Part #3 : Siapkan dirimu sayang
“Dah siap mas ? Ada yang ketinggalan gak ?” Tanya Nayla saat membantu persiapan suaminya berangkat ke kantor.
“Sudah kok semuanya ? Eh udah kan yah ?” Tanya Miftah sambil mengingat – ngingat sesuatu yang mungkin saja ketinggalan.
“Bekalnya ada di meja mas… Udah aku buatin… Jangan sampai ketinggalan yah !” Ucap Nayla.
“Iyya sayang… Makasih yah udah nyiapin bekal buat Mas” Ucap Miftah yang membuat Nayla tersenyum.
Nayla pun ikut tersenyum. Namun ia tidak begitu senang karena masih dirundung kesalahan atas apa yang ia lakukan semalam. Nayla masih menyesal karena bisa – bisanya ia terngiang – ngiang wajah pak Beni saat dirinya disetubuhi oleh suaminya semalam. Hal itu mengecewakan dirinya. Ia sangat kecewa pada diri sendiri. Hal itu pun berpengaruh pada kehidupan kesehariannya bersama suaminya.
Nayla berjalan menuju ruang tamu menemani suaminya. Ia berjalan menuju teras depan tuk mengantar keberangkatan suaminya. Miftah pun masuk ke dalam mobilnya. Nayla hanya berdiri tegak sambil menumpuk kedua tangannya di teras rumahnya.
“Mas berangkat dulu yah sayang… Wassalamualaikum” Ucap Suaminya pamit berangkat.
“Walaikumsalam mas” Jawab Nayla sambil melambaikan tangan.
Mobil yang dikendarai suaminya perlahan mulai pergi menjauhi rumah. Nayla masih berdiri tegak. Saat mobil itu tak terlihat lagi di pandangan mata Nayla. Akhwat bercadar itu langsung duduk lemas di teras rumahnya.
“Hah, astaghfirullah… Apa yang sudah aku lakukan semalam ? Kenapa bisa – bisanya aku kayak gitu pas bercinta dengan suamiku ? Kenapa kamu Nay ? Ada apa dengan pikiranmu ? Kenapa juga yah kok aku kemarin sampai terangsang banget ?” Lirih Nayla memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada tubuhnya kemarin.
Ia heran, ia penasaran. Tak pernah ia seterangsang itu seperti hari kemarin. Tak pernah ia senafsu itu hingga terlampau aktif saat bercinta dengan sang suami. Tak pernah ia sekecewa itu ketika melihat tubuh suaminya karena tak memiliki tubuh idaman yang ia fantasikan.
“Pak Beni… Badannya emang bagus banget sih… Aku jadi nafsu… Hah, astaghfirullah” Lirih Nayla yang lagi – lagi terbayang sosok kekar itu.
Nayla yang saat itu mengenakan hijab serta cadar berwarna hitam yang dilengkapi dengan daster syar’i berwarna merah muda terlihat frustasi dengan kesalahan yang ia lakukan kemarin. Ia merasa seperti sudah melakukan dosa besar saja. Ia sangat menyesal. Ia butuh sesuatu untuk mengobati rasa sesal itu.
“Apa yah ? Mungkin jalan – jalan dulu bisa kali yah buat nenangin diri” Ucap Nayla terpikirkan ide.
Akhwat bercadar itu akhirnya memutuskan untuk berjalan – jalan untuk mencari angin segar sekaligus untuk melupakan kesalahan yang ia lakukan kemarin. Ia berjalan melewati gerbang depan. Ia pun berhenti sejenak saat merasa ada sesuatu yang hilang.
“Ngomong – ngomong pak Urip mana yah ? Tumben jam segini belum dateng” Lirih Nayla saat melihat jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 07.12 WIB.
Nayla pun melirik ke kiri dan ke kanan. Entah kenapa hatinya lebih condong ke arah kanan. Hatinya ingin menuntunnya ke arah kanan, arah yang sebenarnya menuju rumah pak Beni.
“Astaghfirullah, jangan ! Jangan sampe aku diperkosa beneran” Lirih Nayla bertahan karena tidak ingin dikhianati oleh nafsu birahinya lagi.
Nayla pun memutuskan berjalan – jalan ke arah kiri. Saat dirinya melewati rumah pak Urip, ia melihat pak Urip terlihat terburu – buru dalam menaiki motornya.
“Eh bapak… Bapak kenapa ? Keliatannya kok sibuk gitu ?” Ucap Nayla menghampiri.
“Eh Non Nayla… Hehe iya non… Saya mau ke rumah sakit” Ucap Pak Urip membuat Nayla terkejut.
“Eh ada apa ? Siapa yang sakit ?” Tanya Nayla penasaran.
“Istri saya non… Gak tau dari kemarin sore tiba – tiba ngedrop… Ini saya baru pulang mau bawa – bawa perlengkapan pakaian buat istri saya… Oh yah maaf yah non, saya izin libur dulu untuk hari ini” Ucap pak Urip meminta izin.
“Oh iya gapapa pak… Silahkan temani istri bapak dulu… Semoga istri bapak cepat sembuh yah” Ucap Nayla mengkhawatirkan kesehatan istri pak Urip.
“Iyya non makasih… Maaf non, saya permisi dulu yah” Ucap pak Urip sambil menstarter motornya.
“Iyya pak, silahkan” Jawab Nayla saat melihat motor yang pak Urip kendarai berjalan pergi.
Nayla pun terharu melihat perjuangan pak Urip dalam menemani istrinya. Dalam hati, Nayla terus berdoa semoga istri pak Urip tidak kenapa – kenapa.
Nayla pun keluar dari halaman rumah pak Urip untuk melanjutkan jalan – jalannya. Namun entah kenapa ia tidak mood lagi untuk berjalan – jalan. Ia memutuskan untuk pulang ke rumah untuk beristirahat sambil melanjutkan pekerjaan rumahnya.
Baru saja ia memasuki gerbang rumahnya, ia mendengar suara yang berasal dari sisi kanan rumahnya. Wajah Nayla pun melongok ke arah kanan. Nampak Pak Beni terlihat keluar dari rumahnya hanya dengan mengenakan celana kolornya saja.
“Pak Beni ?” Entah kenapa Nayla tertarik untuk memperhatikannya. Diam – diam ia memasuki rumahnya lalu naik ke lantai dua yang biasa ia gunakan untuk menjemur pakaiannya. Dari atas ia dapat melihat tubuh kekar pak Beni. Terlihat pak Beni sedang merentangkan tangannya. Nampaknya pak Beni sedang berolahraga untuk menjaga bentuk tubuhnya.
Mata Nayla terlihat fokus. Kebetulan posisi berdiri pak Beni menghadap tepat ke arah yang dilihat oleh Nayla. Dikala pak Beni mengangkat dumble-nya untuk memperkuat otot lengannya. Mata Nayla dimanjakan oleh otot – otot tubuh pak Beni yang seolah sedang mencuci matanya.
Mata Nayla pun teralihkan pada perut kotak – kotak pak Beni. Baru kali ini ia melihatnya dengan begitu bebas. Memang sebelumnya pak Beni biasa memamerkannya. Namun Nayla tidak memperhatikannya, baru kali ini ia begitu tertarik pada perut kotak – kotak pak Beni. Nayla jadi ingin menyentuhnya. Nayla jadi ingin membelainya untuk merasakan kerasnya perut yang dimiliki oleh tukang sapu jalanan itu.
Lagi, mata Nayla teralihkan pada pada dada bidangnya. Dada pak Beni sungguh lebar. Mungkin kalau Nayla memeluknya, jemarinya tidak akan sampai ketika tiba dipunggungnya. Nayla menenggak ludah. Ia pun bertanya – tanya dalam hati.
Kenapa aku malah ngintip pak Beni ?
Batin Nayla ketika akal sehatnya mulai kembali.
Nayla melangkah mundur. Ia memejam untuk menyadarkan dirinya. Entah kenapa ia tak sanggup menjaga pandangannya. Tubuh kekar itu. Tubuh kekar tukang sapu jalanan itu. Entah kenapa sosoknya selalu terngiang – ngiang di pikirannya. Ia pun mencoba mengintipnya sekali lagi karena penasaran.
“Loh udah gak ada ?” Lirih Nayla kecewa karena rupanya pak Beni sudah masuk ke dalam rumahnya.
Namun saat matanya teralihkan pada sisi belakang rumah pak Beni, ia melihat pak Beni disana. Ia sedang bertelanjang dada di dekat sumurnya. Terlihat pak Beni menurunkan celananya. Terlihat pak Beni menurunkan celana dalamnya.
Astaghfirulalh… pak Beni ?
Batin Nayla hingga matanya terbuka lebar saat pertama kali melihat pak Beni bertelanjang bulat secara langsung.
Entah kenapa matanya langsung fokus menatap benda panjang yang sudah mengacung tegak diantara selangkangannya itu. Seperti dugaannya, penis pak Beni berwarna hitam legam yang ukurannya hampir seperti tangan Nayla itu sendiri. Nayla pun bergidik ngeri. Tubuhnya sampai merinding. Ia begitu terkejut ketika pak Beni diam – diam mengocok penisnya sambil memejamkan mata seolah menikmatinya.
Nafas Nayla mendadak sesak. Ia termangu melihat pria kekar itu beronani di sisi belakang rumahnya. Nayla pun menggelengkan kepala sambil melihat ke kanan juga ke kiri.
Astaghfirullah… Gak boleh… Aku gak boleh ngeliatin ini… Astaghfirullah… Ada apa sih ini ?
Batin Nayla kesulitan mengendalikan hawa nafsunya.
Saat Nayla hendak pergi untuk menjauhi kemaksiatan yang ada di depan matanya. Tiba – tiba ia dikejutkan oleh suara pak Beni yang sampai di telinganya.
“Mbak Naylaaa… Aaahhhh… Aaahhhhh” desah pak Beni yang membuat Nayla merinding.
Pak Beni beronani sambil membayangkan diriku ?
Batin Nayla terkejut.
Apalagi suara desahannya membuat birahi Nayla bergetar. Ia heran kenapa pak Beni sampai beronani sambil membayangkan dirinya. Apa jangan – jangan pak Beni sudah sering beronani sambil membayangkan tubuhnya. Nayla merinding, namun entah kenapa tiba – tiba ia mengeluarkan hapenya untuk merekam apa yang ia lihat di belakang rumah pak Beni.
Ia merekamnya, bahkan ia men-zoom-nya agar dirinya bisa melihat tubuh kekar itu dengan lebih jelas. Nampak penisnya terlihat semakin jelas. Hape mahal yang Nayla punya membuatnya dapat melihat aksi pak Beni secara jelas meski sudah men-zoom-nya berkali – kali.
“Aaaahhhhhh nikmatnyaaaaa” desah Pak Beni saat tiba – tiba mengeluarkan spermanya yang tumpah ke lantai rumahnya.
Seketika pak Beni menoleh ke arah Nayla berdiri. Nayla pun buru – buru pergi. Ia buru – buru turun ke lantai satu rumahnya sambil memegangi dadanya yang berdebar.
“Astaghfirullah… Kenapa aku sampai kepikiran buat ngerekam yah ? Sekotor apa sih pikiranku saat ini ?” Lirih Nayla heran dengan pola pikirnya sekarang.
Demi mengurangi rasa berdebarnya, Nayla pun membuka kulkasnya untuk meminum air lemon yang tinggal tersisa setengahnya.
“Astaghfirullah… Kenapa aku jadi kayak gini yah ?” Ucap Nayla yang berkali – kali beristighfar atas nafsu yang kesulitan ia kendalikan.
Ia meminum air lemon itu lagi di hari ini. Sebelumnya ia telah meminumnya di pagi tadi sebelum mengantar suaminya pergi. Ia pun meminum air lemon itu lagi hari ini. Rasa dahaganya pun hilang. Rasa segar ia dapatkan. Ia pun berjalan menuju kamarnnya untuk merenungi perbuatannya di hari ini.
“Udah mau jam delapan rupanya… Ngapain aja aku tadi hampir setengah jam ? Ngintip pak Beni ? Bukannya itu keterlaluan, Nay ?” Lirih Nayla merenungi perbuatannya.
“Hah… Hah… Hah…” Nayla mendesah ngos – ngosan. Ia pun memegangi dada kirinya untuk merasakan detak jantungnya yang bergerak cepat. Ia geleng – geleng kepala. Lalu wajahnya menoleh ke arah hape yang tergeletak diranjangnya setelah ia taruh sebelumnya.
“Pak Beni” Ucap Nayla penasaran ingin melihatnya lagi.
Dibukalah hapenya lalu masuk ke folder galerinya. Ia pun melihat – lihat video. Ia pun membuka file video yang baru saja direkamnya. Sambil duduk di tepi ranjangnya. Matanya terlihat fokus saat melihat pak Beni bertelanjang bulat di halaman belakang rumahnya. Nayla menjeda videonya. Ia lalu men-zoom layarnya untuk melihat perut kotak – kotak yang dimilikinya.
Gleeeggggg !!!
Nayla menenggak ludah saat terpana oleh perut kekarnya. Saat pandangannya ia alihkan pada dada bidangnya. Lagi – lagi Nayla terpesona hingga tak sadar jemari di tangan kirinya menyentuh vaginanya.
“Pak Beniiiiii” Panggil Nayla bernafsu.
Nayla kembali melanjutkan videonya. Matanya terhanyut saat pak Beni memperlihatkan penisnya yang sudah berdiri tegak. Pandangan Nayla semakin terhanyut saat tangan kekar tukang sapu jalanan itu mengocok – ngocok penisnya. Ukurannya yang besar membuat Nayla bernafsu. Pikiran Nayla pun membayangkan kalau dirinya lah yang sedang mengocok – ngocok penisnya. Pasti sangat puas. Pasti rasanya akan sangat puas bisa mengocok penis sekekar itu.
“Aaahhhh… Mbak Naylaaaa” terdengar suara yang membuat Nayla merinding.
Buru – buru Nayla menjeda videonya lalu melihat ke sekitar. Suara desahan pak Beni yang begitu jantan membuat birahi Nayla bergetar. Ia pun men-tap layar hape kirinya dua kali untuk mundur lima detik dari video yang ia jeda tadi.
“Aaahhhh… Mbak Naylaaa” Terdengar suara rekaman yang sama. Nayla kembali mengulangi rekaman hapenya untuk mendengar suara desahan pak Beni saat memanggil namanya.
“Aaahhhh… Mbak Naylaaa” Suaranya yang terdengar bergairah untuk ketiga kalinya itu membuat Nayla tak tahan. Tangan kanannya pun meremas buah dadanya. Tangan kirinya pun menaikan dasternya lalu merangsang vaginanya yang rupanya sudah sangat basah.
“Aaahhhh bapaakkk… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah Nayla saat menonton pak Beni beronani sambil meraba vaginanya yang sudah sangat basah.
Rasanya tak kuat lagi. Ia tak kuat menahan birahi yang semakin menguasai. Kenapa hanya dengan melihat tubuh kekarnya saja sudah membuat Nayla kembali terangsang ? Kenapa hanya dengan mendengar desahannya yang jantan sudah membuat Nayla merasa bergairah ? Nayla heran. Namun kenikmatan yang ia dapatkan saat menonton pak Beni beronani rasanya benar – benar berbeda. Rasanya sangat nikmat. Bahkan lebih nikmat bermasturbasi seperti ini ketimbang disetubuhi langsung oleh suaminya.
“Aaaahhhh mbak Naylaaaa” terdengar desahan pak Beni lagi yang membuat Nayla semakin menikmati.
Jemari kirinya naik turun menggesek bibir vaginanya yang licin. Kadang ia juga menekan klitorisnya. Kadang ia juga memasukan jemarinya ke dalam lubang vaginanya. Terdengar suara cipratan air di dalam. Nayla pun semakin kencang dalam mencolok memeknya. Mulutnya sampai membuka dibalik cadarnya. Matanya sampai memejam membayangkan sosok yang ia kagumi itu.
“Aaahhhh… Aaaahhhh… Aaahhhh baapaakkk… Aaahhhh” desah Nayla yang lagi – lagi membayangkan sosok pak Beni.
Jemari kanannya meremas payudaranya dari luar dasternya. Rasanya sungguh nikmat. Apalagi saat payudaranya membesar seiring nafsu birahinya yang semakin bergetar.
“Aaahhh mbaakk… Aahhhh mbaakk… Aaahhhhh” desah pak Beni di rekaman videonya yang membuat Nayla membuka mata untuk menoleh ke arah hape yang ia letakkan di ranjang tidurnya itu.
“Ouhhh bapaakk… Aku gak kuat lagi… Aku ingin bebas bermasturbasi” Ucap Nayla berdiri lalu buru – buru melepas dasternya berikut beha beserta celana dalamnya.
Dalam keadaan telanjang bulat di kamarnya. Nayla duduk di tepi ranjang sambil mengangkangkan kakinya lebar – lebar. Rasanya lebih puas saat melakukannya dalam keadaan telanjang bulat, Ia pun memilin putingnya sendiri. Ia menarik putingnya. Ia juga mencengkram bulatan dadanya kuat – kuat seiring kenikmatan yang semakin dahsyat.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhhhhh”
Tangan satunya juga mengocok vaginanya dengan cepat. Maju mundur maju mundur maju mundur. Terdengar suara cipratan yang menggetarkan nafsu birahinya. Nayla semakin hanyut dalam buaian nafsu birahinya. Ia pun menekan klitorisnya. Pinggulnya sampai bergoyang saat merasakan kenikmatan yang tak dapat ia jelaskan. Mata Nayla merem melek. Ia pun mencoba menatap rekaman hapenya untuk melihat apa yang sedang pak Beni lakukan.
“Aaaaahhh mbaakkk… Aahhh mbaakkk… Aahhhh saya mauu keluuaarrr” Desah pak Beni yang rupanya hampir mendekati klimaksnya.
Nayla pun jadi semakin cepat saat mengobel – ngobel memeknya. Liang senggama Nayla itu semakin basah dibanjiri oleh cairan cintanya yang menggenang disana. Kedua tangan Nayla tiba – tiba meremas buah dadanya. Ia membayangkan pak Beni tengah meremasnya yang membuatnya memejam menikmati fantasinya.
“Aaahhh mbaaakkkk kelluuaarrr” desah pak Beni yang membuat Nayla menoleh. Tepat saat itu sperma yang pak Beni keluarkan begitu banyak. Nayla pun terkagum – kagum atas dahsyatnya sperma yang muncrat dari dalam penisnya. Seketika ia terbayang, bagaimana kalau sperma sebanyak itu keluar di dalam rahimnya. Pasti rahimnya akan penuh. Pasti rasanya sangat nikmat membuat Nayla penasaran akan rasanya.
“Aaaahhhh… Aahhhhh… Aku gak kuat lagiiii… Aku mau keluaarr… Akuuu mau kelluuaarrr” desah Nayla yang semakin teracuni oleh pikiran kotornya.
Nayla kembali mencolek memeknya. Nayla kembali merangsang kemaluannya sambil membuka kakinya lebar – lebar. Nayla memejam untuk menikmati semuanya. Nayla mendesah. Nayla bergairah. Nayla berfantasi tuk memuaskan birahinya yang semakin tinggi. Keluar masuk, keluar masuk, keluar masuk. Jemari tangannya keluar masuk di dalam vaginanya. Rasanya semakin nikmat apalagi saat membayangkan pria tua kekar itu yang sedang menyetubuhi memeknya.
“Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh bapaakkk… Aaahhhhhh” desah Nayla semakin keras.
Tubuh Nayla merinding. Ia merasakan kenikmatan yang tiada tanding. Tangan kanannya bertumpu pada ranjang di belakangnya. Pinggulnya ia angkat. Jemari kirinya pun mencolek – colek kemaluannya semakin cepat.
“Aaahhhh akuu mauu keluaarr… Aku mau keluuaar… Aku mauuu… Aaahhhhhhh” desah Nayla tak kuat lagi saat gelombang orgasmenya datang mendekati lubang kencingnya.
Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt…
Nayla pun mencapai klimaksnya.
“Aaaaaahhhhhhhh” desah Nayla dengan sangat manja.
Cairan cintanya dengan deras menyembur membasahi lantai kamar rumahnya. Tubuh rampingnya kelojotan. Nafasnya ngos – ngosan tak karuan. Matanya pun memejam nikmat. Rasanya sangat puas setelah bermasturbasi sambil membayangkan sosok pria tua kekar itu.
“Haahhh… Hahh… Haahhh… Nikmat banget… Hah… Puas banget rasanyaaa” desah Nayla saat bokongnya kembali menyentuh ranjang tidurnya. Berulang kali kaki Nayla membuka – menutup tuk menikmati sisa – sisa orgasmenya. Mata Nayla pun merem melek. Ia sangat puas. Rasanya sama seperti saat diperkosa pak Beni di alam mimpinya.
“Hebaattt”
Nayla masih kelelahan. Ia terus menutup matanya sambil duduk di tepi ranjangnya.
“Luar biasaaa mbaakkk”
Nayla pun berusaha membuka matanya. Ia memegangi kemaluannya yang sudah sangat basah setelah dibanjiri cairan cintanya.
“Baru kali ini saya ngeliat akhwat bercadar bermasturbasi… Luar biasa… Luar biasa… Indah sekali tubuhmu mbaakkk”
Nayla membuka matanya lebar – lebar saat telinganya dengan jelas mendengar adanya suara dari arah depan. Ia bergegas menaikan pandangannya. Ia terkejut saat melihat ada laki – laki yang sudah memelorotkan celananya tengah beronani sambil menatap tajam tubuh telanjangnya.
“Aaaaaahhhhhhh” Jerit Nayla terkejut.
“Aaahhh… Aahhh… Tenang mbak Naylaaa… Saya gak bermaksud… Saya niatnya mau balikin kembalian yang kemarin… Eh pas saya sampai depan rumah saya denger suara desahan… Saya pun kemari dan gak nyangka liat mbak Nayla lagi asyik – asyik sendiri” Ucap pria tua berkumis tebal dengan perut tambun yang begitu maju.
“Tapi mang Yono… Apa yang mamang lakukan… Pergi mangg… Jangan kesini… Aku maluuu” Ucap Nayla sambil menutupi tubuh telanjangnya menggunakan tangannya sebisanya.
“Aaahhh… Aahhh… Maaf kali ini saya gak tahan mbak… Dari dulu saya suka menjadikan mbak Nayla objek fantasi saya… Baru kali ini saya melihat mbak Nayla telanjang… Saya gak kuat lagi… Izinkan saya beronani sambil menatap tubuh telanjang mbak” Ucap mang Yono mendekat sambil mengocok penisnya dengan cepat.
“Tapiii mangg… Tapiiiiiiiiiii” Ucap Nayla merasa malu saat penis mang Yono yang begitu besar dan hitam terlihat semakin mendekati posisinya.
“Maaf mbakk… Aahhhh… Aahhh… Izinkan saya kali ini aja… Izinkan saya beronani sekali aja sambil menikmati ketelanjangan mbak… Saya gak kuat mbak… Saya ingin memuasi nafsu saya” Ucap mang Yono saat mengocok penisnya sambil menatap dada bulat Nayla yang begitu kenyal.
Nayla pun sadar atas apa yang baru saja dilakukannya. Ia baru saja berfantasi sambil membayangkan pak Beni. Ia pun mendapatkan balasan atas apa yang baru saja dilakukannya. Seketika ia teringat hukum karma dalam agamanya yang ia pelajari di pondok pesantren. Ia pun mendapatkan balasan karmanya langsung dengan kedatangan mang Yono yang ingin beronani sambil menikmati ketelanjangan dirinya.
“Tapi tolong sekali ini aja yah… Habis itu tolong lupakan mang… Simpan rahasia ini baik – baik” Ucap Nayla pasrah karena dirinya menyadari kalau ia harus bertanggung jawab karena sudah membuat mang Yono terangsang.
“Iyyahh mbakk… Aahhh… Aahhh… Saya janji… Saya gak akan ngungkit – ngungkit lagi kenikmatan yang saya dapatkan ini” Ucap mang Yono berjanji.
“Tolong buka tangannya mbak… Tolong mengangkang seperti tadi… Itu bikin saya bernafsu ingin mengentotmu mbak” Ucap mang Yono dengan vulgar yang terpaksa dituruti oleh Nayla.
Nayla sadar kalau ia tidak menurutinya, hal itu hanya akan membuatnya menunda – nunda waktunya saja. Mang Yono akan semakin lama disini untuk memaksanya tuk memuasi nafsunya. Tapi, kalau ia menurutinya, maka mang Yono akan cepat terpuaskan yang mana akan membuat mang Yono cepat keluar. Mang Yono pun bisa cepat – cepat pergi dari hadapannya. Berdasarkan hal itu, ia pun memilih pasrah meski hatinya merasa resah karena harus menuruti perkataan tukang sayur itu.
Pelan – pelan Nayla membuka tangannya. Ia membiarkan dadanya dilihat oleh tukang sayur itu. Kedua tangannya pun bersandar ke belakang sambil membusungkan dadanya. Kedua kakinya ia naikan ke ranjang sambil dibuka lebar – lebar. Nampak vaginanya yang begitu pink terlihat di mata mang Yono. Terlihat dadanya yang masih menegak kencang menantang nafsu mang Yono. Nayla yang merasa malu membuang wajahnya ke samping. Perpaduan sikap malu – malu Nayla dengan keindahan tubuhnya membuat mang Yono semakin bernafsu. Ia mengocok penisnya dengan cepat. Ia mengocoknya sambil menatap vagina Nayla yang begitu lembap.
“Aaahhhh… Aahhhh… Indah sekali tubuhmu ini mbakk… Andai saya bisa menggenjotmu tiap hari… Aahhh pasti rasanya puas sekali” Racau mang Yono yang membuat Nayla menenggak ludah.
Cepat maanggg keluarkaann… Aku gak sanggup lagi… Aku malu banget manggg… Cepet keluarin spermanyaaa…
Batin Nayla merasa malu saat harus mengangkang di depan tukang sayur itu.
“Aaahhhh… Aahhh… Mbak Nayla gak dapet jatah semalem yah ? Kasian banget, mending saya aja yang gantiin suami mbak buat ngasih jatah” Desah Mang Yono sambil mengajaknya mengobrol. Namun Nayla memilih bungkam. Ia tidak mau berkomentar apa – apa karena yang ia inginkan sekarang adalah Mang Yono bisa cepat pergi dengan cara mendapatkan klimaksnya segera.
“Cepet maaanggg… Aku maluuu” Ucap Nayla karena tak tahan lagi.
“Huahahhaa… Jadi makin gemes saya… Itu yang saya suka darimu mbakk… Sini mbak mendekat, saya punya fetish sama akhwat bercadar soalnya” Ucap mang Yono yang membuat Nayla bingung.
“Fetish ? Maksudnya ?” Tanya Nayla tak paham.
Nayla kemudian diminta duduk ditepi ranjangnya kembali. Mang Yono yang sudah bernafsu menelanjangi dirinya. Ia bertelanjang bulat memamerkan tubuh gempalnya. Nampak kulit mang Yono yang begitu hitam sangat bertolak belakang dengan kulit bening Nayla. Nampak tubuh gemuknya bertolak belakang dengan tubuh ramping Nayla. Namun pria gemuk itu segera naik ke atas ranjang Nayla. Ia menyentuhkan penis besarnya ke cadar Nayla. Tangan kirinya pun memegangi kepala Nayla sedangkan tangan kanannya memegangi penisnya sambil menggesek – gesekannya ke kain cadar Nayla.
“Aaaahhh nikmaattt… Aaahhhh enak bangettt… Puas sekaliii mbakk… Aaahhhh… Aaahhhh” Desah mang Yono memejam.
“Mmppphh… Mmpphhh… Hentikaannn paakk… Cepaattt sudahiii” Pinta Nayla karena terlalu risih diperlakukan seperti ini.
“Huahahaha sabar mbak… Saya juga pengen cepet keluar kok tapi kok sayang yah kalau buru – buru” Ucap mang Yono yang membuat Nayla kesal.
Mang Yono pun tersenyum puas. Ia kembali menggesek – gesekan penisnya ke cadar Nayla. Terkadang ia hanya mengocoknya saja sambil menyentuhkan ujung penisnya ke tepi bibir Nayla dari luar cadarnya. Pria tua itu begitu bernafsu. Rasanya puas sekali ketika dapat melampiaskan nafsu birahinya disini.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Mmmpphhh hentikaann” Desah Nayla risih.
Mang Yono mengocok penisnya. Ia mengocoknya tepat di depan wajah Nayla. Terlihat wajah Mang Yono bernafsu pada akhwat bercadar itu. Nayla pun menunduk malu. Namun saat wajahnya ia naikan tuk menatap penis tukang sayur itu, ia sangat terkejut saat melihat bentuknya.
“Huahahaha kaget yah mbak ? Iya saya gak disunat soalnya… Pasti baru kali ini yah mbak ngeliat kontol kayak gini” Ucap mang Yono membanggakan penisnya di depan akhwat bercadar itu.
Alih – alih meresponnya. Nayla hanya membuang muka namun ukurannya yang besar serta bentuknya yang unik membuat Nayla selalu penasaran sehingga ingin melirik – liriknya lagi.
Mang Yono tersenyum. Ia menyadari tingkah laku Nayla saat itu. Ia menduga kalau Nayla ini sebenarnya mau tapi malu. Ia merasa Nayla itu mau tapi malu dengan hijab serta cadar yang dikenakan olehnya. Mang Yono tertawa puas. Ia pun bertekad akan membuat Nayla tergila – gila akan penisnya sehingga membuat Nayla mengemis minta disodok olehnya.
Huahahaha andai beneran terjadi… Ah sial mikirin gitu aja malah bikin mau keluarr…
Batin mang Yono merasa tak kuat lagi.
Mang Yono mengocok penisnya dengan cepat. Ia tak mau berlama – lama lagi. Ia merasa nafsunya sudah di ujung batasnya. Ia pun menatap wajah cantik Nayla yang masih bercadar. Ia lalu mendekatkan ujung kulupnya ke cadar Nayla. Ia bernafsu. Ia semakin bernafsu.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Aahhh… Mantapnyaa… Mantapnyaaaa” Desah mang Yono puas.
Nayla hanya diam saja sambil sesekali membuang muka. Ia merasa harga dirinya hilang karena membiarkan tukang sayur rendahan tengah mengocok penisnya tepat di hadapan wajahnya. Apalagi dirinya sudah telanjang. Ia merasa sangat malu. Ia berharap tukang sayur itu segera menuntaskan hasratnya.
“Aaahhhh…. Aahhh… Aaahhhh mbakk… Ahhhh terima inii… Terima iniii” Desah mang Yono merasa tak kuat lagi.
Tubuh gempal mang Yono merinding. Tubuhnya juga tegang. Nafasnya menjadi berat. Kakinya gemetar merasakan sebentar lagi spermanya akan segera keluar. Ia benar – benar puas. Tak pernah ia beronani senikmat ini meski sudah berkali – kali membayangkan sosok Nayla yang bertubuh seksi.
Mang Yono menyentuhkan ujung kulupnya ke cadar Nayla. Tangan kirinya memegangi Kepala Nayla agar tidak menoleh ke kanan juga ke kiri. Sadar kalau pria tua itu akan memuncratkan spermanya, Nayla pun memejam tuk bersiap – siap dinodai oleh tukang sayur itu.
“Aaahhhh… Aaahhhh…. Ahhhh mbaakkk… Aaahhhh ini diaaa… Rasakannn ini… Aaaahhhhh” Desah mang Yono sambil mendorong pinggulnya maju hingga wajah Nayla tertusuk oleh ujung kulup tukang sayur itu.
“Kellluaarrrrr !!!!”
Ccrroottt… Ccrroottt… Ccrroottt !!!
“Mmmpphhhh” Jerit Nayla pasrah saat cadarnya terkena lelehan sperma mang Yono.
Sperma mang Yono muncrat begitu banyak hingga menodai cadar yang dikenakan oleh Nayla. Aromanya yang menyengat membuat Nayla merasa jijik. Perutnya menjadi mual. Namun ia berusaha menahannya. Ia pun menaikan pandangannya, ia melihat mang Yono sampai terlonjak – lonjak setelah mendapatkan orgasme ternikmatnya.
Tukang sayur itu langsung lemas setelah menghabiskan seluruh cadangan spermanya tuk menodai cadar akhwat favoritnya. Mang Yono tersenyum puas. Tukang sayur itu langsung duduk di sebelah Nayla.
“Makasih mbak, saya puas banget bisa menodai wajah mbak… Hah… Hah… Hah” Desah tukang sayur itu ngos – ngosan sambil diam – diam merangkulkan tangannya ke pinggang Nayla.
“Lepaskan pak… Bapak udah selesai kan ? Tolong biarkan aku sendiri… Bapak boleh perg… Jangan bilang ke siapa – siapa soal masalah ini” Ucap Nayla kesal sambil menahan jijik saat hidungnya mencium aroma sperma yang sangat kuat.
“Huahahahah baik mbak… Tenang, saya laki – laki kok… Saya pasti akan menepati janji” Kata Mang Yono berdiri sambil mengenakan celananya lagi.
Nayla lega saat mengetahui mang Yono benar – benar menepati janjinya. Akhwat bercadar itu pun menanti tukang sayur itu pergi. Nayla merasa jijik dengan banyaknya sperma yang ditumpahkan oleh tukang sayur itu di wajahnya. Bahkan saking banyaknya sampai ada yang jatuh mengenai dada bulatnya.
“Hati – hati yah mbak… Jangan sampai ada orang lain yang masuk lagi… Untung saya yang masuk, kalau orang lain gak tau deh mereka akan menepati janjinya apa enggak” Ucap mang Yono setelah mengenakan pakaian lengkapnya lagi.
“Iyya pak maaf, aku ceroboh” Ucap Nayla menunduk malu.
“Huahahaha yasudah saya pamit pergi yah… Kapan – kapan kalau mbak butuh pemuas tinggal panggil saya… Daripada main sendiri mending pake kontol saya, iya kan ?” Ucap mang Yono sambil mengelusi penisnya yang tak dijawab apa – apa oleh Nayla.
“Oh yah ini kembaliannya… Seribu kan ? Huahahaha… Rasanya kayak habis bayar mbak 1000 biar bisa mejuhin wajah mbak aja… Huahahaha” Tawa mang Yono setelah menaruh uang kembalian seribunya ke atas meja dekat pintu masuk kamar Nayla.
Mang Yono setelah itu pun pergi. Bahkan ia juga menutup pintu rumah depan agar tidak ada orang lain lagi yang masuk untuk menjaga janjinya pada Nayla. Mang Yono benar – benar menepati janjinya. Ia tersenyum merasa beruntung bisa memejuhi cadar akhwat favoritnya. Ia tersenyum dalam hati. Ia pun berharap bisa bercinta dengannya bahkan sampai menanam benih di rahimnya.
Sementara itu di kamar Nayla,
“Astaghfirullah… Kenapa sih aku ini ? Aku ngerasa kayak gak ada harga dirinya lagi… Kemarin mulutku sekarang wajahku… Serendah ini kah diriku sampai – sampai orang lain bebas membuang spermanya ke tubuhku ? Entar apalagi ? Rahimku ? Naudzubillah… Jangan deh… Jangan sampai… Cukup ini yang terakhir, lain waktu lagi jangan” Lirih Nayla penuh harap.
Nayla pun melepas hijabnya berikut cadarnya. Nayla sudah bertelanjang bulat di dalam kamarnya. Ia pun menatap cadarnya. Cadarnya yang berwarna hitam itu ternoda oleh cairan kental berwarna bening milik tukang sayur itu. Nayla merasa jijik, bahkan ia enggan untuk menggunakan cadar ini lagi.
“Semuanya gara – gara pak Beni” Lirih Nayla mulai menyalahkan tukang sapu itu.
“Gara – gara pak Beni aku jadi pengen masturbasi… Gara – gara pak Beni aku sampai ketahuan mang Yono disini… Gara – gara pak Beni aku gak menikmati persetubuhanku dengan suami… Semua gara – gara orang itu… Kenapa sih orang itu suka banget ganggu hidupku ?” Lirih Nayla kesal dengan melimpahkan semua kesalahan kepadanya.
“Tapi yang lebih aneh lagi, kenapa yah aku jadi senafsu ini ke pak Beni ? Kenapa pikiranku jadi gampang kotor juga yah ? Kenapa dua hari ini aku jadi gampang terangsang ? Apa salahku ? Apa gerangan yang membuatku seperti ini ? ” Lirih Nayla merenungi perbuatannya. Ia pun berbaring diatas ranjang tidurnya. Ia menyesal. Ia mengingat – ngingat lagi saat – saat dirinya dipejuhi mang Yono juga saat dirinya bermasturbasi membayangkan pak Beni.
Semakin ia memikirkannya. Ia semakin menyesal. Matanya berkaca – kaca. Ia pun menangis setelah menyadari dirinya kehilangan harga diri. Bahkan ia membayangkan dirinya sama persis dengan pelacur yang menjajakan dirinya. Bahkan pelacur saja dibayar, sedangkan dirinya ?
“Siapa sebenarnya aku ini ?” Lirih Nayla merasa malu.
“Maasss… Maaassss… Maafkan istrimu yang sudah kehilangan harga dirinya” Lirih Nayla menangis dalam keadaan telanjang bulat di kamarnya.
BEBERAPA JAM KEMUDIAN
Wajah Nayla terlihat murung. Matanya sembap setelah menangis seharian. Ia pun berencana keluar rumah untuk menemui Putri supaya pikirannya bisa terkontrol agar tidak kepikiran mesum melulu.
Dengan mengenakan celana kain panjang berukuran longgar yang menutupi kaki jenjangnya. Dengan hijab serta cadar berwarna hitam yang menutupi kepala mungilnya. Dengan kaus berlengan panjang berwarna abu – abu yang membungkus tubuh indahnya. Nayla telah siap bepergian untuk mengatasi pikiran mesumnya. Ia masih geleng – geleng kepala tak mempercayai apa yang baru saja terjadi padanya.
Bermasturbasi ? Dikontoli ? Dipejuhi ? Sangat jauh sekali dengan image-nya sebagai seorang selebgram bercadar berfollowers banyak yang terlihat sholehah. Nayla pun berusaha melupakan semuanya meski ia tahu kalau itu akan terasa sulit karena dirinya selalu terngiang – ngiang momen – momen ternodanya.
“Hah… Astaghfirullah… Putri gimana yah ? Bisa gak yah aku temui dia di rumahnya ?” Lirih Nayla sambil mengambil hapenya.
Akhwat cantik itu pun duduk di teras rumahnya sambil mencari nomor Putri di kontak hapenya. Ia ingin membuat janji dengannya. Ia ingin mengonfirmasi kalau dirinya ingin bertemu dengannya. Ia pun menemukan nomornya. Ia bersiap untuk meneleponnya sekarang.
“Halooo… Assalamualaikum Put” Ucap Nayla setelah panggilan telepon tersambung.
“Iyya haloo… Walaikumsalam mbak… Ada apa nelpon ?” Tanya Putri.
“Kamu lagi sibuk Put ? Kamu ada waktu gak ? Pengen ketemu aja” Ucap Nayla to the point.
“Yah, aku lagi kuliah mbak… Aku masih di kampus… Mau ngobrolin apa nih ?” Jawab Putri yang membuat Nayla kecewa.
“Yahhhh masih kuliah yah ? Yaudah lanjutin aja Put… Gak ada sih cuma ngobrol biasa aja… Maklum aku kan di rumah sendirian… Jadi agak bosen aja hehehe” Ucap Nayla beralasan.
“Oalah hihihi maaf yah mbak… Aku masih ada jam kuliah… Sore paling atau gak beberapa jam lagi aku baru ada waktu luang buat nemenin mbak” Ucap Putri.
“Hmmm yaudah deh Put… Semangat kuliahnya aja deh yah” Ucap Nayla hendak menutup telponnya.
“Oh yah mbak” Ucap Putri yang membuat Nayla menahan diri untuk menutup telponnya.
“Iyya Put, Kenapa ?” Tanya Nayla.
“Mbak punya foto – foto kita waktu shooting di Bandung gak ?” Tanya Putri mengingatkan Nayla pada sesi photoshoot-nya beberapa minggu yang lalu.
“Oh ada kok Put… Ada di laptop aku” Jawab Nayla.
“Aku minta yah mbak… Nanti abis selesai kuliah aku ke rumah mbak gapapa ? Nanti aku konfirmasi lagi deh kapan waktu tepatnya biar gak terkesan mendadak” Ucap Putri yang membuat Nayla tersenyum.
“Boleh Put… Kabarin aja yah nanti kalau mau kesini” jawab Nayla.
“Iyya mbak… Makasih yah” Jawab Putri tersenyum.
Panggilan telepon pun resmi berakhir. Nayla pun bingung harus bagaimana sekarang. Ia tidak mau lama – lama disini karena khawatir pikiran mesumnya kembali datang untuk mengacaukan hidupnya. Ia pun menatap kunci motornya yang sedang ia pegang.
“Andri ?” Lirih Nayla terpikirkan satu nama.
“Andri sibuk gak yah kalau aku ajak ketemuan ?” Ucap Nayla ragu.
Nayla memang sudah lama bersahabat dengan Andri. Sebenarnya mereka lahir di tahun yang sama. Namun Nayla lebih dahulu lahir yang membuat Andri lebih nyaman memanggilnya mbak ketimbang namanya langsung. Mereka juga sudah bersahabat lama semenjak Andri menjadi fotografer di tiap sesi perfotoannya. Persahabatan mereka semakin terjalin semenjak Andri melamar Putri yang merupakan kawan dekat Nayla. Nayla pun menganggap Andri sebagai kawan dekatnya saja. Ia pun berencana menghubunginya alih – alih suaminya. Ia tidak mau mengganggu suaminya yang sedang bekerja. Ia pun menelpon Andri supaya bisa mendapatkan jawabannya segera.
“Haloo Ndri… Assalamualaikum” Sapa Nayla.
“Walaikumsalam mbak… Ada apa, tumben ?” Tanya Andri berdebar ketika dirinya ditelpon oleh wanita pujaannya.
“Kamu ada waktu gak, Ndri ? Aku mau ngobrol – ngobrol aja” Ucap Nayla yang membuat Andri tersenyum di kejauhan.
“Ada kok mbak… Mau ngobrolin apa ?” Tanya Andri langsung menjawabnya. Andri berfikir sejenak, padahal ia ada janji temu bersama temannya. Namun ia menggagalkannya seketika karena ia lebih mengutamakan Nayla dibandingkan teman – temannya.
“Nanti deh aku obrolin pas ketemu langsung… Kalau kita ke kafé yang biasa kita ketemu gimana ? Bisa gak ?” Tanya Nayla.
“Oh yang biasa kita kumpul abis meeting pas photoshoot itu ? Bisa kok” Jawab Andri menyanggupi.
“Makasih yah… Kita ketemuan disana… Sampai jumpa nanti” Ucap Nayla yang membuat Andri tersenyum mendengarnya.
“Iya, aku tunggu yah disana” Ucap Andri tersenyum senang. Andri merasa seperti mendapatkan durian runtuh saja. Sudah ditelpon oleh wanita pujaannya lalu diajaknya untuk ketemu dengannya. Ada apa ini ? Entah kenapa harapan muncul di hati Andri untuk membangun kisah cintanya bersama wanita binor bercadar ini. Andri pun tak ingin membuang waktu lagi. Ia langsung berganti pakaian dan bersiap – siap untuk menemui wanita pujaannya.
“Hah… Untung Andri bisa diajak ketemu… Yaudah deh aku langsung berangkat aja… Aku gak mau lama – lama disini, aku takut pikiran itu kembali datang lagi” Ucap Nayla bergegas mengenakan helmnya lalu berangkat menaiki motornya.
“Eh iya, pintunya belum dikunci” Ucap Nayla kelupaan hingga membuatnya kembali untuk mengunci pintu rumahnya terlebih dahulu. Setelah semua siap, baru setelah itu Nayla berangkat untuk menemui Andri.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Motor yang Nayla kendarai telah berhenti. Ia pun melepas helmnya lalu menaruhnya di kaca spion motornya. Wajahnya seketika langsung menoleh ke kanan juga ke kiri untuk mencari sahabatnya. Ia pun masuk ke dalam dan wajahnya kembali menoleh ke sekitar untuk mencari sahabatnya.
“Andri mana yah ? Belum datang apa yah ?” Tanya Nayla heran.
Nayla pun duduk di salah satu kursi kosong disana. Nayla memaklumi andai Andri memang belum datang kesini. Rumah Andri tergolong jauh dari tempat pertemuannya sekarang. Ia pun mengecek hapenya lalu mengirimkan pesan kepadanya. Tak lama kemudian pesan balasan ia dapatkan langsung. Nayla tersenyum saat membaca jawabannya.
“Dasar, masih di jalan rupanya” Lirih Nayla.
Ia pun segera membalas jawabannya dengan meminta Andri agar lebih berhati – hati dalam berkendara. Entah kenapa Nayla memberikan perhatian kepadanya. Sebagai seorang wanita, ia merasa wajar saja memberikan perhatian itu kepada seseorang yang ia anggap dekat.
Layaknya seorang wanita pada umumnya. Nayla pun membuka cermin kecil yang ia keluarkan dari tas kecil yang ia bawa. Ia pun memeriksa penampilannya. Berulang kali Nayla merapihkan hijabnya yang agak berantakan setelah tertiup angin dalam perjalanan. Sebagai seorang wanita, ia tak bermaksud tampil cantik untuk menggoda Andri. Tapi, ia tampil cantik untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
Tak berselang lama, muncullah seseorang dari pintu kafé yang membuat Nayla tersenyum melihatnya. Nayla pun mengangkat tangannya yang membuat Andri menoleh tuk menatapnya. Andri terlihat sangat tampan saat itu. Meski jam baru menunjukkan pukul setengah dua siang. Meski cuaca saat itu sedang panas – panasnya. Andri tampil percaya diri dengan celana jeans panjang berwarna biru serta kaus berlengan pendek berwaran putih. Ia juga mengenakan jaket berbahan jeans yang memiliki warna yang selaras dengan celananya. Jujur, Nayla terpesona oleh penampilan sahabatnya yang menurutnya keren. Apalagi wajah Andri memang tampan. Nayla pun menyambut kedatangan Andri dengan senyuman.
“Eh mbak, udah lama yah ? Maaf tadi aku persiapannya lama… Jadi harus ini itu dulu” Ucap Andri sambil duduk di depan Nayla.
“Enggak kok ndri… Ngomong – ngomong kamu gak panas yah paket jaket tebel gitu… Dahimu aja udah keringetan loh hihihih” Ucap Nayla yang membuat Andri tersipu malu.
“Hahahaha panas sih… Tapi aku gak tau kalau cuaca di luar bakal sepanas ini” Ucap Andri sambil mengeluarkan sapu tangannya tuk mengelap keringat di dahinya.
“Hihihih tapi kamu keren kok Ndri… Gak salah emang fotograferku ini… Udah mirip artis korea aja kalau kayak gini hihihihi” Puji Nayla yang membuat hati Andri berbunga – bunga.
“Hahaha bisa aja… Jauh lah mbak… Mbak loh cantik banget, jadi merasa terhormat bisa bertemu dengan selebgram terkenal” Puji Andri yang membuat Nayla tertawa senang.
“Hihihihi biasa ketemu aja sampai merasa terhormat segala… Eh yah… Apa kabar Ndri ?” Tanya Nayla sambil merapatkan kedua tangannya diatas meja bundar di depannya.
“Aku baik kok mbak… Kamu sendiri gimana ? Kalau dilihat dari wajahnya sih, pasti bahagia” Ucap Andri menebak.
“Ya kalau ituuu . . . .” Ucap Nayla ragu. Namun belum sempat Nayla menyelesaikan kalimatnya tiba – tiba Andri memotongnya yang membuat Nayla tertawa.
“Pasti bahagia dong… Abis ketemu aku soalnya” Ucap Andri percaya diri.
“Hihihihi apaan… Iyain aja deh biar seneng” Ucap Nayla tertawa.
Andri pun ikut tertawa setelah Nayla tertawa.
“Oh yah Ndri… Aku mau cerita boleh ?” Ucap Nayla tak lama kemudian.
“Mau cerita apa ? Boleh kok… Aku akan mencoba menjadi pendengar yang baik untukmu” Ucap Andri yang membuat Nayla tersenyum.
“Aku heran… Aku bingung aja… Gak tau belakangan ini kok aku sering kepikiran orang lain yah” Ucap Nayla mengejutkan Andri.
“Orang lain ? Laki – laki lain di hidupmu maksudnya ?” Tanya Andri berdebar.
“Hehe iyya Ndri… Aku bingung… Padahal aku udah punya suami tapi kok belakangan aku malah kepikiran laki – laki lain” Ucap Nayla yang membuat Andri berpikir panjang.
Laki – laki lain ? Di hidupnya ? Apa jangan – jangan ia sedang membicarakanku sekarang ? Bukannya ini semacam kode kalau mbak Nayla sedang memikirkanku, iya kan ?
Batin Andri menduga.
“Hmmm kok bisa ? Apa yang membuatmu kepikiran orang lain ? Apa kedudukannya sekarang lebih tinggi dari suamimu, mbak ? Maksudnya mbak lebih mikirin dia dibandingkan suami mbak ?” Tanya Andri penasaran.
“Hmmm bisa dibilang begitu Ndri… Gak tau belakangan aku mikirin dia terus… Aku udah berusaha menepisnya, tapi aku gak bisa… Pagi tadi aja aku kepikiran dia… Bahkan semalam aku juga kepikiran dia… Udah dua hari ini kalau gak salah… Mulai parahnya sih kemarin, iya mulai kemarin… Bahkan dia juga hadir mimpi aku loh Ndri” Ucap Nayla curhat hingga membuatnya menunduk memegangi kepalanya.
“Kadang aku takut… Aku merasa malu… Gimana bisa seorang istri yang sudah bersuami malah kepikiran laki – laki lain… Aku merasa kehilangan harga diri Ndri… Aku malu pada diriku sendiri” Lanjut Nayla mengungkapkan kekesalannya.
“Apa dia orang yang kamu kenal lama mbak ?” Tanya Andri yang masih penasaran dengan identitas orang itu.
“Iya, aku udah lama mengenalnya” jawab Nayla.
“Kapan terakhir kamu ketemu dengannya ?” Tanya Andri lagi penasaran.
“Hari ini… Baru – baru ini” Jawab Nayla tanpa berfikir yang malah membuat Andri merasa kalau dia lah orang yang Nayla maksud.
Baru – baru ini ? Sekarang ini maksudnya ?
Batin Andri semakin yakin kalau dirinya lah yang sedang dibicarakan oleh Nayla sekarang.
“Apa ini wajar Ndri ? Apa wajar seorang yang sudah bersuami sepertiku kepikiran laki – laki lain di hidupnya” Tanya Nayla meminta jawaban.
“Wajar kok” Jawab Andri singkat.
“Eh yang bener Ndri ?” Tanya Nayla terkejut.
“Anggap aja itu ujian pernikahan” Jawab Andri lagi dengan singkat.
“Ujian ? Pernikahan ?” Tanya Nayla tertarik hingga dirinya menatap Andri dengan serius.
“Iya mbak…. Gak semua pernikahan orang – orang berjalan lancar… Ada lika – liku perjuangannya bahkan ada yang sampai kepikiran orang lain… Itu wajar kok menurut aku… Jadi jangan kepikiran lagi yah” Ucap Andri yang membuat Nayla semakin penasaran.
“Wajar ? Terus gimana cara membuang pikiran itu… Aku gak mau kepikiran lagi Ndri ? Aku takut kalau suamiku tahu, aku akan dimarahi olehnya” Ucap Nayla saat teringat kejadian semalam dan juga pagi tadi.
“Kenapa gak ketemu sama orangnya langsung… Siapa tau kamu cuma kangen makanya terus kepikiran dia” Ucap Andri yang berharap Nayla bisa sering menemuinya karena ia menduga mereka sekarang sedang membicarakan dirinya.
“Heh ? Ketemu ama orangnya ?” Ucap Nayla heran. Ia mendadak kesal ketika harus membayangkan dirinya harus bertemu langsung dengan pak Beni.
“Hahahah becanda… Maksudnya gini… Mungkin kamu kayak gitu karena kamu sering sendiri di rumah… Kamu jarang ada teman ngobrol… Akibatnya pikiran – pikiran kayak gitu sering dateng karena kamu gak punya kegiatan apa – apa di rumah… Keputusanmu untuk menemuiku sudah tepat kok… Coba aku tanya sekarang… Sekarang gak kepikiran lagi kan ?” Tanya Andri.
“Iya sih Ndri… Aku gak kepikiran lagi” jawab Nayla menyetujui omongannya.
“Nah itu… Coba sering – sering ngumpul sama temen – temen kamu… Kalau temen kamu sibuk semua, aku siap kok menemani kamu biar kamu gak sendirian terus di rumah” Ucap Andri berharap bisa sering bertemu dengannya.
“Eh apa aku gak ganggu waktu sibuk kamu Ndri ? Apalagi kan kamu harus menyiapkan pernikahan kamu ?” Tanya Nayla.
“Engga kok… Kalau untuk kamu, aku pasti ada terus” Jawab Andri yang membuat Nayla tersenyum.
“Heleh, kalau kamu udah ada janji sama temen kamu terus aku minta ketemuan gimana ? Emang ada waktu buat aku ?” Tanya Nayla.
“Hahahah kan aku bisa batalin… Aku bilang aja ke temenku kalau ada bidadari cantik yang ngajak ketemu” Jawab Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi gombal… Awas dimarahin Putri loh… Oh yah, kalau kamu udah ada janji sama Putri terus aku ajak ketemu gimana ? Masih mau kamu batalin janji sama Putri buat ketemu aku ?” Tanya Nayla.
“Eh itu… Itu” Ucap Andri kebingungan. Entah kenapa ia merasa kalau Nayla sedang mengujinya. Ia pun berhati – hati harus menjawab apa.
“Hihihihi tuh kan bingung mau jawab apa” Tawa Nayla yang membuat Andri ikut tertawa setelahnya.
“Jangan khawatir pokoknya… Kalau kamu emang mau ketemu… Aku pasti akan meluangkan waktu buat kamu” Ucap Andri yang tiba – tiba mendekap tangan Nayla.
Jantung Nayla berdebar merasakan dekapan tangan Andri. Ia pun menatap tangannya yang di dekap. Ia pun lalu menatap Andri untuk berbicara dengannya.
“Anu Ndri… Maaf tangan kamu” Ucap Nayla yang buru – buru membuat Andri tersadar.
“Eh maaf, gak sengaja” Jawab Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Dasar… Jelas – jelas tadi sengaja” Ucap Nayla yang membuat Andri tertawa.
“Ngomong – ngomong makasih yah tadi udah mau dengerin keluh kesahku… Aku bingung daritadi mau ngomong ke siapa… Gak mungkin kan aku nyeritain ini ke suami aku… Untung aku kenal deket sama kamu Ndri… Aku langsung memilih kamu untuk mendengarkan ceritaku ini… Rasanya lega banget sekarang… Makasih yah” Ucap Nayla tersenyum yang membuat Andri ikut tersenyum.
“Sama – sama mbak… Lain kali kalau kamu butuh pendengar lagi, aku siap kok… Mau kamu ngoceh sejam kek, dua jam kek… Aku siap meski harus membuat kupingku berdarah – darah” Ucap Andri berlebihan yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi emang kalimatku tajem yah bisa bikin kuping kamu berdarah ?” Tanya Nayla tertawa.
“Ya enggak sih… Tapi bisa bikin kuping aku pegel dengerinnya” Ucap Andri yang kembali membuat Nayla tertawa.
Entah kenapa ia merasa bahagia tiap kali melihat Nayla tertawa karenanya. Inikah kebahagiaan itu. Inikah rasanya ketika Nayla menjadi istrinya. Entah kenapa ia sudah menganggap Nayla sebagai istrinya. Ia pun terus mengobrol panjang lebar dengannya. Mereka terus mengobrol, bercanda bahkan membicarakan masa lalu saat pertama kali bertemu. Tak jarang Nayla tertawa terbahak – bahak. Tak jarang Andri bersikap konyol untuk menghibur hati Nayla. Andri tersenyum senang, ia merasa bahagia bisa menghabiskan waktu bersama wanita pujaannya.
“Oh yah mbak… Aku punya permintaan boleh ?” Tanya Andri setelahnya.
“Apa Ndri ?” Tanya Nayla penasaran.
“Aku boleh manggil kamu nama langsung ? Aku pengen lebih akrab sama kamu soalnya”
“Hihihihi ya boleh lah… Justru aku malah gak nyaman kalau kamu manggil aku mbak mulu… Kita kan udah lama kenal… Kenapa kita gak manggil nama langsung aja ?” Jawab Nayla tersenyum.
“Hahahahah makanya, agak sungkan untuk memanggil namamu langsung… Makasih yah. Nay” Ucap Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi gimana gitu pas denger kamu manggil aku… Kayak ada yang beda tapi aku suka… Makasih yah Ndri” Ucap Nayla tersenyum.
“Sama – sama Nay… Justru aku yang seharusnya berterima kasih…” Ucap Andri sambil menatap Nayla. Diluar dugaan Nayla pun sedang menatap Andri. Entah kenapa Andri semakin yakin kalau ini adalah kesempatan besar untuk menikung Nayla dari suaminya.
“Oh yah, aku boleh ngehubungin kamu kan ?” Tanya Andri lagi.
“Nelpon atau chat maksudnya ? Ya boleh lah” Jawab Nayla tersenyum.
“Gak dimarahin suamimu nanti ?” Tanya Andri khawatir.
“Hihihihi ya enggak lah… Suamiku gak pencemburu kok… Suamiku juga udah tau kamu kali… Aku sering cerita jadi ya gak mungkin suami aku marah nanti” Ucap Nayla yang membuat Andri tersenyum senang.
Wah gak nyangka rupanya aku sering diceritain Nayla ke suaminya… Apakah ini suatu pertanda ?
Batin Andri terus berharap.
“Eehhemm… Ehheemm… Jadi kering nih kerongkongan aku… Kenapa tadi gak pesen minum dulu yah ? Hihihih” Ucap Nayla.
“Oh iya… Kamu mau mesen apa biar aku traktir nanti ?” Ucap Andri.
“Eh gak usah, kita bayar sendiri – sendiri aja” Ucap Nayla tak enak.
“Eh gak usah… Anggap aja ini terima kasihku karena udah diajak ketemu” Ucap Andri memaksa ingin mentraktir Nayla.
“Huft padahal harusnya aku yang nraktir karena udah maksa kamu buat dengerin curhat aku” Ucap Nayla tersenyum.
“Hahahha aku gak terpaksa kok… Aku malah seneng bisa jadi orang yang terpilih buat dengerin curhatan kamu, Nay” Ucap Andri tersenyum.
“Dasar… Samain aja Ndri… Aku ikut kamu” Ucap Nayla.
“Yaudah… Aku ke kasir dulu yah” Ucap Andri bahagia.
“Iya Ndri” Jawab Nayla tersenyum.
Nayla pun tersenyum malu – malu sambil menunduk. Ia merasa bahagia karena mempunyai teman yang selalu ada untuknya. Diam – diam Andri menoleh dan menatap Nayla tengah tersipu, Andri pun merasa kalau Nayla berbahagia karena bisa bertemu dengan cinta sejatinya yakni dirinya. Andri pun terus berharap saat itu. Ia pun berjalan menuju kasir sambil menunjukkan wajah tersenyum yang begitu lebar.
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
“Makasih udah nraktir aku Ndri… Aku pulang dulu yah… Udah sore soalnya” Ucap Nayla saat melihat jam sudah menunjukkan setengah tiga.
“Iya sama – sama… Hati – hati di jalan yah… Mau aku anter sampe rumah gak ?” Ucap Andri perhatian.
“Eh gak usah… Rute kita aja berbeda Ndri… Rumah kamu juga jauh… Gak usah, aku udah gede kali… Tapi terima kasih yah perhatiannya” Ucap Nayla yang membuat Andri tersenyum senang.
“Iyya sama – sama… Kabarin yah kalau udah sampe rumah” Ucap Andri yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi iyya Ndri, kalau inget tapi yah” Ucap Nayla melajukan motornya.
Andri terus tersenyum di siang menjelang sore itu. Ia merasa bahagia bahkan tangan kanannya mengepal lalu meninjukannya ke angkasa.
Yeesssss… Seneng banget rasanya bisa berduaan bareng kamu Nay !
Batin Andri berbahagia.
“Akhirnya sampai di rumah juga… Lega banget deh rasanya bisa curhat sama Andri… Kayaknya emang bener nih, aku gak boleh sendirian di rumah… Aku harus sering ngumpul sama temen kalau lagi gak kerja” Ucap Nayla mengingat poin yang ia dapat setelah bertemu dengan Andri.
Nayla segera turun dari motornya. Ia melepas helmnya juga kunci motornya. Ia berjalan mendekati pintu masuk lalu membuka kunci yang mengancing rumahnya. Setelah pintu terbuka, ia menaruh helm di meja ruang tamu rumahnya. Lalu berjalan menuju kamarnya untuk menaruh kunci motornya yang ia gantung di balik pintu kamarnya. Ia merasa gerah. Cuaca memang sedang panas – panasnya. Makanya tadi ia menanyakan Andri dengan cara berpakaiannya.
Akhwat bercadar itu pun berjalan menuju kulkasnya. Sesampainya ia disana, ia mengeluarkan botol minuman berisi air lemon favoritnya. Saat ia menyentuh botolnya, ia tidak langsung mengambilnya. Tapi ia melihatnya sejenak sambil memikirkan sesuatu.
“Perasaan tadi pagi aku minum, airnya tinggal kurang dari setengah botol deh ? Kok sekarang air lemonnya masih setengah botol yah ? Eh lebih dari setengah malah” Ucap Nayla saat mendekatkan botol itu ke wajahnya untuk melihatnya dengan jelas.
“Aneh, apa aku yang kelupaan ? Kok bisa nambah sih ?” Lirih akhwat bercadar itu penasaran.
Namun rasa haus yang mendera kerongkongannya membuatnya tak tahan untuk segera meminumnya. Ia pun menuang air lemon itu ke gelasnya. Lalu menaikan cadarnya sebelum menempelkan bibir tipisnya ke tepi gelas itu. Air lemon itu pun mengalir melalui mulutnya menuju kerongkongannya. Terasa kesegaran disana. Rasanya yang nagih membuatnya meminum sekali lagi.
“Aaahhhh segernyaaa” Desah Nayla sambil mengelap bibirnya menggunakan tangannya.
Akhwat cantik itu pun kembali menaruh botol minuman itu ke kulkas lalu menutup pintu kulkasnya rapat – rapat.
“Sekarang ngapain yah ? Oh yah Putri katanya mau ke rumah yah ? Aku siapin file-nya dulu ah” Ucap Nayla berjalan menuju kamarnya untuk membuka laptopnya.
Nayla menyalakan kipas anginnya. Lalu tiduran di atas ranjangnya sambil menyalakan laptopnya. Sambil menanti laptopnya melakukan booting, Nayla pun memutuskan untuk tiduran miring menghadap ke samping. Entah kenapa rasanya begitu nyaman. Kasurnya terasa empuk ditambah dengan sejuknya angin yang berhembus dari kipas angin membuatnya mengantuk.
“Hoaaammmss… Kok jadi ngantuk yah ?” Lirih Nayla menguap hingga matanya yang sudah kedap – kedip.
Berulang kali Nayla mencoba membuka matanya sambil menanti laptopnya menyala. Namun rasa kantuk benar – benar menguasainya. Padahal ia masih mengenakan pakaian yang sama saat tadi bertemu dengan Andri. Ia belum sempat melepas hijabnya bahkan cadarnya saja masih menutupi sebagian wajahnya.
Pelan – pelan Nayla mulai tertidur. Matanya memejam dengan nikmat. Sambil tersenyum, tubuhnya mulai tenang pertanda dirinya sudah memasuki alam mimpinya.
“Akhirnya… Terlelap juga dirimu, sayang” Lirih seseorang yang diam – diam mengintipnya dari luar pintu kamarnya yang terbuka.
Sosok misterius itu kembali datang. Ia mendekat sambil menatap sang akhwat yang telah tertidur dalam posisi miring ke kiri. Dilihatnya laptop yang menyala dihadapannya. Dilihatnya hape yang tergeletak tepat di samping wajahnya. Sosok itu pun tersenyum. Ia mulai membuka kausnya lalu memelorotkan celana kolornya.
“Dasar ceroboh… Mau dientot kok malah naruh barang sembarangan… Nanti kalau barangnya jatuh jangan salahin saya yah… Saya suka barbar soalnya kalau lagi ngentot” Lirihnya sambil mengocok batang penisnya.
Sosok itu pun menaruh laptop beserta hape yang akhwat itu tinggalkan ke atas meja kecil yang berada di samping ranjang tidur Nayla.
Saat diatas ranjang tidur itu hanya terdapat tubuh sang akhwat yang sudah terbaring pasrah. Sosok itu pun mendekat lalu memposisikan Nayla dalam posisi terlentang.
“Tidurnya yang lurus yah… Biar saya bisa ngeliat keindahan tubuhmu dari atas” Ucap sosok itu sambil mendekap dagu Nayla yang masih tertutupi cadarnya.
Sosok itu pun berdiri. Ditatapnya tubuh sang akhwat yang telah siap untuk ia genjot. Ia menatap tubuh Nayla dari atas ke bawah. Dari ujung hijab sampai ke ujung jemari kakinya. Ia menatap hijab hitamnya lalu kaus berlengan panjangnya. Ia tersenyum melihat gundukan dada yang menonjol saat akhwat bercadar itu berbaring terlentang. Lalu saat pandangannya diturunkan lagi. Ia melihat kaki jenjangnya yang dilapisi celana kain berukuran longgar. Sosok itu jadi tak sabar ingin membugilinya. Sosok itu semakin tak sabar untuk melihat apa yang tersembunyi di balik pakaian Nayla.
“Pasti sangat indah !!!” Ucapnya tertawa sambil mengocoki penisnya.
Sosok itu berlutut. Kedua tangannya mendekap celana kain Nayla lalu memelorotkannya pelan – pelan. Sosok itu tersenyum senang saat dapat melihat paha mulus sang akhwat. Lidahnya keluar tuk menjilati tepi bibirnya. Pelan – pelan celananya hampir terlepas melewati telapak kakinya. Akhirnya, celananya itu benar – benar terlepas hingga menyisakan celana dalamnya saja yang menutupi sebagian selangkangannya.
Sosok itu tertawa dalam diam. Ia sangat puas melihat keseksian tubuh sang akhwat yang sudah setengah telanjang. Gemas, akan mulusnya paha sang akhwat. Tangannya mulai mendekat untuk meraba – raba paha mulusnya menggunakan tangan keriputnya.
“Waahhh gilaaa… Mulus bangett… Uhhhhh… Kulitnya udah kayak kulit bayi aja… Pasti sering banget perawatan yah sayang ?” Tawanya saat mengusap paha mulusnya.
Rabaannya pun naik hingga mendekap selangkangannya. Wajahnya juga mendekat untuk menghirup aroma kemaluan sang akhwat. Hidungnya telah menempel dari luar celana dalamnya. Ia menarik nafasnya lalu kemudian tertawa setelah mencium aromanya.
“Mantappp bangett… Bisa mabok nih kalau keseringan nyium” Ucapnya puas.
Tangan nakalnya kembali beraksi. Sosok itu mulai menurunkan celana dalam sang akhwat dengan cepat. Dalam sekejap, celana dalamnya sudah turun hingga melewati kedua lututnya. Sosok itu kembali menariknya hingga terlepas melewati kedua kaki jenjangnya.
Ditatapnya bulu tipisnya yang tumbuh disekitar goa kenikmatan itu. Ditatapnya pintu masuk goa kenikmatan itu yang berwarna pink.. Sosok itu jadi kian bernafsu untuk segera menggagahinya. Ia tersenyum. Ia sangat puas karena rencananya berjalan mulus semulus tubuh akhwat yang akan ia nikmati sebentar lagi.
“Ssllrrppp… Slllrrppp… Sssllrrppp” Terdengar suara seruputan saat lidah sosok itu menjilati kemaluan Nayla.
Sosok itu meludahinya. Lalu lidahnya masuk untuk menjilati dinding vaginanya. Kedua jemarinya pun membantu dengan membuka pintu masuk lubang kenikmatan itu. Lidahnya pun masuk semakin dalam. Lidahnya menggeliat meraba – raba dinding kenikmatan itu dengan penuh nafsu. Lagi, sosok itu meludahinya. Lalu giginya mendekat tuk menggigit biji kecil yang menggantung diatas goa kenikmatan itu.
“Mmmpphhhh” Desah Nayla dalam mimpinya.
“Keenakan yah ?” Tanya sosok itu tertawa.
Sosok itu kembali menjilati vaginanya. Bagian jemarinya juga menekan – nekan klitorisnya hingga membuat lubang kemaluan itu semakin basah.
“Cuihhhh… Nikmatnya memek lonte satu ini… Jadi gak sabar tuk menjadikanmu pemuas nafsuku” Ucapnya berdiri lalu menaikan kaus yang Nayla kenakan saat itu.
Pelan – pelan perut Nayla mulai terlihat. Pusarnya pun menyusul tak lama kemudian. Semakin ia menaikannya, semakin indah pula pemandangan yang dilihat oleh sosok yang bejo itu.
Sosok itu kembali tertawa lalu menaikan kaus Nayla hingga melewati gundukan besar yang ada di dada sang akhwat. Tak lupa, ia juga menaikan beha hingga putingnya yang berwarna pink terlihat jelas dihadapan matanya.
“Indahnyaaaaa” Ucap sosok itu terpukau dengan bulatnya dada yang terbaring pasrah dihadapannya.
Tanpa menunggu lama, sosok itu langsung meremas – remas dada bulat sang akhwat. Ia mencengkramnya dengan penuh nafsu. Ia memilin putingnya dengan penuh nafsu. Bahkan ia menarik pentilnya lalu mencubitnya sebelum tangannya kembali menggenggam erat buah dada bulat yang dimiliki oleh sang akhwat.
“Ouhhhh…. Ouhhhh…. Puas sekaliii… Puas sekali rasanya bisa remes susumu, sayanggg” Desahnya penuh nafsu.
Sosok itu kembali meremas susu Nayla dengan beringas. Ia meremasnya hingga merubah warna susu Nayla menjadi warna merah. Lalu kepalanya turun. Lidahnya keluar untuk menjilati putingnya. Mulutnya pun membuka tuk mengatup pentil susunya. Sosok itu menyusu disana. Sosok itu menyeruputnya dengan rakus.
“Sssllrrppp… Mmpphhh… Sssllrrppp… Mmpphhh” Desah sosok itu saat menyusu.
Dikala mulutnya menyusu maka kedua tangannya meremasnya kuat – kuat. Perutnya juga telah menempel di perut rata Nayla. Sosok itu tengah menindihinya. Sosok itu juga menempelkan penisnya ke bibir vaginanya.
“Aaaahhh yahhh… Mmpphhh… Mmpphhh…. Slrrpp… Ouhhhh” Desah sosok itu saat menyusu, meremas bahkan menggesek – gesek penisnya di bibir vagina sang akhwat.
Terlihat pinggul sosok itu maju mundur. Sosok itu menggesak penisnya hingga vagina Nayla semakin banjir terisi oleh cairan cintanya. Sosok itu tertawa puas. Sosok itu tertawa lepas. Siapa yang menyangka di hari ini, dirinya bisa telanjang bulat sambil menikmati sosok selebgram yang sehari – harinya biasa menggunakan cadar.
“Ouuhhhh…. Ouhhhh…. Ouhhhh yaahhhh” Desahnya saat bangkit duduk sambil menggesek – gesek bibir vagina sang akhwat.
Matanya memejam saat penisnya melakukan petting dengan cepat. Mulutnya mengerang tuk mengekspresikan kepuasan yang ia dapat. Tubuhnya kembali menunduk tuk meremas dada bulatnya. Mulutnya sampai membuka. Ia benar – benar terpuaskan dengan keindahan yang dimiliki oleh Nayla.
“Aaahhhh… Gilaaa… Aaahhhh enak bangettt… Aahhh puasss bangettt… Padahal baru digesek” Desahnya menikmati.
Karena tak tahan lagi. Sosok itu akhirnya bersiap untuk melahap menu utamanya. Sosok itu kembali mengangkat kaus Nayla agar susu bulatnya dapat terlihat semakin jelas. Ia juga menyingkirkan cadar yang menghalangi pemandangan gunung kembarnya sebelum dirinya bersiap untuk menyoblos liang kenikmatan duniawinya.
“Akhirnyaa…. Setelah kemarin gak kesampean… Kesempatan untuk nyodok memekmu kesampean juga” Ucapnya dengan penuh nafsu.
Kedua tangannya pun mendekap pinggang mulus sang akhwat. Matanya dengan binar menatap lubang kenikmatan itu. Pinggulnya pun mengarahkan. Penis besarnya dengan gagah telah siap untuk ditembakkan menuju liang terdalam dari rahim sang akhwat.
“Rasakan ini sayaannggggg” Serunya sambil mengambleskan penisnya langsung hingga menyundul dinding rahimnya.
Jleeeebbbbb !!!!
“Aaaahhhhhh mantaaaappppp” Desahnya dengan sangat puas.
Sodokannya yang kuat sempat membuat susu Nayla bergetar. Jepitan vagina Nayla membuat nafsu birahinya juga bergetar. Jantungnya pun berdebar. Ia tak sabar untuk melakukan genjotan pertamanya dengan semangatnya yang berkobar.
“Ouuhhh yaahhhhh… Oouhhhh mantaappp… Ouuhhhh nikmat banget… Mmpphhh yaahhhh” Desahnya saat ia memulai memperkosa Nayla dengan kecepatan yang cukup lambat.
Bukannya ia tak mampu menggenjotnya dengan cepat. Bukannya ia tak mampu menggenjotnya dengan kuat. Tapi ia lebih berhati – hari agar dirinya tidak keluar duluan karena kuatnya jepitan vagina Nayla yang ia rasakan. Berulang kali ia berusaha mengatur nafasnya. Berulang kali ia mencoba menekan nafsunya. Namun tiap kali penisnya bergesekan dengan dinding vaginanya, terasa rangsangan yang membuat nafsunya bergairah. Ia pun berhati – hati. Ia berusaha menikmati tubuh akhwat bercadar ini lebih lama lagi.
“Aaahhhh yaahhh… Aahhh nikmatnyaaa… Aahhhhhh” Desah sosok itu sambil memandang wajah Nayla yang sedang memejam.
Sosok itu tersenyum. Ada kepuasan yang ia dapat tiap kali membayangkan dirinya bisa bersetubuh dengan selebgram bercadar itu. Saking nafsunya, lama – lama ia pun mempercepat sodokannya. Gerakannya diperkuat. Susu Nayla sampai meloncat – loncat. Tubuh rampingnya terdorong maju – mundur dengan cepat. Diusapnya perut rata sang akhwat. Dielusnya paha mulus sang akhwat. Elusannya turun hingga ke kaki jenjangnya lalu naik lagi ke paha lalu naik lagi ke pinggang rampingnya.
“Aaahhhh yaahhh… Aaahhhh nikmat bangettt.. Aaahhhh nonnnnn” Desahnya dengan puas hingga membuatnya tak sanggup menahan tawanya lagi. Ia ingin tertawa dengan bebas. Ia ingin tertawa menikmati kemenangan yang ia dapatkan.
“Hakhakhak…. Puas sekaliii… Puasss sekali rasanya bisa menyetubuhimu, sayanggg” Tawa pria tambun itu dengan nadanya yang khas.
Yaps sosok bejat yang sudah melecehi Nayla dua kali itu tidak lain adalah pembantunya sendiri. Yaps, pak Urip lah pelakunya. Pria tua bertubuh tambun itu tak henti – hentinya mendesah sambil menatap dada indah sang akhwat yang meloncat – loncat.
Ia pun mempercepat gerakannya. Ia menambah kecepatannya lagi yang membuat ranjang tidur Nayla ikut bergoyang.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Dari siang tadi saya menunggumu meminum minuman buatan saya…. Aahhh… Aahhh… Akhirnya, akhirnya kesampean juga…. Penantianku… Penantian untuk menyetubuhi dirimu” Ucapnya dengan puas sambil menatap dada sang akhwat.
Tergoda oleh gerakan payudara Nayla yang bergoyang kencang. Pak Urip menjatuhkan tubuhnya tuk menindihi majikannya. Perut tambunnya menekan perut rata Nayla. Dada berlemaknya menekan susu empuk Nayla. Kedua tangannya meremas susu bulatnya. Lidahnya pun menjilati dada bagian atasnya sambil mencium aroma tubuhnya yang merangsang nafsu birahi.
Plokkk… Plokkk… Plookkkk…
Pinggul pak Urip bergerak naik turun. Kecepatannya semakin cepat. Powernya semakin kuat. Pinggulnya menghempas selangkangan majikannya hingga menimbulkan suara yang terdengar keras.
Plokkk… Plokkk… Plokkk…
“Mmpphhh… Mmpphhh… Sssllrrpp… Mmpphhh” Desah Pak Urip saat menyusu sambil menggenjot tubuh seksinya itu.
Pak Urip dengan rakusnya melahap susu bulat sang akhwat. Giginya menjepit. Bibirnya menyeruput. Tangannya meremas dan pinggulnya menusuk tajam dengan sangat kejam. Pak Urip sampai ngos – ngosan saat menikmati tubuh akhwat yang sudah setengah telanjang itu. Lidahnya kembali menari – nari diatas tubuh majikannya seorang diri.
“Aaahhhh… Aahhh… Aaahhhh… Sayanggg mmpphhh” Desah pak Urip saat mengangkat cadar Nayla lalu mencumbu bibirnya.
Pak Urip mencumbunya. Pak Urip mengapit bibirnya. Ia mendorong bibirnya hingga wajah Nayla terbenam ke dalam kasurnya. Lidahnya juga bermain – main dengan membuka pintu masuk ke dalam rongga mulutnya. Saat lidahnya masuk, lidah pak Urip langsung menggeliat merangsang tiap sudut yang ada di dalam mulutnya. Tak lupa ia mengirimkan ludah sebagai hadiah ke dalam mulutnya. Ia juga berusaha tuk mengulum lidahnya tuk memuaskan nafsu yang menggelora di tubuhnya. Tubuh pak Urip semakin panas. Nafsunya telah berkobar laksana bendera merah putih yang berkibar diatas gunung tertinggi di Nusantara. Tak akan ada yang bisa menurunkannya. Begitu juga, tak ada yang mampu mencegah nafsu pak Urip untuk menghamili majikannya.
“Mmmpphhh… Mmmmpphhhh… Rasakan tusukan kontol saya… Rasakan iniii… Rasakannn iniiii” Desahnya semakin mempercepat tusukannya.
Plokkk… Plookkk… Plokkkk !!!
“Haahh… Hah… Hahh…. Gilaaa sampai keringetan gini… Puas bangettt rasanyaaa… Aahhh puas banget bisa ngentotin selebgram bercadar kayak kamu, sayanggg” Desah pak Urip begitu bernafsu.
Tulalit… Tulalit… Tulalit…
Saat sedang asyik – asyiknya pria tua itu mengentot tubuh akhwat bercadar dihadapannya. Tiba – tiba terdengar bunyi telpon yang berasal dari hape Nayla. Sontak pia tua itu terkejut hingga mencabut penisnya keluar dengan cepat. Saat tahu kalau rupanya itu cuma notif telpon dari hape Nayla. Ia dengan kesal langsung menghampiri hape tersebut.
“Kampreett ganggu aja lu !!!” Ketus pak Urip sambil menatap layar hapenya.
“Hah ? Putri ? Siapa Putri ? Bodo amat… Pokoknya akan saya akhiri sekarang !” Ucap pak Urip berambisi untuk menuntaskan hasratnya sekarang. Pak Urip pun mengecilkan bahkan mematikan suara hingga tidak lagi terdengar suara notif dari hape Nayla.
Ia pun kembali menghampiri majikannya. Ia tersenyum menatap tubuh majikannya yang semakin mengencang.
“Hakhakhak… Makin nafsu yah sayang ? Bodimu makin kenceng gini… Susumu jadi bulet banget hakhakhak… Maaf yah tadi ada gangguan, sekarang kita selesaikan yuk” Ucap pak Urip kembali menusuk vagina Nayla menggunakan penisnya.
“Aaahhhh nikmatnya hakhakhak” Tawa pak Urip bersiap untuk serangan terakhir demi memejuhi rahim majikannya.
Kedua tangan pak Urip telah siap dengan mencengkram pinggang majikannya. Ia menarik nafasnya demi mengumpulkan seluruh sisa tenaganya. Bokongnya ia perkencang. Ia pun menarik pinggulnya pelan – pelan sebelum mementokkan ujung gundulnya hingga menabrak dinding rahimnya.
Jleeeebbbb !!!
“Uuuhhhhhhh !” Desah pak Urip puas.
Lagi, pak Urip menarik pinggulnya sebelum menusuknya kuat – kuat hingga keseluruhan penis besarnya masuk ke dalam lubang kemaluan majikannya.
Jleeeebbbb !!!
“Aahhhhh nikmatnyaaa !” Desah pak Urip sampai merinding.
Belum puas, lagi – lagi ia menarik pinggulnya lagi sebelum menghunuskan pedang tumpulnya hingga tubuh Nayla terdorong ke depan.
Jlleeebbbb !!!
“Puassnyaaaa” Desah pak Urip sampai ngos – ngosan.
Baru setelah itu Pak Urip mulai stabil dalam memaju – mundurkan pinggulnya. Tubuh Nayla mulai bergerak. Susunya kembali bergoyang. Mata pembantu tua itu pun dimanjakan oleh keindahan yang dimiliki oleh majikannya. Nafsunya yang semakin memuncak membuat gerakannya semakin dipercepat. Ia mempercepatnya. Ia juga memperkuatnya yang membuat tubuh Nayla semakin bergoyang cepat.
“Aaahhhh… Aaahhhh rasakan kontolku ini… Rasakannn…. Rasakaaannnn !!!” Desah pak Urip bernafsu. Tiap kali gerakan pinggulnya maju. Ia memperkuatnya hingga ujung gundulnya menyundul rahim majikannya. Tiap kali ia menarik pinggulnya ke belakang. Ia hanya menyisakan ujung gundulnya saja di dalam yang membuatnya merasakan kenikmatan yang luar biasa.
“Aaahhhh yaahhh… Aaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhh sayaangg” Desah pria tua berperut tambun itu.
Pinggulnya bergerak maju mundur dengan cepat. Gerakannya terlihat beringas. Wajahnya seperti hewan buas yang siap menerkam mangsanya sampai puas. Itu yang dilakukan oleh pak Urip sekarang. Wajahnya sangat bernafsu ingin memejuhi tubuh indah majikannya itu. Ia mempercepatnya. Ia menguatkan hujamannya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhh…. Saya gak kuat lagii… Saya mau keluarrrr… Saya mau kelluuaarrrr” Desah pak Urip tak tahan lagi.
Dengan sisa energi yang dimilikinya. Dengan tarikan nafas yang dihirupnya. Pak Urip menghempakan tubuh Nayla hingga terdengar bunyi koplokan yang sangat keras. Kepalanya ia geleng – gelengkan. Dadanya mulai sesak. Lututnya melemas saat birahinya semakin memanas.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh ini diaa… Ini diaaa…. Aaaaahhhhh kellluuaarrrrr” Desah pak Urip sambil mengangkat pinggang Nayla lalu mementokkan penisnya sedalam – dalamnya.
Crrroootttt… Ccrootttt… Ccerrootttt…
“Aaaaaahhhhh mantaaaapppp !” Desah pak Urip dengan begitu puas.
Semburan sperma pak Urip dengan deras memenuhi rahim kehangatan majikannya. Meski sudah mentok, pinggulnya terus mendorong hingga dirinya mendapatkan kenikmatan double yang susah untuk ia jelaskan.
Tubuh tuanya sampai kelojotan. Nafasnya ngos – ngosan tak karuan. Matanya merem melek keenakan. Wajahnya tersenyum penuh kepuasan.
“Hah… Hah… Nikmat banget… Hah… Hah…” Desah pak Urip ngos – ngosan.
Matanya dengan tajam menatap wajah majikannya. Nayla memang masih memejam. Hal itu lah yang membuat pak Urip tersenyum senang.
“Hakhakhak… Sebentar lagi sayang… Sebentar lagi dirimu akan berubah menjadi lonte bercadar yang akan menjadi pemuas nafsu saya… Uhhhhh” Desah pak Urip saat mencabut penisnya secara berhati – hati agar tidak mengeluarkan spermanya dari dalam vagina majikannya.
Dengan berhati – hati pak Urip menurunkan cup bra serta kaus majikannya yang tadi ia naikan. Ia juga mengangkat kedua kaki Nayla naik lalu mengambil celana dalamnya yang kemudian ia masukan ke kaki – kakinya.
“Awas jangan sampai tumpah… Hakhakhak” Tawa pak Urip setelah mencabut penisnya lalu buru – buru memasangkan celana dalam hingga vagina majikannya tertutupi celana dalamnya.
Sambil mengangkat kedua kaki majikannya, ia juga memasangkan celana panjang Nayla untuk menutupi kaki jenjangnya. Dalam sekejap Nayla sudah kembali berpakaian seperti semula. Ia juga menumpuk bantal lalu menaruh kaki Nayla ke atas bantal itu hingga posisi kaki Nayla lebih tinggi dari posisi pinggulnya. Akibatnya, sperma yang ia keluarkan tadi tersimpan dengan baik di rahim majikannya tanpa khawatir akan tumpah keluar.
“Hakhakhak… Semoga jadi bayi yah, sayang” Tawa pak Urip membayangkan spermanya yang tersimpan begitu banyak di rahim majikannya berubah menjadi seorang bayi yang lucu suatu hari nanti.
Tak lupa ia juga menaruh kembali laptop serta hape yang ia singkirkan tadi ke atas ranjang tidur majikannya. Ia pun buru – buru mengenakan pakaian. Ia sangat bangga dengan kejahatan yang baru saja ia lakukan. Ia merasa kejahatannya begitu sempurna. Ia pun tak sabar membayangkan bagaimana ekspresi wajah majikannya saat menyadari rahimnya telah penuh oleh pejuh saat terbangun nanti.
“Non Naylaaa” Ucap pak Urip mendekat ke arah wajah cantiknya. Ia pun memberikan ciuman perpisahan ke bibirnya sebagai hadiah karena sudah memuaskannya di hari ini.
“Jangan bilang ini akhir dari kisah kita yah… Ini baru permulaan… Maafkan saya yang sangat pemalu ini… Saya baru beraninya sembunyi – sembunyi untuk memuasi tubuh indahmu… Tapi lain kali, saya akan menampakkan diri… Saya akan menunjukkan siapa pejantan terhebat yang mampu memuasi tubuhmu… Tunggu besok yah… Saya akan menghujami memekmu lagi dan lagi sampai dirimu hamil !” Ucap pak Urip bersumpah.
Ia dengan bangga pun pergi bersembunyi setelah menutup mulut Nayla dengan cadarnya. Ia pun tak sabar. Ia tak sabar untuk mendengar desahannya besok saat penisnya masuk memejuhi rahimnya.
“Siapkan dirimu sayang… Besok kita akan pesta besar – besaran… Hakhakhakhak” Tawa pria tua bajingan berperut tambun itu.
Bersambung