Menyibak gamis ibu dan menikmati tubuh nya
Namaku Iwan, anak semester 8, kuliah di Yogjakarta jurusan management di sebuah universitas.
Di rumah yang sederhana aku tinggal bersama seorang adik laki-laki dan ibu.
Ibuku kalau di rumah pasti selalu memakai hijab, serba tertutup hanya menyisakan mata dan telapak tangan. Itu sudah kebiasannya sejak dulu.
Suatu hari aku pamit ke ibu untuk pergi ke kampus. Namun waktu sampai di depan pintu aku teringat akan sebuah tugas di komputer yang belum aku selesaikan dan diperlukan hari ini, maka aku pun kembali masuk ke kamar dan buru-buru mengetik tugas itu.
Setelah pekerjaanku rampung dan menyimpannya di flash disk, aku bergegas keluar kamar untuk segera berangkat. Saat aku hendak melewati ruang tamu, aku lihat ibu sedang duduk di bangku single sofa. Seperti biasa dengan pakaiannya yang serba tertutup.
Cuma yang bikin jantungku berdebar adalah…kedua kakinya terlihat sedang terbuka lebar dan ia sedang mengusap-ngusap kemaluannya dari luar gamis hijaunya dengan kedua tangannya.
Tubuhnya tampak meliuk-liuk seperti orang yang sedang keenakan.
Ini kali pertama aku melihat ibu seperti itu. Mirip di film-film bokep.
Matanya terpejam, sehingga ia tidak melihat diriku.
Sambil melenguh-lenguh kecil ia berkata, “Ayo sini…sayang…Iwan…Deni…pegang dada ibu….aahh..shh”
Haa…aku terkejut mendengar namaku dan adikku disebut-sebut…apakah ibu sedang membayangkan kami berdua?
“Sini…keluarin batangan kalian….biar ibu hisap…. dasar nakal…ya kalian…”
Astaga…
Aku berjalan mendekati ibu hingga bediri di dekatnya. ibu masih belum sadar dengan keberadaanku.
“Iwan…ayo sini nak…oral ibu…di bawah gamis ibu….” ucapnya sambil seolah-olah ia memegang kepala orang dan menggerak-gerakkan pinggulnya,Tangan satunya tetap terus mengusap-usap bagian kewanitaanya.
“Masukin lebih dalam donk lidahnya, Iwan…gak usah malu…sama ibu sendiri…”
“Mmmh…sshh…”
Aku menelan ludah, mendegar kata-kata vulgar ibuku dan melihat gerakan tangannya yang intens di antara pangkal paha itu.
“Ibu…,” panggilku pelan.
Ibu membuka mata dan kaget setengah mati…
“Hah! Iwan! bukannya tadi kamu pergi ke kampus?”
“Tadi ada yang ketinggalan, bu…”
Ibu menutupi mukanya dan bagian kewanitaannya dengan tangannya karena malu…
“Sudah dari kapan kamu disini?”
“Dari tadi bu…”
“Ya sudah..pergi sana…mau berangkat lagi kan…”
Aku hanya diam. Entah apa yang ada dipikiranku saat itu, aku malah memegang punggung tangan ibu yang menutupi kemaluannya dan menggerak-gerakkannya….darahku langsung berdesir.
“Eh Iwan…,” ucap ibu dengan lirih sambil menggeleng
Ia masih menutup wajahnya dengan tangan kirinya/
Beberapa saat ia biarkan aku menggerakkan tangannya, sebelum akhirnya ia sentuhkan tanganku langsung ke kemaluannya.
Sementara kledua tangannya meremas-remas lenganku saat kugosok-gosok kemaluannya turun naik.
“Iwan..nak…mmh…ahh…kamu…aduh..ini…,” suara ibu terdengar gugup.
Kutarik rok gamisnya perlahan ke atas. Ibu mencoba menahan tarikanku.
“Jangan..nak..mm…”
“Ayolah bu…kasih lihat bagian bawahnya….” Kubujuk ibuku sambil tanganku melingkar melalui lehernya turun ke payudaranya dan meremasnya. Kenyal rasanya…dan tanganku gak cukup besar untuk menangkupnya. Kayak melon.
“Owh..Wan…itu tete ibu…..”
Kutarik lagi gamis ibu ke atas, ia tak lagi melawan malah membantuku menarik kain gamisnya.
Luar biasa saat kulihat kedua paha ibu yang puith mulus tidak lagi terhalang kain dan Ia tidak pakai celana dalam.
Ibu melebarkan kakinya mempertontonkan kemaluannya, memberikan ijin kepadaku untuk menyentuhnya. Kusambut undangannya dengan jemariku mendarat di bibir vagina yang sudah sedikit basah.
“Owwh….” suara ibu saat kulit kami bersentuhan.
Pertanyaan nakal terlintas di kepalaku.
“Ibu kalau di rumah gak suka pakai CD ya?”
“Iya…baru tahu ya…mainin sayang…terserah mau diapain vagina ibu”
Kumasukkan jari tengahku ke dalam lubangnya, dan kutusuk-tusuk.
Ibu meremas-remas tanganku menahan nikmat saat aku memasturbasi dirinya. Matanya kembali terpejam.
“Ooowh….Iwan…”
“Enak bu…?”
Ibu mengangguk.
“Terus Wan…”
Dada ibu naik turun. Lenguhan-lenguhan kecil keluar dari mulutnya.
Rasanya seperti sedang bermimpi, aku memberikan kenikmatan seksual pada ibuku sendiri. Wanita yang membesarkanku dari kecil. Mmmh…aku kok jadi malah makin terangsang memikirkan ini. Kupercepat gerakan tanganku.
“Uuuh…mmmh…oooh…aahh…Iwan….”
Lalu a melirik ke arah kemaluanku, eh…barangku dipegang dari diremas-remasnya dari luar celanaku.
“Oohh…” Aku mengernyitkan dahi, menikmati perbuatan ibu.
“Enak…?”
“Mmh…shh…gak enak, bu..”
“Gak enak kok mendesah-desah gitu…”
Kupandang wajah ibuku yang tertutup cadar.
“Yang enak itu begini, bu…”
Kubuka ikat pinggangku, lalu kancing dan resleting. Kukeluarkan kejantananku dan kuarahkan ke arah mulutnya. Kukesampingkan cadarnya.
“Yang enak, kalau penis Iwan ada di mulut ibu…”
“Ya udah masukin saja, kalau kamu mau…”
Kutarik kepala ibu yang bertudung ke arahku, dan batangku menerobos masuk, tenggelam di dalam rongga mulutnya.
Ibu mulai mengulum batangku.
“Aahh…ahhs shhh…”
Apa yang sedang kuperbuat ini…menyuruh ibu sendiri mengulum batangku.
Apa kata orang kalau mereka tahu apa yang kami perbuat ini. Mungkin sebaiknya kusudahi saja. Ini sudah terlalu jauh. Tapi enak…sebentar lagi…ah…ah…
“Nak…kita sudah tanggung sampai sini….setubuhi ibu ya…..”
Ahhh…OMG…baru mau aku sudahi, malah diajak yang lebih lagi…apakah aku akan melakukannya…?
Ibu berdiri dari sofa dari berbalik badan. Ia agak membungkuk. Ditarik gamisnya ke atas. Ia kelihatan makin sexy kalau setengah telanjang begini. Apalagi bokongnya itu semok banget.
Kucari lubang vaginanya dan Kumasukkan batangku dari belakang…
“OOOhh….nakk….ayo…lakukan…”
Aku pun memompa lubang ibuku. Batangku keluar masuk di lubang tempat dulu aku keluar.
Meskipun ibu sudah berusia 40 tahun, tapi kemaluannya masih terasa sempit.
“Ahhh…shhh…iya nak..begitu…”
“Shh…ibu….enak banget…”
“Aaaahh… ahh… ayo nak terus…terus…setubuhi ibu.
Kuputar-putar pantatku, kadang kusodok kencang lalu kutarik perlahan dari vagina ibu.
“ssh…ahh..kamu pintar nakk….”
Lalu kami berganti posisi, aku duduk di sofa dan ibu ada di atasku. Batangku diarahkan ke mekinya, perlahan sambil seperti hendak duduk ia menurunkan pinggulnya, dan batangku…Bleess… masuk semuanya.
Kemudian dia bersandar ke tubuhku dan dengan berpengan pada kedua tangan sofa. Ia menaik turunkan pinggulnya. Owh dapat kurasakan otot vaginanya mengencang dan menjepit batangnku.
Kusibak baju atas dan kuremas-remas dadanya. Ia tidak memakai BH.
“Terus nak remas dada ibu….ahh…shh…”
“Ibu cantik deh….Iwan senang dengan kejadian hari ini…”
“Batangmu keras banget…gede…Wan…impian ibu juga terwujud hari ini sayang…”
“Sejak kapan ibu menginginkan hal ini…?”
“Dah lama sayang…semenjak ayah kalian sudah tiada…tidak ada yang bisa bantu ibu…”
“Kenapa gak bilang dari dulu, bu….?”
“Gak mungkinlah, Wan….lagipula kamu masih kecil waktu itu…”
“Kalau ibu bilang, pasti Iwan dah bantu ibu…gak peduli Iwan masih kecil…”
“Memang apa yang akan kamu perbuat untuk ibu…”
“Jilat kemaluan ibu dari bawah gamis ibu…”
“Owwhh shh… terus…”
“Masukin burung IWan ke mulut ibu…”
“Oh yes…Iwann…apa lagi…”
“Jilat-jilat dada ibu…”
“OOhhh yess…Iwan…kalau tahu begitu, pasti ibu dan bilang dari dulu…Oukhh… ibu KELUAAR!!”
Tubuh ibu mengejang berkali-kali. Sebelum akhirnya ia jatuh lemas di pelukanku. Nafasnya tidak berarturan.
“Sayang…ibu oral kamu ya…..kamu kan belum keluar…”
“Iya bu….”
Ibu mengambil posisi di depanku. Kembali disingkirkan cadarnya dan kembali mengulumku.
“Ahh…yah…enak….shhh…terus bu…”
Benar-benar hebat cara ibu memijit burungku dengan mulutnya.
“Shhh…ahh…bu Iwan dah mau keluar…dicabut aja….”
Tapi ibu tidak menggubrisku. Ia terus menaik turunkan kepalanya dan semakin cepat…
“BU…dicabut..bu…dah mau.. KE..KELUAAAR!!”
Spermaku muncrat berkali-kali di dalam mulut ibuku.
Ibu berdiiri dan bergegas ke kamar mandi untuk membuang sperma di mulutnya.
Aku menceritakan kejadian hari itu ke adikku. Pertamanya ia tidak percaya. Akan tetapi saat aku ibu mengoral batangnya di bawah kolong meja saat makan malam, barulah ia percaya.
Kami bertiga kadang melakukan bersama-sama di kamar, atau pernah juga di tepi pantai saat malam hari. Pokoknya seruu.