aku” Jawab Nayla sambil menatap pak Urip.

Seketika tangan pak Dikin membelai dagu Nayla yang masih tertutupi cadarnya lalu mengarahkannya agar dapat menatap wajah tuanya.

“Liat sini dong cantik… Katanya mbak pengen main sama gelandangan tua yah… Ini saya sudah datang… Kok mbak malah ngeliat pak Urip sih ?” Kata pak Dikin sambil tersenyum mesum.

“Bukk… Bukannn gituu paakk… Akuu…. Akuu cuma maluuu… Iyya maluuu” Kata Nayla yang sebenarnya gak sanggup tuk menatap wajah buruk gelandangan tua itu.

“Buwahahahahha… Malu-malu katanya pak Urip” Tawa pak Dikin dengan keras yang membuat pak Urip ikut tertawa.

“Hakhakhak… Emang lonte saya ini… Ehh majikan saya ini orangnya suka gitu… Kalau sebelum main mah suka malu-malu tapi kalau ditengah permainan luar biasa nafsu… Bapak pasti akan mengalami sendiri nanti kebinalan majikan saya ini” Kata pak Urip yang membuat nafsu pak Dikin semakin bangkit.

“Oh yah ? Beneran yang tadi pak Urip bilang mbak ?” Tanya pak Dikin lagi sambil menatap wajah cantik Nayla.

“Iyyy… Iyyaa pakk… He’em” Jawab Nayla malu-malu yang membuat pak Dikin tertawa puas.

Duhhhh baunya makin terasa gini lagi… Gak kuat deh nyium bau badannya ini…

Batin Nayla tak tahan.

“Buwahahaha… Kok saya jadi penasaran yah… Coba kita pemanasan dulu gimana ?” Kata pak Dikin yang menjadi tidak sabar untuk menguji kebinalan Nayla.

Pak Dikin pun memelorotkan celananya hingga turun sampai ke lutut. Penisnya yang sudah keluar itu ia sodorkan pada akhwat bercadar disampingnya.

Apa ? Segini kontolnya pak Dikin ? Gede banget !!!

Batin Nayla saat pertama kali melihatnya. Pupil matanya sampai membesar. Pak Dikin yang memergokinya pun tersenyum sambil membimbing tangan Nayla ke penisnya.

“Gimana ? Gede kan ? Mbak suka kan ?” Kata pak Dikin yang membuat Nayla menenggak ludah.

Meski penisnya besar, ia sadar kalau penis itu jarang dicuci atau malah jarang diceboki oleh pemiliknya yang membuat Nayla agak ragu untuk menyentuhnya. Meski tangannya dibimbing oleh pak Dikin, ia agak menahannya nakun tenaga pak Dikin lebih kuat hingga memaksa tangannya untuk mendekap penis raksasanya.

Gleeeggg !!

“Ssuu… Ssuukka pak” Jawab Nayla agak ragu yang membuatnya terlihat malu-malu yang malah membuat pak Dikin semakin bernafsu.

“Eh saya jangan ditinggal dong… Ayo non… Mainin kontol saya juga” kata pak Urip yang mupeng sehingga ikut bergabung setelah memelorotkan celananya juga. Sekilas penis raksasa yang sering memasuki vagina majikannya itu keluar menantang birahi akhwat bercadar itu.

Nayla yang duduk diantara kedua pria itu hanya bisa menenggak ludah. Ia merinding ketika kedua tangannya sama-sama membelai kedua penis dari kedua pria tua itu. Mata Nayla pun menoleh ke kanan tuk melirik penis milik pak Dikin.

Nayla tak menyangka. Gelandangan tua yang memiliki tubuh kurus itu rupanya memiliki penis raksasa yang ukurannya begitu besar. Warnanya juga sangat hitam. Bahkan ujung gundulnya saja sudah besar yang membuat Nayla berfikir sejenak. Apa muat penis sebesar ini masuk ke dalam vaginanya ?

Saat wajahnya melirik ke kiri tuk menatap penis pak Urip. Ia akhirnya dapat melihat penis tua itu lagi. Penis yang berulang kali memuaskan nafsu birahinya. Sesuai dugaan, baru melihat penisnya saja membuat nafsu Nayla semakin memuncak. Apalagi setelah ketambahan rangsangan dari obat yang ia minum memudahkan nafsunya untuk bangkit saat memegangi penis pembantu tuanya itu.

Setelah memperhatikan kedua penis hitam itu secara bergantian. Kedua tangan Nayla mulai bergerak tuk mengocok penis yang bentuknya telah menggoda birahinya ini. Ia melirik ke kanan lalu ke kiri. Paras mereka tidak ada yang bentuknya surgawi sama sekali. Wajah mereka sama-sama tidak enak dipandang. Namun penis-penis mereka benar-benar menantang sehingga diri Nayla jadi semakin terangsang.

“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Buwahahahaa… Baru kayak gini aja udah enak banget… Ayo mbaakk… Ayooo kocok terus kontol saya” Desah gelandangan tua itu.

“Aaaahhhh… Aaahhh… Iyyaahhh… Lakukan seperti biasanya non… Aaaahhh… Kocok yang keras… Betot kontol saya… Mainkan kontol saya sesukamu” Desah pembantu tua itu yang membuat Nayla menenggak ludah untuk kesekian kalinya.

“Mmpphhhh iyyaahhh paakkk… Kontol bapak pada gede-gede semua sih… Mmmpphhh… Aku gak nyangka kontol bapak pada segede ini” Puji Nayla sambil sesekali melirik penis-penis mereka secara bergantian.

Duhhh kok aku malah nafsu yah… Dasar aku… Dikasih kontol gede aja malah nafsu…

Batin Nayla mulai tergoda.

“Buwahahahha… Ini belum seberapa mbak… Kontol saya belum ngaceng maksimal loh… Nanti pas kontol saya udah ngaceng banget pasti mbak bakal kaget ngerasain betapa kerasnya kontol yang saya punya” Kata pak Dikin yang membuat Nayla terkejut hingga mata mereka saling menatap.

Segini belum gede ? Kontol segede ini masih bisa gede lagi ? Hebat banget kontolnya pak Dikin ini ? Ini beneran kan ? Pak Dikin gak bohong kan ? Kok, aku malah jadi makin penasaran yah ?

Batin Nayla tergoda.

“Loh non lupa yah ? Segini mah belum dikatain gede non… Ini baru setengahnya… Kontol saya belum ngaceng maksimal… Kayaknya non lupa deh gara-gara kemarin kita libur ngentot… Hakhakhakahk” Tawa pak Urip yang membuat Nayla menolehkan wajahnya menatap pak Urip.

Iya kah ? Kok aku sampai lupa yah gimana ukuran paling maksimal dari kontolnya pak Urip… Pasti gara-gara kemarin aku menikmati kontol-kontol pria lain membuatku lupa akan besarnya kontol pak Urip… Kalau dipikir-pikir iya sih… Memekku udah lama gak dimasukin kontolnya pak Urip… Mmpphhh jadi gak sabar deh… Jadi gak nahan pengen digenjot pak Urip lagi…

Batin Nayla sambil menatap penis pak Urip.

Ngomong-ngomong soal pak Dikin… Kontolnya kok nafsuin banget sih… Mmpphhh kenapa aku jadi tergoda gini yah ? Padahal baunya itu loh ! Gak nguatin banget ! Sebenernya daritadi aku risih pengen pergi dari sini… Tapi gara-gara ngeliat ukuran kontolnya… Aku kok jadi penasaran yah… Apa rasanya kontol gelandangan tua enak ? Eh astaghfirullah… Enggak… Jangan sampai masuk… Amit-amit ihhhhh !

Batin Nayla saat menatap penis pak Dikin lagi dikala tangannya terus mengocok penis pak Dikin naik turun.

Nayla pun sangat menikmati perbuatannya dalam mengocok kelamin-kelamin mereka. Meski aroma busuk yang ia cium semakin kuat. Ia sedari tadi terus menahan nafasnya agar dapat mengocoki penis mereka, terutama penis pak Dikin yang tergolong baru baginya. Seketika ia bimbang. Nafsunya yang semakin memuncak tiba-tiba menginginkan penis pak Dikin untuk ia cicipi.

Dduuhhhh pak Dikin kok lama-lama nafsuin banget sihhh… Kontolnya bikin gemes aja deh… Mmpphhhh bikin tanganku geregetan aja !

Batin Nayla yang akhirnya membetot kuat penis pak Dikin hingga membuat pemiliknya terkejut.

“Aaaahhhh… Nahhh kocok yang kuat mbak… Aaahhhh iyahh seperti itu… Ouhhh nikmatnyaa… Kocok yang kuat mbak” Desah pak Dikin yang semakin menikmati.

“Lohhh saya juga dong non… Masa kontolnya pak Dikin doang yang dibetot sih” kata pak Urip iri.

“Mmpphhh iyya pak maaf… Aku daritadi ngeliatin kontolnya pak Dikin soalnya… Aku penasaran sama kontolnya pak Dikin” Jawab Nayla dengan jujur yang membuat kedua pria tua itu tertawa.

“Buwahahhaa… Penasaran ? Apa yang dipenasaranin dari kontol saya mbak ? Bukannya sama aja kayak kontolnya pak Urip ?” Tanya pak Dikin penasaran.

“Mmpphhh beda paaakkk… Pokoknya beda aja… Kontol bapak lebih hitam… Pentolnya juga lebih gede daripunyanya pak Urip dan juga . . . .” Kata Nayla sambil melirik kedua penis mereka tuk membandingkannya. Seketika ucapannya pun terpotong karena lidahnya ragu untuk mengucapkannya.

Duhhh bilang gak yah… Makin lama kok aku malah nafsu sama bau badannya pak Dikin yah ? Mau bilang tapi takut bikin tersinggung… Gara-gara kontolnya pak Dikin nih… Aku malah jadi kayak gini…

Batin Nayla bimbang.

“Dan juga ? Kenapa nih mbak ? Buwahahah” Tawa pak Dikin yang semakin menikmati kocokan akhwat bercadar itu.

Mmpphh bilang aja deh… Aku udah keburu nafsu soalnya… Bodo amat sama bau badannya… Aku udah nafsu banget sama kontol ngacengnya…

Batin Nayla tak kuat.

“Aroma bapak… Aroma kontol bapak bikin aku nafsu aja… Itu yang bikin aku penasaran banget sama kontol bapak” Ujar Nayla malu-malu yang membuat kedua pria tua itu tertawa keras.

Memang tubuh pak Dikin beraroma busuk karena tidak pernah mandi. Namun aroma kejantanan pak Dikin sebagai lelaki tetaplah ada. Aroma kejantanannya yang bercampur dengan aroma busuk itu justru merangsang otak Nayla agar segera menikmati penis lezat itu. Apalagi tubuhnya sudah terbiasa untuk melayani pria-pria tua rendahan. Ia jadi penasaran. Ia semakin terangsang akan pesona gelandangan tua itu.

“Buwahahaha… Saya juga mbak… Saya juga penasaran sama apa yang ada di balik gamis mbak… Pasti indah banget… Ayo dong kocok… Biar kontol saya makin gede dan mbak bisa menikmati kerasnya kontol saya nanti” Goda pak Dikin tuk merangsang nafsu Nayla.

“Mmpphh iyahh paakkk… Aku pasti akan merangsang kontol bapaakkk… Mmphhh aku akan membuat kontol bapak keras biar aku bisa ngerasain sodokan bapak nanti” Desah Nayla yang semakin tidak kuat gara-gara nafsunya yang semakin memuncak. Sedari tadi wajahnya terus menatap wajah pak Dikin. Tatapannya yang penuh nafsu itu membuat pak Dikin tertawa. Ia pun berharap dirinya bisa segera menikmati kejantanan dari penis pak Dikin.

Kenapa aku jadi penasaran banget yah… Mmpphh pak Dikin… Aku kok jadi penasaran banget sih sama bapak !

Batin Nayla sambil terus mengocok penis besarnya.

“Hakhakhak… Mentang-mentang ada mainan baru terus saya diabaikan gitu ?” Kata pak Urip cemburu melihat Nayla justru lebih bersenang-senang dengan penis pak Dikin.

“Mmpphhhh bukan begitu paakk… Maaaaff… Aku cuma penasaran aja tadi… Tapi tetep kok… Kontol bapak paling enak” Kata Nayla yang langsung menatap wajah pak Urip sambil memberikan tatapannya yang begitu binal hingga membuat pak Urip tertawa.

“Hakhakhak… Kalau gitu kocok kontol saya yang nikmat dong… Masa kadang ngocok kadang berhenti sih… Liat aja nanti… Kalau mbak masih kayak gini bakal saya hukum loh… Akan saya sodok memek mbak sekuat-kuatnya biar mbak menjerit-jerit terus pas ngerasaian sodokan saya nanti” Kata pak Urip berniat menghukumnya namun malah membuat Nayla semakin bernafsu.

“Mmpphhh… Mmpphh… Kalau gitu hukum aku aja pak… Aku rela dihukum bapak… Maaf udah milih mainan baru daripada mainannya bapak… Tolong hukum aku sekuat-kuatnya… Aku pasrah pak… Aku pasrah asalkan itu hukuman dari kontol bapak” Kata Nayla yang membuat pak Urip tertawa puas.

“Lohhh kok sekarang kocokan saya sih yang melambat… Mau saya hukum juga nanti ? Saya sodok loh memek mbak pake kontol saya yang gede ini ?” kata pak Dikin kali ini yang protes atas rangsangan tangan Nayla yang tiba-tiba melambat.

“Mmpphhh maaf pak… Aku gak pernah ngocok dua kontol sekaligus… Jadi perhatian aku masih terfokus sama salah satu kontol aja… Maafin aku pak… Kalau bapak mau hukum aku silahkan… Aku pasrah juga kok… Silahkan gantian sama pak Urip buat ngehukum aku nantinya” Kata Nayla yang kali ini sambil menatap mata pak Dikin.

“Buwahahaha gantian ? Bukannya masih ada satu lubang yang mengganggur mbak ?” Kata pak Dikin yang membuat Nayla bingung

“Maksudnya ?” Kata Nayla yang lambat laun baru dipahami kalau yang pak Dikin maksud adalah lubang duburnya. Nayla pun merinding saat pertama kali memahaminya. Ia terkejut mengetahui pak Dikin berambisi untuk memasuki lubang satunya.

“Tenang non… Gak usah khawatir… Anusmu milik saya kok” Kata pak Urip yang membuat Nayla menoleh lalu membuka matanya lebar-lebar.

“Bapaakk mauu ?” Kata Nayla terkejut hingga kocokan tangannya berhenti saat menatap pak Urip.

“Buwahahaha liat sini mbak” Kata pak Dikin sambil membelai dagu Nayla hingga Nayla kembali menoleh menatap gelandangan tua itu.

“Ya, mumpung kita dateng berdua… Kan sayang kalau kita cuma maen ganti-gantian aja kan ?” Kata pak Dikin yang membuat Nayla menenggak ludah.

“Makanya non… Kita ada rencana untuk menusuk dua lubang kenikmatanmu secara bersamaan” Kata pak Urip yang membuat Nayla gemetar membayangkan lubang vaginanya dan lubang duburnya akan dimasuki penis-penis sebesar ini secara bersamaan.

“Tenang gak usah khawatir… Gak usah takut… Nanti mbak sendiri bakal enak kok” Kata pak Dikin yang mulai mengambil alih ketika tangannya gemas dengan meremasi dada Nayla.

“Mmppphhhhh… Mmpphhh pelaannn… Aaahhhhh” Desah Nayla menikmati remasan tangan pak Dikin.

“Hakhakhakh… Selama mbak berada di kendali nafsu birahi… Non gak bakal kesakitan… Yang ada non bakal semakin puas… Jadi nikmati apa yang akan kami berikan saat ini yah” Kata pak Urip sambil menolehkan wajah Nayla lalu mengangkat cadarnya agar dapat menikmati jepitan bibirnya.

“Mmppphhhhhh iyyahhh paakkk… Mmpphhh” desah Nayla saat dicumbu pak Urip.

Nafsu Nayla bergetar. Setelah tadi dirinya diminta memuasi penis-penis pria tua ini. Kali ini giliran kedua pria tua ini yang berkesempatan untuk memuasi Nayla. Pak Dikin sambil tersenyum melihat wajah binal Nayla saat dicumbu oleh pembantu tuanya. Tangan kanannya dengan penuh tenaga meremas dada kanan Nayla dengan sangat kuat. Akibatnya lenguhan nafas Nayla yang tertahan oleh cumbuan pembantu tuanya membuat pak Dikin tertawa melihat ekspresi binalnya. Wajah pak Dikin pun mendekat. Nafasnya yang bau ngos-ngosan di dekat wajah cantik Nayla. Tangan kanannya jadi semakin kuat meremas. Ia lalu mengajak tangan kanan Nayla agar membelai penisnya agar tidak menganggur menikmati rangsangan dari pemuasnya.

“Mmmpphhh… Mmpppphhh” desah Nayla saat dicumbu pak Urip dan tangannya mengocoki penis pak Dikin.

Sementara pak Urip dengan beringasnya mencumbu bibir manis Nayla. Cadar Nayla yang sesekali menganggu diangkatnya hingga pandangan Nayla tertutupi oleh kain cadarnya. Pak Dikin jadi dapat melihat sentuhan bibir mereka berdua. Terlihat mereka bercumbu dengan penuh nafsu. Bibir mereka saling dorong, bibir mereka saling sepong, bibir mereka saling bertubrukann, bibir mereka saling menjepit satu sama lain. Pak Urip dengan beringasnya menjepit bibir bawah Nayla. Nayla pun membalas dengan menjepit bibir atas pembantunya. Terkadang mereka juga saling hisap. Terkadang mereka juga saling jilat. Nampak lidah mereka juga ikut bermain yang membuat percumbuan mereka jadi semakin panas. Nampak lidah pak Urip bergerak masuk ke dalam mulut Nayla. Disana lidah pak Urip menggerayangi rongga mulut Nayla. Disana lidahnya juga bertemu dengan lidah Nayla. Lidah mereka saling jilat. Lidah mereka saling menggeliat. Lidah mereka saling dorong-dorongan tuk memuasi nafsu mereka yang sudah tidak tertahankan.

Terlihat liur mereka sampai menetes. Pak Dikin pun penasaran bagaimana sih enaknya berciuman dengan akhwat bercadar cantik bernama Nayla ?

“Aaaahhhhh…. Aaaahhhh… Iyyahh terusss… Terusss mbaakk… Ouhhh binal sekali dirimu” desah pak Dikin saat menikmati kocokan Nayla.

“Mmmpphhhh… Mmppphhh mulut bapak enak banget… Mmpphhh udah lama aku gak ciuman kayak gini pakkk… Mppphh… Terus cumbu aku… Nikmati bibirku… Puasku aku dengan nafsumu pak” Desah Nayla pada pak Urip.

“Mmppphh…. Mmppphh tenang non… Saya tau kok… Lonte binal sepertimu pasti akan mengucapkan kata-kata itu… Mmpphhhhh” Desah pak Urip sambil menghisap bibir Nayla sekuat-kuatnya.

“Mmppppphhhhhhhh” Hisapan yang pak Urip lakukan membuat Nayla terbawa suasana. Cengkramannya jadi diperkuat yang membuat pak Dikin merinding merasakan penisnya dibetot dengan begitu kuatnya,

“Aaaaaahhh mbaaakk…. Aaahhhhh… Aaaaahhhhhh” desah pak Dikin sampai merem melek.

Puas bercumbu, mereka pun berhenti melakukannya. Cadarnya kembali turun. Nayla dengan segera membalikan wajahnya tuk menatap mainan barunya. Benar saja, terlihat penis pak Dikin membesar. Bahkan lingkaran tangannya tak mampu untuk mendekap penis raksasa itu. Nayla sampai menenggak ludah saat melihatnya untuk kedua kalinya. Wajahnya pun ia naikan tuk menatap gelandangan tua itu.

“Ayo sepong mbak”

Seolah itu perintah dari tuannya, Nayla langsung menuruti. Ia lalu menungging untuk mendekatkan wajahnya pada penis tua itu. Tercium aroma busuk yang semakin menyengat. Namun hal itu bukanlah masalah bagi Nayla karena nafsunya jauh lebih kuat dari aroma busuk dari gelandangan tua itu. Sambil terus mengocok penisnya. Matanya mengamati penis yang menurutnya menggoda itu. Mulut Nayla membuka. Ia jadi semakin bernafsu pada mainan barunya. Ia lalu menaikkan cadarnya lagi sebelum lidahnya keluar untuk menjilati ujung gundul dari gelandangan tua itu.

“Aaaaaaahhhh yaahhh… Aaahhhh gilaaa mbaakk… Baru dijilat pelan aja udah seenak ini !” Desah pak Dikin puas.

Lidah Nayla pun semakin bergerak mengitari ujung gundul dari penis gelandangan itu. Mata Nayla memejam agar lebih menikmati jilatannya. Dari sekian jilatan yang sudah dilakukannya. Lidahnya berhenti pada lubang kencingnya yang membuat pak Dikin semakin blingsatan saat titik tersensitifnya dirangsang oleh akhwat bercadar itu. Nayla terus menjilati lubang kencing gelandangan tua itu. Lidahnya bergerak menyapu naik turun. Lidahnya bergerak menyapu ke kanan juga ke kiri. Ada rasa yang membuat Nayla sangat menikmati jilatannya pada lubang kencingnya. Pak Dikin jadi menggelinjang. Ia sangat menikmati jilatan dari akhwat bercadar itu.

“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Terusss mbaaakk…. Aaahhh yahh nikmat sekali” desah pak Dikin puas.

Penisnya terus dikocok sambil dijilati oleh akhwat binal itu. Namun ada satu hal yang membuat gelandangan tua itu tertawa saat dijilati oleh Nayla. Matanya pun menunduk tuk melihat lidah akhwat itu saat menjilati lubang kencingnya.

Buwahahah gak nyangka… Padahal setiap saya kencing gak pernah cebok… Tapi kok akhwat binal itu malah menikmati lubang kencing saya yah ?

Pak Urip pun tidak tinggal diam. Setelah puas bercumbu, ia menaikkan rok gamis Nayla hingga bongkahan pantat majikannya terlihat. Pak Urip segera memelorotkan celana dalam Nayla. Kedua tangannya dengan gemas pun mengusapi kulit bokong majikannya yang membuat Nayla merinding merasakan kenikmatannya.

“Mmpphhh… Sssllrrppp… yaahh… Ssllrrppp mpphh” desah Nayla keenakan.

Nayla yang sedari tadi cuma menjilati penis pak Dikin pun akhirnya mulai membuka mulutnya untuk mencaplok setengah dari penis raksasa itu.

“Aaaaaahhhhh mbaaaakkkkk” desah pak Dikin merinding keenakan.

Terlihat mulut Nayla penuh. Mulutnya sudah dipenuhi oleh penis gelandangan tua yang bahkan katanya jarang menceboknya. Nayla dengan penuh nafsu langsung menaik turunkan wajahnya. Mulutnya dengan segera langsung mengulum penis raksasa itu. Nafsu Nayla yang tidak tahan membuatnya segera menikmati mainan barunya. Bibirnya pun menyapu kulit penis pak Dikin. Lidahnya di dalam juga melilit penis pak Dikin. Rangsangan yang begitu memuaskan membuat pak Dikin hanya merem melek saja. Mulutnya terus membuka. Gelandangan tua itu benar-benar terpuasakan saat dilayani oleh servis mewah dari akhwat bercadar itu.

“Aaaaaahhhh yaahh… Aaahhh gilaaa…. Aaahhhh mantap sekali mbak” desah pak Dikin puas.

Sementara itu di belakang terlihat pak Urip mulai mendekatkan wajahnya. Lidahnya pun keluar dari mulutnya saat matanya tergoda melihat lipatan berwarna pink yang ada dibawah lubang dubur akhwat bercadar itu.

Dikala kedua tangannya memegangi bongkahan pantat Nayla tuk melebarkannya maka lidahnya pun bergerak masuk untuk menjilati lubang kenikmatan yang warnanya pink itu.

“Mmpphhhh… Mmppphhhh… Mmpphhhh” desah Nayla merinding saat vaginanya dijilat oleh pak Urip.

“Ssssllrrrppp…. Sssllrrppp mmpphhh… Ssllrrppp manisnya lubang memekmu mbak” Desah pak Urip ditengah jilatannya.

Lidahnya dengan penuh semangat bergerak naik turun. Lidahnya pun dapat merasakan rasa asin disana. Lidahnya terus menggeliat masuk menuju titik terdalam. Berulang kali lidahnya merangsang dinding Nayla. Nayla seperti tersetrum. Tubuhnya tersentak ringan. Namun hal itu membuatnya jadi semakin bersemangat untuk mengulum penis gelandangan tua itu.

“Mmpphhhh… Mmpphhh… Mmpphhh kontol bapak gede banget sihh… Mmphhh… Aku jadi makin nafsu deh sama bapak” desah Nayla yang membuat pak Dikin tertawa.

“Buwahahaha terima kasih sayaangggg… Duh udah kayak raja nih dilayani selir cantik sambil ngeliat mbak dijilmekin” kata pak Dikin tertawa melihat kejadian yang ada di sebelahnya.

“Mmpphhhh apapun akan kulakukan paaak… Aaaaahhh… Gara-gara jilatan pak Urip, aku jadi bernafsu nih buat ngelakuin apa aja” desah Nayla bergairah.

Kepalanya sampai ia miringkan saat menjepit penis pak Dikin dari samping. Lalu kepalanya ia naik turunkan sehingga pak Dikin sendiri dapat melihat penisnya diijepit oleh mulut akhwat binal itu. Hampir lima menit penisnya dikulum oleh Nayla. Pak Dikin pun ingin melakukan hal lain. Ia lalu terpikirkan ide saat melihat keindahan wajah Nayla.

“Apapaun mbak ? Aaaahhh… Kalau gitu ayo sini… Saya ingin mencumbu bibirmu itu sayaanngg” desah pak Dikin yang tak kuat lagi melihat merahnya bibir Nayla yang menggoda.

“Mmpphh iyyahh pakkk… Aku akan kesana” Kata Nayla yang langsung memejamkan mata saat mendekati wajah pria buruk rupa itu. Pak Dikin juga mendekat. Akhirnya bibir mereka pun bersentuhan setelah sekian lama cuma saling menginginkan.

“Mmmmppphhhhhh” desah mereka bersamaan.

Jijik ? Tidak ada. Rasa jijik itu sudah menghilang setelah dikalahkan oleh nafsu birahi Nayla sendiri. Nayla sudah tak peduli lagi disaat nafsunya kian bangkit menguasai diri. Nayla pun mendorong bibir pak Dikin dengan penuh nafsu. Bibirnya bahkan langsung menjepit bibir atasnya. Lidahnya di dalam juga menggeliat tuk membasahi bibir atasnya. Tangan kanannya bertumpu pada bahu pak Dikin agar tidak terjatuh sementara tangan kirinya terus mengocok penis pak Dikin agar membuatnya jadi semakin besar. Akhirnya gelandangan tua itu dapat kembali berciuman dengan seorang akhwat yang cantik lagi jelita. Mereka pun terus berciuman. Mereka terus melampiaskan nafsu yang sudah ditahan sejak pertama kali bertemu.

“Mmmpphhhh… Mmmpphhh… Gak nyangka hebat juga yah mbak saat bercumbu”

“Mmmppphh semua gara-gara pak Urip yang sering menikmatiku pak”

“Mmmpphh oh yah sudah berapa lama kalian melakukannya ?”

“Mmmpphhhh sudah hampir sebulan paakk… Mmpphhh atau kurang ? Entah lah… Aku lupa kayaknya gak nyampe sebulan tapi rasanya lebih dari sebulan”

“Mmmpphhh oh yah…. Kalau mbak main sama saya sebulan gimana ? Mbak mau ?”

“Mmmpphhh kalau bapak bisa memberiku kepuasan aku mau pak… Aku bisa dinikmati siapa aja asal sanggup memuasi nafsuku pak”

“Mmppphhh oh yah ? Gimana kalau saya panggil teman-teman saya… Pasti seru kan bisa main sama 4 gelandangan sekaligus ?”

“Mmppphhh empat ?”

Nayla pun berfikir sejenak. Bermain dengan empat gelandangan sekaligus ? Dirinya yang merupakan akhwat yang terlahir kaya raya diminta bermain dengan empat gelandangan miskin sekaligus ? Tidak masuk akal tapi justru Nayla malah tertantang. Membayangkan hal itu disaat nafsunya sedang berkumpul jelas membuatnya jadi ingin mewujudkannya. Sambil terus bercumbu, ia pun menjawabnya dengan malu-malu.

“Mmmphhh… Kita lihat aja nanti… Kalau berjodoh rencana bapak pasti akan terwujud”

“Mmpphhhh… Pasti… Pasti akan terwujud mbak… Pasti itu… Camkan itu !” desah pak Dikin berambisi tuk mewujudkannya.

Saat sedang asyik-asyiknya bercumbu sambil mengobrol mesum. Tiba-tiba Nayla merasakan adanya benda tumpul yang bersiap-siap masuk ke dalam vaginanya. Nayla sampai melepas cumbuannya sejenak tuk melihat keadaan di belakang. Nayla yang sedari tadi terus menungging diatas sofa rumahnya terkejut melihat pak Urip bersiap untuk menerobos masuk vaginanya dari arah belakang.

“Hakhakhak… Kalian asyik sendiri kayaknya… Kalian gak lupa kalau saya ada disini kan ?” Kata pak Urip sambil menhentakkan pinggulnya sedikit hingga ujung gundul penisnya mulai membelah masuk liang kenikmatan itu.

“Aaaahhhh” desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa.

“Buwahahahha enggak kok pak… Bapak mau mulai yah ? Buruan yah pak… Saya juga penasaran sama rasa memeknya nih… Saya gak sabar buat nyodok rahim akhwat binal ini… Iya gak sayang ?” kata pak Dikin sambil kembali mencumbu bibir Nayla.

“Mmpphhh iyahhh… Iyahh pak” Balas Nayla ditengah cumbuannya.

“Hakhakhak… Kalau gitu saya mulai yah… Akan saya buat non Nayla bernafsu agar pak Dikin bisa menikmatinya disaat sedang terangsang-terangsangnya…. Terima ini… Hennkgghhh !!!” Desah pak Urip yang langsung mendorong pinggulnya hingga penisnya itu ambles menyundul dinding rahim majikannya.

“Mmppphhh aaaaahhh” desah Nayla saat tubuhnya terdorong maju. Cumbuannya bahkan sampai terlepas hingga wajah dari akhwat binal itu jatuh diatas pangkuan gelandangan tua itu.

“Eh bapak pelan-pelan dong… Orang lagi asyik ciuman” Protes pak Dikin.

“Hakhakhak maaf pak… Udah lama gak nyodok memeknya soalnya” kata pak Urip senang karena bisa melampiaskan nafsunya pada rahim Nayla lagi.

“Emang udah berapa lama gak ngentot pak ?” Tanya pak Dikin.

“Sehari ? atau mungkin dua hari… Udah lama kan ? Hakhakhak” kata pak Urip yang mulai menggerakan pinggulnya lagi.

“Oalah… Buwahaha lama banget itu pak… Harusnya lonte kayak gini kudu dipake enam jam sekali” kata pak Dikin yang ikut membuat pak Urip tertawa.

“Hakhakhak ide bagus tuh… Okelah saya akan lebih sering memuasimu yah non… Hennkgghhhh” desah pak Urip yang mulai stabil menggerakan pinggulnya maju mundur.

“Aaaahhhhhh… Aaaahhhh… Aaaahhhhh”

Nayla yang masih menungging dan menjatuhkan kepalanya di sebelah penis pak Dikin hanya bisa mendesah merasakan tusukan yang begitu terasa di dalam vaginanya. Matanya terus merem melek keenakan dikala tangannya berusaha untuk terus mengocok penis pak Dikin. Pak Dikin yang bosan sedari tadi terus diam akhirnya terpikirkan sesuatu.

“Sebentar pak…” kata pak Dikin saat memposisikan Nayla. Pak Urip pun sampai berhenti saat diminta oleh gelandangan tua itu.

Nayla diminta menungging tegak diatas sofa rumahnya. Kedua lututnya menempel diatas sofa. Kedua telapak tangannya juga. Dari depan, pak Dikin mulai memasukan penisnya ke dalam mulut Nayla. Nayla pun terpaksa melahapnya. Lalu setelah semua oke. Pak Dikin meminta pak Urip untuk menggerakkan pinggulnya lagi.

“Hakhakhak… Pengen ikut nyodok yah pak ?” tanya pak Urip tertawa.

“Buwahahah iya dong… Pengen ngerasain nikmatnya mulut akhwat soalnya… Hennkgghh !” Desah pak Dikin sambil menusukkan penisnya.

“Mmmppphhhhh” desah Nayla tak kuat saat kerongkongannya ditusuk oleh penis raksasa itu.

“Hakhakhak saya paham kok perasaan bapak… Yaudah saya mulai lagi yah… Hennkgghhh !”

Kali ini giliran penis pak Urip yang menusuk rahimnya dari belakang. Nayla hanya sanggup mengerang. Dari depan mulutnya ditusuk dan dari belakang rahimnya ditusuk. Kedua pria tua ini pun bergerak secara bersamaan. Dikala pak Dikin menarik penisnya keluar hingga menyisakan ujung gundulnya saja maka pak Urip juga demikian. Pak Urip juga menarik penisnya hingga menyisikan ujung gundulnya saja. Dikala pak Urip menghempaskan penisnya hingga menusuk rahim Nayla hingga mentok. Maka pak Dikin juga, gelandangan tua itu menusuk mulut Nayla menggunakan penisnya hingga mentok. Ditusuk dari depan dan belakang secara bersamaan jelas pengalaman baru bagi Nayla. Sejujurnya ia merasa tak kuat tapi ia teringat perkataan mang Yono di pagi tadi.

Itu benar… Aku harus terbiasa melayani kedua pria ini kalau aku mau dipuasi rame-rame…

Batinnya.

“Mmmppphhhh… Mmmpphhhh… Mmmpphhh” desah Nayla bertahan sambil memejamkan matanya.

“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Nikmatnyaaa… Aaahhhh senengnya bisa ngentot memekmu lagi non”

“Mmpphhh paakkk… Mmppphh pelaannn… Mmppphhhh”

“Aaaahhh… Aaaaahhh… Buwahahahaha… Baru lewat mulut aja udah seenak ini… Aaahhhh jadi gak sabar pengen make memeknya”

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Sabar pak… Ini baru juga masuk”

“Buwahahah santai pak… Yang punya mah bisa main sepuasnya… Saya kan cuma numpang”

“Aaaahhh… Aaahhhh bukan numpang pak… Tapi jadi bintang tamu… Hakhakhak”

“Buwahahah iya juga… Bintang tamu buat muasin nafsu akhwat binal ini… Iya gak mbak ?” Tanya pak Dikin sambil menatap akhwat lonte itu.

Namun Nayla tidak menjawabnya. Bukannya tidak mau menjawab. Tapi ia tak bisa menjawabnya. Nayla merasa kesulitan ketika disiksa oleh dua penis raksasa yang begitu perkasa. Tiap kali rahimnya ditusuk vaginanya sampai berdenyut merasakan gesekan dari penis raksasa pembantunya itu. Tiap kali kerongkongannya ditusuk rasanya sampai mau muntah apalagi ditambah dengan bau busuk dari gelandangan tua itu. Ia sebisa mungkin bertahan. Kedua tangannya bahkan sampai mencengkram sofa rumahnya untuk menahan tusukan dari pria-pria tua yang sedang menikmatinya.

“Jangan diajak ngomong pak… Lonte kita ini baru pertama kali main trisom… Jadi masih kesulitan… Kudu adaptasi dulu, iya gak non ?” Kata pak Urip sambil menampar bokong majikannya.

“Aaaaahhhh… Aaahhh yaahhh… Aaahhhh” desah Nayla merasakan tamparan pak Urip.

“Buwahahaha pantesan… Kirain udah pengalaman… Kalau gitu saya cuma diem deh… Nih emut kontol saya… Hisap yang kuat biar mbak bisa bertahan dari sodokan pak Urip” Kata pak Dikin yang akhirnya baru berhenti menyodok mulut Nayla.

“Mmpphhh…. Iyahh pakk makasih… Mmpphhh… Mmmpphhhh” desah Nayla sambil menghisap penisnya tuk bertahan dari sodokan pembantu tuanya.

Meski pinggulnya tak lagi bergerak menyodok mulut sempitnya. Pak Dikin justru semakin menikmati kuluman Nayla dikala penisnya terus disedot-sedot oleh mulut akhwat binal itu. Mulut Nayla sudah seperti penyedot debu saja. Penis pak Dikin terus dihisapnya dengan kuat hingga membuat cairan kental yang ada di dalamnya nyaris keluar. Pak Dikin pun terus bertahan sambil memegangi kepala mungil Nayla. Ia juga menahan nafasnya agar bisa semakin lama bertahan dari serangan sedotan Nayla.

Sementara itu pak Urip dari belakang jadi semakin leluasa. Pinggulnya terus maju menggempur rahim akhwat binal itu. Dikala tangannya terus menampar bokong Nayla hingga kemerahan. Pinggulnya terus bergerak maju mundur tanpa pernah kendur. Terasa vagina Nayla jadi semakin menjepit. Penis pak Urip terus dicekik oleh vagina majikannya yang begitu sempit. Kedua tangannya pun berpindah dengan memegangi pinggang rampingnya. Jemarinya meremas gamis yang masih dikenakannya. Rasanya sangat puas. Pak Urip jadi semakin bergairah. Ia pun merasa gerah. Ia lalu melepas kausnya hingga bertelanjang bulat menyisakan celananya saja yang itupun sudah melorot sampai ke lutut.

“Aaaaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhh mantapnyaaa… Aahhh nikmat sekali memekmu ini nonnnn”

“Mmmppphhhhh…. Mmmpphhh iyahahhh pakkk… Mmpphhh terusss… Terus sodok memek aku yang kenceng paaakk…. Mmmppphhh” desah Nayla saat merasakan vaginanya semakin basah petanda dirinya yang sudah sangat terangsang.

“Aaaahhh yaahhhh… Aaahhhh… Aaaahhhhhh gawwaaattt !!”

Namun pak Urip yang terlanjur bernafsu akibat sudah lama tidak menggenjot majikannya itu justru menarik lepas penisnya dari dalam rahim Nayla. Ia nyaris kebablasan dan hampir saja keluar duluan akibat nikmatnya jepitan vagina majikannya. Nayla pun ambruk begitu saja diatas pangkuan pak Dikin. Sedangkan pak Urip juga duduk lemas diatas sofa sambil mengelap keringat yang ada di dahinya.

“Buawhahaha nyaris keluar yah pak ? Seenak itu kah ?” tanya pak Dikin melihat pak Urip.

“Banget pak… Coba aja sendiri… Saya hampir aja keluar tadi” kata pak Urip memberikan FR nya setelah menikmati rahim majikannya.

“Buwahaha jadi penasaran deh… Sekarang giliran saya yah mbak ? Ayo sini duduk di pangkuan saya… Udah lama loh saya gak menyetubuhi seorang wanita lagi” Kata pak Dikin.

“Mmpphhh iyahh paakkk” kata Nayla patuh.

Nayla pun berdiri sambil menurunkan cadarnya. Ia merapihkan gamisnya sambil menaikkan roknya. Ia juga membuang celana dalam yang daritadi turun sampai ke lututnya. Pak Dikin yang telah siap menanti meloloskan seluruh pakaiannya. Pak Dikin sudah bertelanjang bulat. Nayla pun mulai naik ke atas pangkuannya lalu menjatuhkan tubuhnya hingga vaginanya yang sempit itu akhirnya dimasuki penis milik gelandangan tua.

“Aaaaaaaaaaahhhhhh” desah mereka keenakan.

Nayla yang sedang terangsang-terangsangnya mulai bergerak naik turun tuk memuasi gelandangan tua itu. Ia yang tadi ditinggal pak Urip saat lagi enak-enaknya mulai melayangkan seluruh nafsunya pada gelandangan tua yang ada di hadapannya. Sungguh ironi, dirinya yang sejak kemarin ogah diperkosa pak Dikin namun kini justru dirinya yang terlihat bernafsu untuk memuasi pak Dikin. Terlihat tubuhnya naik turun dengan cepat. Tangannya pun memegangi bahu pak Dikin agar tidak terjatuh. Akhwat binal yang masih berpakaian lengkap itu mulai menggoyang gelandangan tua yang sudah bertelanjang bulat. Dari sini jelas terlihat siapa yang memperkosa dan siapa yang diperkosa.

Hakhakhak… Kalau diupload pasti bakal rame nih… Terlihat seorang akhwat yang memperkosa gelandangan tua gara-gara gak dapet jatah dari suaminya… Tapi tenang, saya merekamnya untuk koleksi pribadi kok non…

Batin pak Urip yang rupanya sudah mengambil handycam nya untuk merekam persetubuhan binal mereka.

“Aaaaahhhh…. Aaahhhh… Aaahhhhhh” desah Nayla keenakan.

“Gimana mbak ? Enak kan kontol saya ?” Tanya pak Dikin menikmati goyangan Nayla.

“Aaahhh enak bangett… Enak banget pakkk kontol bapaakk… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla sambil merem melek.

“Buwahahaha saya juga mbak… Udah lama kontol saya gak dijepit seenak ini… Gila juga yah ada akhwat sebinal mbak yang mau ngegoyang gelandangan kayak saya” desah pak Dikin kagum.

“Mmmpphhh aku juga heran paakk… Gak tau kenapa kok aku tiba-tiba nafsu ke bapak… Apalagi setelah ngeliat kontol bapak yang segede ini” desah Nayla.

“Buwahahha emang rupanya semua gara-gara kontol yah… Mbak lebih milih main sama yang cakep apa yang punya kontol gede mbak ?” Tanya pak Dikin penasaran.

“Aaahhh jelasss… Jelas yang punya kontol gede paaakk… Aku suka sama yang punya kontol gede… Aahhh itu lebih nikmat…. Itu lebih memuaskan pak” desah Nayla yang jadi lebih bernafsu.

“Kalau gitu puaskan saya… Kontol saya gede kan ?” Tanya pak Dikin.

“Aaahhh iyahhh gede banget… Kontol bapak gede banget paakkk” desah Nayla dengan penuh gairah.

Pembahasan tentang penis gede yang pak Dikin lakukan membuat Nayla jadi semakin bergairah dalam bercinta. Di benaknya ada bayangan penis pak Dikin yang membuat Nayla jadi semakin nikmat dalam bergoyang. Setiap gesekan yang terasa di dinding vaginanya membuat Nayla jadi mabuk kepayang. Terasa goyangannya itu menggaruk vaginanya yang sangat gatal. Nayla terus menaik turunkan tubuhnya. Ia terus menggaruk-garuk vaginanya yang terasa amat gatal.

“Aaaahhhh… Aaaahhhh… Enak banget… Enak banget paaakkk… Ouhhh” desah Nayla sambil meremasi dadanya dari luar gamisnya.

Pak Dikin tertawa melihat kebinalan Nayla dihadapannya. Wajah Nayla memang terlihat sangek. Tapi gamisnya ini menghalangi pemandangan indah dari tubuhnya. Pak Dikin menurunkan resleting gamis Nayla. Ia lalu mengangkat gamisnya dari bawah hingga gamis itu melewati kepala mungil akhwat bercadar itu.

“Buwahaha gini kan jadi lebih seksi… Ayo terus goyang mbaakk… Goyang yang binal… Goyang terus kontol saya !” Kata pak Dikin yang akhirnya bisa melihat tubuh polos Nayla yang hanya menyisakan hijab, cadar dan juga behanya saja.

“Aaaahhhh iyyahhh paakk… Aaahhhh ini nikmat banget… Kontol bapak keras banget… Aku jadi gak bisa berhenti bergoyang paaakkk” desah Nayla sambil terus meremasi dadanya.

Matanya pun menatap pak Dikin dengan penuh nafsu. Kebinalannya semakin memuncak. Ia tak peduli lagi dengan siapa pria tua yang sedang ia goyang . Pinggulnya terus bergerak. Pinggulnya melakukan gerakan memutar. Mulai dari kiri ia memutar pinggulnya tiga ratus enam puluh derajat. Hal itu membuat penis pak Dikin terasa diaduk-aduk. Penis pak Dikin sudah seperti persneling mobil saja. Goyangannya jadi terasa nikmat. Hal itu membuat mata pak Dikin memejam menikmati setiap detik yang ia habiskan bersama bidadari pemuasnya.

“Aaaaahhhh… Aaaahhhh… Terusss mbaaakk… Ayoooo… Ini nikmat banget… Gak pernah saya sampai merem melek gini pas bercinta… Memek mbak luar biasa… Rasanya bikin ketagihan terus mbaakkk !” Desah pak Dikin merem melek.

“Uuuhhhhhhh… Uuuuhhhh iyaahh paakkk… Itu juga yang aku rasain… Kontol bapak bikin ketagihan… Aku gak bisa berhenti ngegoyang kontol bapak” Desah Nayla sambil mengusapi dada pak Dikin tuk merangsang nafsu birahinya.

Nayla pun mengubah jalur goyangannya. Tidak hanya gerakan memutar. Tapi juga gerakan maju mundur. Pinggul Nayla bergerak maju mundur. Penis pak Dikin diaduk-aduk maju mundur. Goyangannya juga dipercepat. Ia bergoyang sambil menatap mata pak Dikin dengan hangat. Dilihat Nayla sudah begitu bernafsu pada pria tua pemuasnya. Vaginanya sudah ia pasrahkan pada lelaki pemuasnya. Akhwat cantik yang sehari-harinya berpenampilan alim itu terus menikmati penis pak Dikin yang merupakan gelandangan tua pemuasnya. Aneh tapi nyata. Nayla benar-benar menikmati penis seorang gelandangan tua.

“Aaaaahhhh nikmat sekaliii… Aaaahhhh cukuupp… Aaahhhh saya mau keluar mbaaakkkk” desah pak Dikin saat merasakan adanya tanda-tanda.

“Uuuhhhhh… Uuuhhhhh… Tapi aku gak bisa berhenti paaakkk… Kontol bapak enak bangett… Aku gak bisa berhenti bergoyang” desah Nayla yang sudah terlanjur enak.

“Aaaaahhhhh… Aaaahhh sudaahhh… Sudaaaahhhhh… Jangan buat saya keluar dulu mbaaakkk… Aahhhh saya gak kuat lagiiiiiiiiiii… Cukuppp…. Cuukuuppp” desah pak Dikin sambil mendorong perut Nayla.

“Aaaahhhhh aku gak bisa… Aku gak bisa berhenti…. Ini lagi enak banget paaakkk” desah Nayla yang tak peduli pada erangan pak Dikin.

“Aaaahhhhhh jangaannn… Jangannn buat saya keluar dulu… Saya mau istirahat… Uuuuhhhhhh” desah pak Dikin yang akhirnya berhasil mengeluarkan penisnya setelah mendorong tubuh akhwat binal itu.

“Iiiihhhhh bappaaakkk” desah Nayla kecewa.

“Hah… Hah… Hah… Tunggu sebentar mbak… Saya sudah hampir keluar… Kalau keluar sekarang nanti rencana yang sudah kami buat akan hilang percuma” Kata pak Dikin menjelaskan.

“Hakhakhak betul itu non… Lebih baik ayo sini main sama saya” Kata pak Urip yang langsung mengambil alih posisi tuk menggilir Nayla sekaligus tuk memberikan waktu istirahat pada gelandangan tuanya.

“Aaaahhhh iyahhh… Kalau gitu buruan pak… Sodok aku… Memek aku udah gatel banget pengen disodok” Kata Nayla yang sudah semakin binal.

“Hakhakhak sabar sayaanggg… Saya akan menyodok memekmu itu kok” Kata pak Urip sambil memposisikan tubuh Nayla menungging menghadap dinding. Kedua tangan Nayla pun bertumpu pada dinding dihadapannya itu. Tak berselang lama penis perkasa yang sudah berulang kali menggetarkan nafsu birahi Nayla itu pun mulai masuk membelah liang senggama milik bidadari bercadar itu.

“Uuuhhhhhh paaaakkkk” desah Nayla sampai merinding keenakan.

“Ouuhhhh yaaahhhh… Mantap sekali memekmu ini nonnnn… Mmmppphhh” desah pak Urip merem melek keenakan.

Tak butuh waktu lama bagi pak Urip untuk memacu pinggulnya maju. Tepat setelah ujung gundulnya mentok di dalam rahim majikannya. Ia langsung menariknya lalu mendorongnya lagi. Ia kembali menariknya hanya untuk menancapkannya lagi. Ia terus melakukan gerakan yang sama berulang kali untuk memuaskan birahi majikannya itu.

Sudah lama dirinya tidak merasakan nikmatnya akhwat majikannya lagi. Ia pun melampiaskannya sekarang. Ia menghujaminya dengan kuat sambil memegangi pinggang mulus majikannya. Ia pun mengusapinya. Gerakannya naik menuju punggung mulusnya. Terasa kulitnya yang begitu halus menambah sensasi akan persetubuhannya dengan sang dewi. Pak Urip jadi memperkuat hujamannya. Tubuh Nayla jadi terdorong maju mundur saat menerima hujaman dari pembantu tuanya.

“Aaaahhhh… Aaaaaahhhh… Aaahhhhh… Akhirnya… Ini nikmat banget paakk… Aaahhh terusss” desah Nayla puas.

“Aaahhh… Aaahhhh… Iyahhh non… Ini mantep banget… Ouhhh nikmatnya rahimmu ini… Meski udah berkali-kali saya nodai kok rahimmu ini masih rapet aja sih… Aaahhh bikin saya nafsu aja deh” Kata pak Urip sambil mengatur nafasnya.

“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Habis kontol bapak gede sih… Mau berulang kali bapak ngentotin aku pasti bapak bakal ngerasain jepitan memek aku paakk… Aaahhh terusss… Lagi pakkk… Yang kuat !” Desah Nayla meminta lebih.

“Hakhakhak… Begitu yah ? Oke deh… Akan saya tambah kekuatan saya… Terima iniii… Terima kontol saya iniiii !” Desah pak Urip yang membuat jeritan Nayla semakin keras.

“Aaaahhhhh… Aaaaahhhhhh… Aaaaaahhhh bappaaakkkkk”

Pak Dikin yang beristirahat hanya bisa terengah-engah sambil menatap kebinalan akhwat bercadar yang sedang disetubuhi pembantu tuanya itu. Ia lalu menggelengkan kepalanya membayangkan betapa bahagianya pak Urip yang setiap hari bisa memuasi akhwat majikannya itu. Seketika ia jadi teringat masa lalunya. Masa-masa disaat dirinya sering memuasi rahim menantu cantiknya.

“Buwahhaha gak dimana-mana ada aja cewek cantik yang mau digenjot laki-laki tua hanya demi kepuasan aja” Kata pak Dikin tertawa.

Terlihat tangan pak Urip semakin naik dalam mengusapi punggung mulus Nayla. Ia lalu melepas ikatan bra hingga payudara Nayla tumpah begitu saja. Genjotannya yang diperkuat membuat susu Nayla bergoyang dengan begitu bebasnya. Dari kejauhan, pak Dikin tersenyum melihat goyangan sangat indah dari susu akhwat bercadar itu.

“Ehh ini ? Buwahaha direkam yah dari tadi… Okelah sambil istirahat saya jadi kameramen aja ah” kata pak Dikin sambil memegangi handycam pak Urip lalu merekam persetubuhan mereka yang semakin panas.

“Aaaaaaahhhh… Aaahhh… Aaahhhh… Oouuhhhhh paaaakkk” desah Nayla saat merasakan payudaranya diremas oleh pak Urip.

“Aaahhhh… Aaahhhhh… Kenyal sekali susumu ini nonnn…. Ayo sini… Cepat mendekat” Kata pak Urip menarik tubuh Nayla hingga membuat akhwat bercadar itu berdiri membelakangi pembantunya.

“Aaaahhhh iyaahhh… Aaahhhh mantap sekaliiii paakk… Aaahhhhhh genjot aku lebih keras lagi paaakkkk”

“Dengan senang hati, non” Kata pak Urip sambil memeluk tubuh Nayla dari belakang. Kedua tangannya pun meremas kedua payudara Nayla dengan sangat kuat. Pinggulnya pun dipercepat. Terasa persetubuhan mereka jadi semakin nikmat.

“Aaaaahhhhhh… Aaahhhhhh… Aaaahhhhh” Jerit Nayla semakin keras.

“Aaaahhhh nikmat sekalii… Nikmat sekali tubuhmu ini nonn… Sllrpp… Mmpphhh… Mmpphh yahh… Ssllrrpp” desah pak Urip sambil menjilati leher Nayla.

Nayla jadi semakin terangsang. Tubuhnya benar-benar dinikmati oleh pembantunya secara maksimal. Berbagai titik sensitifnya dirangsang. Vaginanya di sodok, kedua susunya diremes, tengkuk lehernya dijilat yang membuat nafsu birahinya bergetar hebat.

Nayla sampai merem melek merasakan sodokan dari pembantu tuanya itu. Sesuai dugaan, hanya pak Urip lah yang bisa memaksimalkan persetubuhannya yang membuat Nayla terasa terbang ke kayangan.

Pak Dikin pun tak ingin menyia-nyiakan pemandangan indah ini. Pak Dikin bergerak maju untuk merekam persetubuhan nikmat ini dari depan. Terlihat wajah Nayla yang begitu sangek menerima gempuran dari pembantunya yang tua bangke. Pak Dikin pun berfokus pada susu Nayla yang teremas. Lalu rekamannya diarahkan pada gempuran penis pak Urip pada rahim Nayla. Lalu ia kembali menjauh untuk merekam keseluruhan tubuh Nayla dari samping. Pemandangan indah itu membuat pak Dikin tak bisa diam berhenti. Ia benar-benar kagum pada keindahan Nayla yang sedang dinodai pembantunya.

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaaaaahhhhhhhh” desah pak Urip saat mementokkan penisnya.

“Uuuhhhhhhh paaakkk “Desah Nayla saat nyaris terjatuh.

Tiba-tiba pak Urip menarik lepas penisnya. Nayla yang sudah lelah menatap pembantunya heran. Di benaknya ia berfikir. Kenapa berhenti ? Bukannya belum ada cairan cinta yang tumpah diantara mereka ? Kenapa pak Urip menarik lepas penisnya ?

“Hakhakhak… Memek mbak udah basah banget nih kayaknya… Sudah saatnya bagi mbak untuk menerima kepuasan dari kami berdua” Kata pak Urip yang membuat Nayla juga menoleh ke arah pak Dikin.

Seketika mata Nayla melebar. Ia merasa sudah waktunya baginya untuk menerima hujaman dari kedua pria tua yang berniat memuasinya.

“Buwahahah akhirnya… Saya udah gak sabar nggenjot memek mbak lagi”

“Ayo non ikut saya ke kamar”

Pak Urip pun menarik tangan Nayla ke kamar yang biasa ditempati oleh kedua majikannya. Setelah memasuki kamar, pak Urip tiba-tiba menarik lepas hijab beserta cadar yang Nayla kenakan.

“Mmmppphhhhhh” Lalu bibirnya mencumbu bibir Nayla dengan penuh nafsu. Setelah puas ia mendorongnya jauh hingga akhwat binal yang kini sudah bertelanjang bulat itu jatuh tak berdaya di atas ranjang tidurnya.

“Aaaaaahhhhh” desah Nayla merasa malu sekali menyadari dirinya sudah bertelanjang bulat lagi.

“Buwahahhaa… Sudah saya duga… Wajah mbak ini memang cantik sekali… Kenapa setiap hari malah mbak tutupi ? Bukannya bagus untuk memberi tahu banyak orang kalau mbak ini aslinya cantik sekali” kata pak Dikin yang akhirnya bisa melihat wajah cantik Nayla tanpa cadarnya.

“Hehe” Nayla pun tersipu. Ia dengan malu-malu hanya melebarkan kakinya tuk menggoda pria-pria tua yang sudah ngiler akan keindahan tubuhnya.

“Hakhakhak… Udah gak sabar yah kayaknya non ini… Ayok sini… Ada satu persiapan lagi untuk melonggarkan anusmu itu non” Kata pak Urip mendekat.

“Satu lagi ?” Kata Nayla kebingungan.

Seketika pak Urip sudah memegangi paha Nayla. Penisnya sudah berada tepat di depan lubang kotorannya. Dalam posisi terlentang. Nayla pun bersiap menerima kenyataan bahwa anusnya akan kembali dimasuki oleh penis pembantu tuanya tadi.

“Hakhakhak… Sudah berapa kali anusmu ini dimasuki kontol non ? Hennkgghhh !!!” Tanya pak Urip sambil menusuk penisnya membelah anus Nayla.

“Uuuuhhhhhhhh… Cuma bapaaakkk… Cuma bapak yang pernah main lewat anusku paakk… Aaahhhh pellaannn” desah Nayla kesakitan.

“Hakhakhak… Oh yah ? Kalau memek non ? Aaahhhhhh” desah pak Urip sambil menusukkan lagi penisnya agar semakin dalam.

“Aaaahhhhh banyakkk paakk… Kalau memek aku udah pernah dimasuki banyak oranggg” desah Nayla sampai menggelinjang menahan rasa sakit sekaligus nikmat yang bercampur menjadi satu.

“Aaaaahhhh sempitnyaa…. Hakhakhak… Siapa aja memangnya orang itu non ?” Tanya pak Urip sambil mendorong penisnya hingga mentok.

“Aaaahhhh pakkk dalemm bangeett… Banyakk paakk… Bapak, pak Beni, mang Yono dan terakhir pak Dikinn paakk… Aaaaahhhhhhhh” desah Nayla sambil mencengkram kuat ranjang spreinya.

“Hakhakhak nakal yah… Bahkan nama suamimu gak disebut… Jadi selama ini non sering main sama pria-pria tua rendahan yah ? Bahkan tukang sayur langgananmu juga ?” Tanya pak Urip terkejut saat baru pertama kali mendengarnya.

“Iyyahhh paakkk… Aaahhh bahkan pak Tomi juga pernaaahhh… Aaahhhh sakitt paakkk… Sakkiitt”

“Hakhakhak tukang nasi goreng itu juga ?” Kata pak Urip semakin tertawa dengan keras.

Pak Dikin yang mendengar pembicaraan mereka menjadi takjub. Rupanya akhwat yang ia kira alim ini sudah pernah dinodai oleh berbagai macam lelaki. Uniknya hanya lelaki tua berwajah jelek saja yang pernah memuasi tubuh seindah ini. Pak Dikin geleng-geleng kepala. Nayla baginya memang bidadari pemuasnya.

“Iyyaahh… pak Tomi pernahhh paakk… Aaahhh pelaannn… Jangan cepet-cepeett” desah Nayla saat merasakan penis pak Urip mulai bergerak.

“Dasar akhwat lonte… Kapan non melakukannya ? Kok saya gak diberi tahu ?” Tanya pak Urip selaku tuannya kesal.

“Aaahhhh kemarin pas bapak nyari pak Dikin… Aku digenjot pak Tomi pas pulang kerja paaakk.. Terus pas bapak gak ada di rumah seharian, aku ke rumah mang Yono minta dipuasi paaakk… Aaahhhh kontol mereka enak banget… Apalagi kontolnya mang Yono yang gak disunat paaakk… Aaahhhh aku jadi ketagihan… Aku jadi pengen disodok mereka lagi paaakkk” Ujar Nayla yang membuat pak Urip tertawa puas.

“Bahkan non sampai ke rumahnya coba… Lain kali kabarin saya… Biar saya bisa mengabadikan perbuatan kalian… Hakhakhak” tawa pak Urip yang jadi semakin bernafsu saat menyodomi anus majikannya ini.

“Aaahhhhh… Aaahhhh kapaann-kappaan yah paakk… Aaahhh iyaahhh… Teruss paakk… Ini mulai enak” desah Nayla yang mulai bisa beradaptasi dengan persetubuhan melalui anusnya.

“Hakhakhak… Baiklah kalau itu kemauan non… Siap yahhh… Akan saya perkuat… Hennkgghhhh !” Desah pak Urip sambil terus menyodok anus dari akhwat binal yang sudah telanjang itu.

“Aaahhhhh… Aaaaahhhh… Aaaaaahhhhh”

Nayla yang sudah terlentang hanya bisa pasrah membiarkan duburnya dinodai oleh penis pembantunya. Tubuhnya yang telanjang bulat ia biarkan dinikmati oleh pembantu tuanya. Ia bahkan mengangkat dadanya membiar susunya bergetar tuk memuaskan birahi pemuasnya. Nalurinya sebagai akhwat pemuas membimbingnya untuk memuaskan siapa saja yang berniat untuk menikmati tubuhnya. Ia pun menatap pak Urip dengan penuh nafsu. Terlihat jelas kalau Nayla membutuhkan kepuasan selalu. Tangan pak Urip yang tidak tahan kembali mendekap kedua payudaranya. Susu Nayla kembali diremas. Mereka berdua pun bersetubuh semakin ganas.

“Aaaaahhhhhhh… Aaahhhhhh… Aaaaahhhhh”

Melihat Nayla memejam sambil membuka mulutnya lebar-lebar membuat pak Dikin tidak tahan lagi. Ia yang sudah terlalu lama menganggur akhirnya ikut bergabung dengan mendekatkan penisnya ke mulut akhwat telanjang itu.

“Mmppphhhh” desah Nayla terkejut menyadari ada penis yang menyumpal mulutnya.

“Buwahahhaa lama banget sih kalian… Saya gak tahan pengen ikut gabung nih… Hennkgghhhh !” desah pak Urip mulai mementokkan penisnya ke mulut Nayla.

Akibatnya Nayla nyaris tersedak. Mulutnya yang mungil kembali diisi oleh penis pak Dikin yang bau busuk sekali. Gelandangan tua itu dengan penuh nafsu menarik keluar penisnya lalu menusuknya lagi. Ia seperti sedang dalam posisi push up saja. Di belakang pak Urip dapat melihat pantat pak Dikin naik turun saat menyodok mulut akhwat binal itu. Kedua pria tua itu pun menikmati pemuasnya hingga lemas. Mereka terus menyodok anus dan mulut Nayla hingga puas.

“Ayo kita mulai aksi kita non” kata pak Urip setelah melepas penisnya.

“Buwahahah akhirnya” kata pak Dikin yang juga menarik lepas penisnya.

“Aaaahhhh uhuukk… Uhuukkk” Nayla yang terbatuk-batuk pun diminta menaiki tubuh pak Dikin yang terlentang diatas kasurnya. Baru saja penis itu masuk ke dalam vaginanya. Tubuhnya sudah didorong hingga akhwat binal itu sudah jatuh ke dalam pelukan pak Dikin. Berada di pelukannya dengan aroma tubuh yang luar biasa busuk menjadi ujian tersendiri bagi Nayla. Ia terus bertahan. Tak berselang lama penis pak Urip pun masuk menembus duburnya lagi.

“Uuuuhhhhhh desah Nayla yang akhirnya merasakan lubang dubur dan vaginanya dipenuhi oleh penis secara bersamaan.

Nayla merasa sedikit pusing. Matanya pun berat sekali. Rasanya agak sakit ketika otot rahim dan duburnya berkontraksi menahan dua penis yang sungguh perkasa sekali. Pak Dikin yang menyadari rasa sakit Nayla mulai menarik kepala Nayla mendekat. Sambil membelai rambutnya yang pendek sebahu. Ia berniat untuk mencumbu akhwat binal itu lagi.

“Sini sayaangg… Mmpphhhhh” desah pak Dikin mencumbunya.

“Mmppphhhhh” Desah Nayla pasrah menerima cumbuannya.

“Oke… Sekarang kita mulai yah pak… Ayo pak mulai nyodok lubang kenikmatan akhwat nakal ini” kata pak Urip sambil mendorong pinggulnya maju.

“Mmpphhh sip paaakk… Mmppphhh” desah pak Dikin yang juga mendorong pinggulnya maju.

“Mmpphhhh paaaakkk” Desah Nayla saat dubur dan rahimnya disodok secara bersamaan.

“Ayoo tarikk lagiii” kata pak Urip memberi aba-aba.

Sontak kedua penis mereka ditarik keluar secara bersamaan hingga menyisakan ujung gundulnya saja.

“Mmppphhhhhh” desah Nayla merinding.

“Ayo doronggg lagii paakk”

Jleeeebbbbb !!!

“Aaaahhhh paaakk” desah Nayla hingga cumbuannya terlepas.

“Ayo tarik lagi terus langsung dorongg sekuat-kuatnya”

“Aaaaaahhhhh bapaaaakkkk” desah Nayla sampai geleng-geleng kepala merasakan nikmat dua penis mereka.

Setelah itu penis mereka mulai stabil bergerak keluar masuk secara bersamaan tanpa diberi aba-aba lagi. Pak Urip dengan puasnya menyodok dubur akhwat binal itu. Pak Dikin juga dengan puasnya menyodok rahim akhwat telanjang itu. Terlihat wajah Nayla yang menahan kenikmatan ini. Pengalaman untuk ditrisom pertama kalinya memang sulit. Ia pun berusaha bertahan sekuat mungkin dari serangan birahi kedua pria ini.

“Aaaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh gak nyangka saya ada akhwat yang mau dilecehi sehina ini… Buwahaha” tawa pak Dikin melecehi Nayla.

“Aaaahhh… Aaahhhh… Awalnya saya juga gak nyangka pak… Tapi emang dasarnya binal mau diapakan aja juga mau… Beruntung saya punya majikan yang penurut kayak gini” puji pak Urip sambil terus menyodomi Nayla.

“Aaahhhh… Aaahhhh… Kapan-kapan saya boleh make memeknya lagi kan pak ?” tanya pak Dikin sambil terus menyodok rahim Nayla.

“Aaaahhhh… Aaahhh… Coba tanya orangnya langsung pak… Kayaknya sih mau hakhakhak”

“Buwahahaha… Gimana mbak ? Saya boleh main sama mbak lagi kapan-kapan ?” Tanya pak Dikin penuh harap.

“Aaahhhh…. Aaahhhhh…. Boleh paakk… Boleeehh… Aahhh terusss… Ayo terusss sodok yang kuat paaakkk” desah Nayla menikmati perannya sebagai objek pemuas. Akhirnya ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh wanita di video yang pernah ia tonton. Awalnya memang sulit. Tapi lama kelamaan ia mulai menikmati juga. Rasanya sungguh nikmat dinodai seperti ini. Ia jadi merasa direndahkan yang membuatnya dapat merasakan kenikmatan yang ia inginkan. Ia pun terus pasrah dinodai oleh mereka. Matanya memejam membiarkan pak Dikin menatap kebinalan wajahnya.

Semakin lama mereka bercinta. Mereka akhirnya mulai mendapatkan tanda-tanda bahwa mereka akan keluar. Khususnya kedua pria yang terus menikmati lubang kenikmatan Nayla. Tubuh mereka bergetar merasakan jepitan-jepitan yang merangsang jiwa. Akibatnya pergerakan pinggul mereka dipercepat. Kedua penis tua itu keluar masuk lubang kenikmatan Nayla dengan cepat. Kekuatan tusukan mereka juga diperkuat. Nayla sampai membuka mulutnya lebar-lebar merasakan tusukan yang luar biasa dari mereka.

“Aaaaahhhhhh… Aaaahhhh paaakk… Aaaahhh” Jerit Nayla.

Pak Dikin yang melihat kebinalan wajah Nayla menjadi tidak tahan. Ia kembali menciumnya. Ia terus menyodok rahim Nayla sambil menciumi bibir manisnya. Terlihat bibir Nayla dijepit. Bibir gelandangan tua itu juga menghisap bibir Nayla sepuas-puasnya. Ia benar-benar menikmati hadiah paginya. Ia pun melampiaskan seluruh nafsunya pada akhwat yang sedang ia puasi ini.

“Mmppphhhh… Mmphhhh… Siaaalll saya udah gak kuat lagi… Saya hampir keluar” desah pak Dikin disela-sela cumbuannya.

“Aaaaahhhh… Aaaahhhh… Kontol saya juga mulai cenat-cenut… Saya udah gak kuat menahan jepitan anusnya ini… Ouuhhh siaall… Siaaallll” Desah pak Urip sambil menjatuhkan tubuhnya.

Sambil mengusapi pinggangnya, pak Urip juga mencumbui punggungnya serta menjilati punggung mulus itu. Ia terus melakukannya dengan terus menyodomi anus majikannya. Rasanya menjadi sangat nikmat. Ia pun tak mampu menahan birahi yang semakin memuncak ini.

“Mmpphhhhh… Mmpphhh bapaaakk… Mmppphhh” desah Nayla yang juga mulai merasakan adanya tanda-tanda.

Dirangsang dari depan dan belakang apalagi oleh pria-pria tua yang berpengalaman membuat Nayla tak sanggup menahan diri lagi. Tubuhnya sudah merinding. Nafsunya bergetar merasakan cairan cintanya mulai mengalir mendekati lubang kencingnya. Tusukan demi tusukan yang kedua pria tua itu lakukan membuat pergerakan payudaranya dengan kuat menggesek dada gelandangan tua itu.

Nafsunya sudah tak tertahankan. Ia dengan pasrah meminta kepuasan dari gelandangan tua dan juga pembantu tua favoritnya.

“Aaaaahhhh… Aaahhhh… Saya gak kuat lagiii…. Saya gak kuat lagii mbaaakkk “Desah pak Dikin setelah melepas cumbuannya sambil menatap wajah Nayla.

“Aaaaahhhhh aku jugaaa paakk… Terusss… Terusss sodok akuuuu” Desah Nayla sambil menatap mata pak Dikin.

“Aaaahhhh saya jugaaa… Saya juga nonnn… Mmpphhhhh… Mmmpphhhh” desah pak Urip sambil mencumbu leher sebelah kiri Nayla dengan penuh nafsunya hingga meninggalkan bekas memerah disana.

“Aaaaahhhhh… Aaahhh iyaahhh… Terusss paakkk… Terus zinahi aku… Ayooo puasi tubuhku ini paaaakkk” Desah Nayla tidak kuat lagi.

Nafas mereka sama-sama memberat. Deru nafas mereka sama-sama ngos-ngosan. Kedua kaki mereka sama-sama lemas setelah menikmati persetubuhan mereka yang semakin memanas.

Sambil terus menyupangi leher Nayla, pak Urip mempercepat gerakan pinggulnya. Penisnya terus menyodomi dubur majikannya hingga membuat penisnya berdenyut cepat. Sedangkan pak Dikin mengalihkan perhatiannya pada susu gantung Nayla dan mulai menghisap pentilnya dikala penisnya terus membombardir rahim kehangatan Nayla itu. Nayla tak kuat. Tubuhnya semakin melemah. Cairan cintanya yang terus dihisap membuatnya tidak sanggup menahan kenikmatan ini lagi.

“Aaaahhhhh… Aaahhh… Akuuuu kelluuuaaaaarrr” Desah Nayla yang akhirnya keluar duluan.

“Ouuhh yaahhh… Memekmu mulai anget mbakk… Ayoo keluarin semuanyaaa… Keluarin sampai habis” desah pak Dikin disela-sela menyusunya.

“Aaaahhhh… Sekarang saya yang mau keluar… Aahhh nonnnn… Saya mau keluaaar… Saya gak kuat lagiii… Sayaaa aaaaaaahhhhhhhhh” Desah pak Urip sambil mementokkan penisnya saat spermanya dengan deras mulai menyembur lubang dubur majikannya.

“Uuuhhh paakkk” Desah Nayla saat duburnya mulai basah disirami lahar hangat pembantunya.

“Aaaaahhhhhh… Aaaahhhhh… Saya jugaa… Saya juga mau keluar mbaaakk” Desah pak Dikin yang menjadi orang terakhir yang belum mendapatkan orgasmenya.

Kedua tangannya pun mengelusi pinggangnya. Pinggulnya berpacu menggenjoti rahimnya. Mulutnya juga terus menyusu menyedot-nyedot susu gantungnya. Akhirnya, akhirnya. Sebuah gelombang mulai ia rasakan mendekati lubang kencingnya. Sebuah gelombang yang sudah ia pendam selama bertahun-tahun lamanya. Gelandangan tua yang sudah lama tak bercinta ini bersiap untuk memuntahkah lahar hangatnya. Bagaikan gunung volcano yang sudah lama tak meletus. Gunung itu bersiap untuk meledakkan seisi laharnya untuk menimbulkan gempa terbesar yang sudah lama tak dibuatnya.

“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Saya gak kuat lagii… Saya aaahhhh… Aahhhhh… Terima ini… Uuuhhhhhhh kelluuuaaarrrr !!!”

Jleeebbbbb !!!

“Aaaaahhhh bappaaaakkk” Jerit Nayla sekeras-kerasnya.

Crrrooottt… Cccrrooottt… Cccrrooottt !!!

Sperma pak Dikin dengan kuatnya menyirami seisi rahim Nayla. Tubrukan pinggulnya saat mementokkan ujung gundulnya membuat tubuh Nayla terdorong maju. Rasanya seperti baru terjadi gempa saja. Guncangannya terasa keras. Bahkan susu gantung Nayla sampai bergetar. Pak Dikin pun terus mementokkan ujung gundulnya hingga spermanya dengan kuat menubruk dinding rahim akhwat yang sudah telanjang bulat itu.

“Aaaaaaahhhh bapppaaaaakkkkk… Mmmppphhhh” desah Nayla dengan kerasnya saat rahimnya dipejuhi oleh gelandangan tua yang sudah lama tak bercinta.

Mereka terdiam sejenak menikmati sisa-sisa orgasme yang begitu memuaskan. Mereka bertiga puas. Nafsu mereka sama-sama terlampiaskan. Terlihat wajah Nayla merem melek merasakan lelehan sperma pak Dikin keluar dari sela-sela vaginanya. Terdengar juga nafas Nayla ngos-ngosan. Kedua pria tua itu juga bernafas dengan begitu berat. Usai sudah persetubuhan mereka yang begitu panas. Pak Urip pun mencabut penisnya hingga spermanya meluncur deras keluar dari dubur majikannya. Pak Dikin juga demikian, ia mencabut penisnya lalu menggeletakkan Nayla di sebelahnya membiarkan Nayla yang sudah telanjang bulat itu merem melek merasakan aliran sperma-sperma pemuasnya yang keluar melalui kedua lubang kenikmatannya.

“Uuuhhhhhh” desah Nayla merem melek.

“Hakhakhak… Akhirnya selesai juga tugas kita” kata pak Urip menatap pak Dikin.

“Buwahahha akhirnya puas juga saya… Akhirnya bisa ngentot lagi setelah sekian lama gak melakukannya… Makasih banyak ya pak” kata pak Dikin pada pak Urip.

“Loh terima kasihnya ke majikan saya dong masa ke saya” kata pak Urip sambil melirik Nayla yang terkapar tak berdaya.

“Buwahahaha iya juga… Makasih yah mbak… Saya puas banget bisa memejuhi rahimmu… Semoga pejuh saya bisa bikin hamil mbak yah” kata pak Dikin sambil mengelusi perut Nayla.

Nayla tidak menjawabnya. Ia hanya merem melek sambil mengatur nafasnya. Terlihat dadanya naik turun setelah dipuasi oleh kedua pria tua ini. Terlihat jelas bahwa akhwat binal itu kelelahan. Ia menyadari betapa sulitnya bercinta dengan dua pria sekaligus. Ia pun memejamkan mata untuk beristirahat sejenak. Ia jadi merenung. Ia merenung membayangkan binalnya dirinya saat ini.

Puas banget… Puas bangett rasanya bisa ngentot sampai secapek ini… Semuanya gara-gara obat itu… Aku kayak dibius… Bahkan gara-gara obat itu aku rela dipakai siapa aja termasuk gelandangan tua itu…

Batin Nayla sambil memejam saat mengingat genjotan gelandangan tua itu yang membuat rahimnya membanjir. Nayla merasa rahimnya sangat penuh. Mungkin kalau diberi bibit ikan akan ada ikan yang hidup di rahimnya akibat vaginanya telah diubah menjadi kolam oleh gelandangan tua itu.

Seketika saat wajahnya menoleh ke kanan ia menatap foto pernikahannya dengan suaminya. Ia merenung. Ia membayangkan saat-saat awal ketika menikah dengan suaminya.

Bisa-bisanya aku berubah drastis kayak gini..Aku aja enggak mengenali siapa diriku sekarang ? Siapa sih aku ? Aku udah kayak lonte pemuas yang sehari-harinya mengenakan cadar… Aku udah terlanjur jatuh terlalu jauh… kayaknya sulit buatku untuk kembali ke aku yang dulu lagi… Bahkan kayaknya bakalan aneh kalau aku gak ngerasain ngentot sama pria-pria tua lagi… Huft maafin aku yah mas… Aku tetep sayang mas kok… Cuma tubuh aku juga milik mereka yah mas… Aku gak bisa hidup tanpa kontol-kontol mereka… Aku udah ketagihan banget deh… Aku udah ketagihan ngentot banget… Tapi bukan asal ngentot… Aku udah ketagihan ngentot sama pria-pria tua yang bisa membuatku puas… Bahkan kalau gak sama pria tua kayaknya gak puas deh… Dasar kalian, hebat banget sih udah bikin aku ketagihan kayak gini… Terutama bapak…

Batin Nayla sambil melihat kedua pria itu khususnya ke pak Urip. Terlihat kedua pria itu mengobrol dengan hangat. Seketika Nayla terkejut saat kedua wajah mereka tersenyum sambil menoleh ke arahnya. Nayla jadi merinding ketika melihat tatapan penuh nafsu dari kedua pria itu.

Eh mereka habis ngobrolin apa yah ? Kok tiba-tiba ngeliatin aku kayak gitu ?

Batin Nayla yang sudah tak bisa menggerakkan tubuhnya lagi. Terlihat kedua pria tua itu menatap Nayla dengan mesum. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu sambil menatapi keindahan tubuh mulusnya itu.

Bersambung

tante sange
Antara kegelisahan dan kenikmatan yang telah di berikan tante april
Foto selfie cewek kurus waktu di booking di hotel
pembantu hot
Selingkuh dengan pembantu untuk balas dendam kepada istriku
tante setengah baya
Pertemuanku Dengan Wanita Setengah Baya Di Toko Buku
Cerita Dewasa Ngintip Tante Lilis Sedang Colmek
pembantu
Menikmati pemerkosaan ini yang membuat ku ketagihan
Cerita ngewe dengan anak bos body montok
Foto bokong gede bule cantik lagi telanjang
Booking Cewek Bispak Spg Rokok Yang Cantik
Foto bugil Rino Sakura gadis cantik tanpa sensor
sex dengan ibu teman
Aku tak kuasa menahan gejolak nafsu melihat belahan dada ibu teman ku
Cerita sexs ibu guru liar suka colmek
Foto Memek Gundul Tante Janda Sange Ngangkang
Foto Janda Toge Gede Siap Ngentot
Jembut lebat pembantu
Main Dengan Pembantu Sebagai Balas Budi Bagian Dua
Ibu guru sexy
Ku gadaikan tubuh ku untuk melunasi hutang suami ku