Part #40 : Ending
Siang itu saat makan siang di foodcourt notif hpku bunyi
“Ndre.. ” mamaku bicara
“Ya ma..”
“Kamu cepet ke rs, papa kritis”
What?!!
“Okey. Ma.”
Aku segera berlari, di lobby gedung aku bertemu serombongan karyawan perush ku yg kembali dr food court.
“Buru buru pak?” Kata salah satundr mereka
“Papa saya kritis” kataku asal ntah kepada siapa kutujukan.
“Aku ikut!!”
Tanpa menunggu jawabanku, dia berlari menyusulku ke parkir
Kami terdiam menyusuri pekatnya lalu lintas jakarta. Pikiranku terfokus pada papaku.
Sampai di rs, papaku sdh ada di bangsal kondisinya tak sadar tapi stabil.
Mamaku memanggil pakdeku anak eyang yg paling tua, untuk minta dukungannya.
Selesai doa untuk papaku,
“Andre dan kamu juga.. bisa ikut pakde?”
“iya pakde”
Kami mengikuti pakdeku. Mamaku ikut juga.
“andre..”
“Klo dr cerita mamamu, sakitnya dik jo dimulai sejak kamu gagal menikah waktu itu.
Sekarang kita sama sama tahu kondisi dik jo seperti ini, pakde gk mau mendahului takdir, tapi pakde rasa mungkin ini terakhir kali kamu bs memberikan kebahagiaan buat dik jo.”
“Pakde bs membantu mempercepat prosedurnya dan pakde harapkan minggu depan sudah bisa mendatangkan penghulu, semoga masih sempat. Kalian siap?”
Aku sempat berpikir mengingat tidak ada satupun wanita yg cukup dekat denganku saat ini,
“Baik pakde Saya siap.” Katanya mantap
What?!! Aku memandang matanya dan ia tersenyum
…..
Hari itu penghulu sudah di depanku, di bangsal papaku di RS, dihadiri keluarga dekat ku, termasuk eyangku, dan pakde tho.
Dengan bantuan obat2an, selang oksigen dan berbagai alat penunjang kehidupan lain, papaku dibuat sadar agar bisa menyaksikan pernikahanku.
Sudah lebih dsri 30 menit terlambat dari jadwal, mempelaiku belum datang.
Aku sudah pasrah, kalaupun kali ini aku masih belum bisa membahagiakan papa, aku ikhlas. Kami semua resah dengan situasinya. Pak penghulu juga sudah beberapa kali melihat jam tangannya.
Gk berapa lama dia datang dengan tergopoh gopoh memakai make up tipis, ronce melati dan kebaya putih. Mamaku segera membantu merapikan dandanannya.
“Maaf maaf, tadi jalanan penuh banget, maaf.”
Keluargamu mana?
Dia menggeleng sambil tersenyum.
“Aku sendirian”
“Ndre, mana keluarga mempelai wanita?” Bisik pakdeku
“Nggak ada pakde” bisikku
Keluargaku terpaksa berembuk dan diputuskan saksi nikah dr pihak perempuan adalah pakde tho
Dan kamipun menikah.
Kulihat papaku tersenyum, matanya berbinar.
Ketika kami sungkem pada papaku yang duduk di kursi roda. Kulihat papa menitikkan air mata. Seumur hidup baru kali itu aku melihat air mata papa.
Akhirnya kami bisa membahagiakanmu, papa.
Aku dan istriku tidak pernah tinggal di tangsel, kami memutuskan mengontrak rumah kecil di jakarta selatan dan memulai hidup baru kami dari nol.
….. End….
Ciyus?
Boleh baca nggak?
Boleh koq
Bentar lg ya…. tinggal nulis epilognya
Gk lama hp kuserahkan ke istriku dan dia membaca
Dia kadang ketawa, kadang2 menitikkan air mata, kadang mendelik.
Setelah membaca marathon, akhirnya bagian terakhir diselesaikan malam hari di kamar menjelang kami tidur.
Gimana sayang, km gk marah kan? Tanyaku
(Tentu sj bagian ena2 belum di touchup jadi detil dan hot seperti yg suhu baca, bagian mbak erna ane pisahin dulu hehehehe)
Nggak, itu kan masa lalu kamu dan ud membentuk jadi kamu yg sekarang.
Ceritanya?
Menarik, lucu, ada sedihnya juga..
mmm…
Iya sayang… km suka?
Istriku mengangguk lucu dan berbisik
Amote pah..
Kucium dia di keningnya, amote ma…
Sayang… Katanya manja
Kenapa?
Jilatin dong… aku basah baca bagian ena2nya Xixixixixi.
Bersambung