Part #22 : Mmmppphhh !!!

“Mmmppphhh !!!”

Seorang wanita mengulat dengan merentangkan kedua tangannya ke atas. Kedua kakinya juga ia luruskan sehingga aliran darah yang mengalir ke kakinya menjadi lancar. Tampak tubuh polosnya sangat indah ketika sedang tidak tertutupi apa-apa. Sentuhan yang ia rasakan ketika kulitnya bergesekan dengan sprei ranjang yang halus membuat ia merasa nyaman sehingga ingin melanjutkan tidurnya. Apalagi badannya juga sedang pegal-pegal. Rasanya ia tidak ingin membuka matanya dahulu. Ia ingin melanjutkan tidur untuk menikmati kenyamanan yang ia rasakan sekarang.

“Eeehhh apa ini ?”

Wanita itu heran. Ia segera memegangi punggungnya. Rasanya ada yang aneh. Kenapa kok sedari tadi punggungnya terasa hangat padahal dirinya sedang enak-enak tiduran diatas ranjang tidurnya ? Wanita itu pun lekas berbalik badan dan dikejutkan oleh silaunya pemandangan yang berasal dari jendela kamarnya.

“Aadduuhhhh” Lirinya sambil buru-buru menutupi pandangannya.

Wanita itu langsung bangkit dalam posisi duduk di tepi ranjangnya. Ia menutupi cahaya itu menggunakan tangan kanannya. Tangan satunya menyisir rambut pendeknya ke belakang. Matanya masih ngantuk, namun ia memaksa diri untuk melihat jam dinding untuk mencari tahu waktu sekarang.

“Hah ? Udah jam 10 pagi ? Aku bangun jam 10 pagi ?” Kata wanita itu tak menyangka.

Wanita itu menepuk jidatnya lalu kembali memejam untuk mengingat-ngingat perbuatan yang ia lakukan semalam. Ia teringat. Ia seketika menghela nafasnya sambil mengucek-ngucek matanya untuk menyadarkannya.

“Iya juga yah, semalam aku habis berzina, lagi” Lirihnya kecewa.

“Duh, gimana sih ? Katanya mau tobat, kok malah kejadian lagi ?” Lanjutnya sambil menaikan kedua kakinya ke ranjang lalu memeluknya erat dengan mendekatkannya ke dada.

“Eeehhh… Aku masih telanjang yah ?” Katanya baru menyadarinya.

Saat ia mengusap-ngusapi tubuhnya. Terasa tubuhnya sangat lengket. Saat tangannya memegangi wajahnya, wajahnya juga terasa lengket. Ia juga baru ingat kalau semalam tubuh dan wajahnya menjadi tempat penampung sperma pria tua itu. Ia lalu buru-buru membuka lebar kakinya lalu memasukan salah satu jemarinya ke dalam vaginanya.

“Aaaaahhhhhh”

Vaginanya juga terasa lengket. Ada sesuatu yang mengering yang membuat dirinya merasakan ketidaknyamanan di dalam vaginanya.

Saat wajahnya ia naikkan tuk menatap ke depan. Ia mendapati adanya cermin besar yang membuat pantulan bayangannya tercermin disana. Nayla yang saat itu sedang membuka kakinya membuatnya dapat melihat keadannya sekarang. Wajah yang mengantuk, rambut yang acak-acakan, kulit yang kusam setelah terkena sperma kering yang dibuang sembarangan oleh penjaga vilanya semalam. Namun lekukan tubuhnya masih terlihat indah dikala ia membuka kedua kakinya. Ia terlihat menggoda. Saat kedua kakinya ia turunkan, nampak susu gantungnya terdapat bekas memerah yang membuatnya teringat cupangan pria tua itu semalam.

Nayla turun dari ranjangnya lalu mendekati cermin besar itu. Ia ingin melihat keadaannya lebih jelas lagi. Kedua susunya ia angkat lalu matanya fokus melihat ada berapa cupangan yang tercetak disana. Ia menjadi malu. Ia juga bingung kalau semisal nanti ditanya oleh suaminya langsung.

“Huft dasar pak Rudi… Gimana nanti kalau mas Miftah nanyain ini ?”

Saat matanya menatap ke arah bahunya, ia kembali menemukan adanya bekas memerah disana. Nayla menjadi kesal. Tapi ia tak bisa menyalahkan pria tua itu karena memahami bagaimana nafsunya ketika dihadapi dengan tubuh yang seindah ini.

“Kelebihan seseorang bisa menjadi kelemahannya” Lirihnya saat teringat quotes yang pernah ia baca.

“Emang bener sih kata-kata itu, aku emang cantik, parasku menarik, tubuhku seksi dan aku menjadi idola para lelaki… Aku emang bangga dengan kecantikanku tapi masalahnya hal itu juga yang menyulitkanku sekarang… Apalagi kalau aku udah kecanduan kayak semalam… Gak habis pikir deh, bisa-bisanya pak Rudi beneran mewujudkan kata-katanya yang menikmatiku semalaman” Lirih Nayla yang masih tak percaya kejadian semalam.

“Oh yah pak Rudinya mana yah ?” Tanyanya sambil membalikkan badan dan hanya mendapati sprei ranjangnya yang acak-acakan.

Nayla kembali menghadap depan ke arah cermin besar. Nayla kembali memegangi susunya kali ini sambil meremasnya. Salah satu tangannya bahkan turun ke bawah menuju bibir vaginanya. Jemari telunjuknya ia masukan tuk membelah liang senggamanya. Nayla agak memejam, mulutnya membuka lebar. Ia heran kenapa rasanya masih nikmat saja meski semalam sudah keluar empat kali gara-gara penis sakti pria tua itu.

“Mmppphhh… Kok masih enak sih ?” Lirihnya.

Ia menonton aksi binalnya di cermin. Lidahnya ia julurkan. Nafasnya ia beratkan. Ia sudah terlihat seperti anjing binal saja yang mengendus-ngendus mencari kenikmatan. Ia lalu duduk, kedua kakinya ia buka lalu tangannya mengusapi bibir vaginanya secara naik turun.

“Mmmpphh… Mmppphh” desah Nayla menikmati.

Tangan satunya membantu dengan meremasi susu bulatnya. Ekspresi wajahnya menjadi binal. Ia yang saat itu sedang bertelanjang bulat, tiba-tiba sangek saat menikmati masturbasi paginya.

“Mmppphhh… Mmpphhh nikmat bangeettt” Desahnya memejam.

Ia lalu membayangkan persetubuhannya dengan pak Rudi semalam. Terutama saat di halaman vila ketika waktu hampir mendekati pukul dua belas malam. Sodokannya yang begitu kuat berulang kali menghujami liang senggamanya tanpa ampun. Dinding vaginanya tergesek. Liang senggamanya di obok-obok. Ia jadi heran, kenapa yah ia sangat menikmati persetubuhan ?

“Aaahhhhh… Aaahhhh… Paaakkk… Paaaakkkkkk” Desahnya saat mengingat wajah dari penjaga vilanya yang sudah menjadi tua bangka.

Ia justru semakin bernafsu ketika disetubuhi oleh pria-pria tua dibandingkan dengan pria-pria yang seumuran atau memiliki usia yang tak jauh berbeda dengannya. Padahal ia memiliki suami yang tampan juga seorang sahabat yang seumuran bernama Andri. Tapi bermasturbasi sambil membayangkan wajah mereka malah membuat nafsunya turun. Tapi ketika bermasturbasi sambil membayangkan pria-pria tua semisal pak Urip, pak Rudi bahkan pak Dikin sekalipun. Nafsunya langsung bergejolak yang membuat masturbasinya semakin enak.

“Aaaahhh… Aaahhh bapaakkk… Aaahhh teurss… Terusss sodookk aku paaakkk” Desah Nayla membayangkan ketiga pria itu menyetubuhinya secara bergantian.

Pertama pak Urip, ia membayangkan pak Urip tengah menyodoknya dengan buas sambil membuka lebar kedua kakinya. Vagina Nayla disodok, vaginanya digenjot sampai mentok, terdengar bunyi dikoclok-koclok. Membayangkan hal itu membuat Nayla mempercepat colekannya di dalam liang senggamanya.

“Aaaahhh paakk… Aaahhh bapaaakk… Aaahhh enak banget kontol bapaaakkkk !!!”

Lalu pak Rudi yang gantian menyetubuhinya. Pak Rudi memiringkan tubuhnya, pak Rudi memeluknya dari belakang. Saat pinggulnya menyodok, maka tangan keriput itu meremas susunya dari belakang. Ia teringat persetubuhannya di ronde sepuluh semalam. Persetubuhan yang menjadi akhir pesta gilanya. Ia juga membayangkan bahunya dicupang olehnya. Kocokan tangannya semakin cepat. Jemarinya mengobok-ngobok vaginanya dengan kuat.

“Aaaahhhhh paakkk… Aaahhhh jangannn dicupaangg… Jangan sampai membekas paaakkk !!”

Lalu giliran pak Dikin yang ia bayangkan di benaknya. Tubuhnya ditidurkan, pak Dikin datang menindihi tubuhnya. Tercium aroma busuk yang sangat kuat yang berasal dari tubuh gelandangan tua itu. Pak Dikin merentangkan kedua tangan Nayla melebar. Nayla pasrah menuruti. Dada pak Dikin menyentuh dadanya. Bibir pak Dikin datang mencumbu bibirnya. Sambil manyun-manyun, Nayla terus membayangkan sambil mengocok-ngocok vaginanya. Nayla bermasturbasi dengan sangat binal. Ia menikmati fantasinya sambil terus mengocok-ngocok vaginanya.

“Aaahhhh paakkk… Aaahhhh… Aahhhh aku mauu keluaar… Aaahhh paakkk… Aaahhh” desah Nayla ngos-ngosan.

“Ouhhh enakkk bangett… Ouhhh kontol-kontol kalian enak bangett… Aaahhh terusss… Sodok yang dalem paakkk… Sodok sampai mentokkkk” Desah Nayla membayangkan penis-penis mereka secara bergantian menyodoki rahimnya.

Tubuh Nayla sampai mengejang. Matanya sampai memejam. Nafasnya semakin berat. Saat masturbasinya semakin terasa nikmat.

“Aaahhhhhhh… Aaaahhhhh… Aaahhhh paaakkk… Aaahhhh kelluuaaarrrr !!!” Jerit Nayla dengan sangat keras hingga semprotan cairan cintanya dengan deras menyembur cermin besar yang ada di depannya.

Cccrrrttt… Cccrrrttt… Ccccrrrtttt !!!

“Aaahhh paaaakkk !” Desah Nayla kelelahan.

Matanya merem melek menatap cermin di depan. Jemari kanannya ia angkat, terlihat jemarinya sudah bersimpuh cairan lengketnya. Mulut Nayla membuka, ia dengan nekat memasukan jemarinya itu ke dalam mulutnya.

“Mmpphhh… Mmpphhhh jadi gini rasanyaa… Mmpphhh sssllrrppp… Mmpphhh” Desah Nayla menikmati kebinalannya.

Setelah terasa lega dan energi kembali terkumpul di tubuhnya. Rasa sesal kembali datang menguasi dirinya. Nayla merenung, kedua kakinya ia peluk erat. Ia heran pada dirinya yang sedang terjebak di dalam lingkaran setan.

“Kenapa rasanya ingin melakukan tapi pas udahan kok malah menyesal ?” Lirih Nayla merenung.

Saat wajahnya kembali ia hadapkan ke depan. Tampak wajah indahnya yang sangat pantas menjadi idola para lelaki tampan.

“Pantes aja aku mudah banget berzina… Dengan wajah seindah ini, mudah bagiku untuk mengajak siapa aja menikmati tubuhku” Lirihnya bingung.

“Udah ah, capek… Dari kemarin gitu-gitu terus gak ada perkembangan… Haruskah aku tunduk aja pada kemaksiatan ? Capek tobat maksiat tobat maksiat terus ? Jujur, rasanya lebih enak saat mereka secara bergantian menikmati rahimku… Aku juga kangen kontol-kontol mereka… Apalagi kontolnya pak Urip” Lirihnya sambil bangkit meski kedua kakinya terasa lemas setelah bermasturbasi tadi.

“Haaahhhhhh pusing… Emang berdosa yah memiliki tubuh & paras seindah ini ?” Lirihnya kembali menatap cermin di depan.

“Enggak, tapi kalau ngajak laki-laki lain berzina baru berdosa” Katanya saat menjawab sendiri pertanyaannya.

“Tapi kok, aku malah pengen ngajak laki-laki lain berzina yah ? Dengan tubuh seindah ini, dengan keadaan yang lagi telanjang kayak gini, jiwa binalku berontak ingin memuasi para lelaki-lelaki tua yang sanggup memuasi nafsuku… Ahh udah deh, aku harus buru-buru pakai baju biar otakku gak makin mesum mikirin kontol-kontol mereka” Lirihnya sambil berjalan keluar menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

SATU JAM KEMUDIAN

Nayla keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuknya saja. Rambutnya basah sehabis keramas. Tubuhnya harum beraroma melati yang berasal dari sabun. Terlihat handuknya hanya dapat menutupi sebagian kecil dari tubuh indahnya. Handuknya itu hanya dapat menutupi setengah dari payudaranya juga menutupi lima senti dibawah vaginanya. Nayla terlihat sangat seksi. Ia dengan santai berjalan menuju kamarnya untuk mengenakan gamis yang ia kenakan kemarin.

“Eehhh mbak Nayla… Baru mandi yah ? Waahhh seksi banget” Kata pak Rudi yang tiba-tiba muncul.

“Eehhh bapak hehehe… Bapak dari mana ? Kok baru keliatan ?” Tanya Nayla cengengesan karena ketakutan andai pria tua itu kembali bernafsu setelah melihat keseksian tubuhnya. Apalagi terlihat jelas matanya dengan binal menatapi tubuh indahnya. Nayla menjadi deg-degan, ia pun berharap dirinya tidak perlu melayani nafsunya karena ingin segera pulang ke rumahnya.

“Saya habis dari rumah mbak… Ini saya bawain makanan yang istri saya masak… Mbak buruan pake baju yah… Biar kita bisa makan bareng di dapur… Mbak belum sarapan kan ?” Tanya pak Rudi.

“Hehe belum pak, kebetulan aku juga laper banget… Yaudah aku pake baju dulu yah” Kata Nayla yang langsung ngacir ke kamarnya sebelum pak Rudi kembali bernafsu menyetubuhinya.

Huffttt untung aja pak Rudi gak langsung nyergap aku… Kalau tadi pak Urip, aku yakin aku bakal langsung disetubuhi lagi olehnya…

Batin Nayla dengan sangat yakin.

*-*-*-*

Beberapa saat kemudian setelah Nayla selesai mengenakan pakaian.

“Huft akhirnya keliatan cantik lagi… Tapi gamis aku agak kusut nih… Huft gapapa deh, orang cuma buat perjalanan pulang aja” kata Nayla setelah mengaca.

Dengan pakaian serba hitam yang ia kenakan di hari sebelumnya, Nayla berhasil tampil cantik setelah tampil lusuh sejak bangun tidur tadi. Tak lupa ia memakai wewangian yang ia bawa di tas jinjingnya. Ia juga melentikkan bulu matanya dengan menggunakan maskara. Sebagai seorang seleb instagram, Nayla benar-benar menjaga image-nya agar selalu tampil cantik seharian.

Okey deh beres… Waktunya sarapan… Ngomong-ngomong, sarapan apa coba di jam setengah 11 ?” Lirih Nayla yang sudah keroncongan.

Ia pun membawa tas jinjingnya saat keluar kamar. Dalam sekejap, ia sudah tiba di meja makan lalu mencium aroma sedap dari masakan yang dibuat oleh istrinya pak Rudi.

“Waaahhhh… Cantik banget sih mbak” puji pak Rudi setelah melihat kehadiran Nayla.

“Hihihi makasih… Ngomong-ngomong istri bapak masak apa nih ? Enak banget aromanya ?” Tanya Nayla yang sudah mulai ngiler.

“Ini, kebetulan istri saya bawain daging rendang buat mbak… Setelah pagi tadi saya ngabarin kalau mbak dateng ke vila buat menginap, istri saya langsung beli daging terus dibikinin rendang deh” kata pak Rudi tersenyum.

“Hihihi terus, istri bapak gak marah pas tau kalau kita cuma nginep berdua ?” Tanya Nayla penasaran.

“Marah dong… Saya sampe dicurigain bakal ngapa-ngapain mbak… Omong-omong semalam saya gak ngapa-ngapain kan ?” Tanya pak Rudi sambil berkedip.

“Hihihi apaan… Jelas-jelas aku dihajar sampai pagi… Mesti aku laporin ke istri bapak nih nanti” kata Nayla bercanda.

“Hahaha jangan dong… Percuma, istri saya pasti gak percaya” jawab pak Rudi tertawa.

“Ehh kok gak percaya ?” Tanya Nayla heran.

“Iya lah… Mana mungkin istri saya percaya kalau kita bisa kuat bercinta sampai pagi… Orang saya kalau main sama istri saja aja cuma 10 menit doang… Kurang puas soalnya… Lebih enak nyoli sambil ngeliatin foto mbak” jawab pak Rudi dengan jujur yang membuat Nayla tertawa ngakak.

“Hihihihi bapak tega yaaahh… Main sama istri sendiri cuma sebentar tapi pas main sama wanita lain bisa semalaman… Kasian loohhh istri bapak gak puas” kata Nayla yang seketika jadi kepikiran sendiri.

Eh, apa jangan-jangan mas Miftah gitu juga kali yah ? Ah gak mungkin… Gak mungkin deh… Pasti gak mungkin…

Batin Nayla jadi kepikiran.

“Hahaha biarin, udah gak menarik soalnya… Lebih baik muasin istri orang yang membutuhkan kontol saya” jawab pak Rudi yang lagi-lagi membuat Nayla kepikiran.

Apa mas Miftah gitu juga yah ? Huft paling sebel deh kalau suka kepikiran kayak gini…

Batin Nayla yang akhirnya duduk untuk bersiap-siap menyantap makanannya.

“Aku makan dulu yah pak… Laper banget soalnya” kata Nayla buru-buru mengakhiri obrolannya karena tak mau kepikiran lebih jauh lagi.

“Silahkan mbak… Silahkan… Makan yang banyak… Pasti energi mbak udah terkuras banyak kan semalaman” kata Pak Rudi tersenyum.

“Hehehe iyya pak” jawab Nayla sambil melepas cadarnya agar lebih mudah untuk menyantap rendang tersebut.

Nayla semakin ngiler. Apalagi setelah melihat topping daun singkong serta sambal balado yang membuat dirinya semakin lapar. Ia pun menarik lengan gamisnya. Tangannya segera merobek daging lalu mencelupkannya ke sambal sebelum menaruhnya diatas kepalan nasi yang ia buat sendiri.

“Yuk makan pak” kata Nayla ramah sebelum memasukkan kepalan nasi itu ke dalam mulutnya.

“Silahkan mbak… Saya sudah kok tadi hahaha” jawab pak Rudi sambil senyum-senyum sendiri.

Matanya terus menatap wajah cantik itu. Ia berfokus ke gerakan bibirnya yang menurutnya menggugah gairah. Ia masih teringat bagaimana penisnya disedot-sedot oleh jepitan bibir manis itu. Tatapannya lalu turun menuju lekuk tubuhnya yang sudah tertutupi gamisnya. Pak Rudi menjilati tepi bibirnya sendiri. Ia masih tak percaya kalau dirinya telah menyetubuhinya semalaman.

Hahaha jadi pengen nyicipi tubuhnya sekali lagi deh sebelum pulang !

Batin pak Rudi sambil mengusap-ngusap penisnya yang sudah mengeras.

“Oh yah mbak… Kalau dipikir-pikir, kita tuh udah kayak suami istri beneran yah sekarang” kata pak Rudi yang membuat Nayla tersedak.

“Uhuukk… Uhhukkk… Maksudnya ? Kok bisa ?” Tanya Nayla sambil meminum segelas air.

“Hahaha, kepikiran aja kelakuan kita dari semalem… Semalem tuh udah kayak malam pertama kita aja… Mana pas tidur kita peluk-pelukan sambil telanjang lagi… Pas bangun tidur, saya sempet ngecup pipi mbak yang bikin saya senyum-senyum sendiri loh” kata pak Rudi yang membuat Nayla tersipu malu.

Saking malunya, Nayla sampai bingung harus membalas apa. Ia pun hanya melanjutkan sarapannya sambil senyum-senyum sendiri mengingat perbuatannya semalam.

Iyya juga yah… Kalau dipikir-pikir kok bener juga yah… Andai malam pertamaku dulu kayak gitu… Hmm pasti bakal puas banget aku…

Batin Nayla sambil menghabiskan makanannya.

Manis banget sih senyumanmu mbaakkk… Aahhh makin gak nahan deh pengen nambah jam lagi… Gak tahan pengen ngerasain jepitan memekmu lagi, mbak…

Batin pak Rudi sambil terus mengusap-ngusap penisnya.

Setelah Nayla menghabiskan sarapannya. Ia dengan anggun mengambil tisu untuk mengelap sisa noda di mulutnya. Lalu ia juga memasang kembali cadarnya untuk menyembunyikan sebagian wajah cantiknya. Pak Rudi jadi semakin gemas, ketika cadar itu kembali terpasang, hal itu justru membuatnya bernafsu karena teringat persetubuhan pertamanya di kemarin sore.

“Paaakk… Makasih yah buat makanannya… Ini udah jam sebelas lebih… Mau jam setengah dua belas malah… Aku izin pulang dulu yah” kata Nayla pamit.

“Hahahaha iyya sayaanggg… Hati-hati di jalan yah” kata pak Rudi mendekat sambil menjulurkan tangannya.

Nayla pun menerima juluran tangannya itu lalu tiba-tiba kepalanya ia turunkan untuk mencium punggung tangannya. Nayla yang kagum akan kejantanannya membuat ia menghormatinya. Nayla pun berterima kasih atas pengalaman luar biasa yang sudah diberikan oleh penjaga vilanya.

Namun, saat Nayla hendak melepas jabatan tangannya, pak Rudi tidak melepasnya. Pak Rudi terus mendekap tangan Nayla sambil tersenyum mesum menatap mata indahnya.

“Paaakk… Ada apa ? Aku mau pulang sekarang pak” kata Nayla yang mulai merasakan sesuatu yang tidak enak.

“Hahahaha… Saya tau… Tapi gimana kalau kita main sekali lagi” kata pak Rudi sambil mengelus-elus tonjolan penisnya menggunakan tangan satunya.

Nayla terkejut bukan main. Padahal dari kemarin sore sampai jam empat dini hari tadi, pria tua itu sudah menghajar dirinya secara terus menerus. Kok bisa-bisanya ia ingin menikmati tubuhnya lagi ?

Masa belum puas sih ? Hebat banget nafsunya !

Batin Nayla antara kagum dan takut.

“Taappii… Taappii paakk… Apa bapak gak capek ? Bapak udah puas kan menikmatiku semalaman ?” Tanya Nayla ketakutan.

“Hahaha ya jelas capek lah mbak… Saya juga manusia kali… Tapi kan saya gak tau kapan bisa bertemu mbak lagi… Saya juga gak tau kapan punya waktu seluang ini lagi… Mumpung bisa, yuk kita ngentot lagi sekarang” kata Pak Rudi sambil menarik tangan Nayla hingga akhwat bercadar itu jatuh ke dalam pelukannya.

“Taapii… Tapii kann paakk” kata Nayla masih enggan karena tubuhnya masih kelelahan.

“Ayo lah mbaakk… Emang mbak gak kasihan sama kontol saya yah ? Coba nih pegang, udah sekeras ini masa gak diapa-apain sih” kata pak Rudi saat menuntun tangan Nayla untuk mengelusi tonjolan penisnya.

Hah… Beneran masih gede dong… Duuhhh tapi aku masih capek banget… Tapi kok aku jadi penasaran pengen ngeliat yah…

Batin Nayla sambil melihat wajah pak Rudi yang tersenyum mesum.

“Hahaha kaget yah ? Mau liat ?” Tanya pak Rudi saat melihat tatapan tak percaya dari seorang akhwat yang sudah menikah itu.

Nayla tanpa sadar mengangguk. Pak Rudi pun langsung menelanjangi tubuhnya mulai dari celananya lalu kaus polonya. Dalam sekejap, penjaga vila itu sudah bertelanjang bulat memperlihatkan kulit hitamnya serta penia tegaknya.

Nayla sampai mundur sambil menutupi mulutnya saat melihat penis itu masih dapat berdiri tegak setelah memuasinya semalaman. Nayla bergidik ngeri, seberapa nafsunya sih penjaga vila ini pada dirinya ?

“Kokkk… Kokkk kontol bapak masih bisa berdiri sih ?” Kata Nayla kaget.

“Hahaha kan saya sudah bilang… Kontol saya akan selalu berdiri supaya selalu siap untuk memuasi tubuhmu” jawab pak Rudi yang membuat Nayla menenggak ludah saat mendengarnya.

Nayla sampai bingung harus bagaimana. Sebenarnya ia juga ingin untuk mencicipi keperkasaan penis itu lagi. Tapi di lain sisi ia sudah lelah dan ingin beristirahat saja. Nayla berfikir. Ia terus terdiam memandangi penis hitam yang mulai mengangguk-ngangguk mengajaknya bermain.

“Hmmm tapi bapak langsung nyoblos aja yah… Bapak langsung masukin kontol bapak aja yah tanpa perlu pemanasan dahulu” kata Nayla yang akhirnya menemukan jalan tengah dari permasalahannya.

“Hahaha gapapa… Asalkan saya bisa nyodok memekmu… Itu gapapa kok mbak” kata pak Rudi bersemangat sambil mengocok-ngocok penisnya.

“Hmmm terus, aku gimana ?” Tanya Nayla malu-malu harus berposisi seperti apa untuk memuasi penjaga vilanya.

“Ayo kita keluar, kita lakuin kayak semalam” kata pak Rudi yang membuat Nayla kaget.

“Tapiii… Tapiii kalau ada yang liat gimana ? Di jalan kan banyak yang lewat pak !!!” Kata Nayla ketakutan.

“Justru disitu tantangannya mbak… Hahahaha” tawa pak Rudi yang membuat Nayla tidak memiliki pilihan lain lagi.

Seketika pak Rudi mendekat lalu menaikkan gamis yang Nayla kenakan. Nayla yang terkejut kemudian menahan tangan penjaga vilanya, pak Rudi pun tersenyum sambil menatapi wajahnya.

“Kenapa ? Mbak juga harus telanjang dong biar kita bisa sama-sama nikmat” kata pak Rudi yang membuat jantung Nayla berdebar.

“Taapiii… Diluaarr… Akuu maluu paakkk” kata Nayla yang tidak terbiasa main di ruangan terbuka.

Memang benar Nayla pernah bercinta di tempat umum seperti waktu disetubuhi pak Tomi waktu itu. Tapi itu masih tertutupi warungnya. Masih ada sesuatu yang menghalanginya dari pemandangan terbuka. Kalau ia mengiyakan permintaan pak Rudi untuk bercinta di halaman vila. Maka, setiap pejalan kaki atau pengendara yang lewat bisa melihatnya disetubuhi penjaga vilanya.

“Hahahah ingat kata pak Urip ! Lonte itu gak punya sifat malu mbak ! Ayo buka gamisnya !!!” Kata pak Rudi sambil memaksa menurunkan resleting gamisnya yang membuat Nayla akhirnya menuruti kemauannya.

Wajah Nayla memerah. Tubuh polosnya kembali terlihat oleh seseorang yang bukan muhrimnya. Beha yang menutupi susu bulatnya dilepas, celana dalam yang menutupi vagina legitnya juga dipelorotkan. Nayla pun bertelanjang bulat menyisakan hijab beserta cadar hitamnya saja.

Pak Rudi pun tersenyum hingga air liurnya nyaris jatuh karena keindahan yang Nayla punya. Pak Rudi kemudian menggandeng tangan Nayla, ia membawanya keluar vila hingga merasakan angin sepoi-sepoi meniup tubuhnya.

“Aaaahhhh segarnyaaa… Iyya kan mbak ? Hahahhaa” tawa pak Rudi.

Nayla yang masih malu-malu hanya menutupi tubuhnya menggunakan tangan satunya yang menganggur. Ia tak percaya dirinya menuruti kemauan penjaga vilanya. Ia pun dibawa ke halaman vila, dimana dari posisinya berdiri, ia dapat melihat beberapa pejalan motor yang lewat melalui pintu gerbang vila yang terbuka.

Nayla sudah tiba di gerbang depan. Bukannya berhenti, pak Rudi terus membawanya hingga melewati gerbang itu menuju luar area vila.

“Paakkk, mau kemana ?” Tanya Nayla sambil menahan diri agar tidak dibawa keluar oleh pak Rudi.

“Hahahha biar makin seru mbak… Yaudah disini aja yah… Cepet mbak nungging, sebelum ada orang yang lewat lagi” kata pak Rudi setelah menyadari jalanan telah sepi.

Nayla pun langsung menuruti, tangannya bertumpu pada dinding pagar vila membiarkan kakinya terbuka agar bisa segera ditusuk oleh penjaga vilanya.

“Cepaatt paakk… Tolonggg aku gak mau ketahuaan” kata Nayla deg-degan.

“Saya juga gak mau ketahuan kalii… Hahaha… Bersiap yaahh… Duhhh mulusnya bokongmu ini” kata pak Rudi saat membelai bokong mulusnya lalu mulai mencengkram kuat pinggul rampingnya.

“Mmpphhh” desah Nayla saat merasakan adanya benda tumpul yang menyundul-nyundul bibir vaginanya.

“Bersiaaappp… Saya langsung masukin aja yaaahhh…. Uuuhhhhhh” desah pak Rudi yang langsung menusukkan penisnya dengan sekuat tenaga hingga ujung gundulnya langsung menyundul dinding rahim dari akhwat bercadar itu.

“Aaaaaahhhhh paaaaakkkkk” jerit Nayla saat tubuhnya terdorong ke depan.

Penis itu dengan tega langsung merobek liang senggama Nayla hingga langsung mementokkannya ke dalam. Terasa jepitannya yang kuat meremas-remas penisnya. Cairan licin yang mulai menggenangi rahimnya membuat kehangatan mulai dirasa oleh penisnya. Erangan manja yang terdengar semakin memambah akan sensasi yang dirasakannya. Rasa deg-degan yang menghampiri melengkapi kepuasan yang ia inginkan saat menyetubuhi seorang akhwat di ruangan terbuka.

Mulut Nayla sampai membuka merasakan tusukan yang begiu tega di dalam vaginanya. Matanya langsung merem melek. Gesekannya benar-benar memberikan efek kepuasan yang membuat pandangannya berkunang-kunang. Apalagi saat pak Rudi langsung menggenjotnya. Ya pak Rudi langsung mendorong-tarikkan pinggulnya. Penis itu langsung bergerak keluar masuk. Penis itu langsung menyedot-nyedot cairan cinta Nayla agar segera keluar membasahi jalanan.

“Aahhhh… Aaahhh… Aaahhh paaakk… Aaahhh pellaaan” desah Nayla terkejut menyadari pak Rudi langsung tancap gas.

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Katanya tadi nyuruh saya cepet keluar… Nanti kalau kita santai keburu ada motor lewat loh ? Hahahha” tawa pak Rudi sambil terus menggenjotnya.

“Aaaahhh… Aaahhhh kalau gitu buruaannn paakk… Jangann sampai ada yang liaatt… Akuu maluu paakk… Aaaahhh” desah Nayla bertahan hingga tangannya meremasi dinding vila disaat menahan tusukan pejantannya.

“Aaahhhh… Aaaahhh… Tenaang aja mbaaakkk… Saya taauuu kokkk… Ngomong-ngomong enak juga yah kita ngentot disini” kata pak Rudi menikmatinya.

“Aaahhhh… Aaahhh… Engga paakkk… Aku gak bisa menikmatinyaaa… Yang ada aku takutt kalau ketahuan paaakk” kata Nayla yang terus deg-degan sambil matanya mengamati jalanan di belakangnya.

“Hahahah justru disitu nikmatnya mbaakk… Aaahhh… Aaahhh bayangin kalau sampai ada yang mergokin kita ? Darah mbak jadi berpacu kan ? Itu yang bikin saya semakin bergairah saat menyetubuhimu… Uuhhhhh” desah pak Rudi mempercepat sodokannya.

“Aaahhhh paaakk… Aaahhhh… Aaahhh toloongg paakkk… Cepettaannn !!!” Desah Nayla yang terus saja panik saat disetubuhi pak Rudi.

Seketika mereka mendengar suara motor dari kejauhan. Sontak pak Rudi mencabut penisnya lalu buru-buru menarik lengan Nayla agar bersama-sama kabur ke dalam vila.

“Gawaattt… Ayok mbaakk umpetan”

Tepat setelah mereka berdua masuk ke dalam vila, sebuah motor melaju kencang melewati vila yang mereka tempati.

“Hahahaha seru kan mbak… Nyaris aja kita ketahuan” kata pak Rudi yang membuat Nayla kesal sehingga menampar lengannya.

“Bapaakkk ihhhh… Bikin aku takut aja… Buruan aku mau pulang taauuu” kata Nayla sebal.

“Hahhaah maaf sayaanggg… Seru banget soalnya… Ayok sini angkat kaki kanannya, saya mau main kayak semalem” kata pak Rudi yang langsung Nayla turuti.

Kaki kanan Nayla diangkatnya, pak Rudi memegangi paha mulus itu sebelum penisnya kembali masuk menusuk liang kehangatannya.

“Uuuhhhhhh”

Nayla memejam. Penis pria tua itu kembali menghujam. Ujung gundulnya terlalu masuk ke dalam. Penis itu tenggelam. Pinggang pria tua itu pun dicengkram. Nayla memeganginya saat pria tua itu mulai kembali menyodoki rahimnya.

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhh… Nikmatnyaaa… Nikmat sekaliii memekmu mbaaakk” desah pak Rudi tersenyum.

“Aaahhh… Aaaahhhh… Aaahhh paaakk… Aahhh teruss… Cepett keluarin paaakkk” desah Nayla terengah-engah.

Fisiknya yang belum prima terus dipaksa untuk memuasi penis penjaga vilanya. Nayla terus memejam. Ia tak kuat terus-terusan dipaksa untuk melayani penjaga vilanya.

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah pak Rudi saat menatapi ekspresi wajah Nayla dengan penuh nafsu. Raut wajah Nayla yang memejam keenakan membuat birahi pak Rudi semakin tak terkendali. Pinggulnya bergerak semakin kencang. Kenikmatan yang dipadukan dengan rasa deg-degan membuatnya jadi semakin bernafsu untuk menghujami rahimnya.

“Aaahh… Aaahhhh bapaaakkk… Aahhh kapaann keluarnyaaa ? Aaahhhh” desah Nayla heran.

“Hahahah… Sabar dong sayaanngg… Kalau buru-buru mah mana enak ! Ngentot itu soal menikmati… Semakin lama semakin baik” kata pak Rudi yang berulang kali mengatur nafasnya agar bisa menikmati jepitan Nayla lebih lama lagi.

“Aaaahhhh… Aaahhh… Taappii akuu mau pulaangg paakk… Aaahhh pasti aku lagi dicariin mas Miftah sekaraannggg” desah Nayla.

“Aaahhh… Aaahhhh… Tenaaangg… Mbak pasti bakal pulang kok, tapi gak sekarang… Nanti setelah nafsu kita sama-sama terpuaskan melalui persetubuhan ini… Uuuuuhhhh” desah pak Rudi mempercepat hujamannya.

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh” Jerit Nayla bertahan.

Ditengah sodokannya yang semakin dalam, pak Rudi menoleh ke arah pintu gerbang vila yang sedikit terbuka. Merasa kalau jalanan sudah kembali sepi membuat pak Rudi tertarik untuk membawa Nayla keluar lagi.

“Aaahhhh… Aaahhhh… Aaahhh… Ayo kita keluar lagi mbaaakkk… Uuhhhhhhh” Desahnya setelah menancapkan penisnya dalam-dalam lalu mencabutnya segera.

“Aaahhhh… Aaahhhh… Apaaa ? Mmpphhh” desah Nayla terkejut ketika harus menuju luar vila lagi.

“Ayo mumpung lagi sepi, saya juga udah mau keluar nih” Kata Pak Rudi yang lekas menarik Nayla keluar vila.

Nayla yang sudah lemas tak berdaya akhirnya manut saja. Ia dengan pasrah dibawa keluar vila karena ingin segera mengakhiri persetubuhannya kali ini.

“Eehhh pakk mau kemana ?” Tanya Nayla terkejut ketika pak Rudi justru membawanya ke jalanan.

“Biar makin greget mbak ! Hahahha” Tawa pak Rudi.

Nayla jadi semakin deg-degan. Ia yang berdiri membelakangi pak Rudi dipaksa menungging, kedua tangannya ditarik oleh penjaga vila itu ke belakang. Ketika penis tua itu kembali menancap, posisinya membuat penis itu semakin dalam menusuk vaginanya.

“Aaaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhhhh… Aaahhhhh” desah pak Rudi yang langsung menggerakkan pinggulnya maju mundur.

“Aaaahhh… Aaahhh… Aahhhh paakkk buruuaaann… Ayo cepettt keluarkaann !” Desah Nayla yang terdorong maju mundur.

“Aaahhh… Aahhh… Tenangg mbaakk… Saya juga lagi berusaha kokkk… Aahhhh yahh… Aaahhhh mantepnyaaa” desah pak Rudi memperkuat hujamannya hingga susu Nayla yang menggantung indah itu jadi semakin kencang bergoyang.

“Aaahhhh paakkk… Aaahhh… Aahhh terusss… Teruss pakkk buruaaannn !” Kata Nayla deg-degan.

Tak pernah ia bayangkan sebelumnya, setelah semalaman dikerjai oleh penjaga vilanya. Keesokan harinya di pagi menjelang siangnya, ia harus melayani penjaga vila itu lagi di jalanan.

Kalau cuma di halaman vila masih mending. karena terhalang oleh dinding vila yang membuatnya tertutupi dari dunia luar. Namun ini dijalanan, tepatnya di tengah jalan yang biasa di lalui orang-orang. Bagaimana nanti kalau tiba-tiba ada pengenadara yang lewat lalu melihatnya tengah disetubuhi oleh penjaga vilanya. Anehnya hal itu malah membuatnya berdebar. Ia pun memejam pasrah meski berharap tidak ada seseorang yang memergokinya disini.

“Aaahhhhh… Aaahhh… Aaahhh mantappnyaaa… Aahhh nikmat sekali memekmu ini mbaakkk… Aaahhhhh” desah pak Rudi mempercepat sodokannya.

“Aaahhhh paakkkk… Aaahhh iyaahhh… Aaahhh sepertii ituu… Aaahhh terusss paaakkkkk” desah Nayla ngos-ngosan.

“Aaahhhh iyahhh… Aaahh desahanmu manja banget mbaakkk… Aaahhhh saya sampai merinding dengernyaa… Aaahhh tahan bentar mbaakkk… Aaahhhh saya mauu keluaaar… Sayaaaa mauu keluuaarrr” desah pak Rudi tak kuat lagi.

“Aaaahhhhh… Aahhh terusss… Aaahhh paakkk… Akuu jugaaa… Akuu jugaaa” desah Nayla yang ikut-ikutan gara-gara sensasi liarnya bercinta di alam terbuka.

Pinggul pak Rudi terus berpacu. Sodokannya semakin keras. Jeritan Nayla semakin mengganas. Terasa penis itu menyundul-nyundul ujung terdalam dari vaginanya. Terasa juga gesekannya membuat dinding vaginanya berdenyut semakin cepat. Mata Nayla memejam pasrah. Jantungnya kian berdebar membayangkan akan ada pengendara yang lewat ke arah mereka.

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Rasakaaann iniiii… Rasakaann iniii mbaaakkk” Jerit pak Rudi semakin bernafsu.

Terasa jepitannya semakin kuat. Penisnya tercekik. Penisnya terjepit. Penisnya teremas-remas. Penisnya terpijat-pijat oleh dinding vagina Nayla yang semakin basah. Kedua tangannya memperkuat pegangannya pada jemari-jemari Nayla. Matanya dengan binar menatap mulusnya punggung indah Nayla yang begitu bening. Terlihat wajah Nayla manggut-manggut. Terlihat sesekali wajahnya berusaha menatap depan untuk melihat adakah seseorang yang lewat di depan mereka.

“Aaaahhhhh… Aahhhh paakkk… Aaahhhh akkuuu udahh gak kuat lagiii… Sodok yang dalem paakk… Sodok yang kuaat… Aku mau kelluaaarr !” Desah Nayla yang sudah ngap-ngapan. Tubuhnya mengejang. Ia paham sebentar lagi dirinya akan mendapatkan orgasme ternikmatnya.

“Aaaahhhh mbaaakkkk… Aaahhh iyaahhh… Aaahhh puas sekaliii… Aaahhhh rasakaann iniiii… Rasakaann sodokan kontol saya iniiii… Uuuuuhhhhhhhhhh” Jerit pak Rudi yang langsung menancapkan penisnya sedalam-dalamnya.

“Aaaaaahhhh bapppaaakkkkkkkk” Jerit Nayla hingga kepalanya terangkat menahan sodokan pak Rudi yang terlalu kuat. Nayla memejamkan mata. Nayla menggigit bibir bawahnya. Ia pasrah. Ia sangat puas merasakan persetubuhan ternikmatnya.

“Kellluuaaaarrrr !” Jerit mereka bersamaan.

Cccrrrooottt… Crroott… Ccrroottt !!!

Cccrrttt… Cccrrttt… Ccccrrttt !!!

Cairan cinta mereka kembali bertemu di dalam rahim Nayla. Nafas mereka sama-sama terengah-engah. Kedua kaki mereka sama-sama lemas. Mereka pun sama-sama puas setelah menikmati persetubuhan terliar mereka di tengah jalan.

Pak Rudi pun menarik lengan Nayla hingga berdiri membelakanginya. Kedua tangannya lekas meremas-remas dada bulatnya sedangkan bibirnya manyun-manyun meminta dicumbu oleh bibir manis bidadari itu. Nayla menyanggupi. Setelah cadarnya terangkat, bibir mereka pun bertemu untuk saling cumbu untuk menikmati kenikmatan yang mereka dapatkan pasca orgasmenya.

Mereka saling menikmati keindahan yang ada pada tubuh pasangannya. Nayla pasrah dicumbu. Susunya juga pasrah diremas-remas. Bahkan bibirnya juga pasrah menikmati dorongan bibir pak Rudi yang begitu bernafsu dalam mencumbuinya.

“Mmpphh rasa rendang hahaha” Kata pak Rudi setelah puas mencumbunya.

Nayla pun tersipu malu. Bibirnya tersenyum setelah menikmati persetubuhan terliarnya.

Tiba-tiba dari arah kiri mereka, terdengar suara mobil melintas yang membuat mereka buru-buru masuk ke vila untuk menghindari potensi ketahuan.

Ngeeennnnnggggg !!!

Mobil itu melaju kencang. Mereka berdua aman dari potensi ketahuan. Nayla tiba-tiba bergidik saat merasakan sperma pak Rudi tumpah dari dalam lubang vaginanya.

“Hahahah gimana mbak ? Puas kan ?” Tanya pak Rudi tersenyum.

“Cappeekkkk” Jawab Nayla dengan manja yang membuat pak Rudi tertawa.

“Hahahhaha maaf… Habis mbak seksi banget sih… Saya kan jadi nafsu terus pengen ngontolin mbak” Kata pak Rudi yang membuat Nayla tersenyum saja.

“Aakuu tahuuu kok… Dasar bapak mesum… Udah yah, aku mau pulang…. Udah jam 12 lewat deh kayaknya nih” Kata Nayla mengira-ngira.

“Iyya mbak… Makasih yah udah muasin saya disini” Kata pak Rudi tersenyum.

“Huft padahal aku dipaksa… Dasar bapak ngeselin” Kata Nayla tersenyum yang membuat pak Rudi semakin gemas padanya.

Mereka berdua pun masuk ke dalam vila untuk berteduh dari teriknya sinar matahari yang semakin panas. Nayla yang ingin segera pulang terpaksa langsung mengenakan gamisnya lagi tanpa membasuh sperma yang menetap di vaginanya. Ia bahkan tak sempat mengenakan pakaian dalamnya karena tidak menemukannya di dalam ruangan. Ia lalu segera pamit pada pria tua itu. Lalu bergegas menaiki motornya untuk pulang ke rumah.

“Aku pulang dulu yaah pak” Kata Nayla pamit.

“Iyya mbak… Titip salam buat mas Miftah yah !” Kata pak Rudi melambaikan tangan.

“Iyya pak… Aku sampein nanti” Jawab Nayla yang langsung mengendarai motornya keluar vila.

Nayla akhirnya bisa pergi dari vila yang menyimpan banyak kenangan ini. Dalam perjalanannya pulang, ia masih tak percaya. Rasanya seperti mimpi saja. Bagaimana bisa ada seseorang yang menyetubuhinya semalaman bahkan masih bisa nambah di siang harinya. Apalagi sensasi liarnya saat bercinta di jalanan umum tadi. Nayla jadi ketagihan. Diam-diam ia ingin merasakan sensasi bercinta di ruangan terbuka lagi.

“Dasar pak Rudi ini ! Buas banget sih… Untung aja aku puas… Hah, jadi makin bimbang kan antara milik ketaatan atau kemaksiatan… Apa aku harus jadi lonte binal aja yah ? Ngomong-ngomong kenapa yah aku kok selalu bisa puas kalau main sama pria-pria tua… Jadi penasaran deh apa penyebabnya… Tapi makasih deh buat pak Rudi yang udah ngajarin aku nikmatnya bercinta sampai pagi, hihihih” Kata Nayla saat senyum-senyum sendiri di perjalanan pulangnya menuju rumah.

*-*-*-*

“Assalamualaikum” Sapa Nayla sesampainya di rumah.

“Walaikumsalam… Ehh kok baru pulang sih… Dari mana aja ?” Tanya Miftah penasaran.

“Hehe iya nih mas… Dari pagi aku mau pulang tapi ditahan terus sama keluarganya pak Rudi… Mana anaknya pengen main sama aku terus lagi” Kata Nayla tersenyum.

“Anaknya ?” Tanya Miftah heran.

“Iyya mas… Anaknya yang masih kecil itu loh” Kata Nayla panik melihat ekspresi wajah suamiya yang mencurigainya.

“Oalah… Cucunya kali dek… Anak-anaknya pak Rudi mah udah pada gede semua” Kata Miftah yang membuat wajah istrinya memerah.

‘Ehhh iya maksudnya itu hihihi… Sama yang anak kecil pokoknya” Kata Nayla deg-degan.

“Makanya tadi mas kaget… Masa iya anak-anaknya pak Rudi ngajak adek maen… Mau maen apa coba” Kata Miftah yang membuat Nayla tertawa.

“Hihihih maksudnya cucunya yah mas… Iya yang anak kecil… Lucu banget pokoknya” Kata Nayla tersenyum.

“Hahaha dasar bikin mas deg-degan aja” Kata Miftah sambil memeluk istrinya.

“Hiihhi maaf mas… Oh yah, adek mau mandi dulu yah… Gerah banget di jalan” Kata Nayla tersenyum.

“Loh belum mandi ?” Tanya Miftah kaget.

“Yeee udah yah… Cuma mau mandi lagi gara-gara panas banget mas” Kata Nayla yang membuat suaminya tersenyum.

“Hahahha yaudah… Sana mandi dulu… Biar gak bau keringet” Kata Miftah tersenyum.

“Iyya mas… Aku mandi dulu yah” Kata Nayla beranjak pergi.

Miftah pun tersenyum melihat kedatangan istrinya lagi. Namun, saat tak sengaja pandangannya mengarah ke bawah, ia menemukan sebuah noda bening yang melekat di lantai rumahnya.

“Ehh apa ini ?” Tanyanya sambil berjongkok. Tangannya pun menoel noda bening itu lalu menciumnya. Miftah buru-buru menjauhkan wajahnya. Baunya menyengat. Baunya seperti bau yang tidak asing baginya.

“Apa yah ini ? Sperma ? Hah ? Masa sih ?” Lirih Miftah curiga.

“Kalau iya dari mana coba ?” Kata Miftah yang tiba-tiba menoleh menatap istrinya yang baru saja masuk ke dalam kamar mandi.

“Hahahha enggak mungkin… Duhh masih aja aku curiga padanya… Gak mungkin lah ! Palingan ini cuma tai burung aja, ya gak sih ? Eh masa iya ? Ah udah lah bikin aku kepikiran aja” Kata Miftah yang langsung mengambil kain lap untuk membersihkan noda yang tadi dipegangnya itu.

*-*-*-*

BEBERAPA SAAT KEMUDIAN

“Hah, akhirnya selesai mandi juga… Duhh bisa-bisanya aku mandi dua kali sehari, padahal ini masih siang… Huft” Kata Nayla yang sudah mengenakan kaus berlengan panjang beserta celana longgar yang tidak membentuk kaki jenjangnya. Kepalanya ia miringkan, tangannya memegangi handuk untuk mengeringkan rambut pendeknya.

“Duhhh bisa-bisanya aku gagal tobat lagi… Sekarang, setelah semua kejadian semalam… Baru aku bisa menyesalinya… Gimana sih ini ? Jadi bingung kan mauku gimana” Lirih Nayla yang terus mondar-mandir sambil mengeringkan rambutnya.

“Haruskah aku membinalkan diriku lagi agar aku bisa menikmati rasanya kontol seorang laki-laki ? Atau haruskah aku menjaga diri dengan hanya menikmati kontol mas suami ? Tapi resikonya, aku gak bakalan bisa puas tiap kali mas Miftah menyetubuhi diriku ! Sebenarnya apa masalahku yah ? Apa yang membuatku hanya bisa puas kalau baru bercinta dengan seorang laki-laki tua ? Kenapa harus dengan laki-laki tua ? Kenapa yah ?” Lirihnya dengan suara selirih mungkin agar tidak terdengar oleh mas suami.

“Ah entahlah… Aku capek, mau tiduran dulu aja” Kata Nayla sambil membaringkan tubuhnya lalu memainkan hapenya.

Sambil iseng membaca tiap berita terkini. Tiba-tiba ia jadi kepikiran sesuatu untuk mencari tahu apa penyebabnya ia hanya menyukai seorang laki-laki tua.

“Apa mendingan aku ke psikitater aja yah ? Siapa tau dokternya bisa membantuku mengatasi masalahku !” Lirih Nayla yang masih belum mau menyerah untuk menyembuhkan kebinalannya.

“Oke deh, aku mau ke psikiater aja… Tapi dimana yah psikolog yang buka di sekitaran sini ?” Kata Nayla sambil searching-searching di ponselnya.

“Aaahhh ini dia… Ada dokter Mitha… Kebetulan dokternya seorang wanita… Aku harus segera kesana nih biar aku bisa cari tahu apa penyebabku bisa seperti ini” Lirih Nayla bertekad. Ia lalu buru-buru mengenakan hijabnya juga masker untuk menutupi sebagian wajahnya.

Ia lalu membawa tas jinjingnya kemudian bercermin sejenak untuk menjaga penampilannya. Setelah merasa dirinya sudah cantik, ia pun bersiap pergi menuju keluar kamar untuk menemui psikolog di ruangan prakteknya.

“Tapi, nanti aku harus bilang apa yah ke mas Miftah ? Masa baru pulang udah pergi lagi ?” Lirih Nayla berfikir.

“Mau main ? Atau ada urusan pekerjaan kali yah ? Ya, itu aja deh… Masa mas Miftah gak ngizinin sih” Kata Nayla bingung.

Setelah persiapan matang, ia dengan segera meninggalkan kamar menuju ruang tamu untuk menemui suaminya.

“Maaassss” Panggil Nayla dengan manja yang membuat pria tampan itu menoleh.

“Ehhh dek… Mau kemana ? Mau pergi lagi ?” Tanya Miftah kebingungan saat melihat istrinya mengenakan hijab beserta maskernya seolah terlihat mau bepergian.

“Hehe iyya mas… Maaf nih, jadwal adek padat banget… Adek mau pergi lagi boleh yah ?” Tanya Nayla meminta izin. Ia lalu duduk di samping suami sambil membelai punggung tangannya sambil menunjukkan wajah memohon berharap agar suaminya mengizinkannya.

“Mau kemana emang ? Baru aja adek pulang masa mau pergi lagi sih ?” Tanya Miftah sambil menatap wajah suaminya.

“Hehehe iya nih mas… Jadwal adek padat banget… Rencananya ada meeting sama bu Dona katanya ada sesuatu yang mau dibahas” Kata Nayla beralasan.

Meeting ? Tentang apa emangnya ?” Tanya Miftah lagi.

“Belum tau mas… Bu Dona bilangnya hari ini ada meeting gitu aja… Aku diminta ke studio foto sekarang” Kata Nayla terus saja membohongi suaminya agar bisa pergi dari rumahnya.

Meeting ? Meeting kok pakaiannya santai gini sih ?” Tanya Miftah sambil memperhatikan kaos berlengan panjang yang Nayla kenakan.

“Eh, hehehe… Kan emang udah biasa kali… Biasanya juga gini kok… Tapi ini juga udah keliatan rapih kan… Gak santai-santai banget lah” Kata Nayla sambil menunjukkan kaos dengan brand terkenal yang dikenakannya.

“Hahaha iya deh… Yaudah sana berangkat sebelum telat… Tapi pelan-pelan yah naik motornya… Awas jangan sampai kecapekan” Kata Miftah mengkhawatirkan istrinya.

“Iyya mas… Makasih yah” Jawab Nayla tersenyum.

“Sini mas kasih hadiah dulu… Mmuuaahhh” Kata Miftah setelah mengecup kening istrinya.

“Hihihihi makasih mas… Aku mau pergi dulu yah… Wassalamualaikum” Kata Nayla sambil mengecup punggung tangan suaminya setelah menurunkan maskernya terlebih dahulu.

“Walaikumsalam” Jawab Miftah sambil tersenyum.

Nayla pun membenarkan maskernya lagi. Ia buru-buru pergi karena saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tiga kurang.

“Gak kerasa udah mau sore aja… Semoga belum tutup dokternya” Lirih Nayla setelah mengenakan helmnya lalu pergi dengan menggunakan motornya lagi.

Tepat setelah Nayla pergi, tiba-tiba seorang pria tua berperut tambun datang memasuki rumah akhwat bercadar itu.

“Loh, mbak Naylanya belum pulang pak ?” Tanya pak Urip yang masih belum melihat akhwat bercadar itu dari pagi.

“Udah kok pak… Tapi udah pergi lagi hahahah” Tawa Miftah yang membuat pak Urip terkejut.

“Pergi lagi ? Kemana ?” Tanya pak Urip penasaran.

“Katanya ada meeting tapi kurang tahu tepatnya dimana” Jawab Miftah sambil membalas chatt demi chatt yang diterimanya.

“Oalaahhh” Jawab pak Urip hanya begitu saja.

Seketika ia menggaruk-garuk kepalanya kesal. Ia jadi menyesal karena pulang sebentar ke rumahnya untuk beristirahat. Rupanya wanita pemuasnya sudah pulang dan langsung pergi tanpa sempat dilihat olehnya.

Sial banget dah… Kok jadi susah banget sih buat ketemu sama akhwat lonte itu !

Batin pak Urip kesal.

Awas aja yah kalau nanti ketemu saya… Bakal saya garap habis-habisan tuh lonte karena absen ngelayani saya dari kemaren !

Batin pak Urip sesumbar.

*-*-*-*

Pada saat yang sama, di salah satu café terkenal yang berada di pusat kota.

“Put, kamu gapapa?” tanya Andri heran.

“Gapapa kok mas,” tanya balik Putri dengan wajah kecut.

“Kamu kecapekan yah? Mukamu kok sepet banget sih!” tanya Andri lagi.

“Hmmm… Mungkin,” jawab Putri dengan singkat.

Andri yang sudah lama mengenal Putri merasakan ada sesuatu yang aneh. Tak biasanya Putri kalau ditanya malah ngejawab dengan kalimat sesingkat itu. Berulang kali bola matanya juga menghindar dengan melihat sekitar. Terlihat Putri seolah ogah untuk diajaknya jalan-jalan di sore ini. Andri pun terus memperhatikan tingkah laku calon istrinya sambil memikirkan perkataan yang sudah diberikan oleh sahabatnya kemarin.

Diam-diam Putri membatin di dalam hati. Tanpa sepengetahuan calon suaminya yang terus memperhatikannya, Putri memikirkan kejadian sewaktu dikeroyok oleh tiga laki-laki tua di kemarin hari. Ia terus bertanya-tanya, atas dosa apa kok dirinya sampai harus melayani kedua tukang parkir bejat itu beserta satu kekasih gelapnya di dalam ruangan yang kotor itu.

Mungkin ini gara-gara dosaku yang sering berzina dengan mas Beni dibelakang mas Andri kali yah… Mungkin itu teguran dari tuhan karena aku sudah terlampau nakal!

Batin Putri kepikiran.

Seketika, matanya diam-diam memperhatikan wajah calon suaminya yang tampan. Ia lalu membandingkannya dengan wajah pak Beni yang sudah ia simpan di dalam otak terdalamnya.

Apa yah yang membuatku dulu tergila-gila sama mas Beni ? Wajahnya ? Enggak, karena wajah mas Andri jauh lebih tampan dari mas Beni… Tubuh kekarnya ? Bisa jadi, eh tapi bukannya itu cuma nafsu doang yah kalau masalah fisik… Tapi aku beneran cinta ke mas Beni… Aku gak mempermasalahkan fisik… Bagiku fisik nomor dua!… Ah yah, aku ingat!… Aku pasti telah jatuh cinta karena kebaikannya waktu menolongku dulu… Aku juga kagum sama kepribadiannya yang memilih untuk tidak memperkosaku padahal kesempatannya untuk menikmati tubuhku sangat besar… Itu yang membuatku kagum padanya… Itu yang membuatku jatuh cinta pada mas Beni!

Batin Putri jadi senyum-senyum sendiri saat mengingat kejadian dulu, saat dirinya rela datang sendiri ke rumahnya hanya untuk meminta nomor hapenya.

Sampe segitunya loh aku buat minta nomornya… Hihihihi !

Batin Putri senyum-senyum sendiri.

Aneh deh rasanya… Jujur, aku jadi gak nyaman sekarang… Rasanya kok kayak lagi selingkuh dibelakang mas Beni sewaktu diajak jalan berdua sama mas Andri… Kok bisa begini yah rasanya ? Serba kebalik ! Aneh deh !

Batin Putri geleng-geleng kepala sendiri.

Kebetulan saat itu, dirinya tiba-tiba ingin pipis. Putri pun pamit pada Andri lalu buru-buru pergi menuju kamar mandi untuk membuang air seni dari lubang sempit yang sudah pernah dimasuki oleh empat orang laki-laki.

“Aku mau ke kamar mandi dulu yah mas”

Andri hanya menganggukkan kepala. Tepat setelah Putri beranjak pergi, Andri yang sedari tadi terus mengamatinya langsung menyilangkan kedua tangannya di dadanya.

“Aneh deh… Kenapa Putri tadi senyum-senyum sendiri ?… Jelas ada yang aneh ! Apa jangan-jangan Putri keinget selingkuhannya yah ?” Lirih Andri yang jadi semakin yakin akan omongan sahabatnya kemarin.

Seketika hape Putri berbunyi. Layar hapenya menyala. Mata Andri langsung berpaling pada hape yang berada tepat di sebelah gelas yang ditinggalkan calon istrinya tersebut.

Diam-diam Andri melirik sekitar, Ia menarik hape calonnya lalu mendekatkan ke arahnya. Saat Andri menyalakan layar kuncinya, ia kesal karena hape calonnya itu sudah dalam keadaan terkunci.

Namun, sebuah pesan pop-up telah muncul di layar calonnya itu. Dari sekian pesan yang masuk ke dalam hape calonnya. Mata Andri tertuju pada sebuah nomor yang diberi nama kontak “Mas Beni”.

“Mas Beni ? Siapa mas Beni ?” Lirih Andri penasaran.

Yang lebih membuatnya penasaran adalah, nama kontak itu tidak hanya “Mas Beni”. Tapi juga adanya tambahan emot hati yang membuat mata Andri berkedut sebentar.

“Dek ? Orang ini manggil Putri dengan sebutan ‘dek’” Lirih Andri curiga.

Seketika pesan baru kembali muncul. Andri hanya diam saja saat membaca satu demi satu pesan misterius yang masuk itu. Seketika Andri menyadari kalau orang yang disebut ‘mas Beni’ ini tampak mengkhawatirkan Putri. Andri sempat merasa kalau mas Beni ini mungkin adalah saudaranya. Namun sebuah pesan baru yang ia terima membuktikan kalau mas Beni bukanlah saudara dari Putri. Tangannya sampai bergetar saat menerima pesan baru itu. Dadanya terasa sesak. Ia masih tak percaya dengan kata-kata yang baru dibacanya melalui pesan yang diterimanya.

Maafin saya yah dek, mungkin sodokan saya terlalu keras kemarin… Memek adek gapapa kan ?

Batin Andri saat membaca ulang pesan tersebut.

*-*-*-*

BEBERAPA MENIT KEMUDIAN,

“Akhirnya sampai juga,” lirih Nayla sambil melepas helmnya lalu menaruhnya di spion motornya.

Ia telah tiba di rumah sakit umum terdekat. Rumah sakit itu cukup besar hingga banyak kendaraan yang terparkir di tempat parkir.

Nayla dengan segera memasuki rumah sakit karena khawatir, seorang psikiater yang ia cari sudah pulang mengingat waktu yang sudah semakin sore ini.

“Maaf mbak… Ruangannya bu Mitha di sebelah mana yah ?” Tanya Nayla pada seorang perawat yang lewat.

“Oh lewat sini mbak… Lewat lorong ini… Ruang prakteknya ada di nomor dua sebelum ujung,” jawab Perawat itu dengan ramah.

“Oh iya makasih yah mbak,” ucap Nayla tersenyum dari balik maskernya.

Dengan langkah cepat ia berjalan menyusuri lorong yang tadi ditujukan oleh si perawat. Dengan segera dirinya pun tiba di ruangan nomor dua sebelum ujung lorong.

Tokkk… Tokkk… Tokkk…

“Assalamualaikum,” sapa Nayla sebelum memasuki ruangan.

“Walaikumsalam, silahkan masuk… Ada apa yah mbak?” tanya dokter itu dengan ramah.

“Hehe, maaf menganggu waktunya… Aku ingin konsultasi bu… Ibu masih bisa kan ? Ibu belum watkunya istirahat kan?” tanya Nayla terburu-buru hingga kesulitan untuk menyusun kata-katanya.

“Oh belum… Waktu pulang maksudnya ? Iya, belum… Ini masih jam kerja saya kok mbak hihihii” Tawa dokter itu yang membuat Nayla lega.

“Hah… Alhamdulillah,” jawab Nayla lega.

“Silahkan duduk dulu mbak… Boleh kenalan dulu siapa namanya?” tanya dokter cantik itu sambil memegangi sebuah pena juga selembar kertas.

“Nama aku Nayla bu… Nayla Salma Nurkholida… Usiaku 22 tahun,” jawab Nayla dengan percaya diri.

“Dengan mbak Nayla yah… Kalau gitu saya juga mau kenalin diri biar kita nanti bisa akrab sewaktu ngobrolnya… Nama saya Mitha Aprilia… Usia saya 29 tahun… Saya bertugas sebagai dokter yang menangani masalah kejiwaan disini” Kata Dokter Mitha yang membuat Nayla kaget.

“Loh, bukannya ibu tuh Psikiater yah ? Kok dokter jiwa ? ” Kata Nayla takut salah dokter.

“Hihihi dokter jiwa sama psikiater itu sama mbak… Yang ditangani itu masalah kejiwaan… Tenang, penyakit jiwa gak berarti penderitanya sakit jiwa kok… Bisa juga soal masalah mental seperti depresi dan lain sebagainya,” Jawab dokter Mitha dengan ramah.

“Oh kirain hehehe” Kata Nayla jadi malu setelah diberi penjelasan oleh dokter cantik itu.

Dokter Mitha sekilas memang cantik dengan hijab serta kacamata yang melekat di wajahnya. Kulitnya juga mulus. Kelihatan kalau dokter itu sering merawat tubuhnya dengan rajin. Nayla yang notabene seorang selebgram saja nyaris minder saat melihatnya. Untungnya sekarang ia sedang konsultasi bukan bertanding untuk menentukan siapa yang lebih cantik.

“Hiihihi tenang aja mbak… Jadi ada keluhan apa ? Silahkan ungkapin aja semuanya… Nanti saya bantu untuk menemukan solusinya” Kata dokter Mitha dengan tenang.

“Hmmm iya bu… Duh mulai dari mana yah ? Agak bingung aku mau ceritanya hehe” Kata Nayla yang bingung juga merasa malu.

“Silahkan mbak… Terserah darimana aja… Mbak gak perlu khawatir, semua ucapan yang mbak katakan nanti bakal bersifat rahasia kok… Saya cuma akan menganalisanya lalu memberikan solusi tentang masalah yang mbak rasakan” Kata Dokter Mitha sambil tersenyum yang membuat Nayla merasa yakin untuk menceritakannya sekarang.

“Hmmm semua bermula dari suami aku bu” Kata Nayla mulai bertutur kata.

“Suami mbak ? Ada apa dengan suami mbak ?” Tanya dokter Mitha sambil menuliskan kata-kata.

“Jujur, selama aku menikah… Aku belum pernah sama sekali mendapatkan kepuasan darinya” Kata Nayla malu-malu. Ia pun memeriksa wajah dokter itu untuk melihat reaksinya.

“Oh iya, lalu ?” Jawab dokter itu dengan wajah datar untuk menunjukkan keprofesionalannya. Ia tidak ingin reaksi wajahnya membuat pasiennya malu lalu berakibat tidak jujur untuk mengeluarkan semua keluhannya.

“Hehe terus… Terus” Kata Nayla mulai ragu untuk melanjutkan.

“Iya, gimana ?” Tanya dokter Mitha lagi-lagi dengan wajah datar.

“Hmmm aku pernah diajak bercinta sama pembantu aku bu… Pembantu aku kira-kira berusia limapuluh tahunan… Badannya gempal… Rambutnya tipis… Suka pake kacamata… Tapi anehnya, pembantu aku selalu bisa memberiku kepuasan” Kata Nayla dengan malu-malu sambil melihat reaksi wajahnya lagi.

“Oh iyah ? Terus ?”

Terlihat jelas kalau dokter itu terkejut dengan keluhan tidak terduga yang sudah Nayla katakan. Ia pun menyimpan ekspresi wajahnya sambil meminta Nayla untuk melanjutkan keluhannya.

“Hehe semenjak saat itu, aku selalu bercinta dengan pembantu aku bu… Aku heran… Pokoknya kalau gak bercinta dengan pembantu aku rasanya pasti gak puas… Bahkan sewaktu pembantu aku pergi, aku lebih memilih bercinta dengan tetangga aku, tukang nasi goreng, bahkan aku pernah bercinta dengan seorang gelandangan yang semuanya itu pria-pria tua bu” Kata Nayla sambil menunduk malu.

Mata Nayla kembali mengangkat tuk melihat reaksi wajahnya. Terlihat dokter itu hanya mantuk-mantuk lalu menuliskan beberapa kata di lembaran kertasnya. Nayla yang sudah kepalang tanggung pun menceritakan semua kisahnya sekalian untuk memplongkan isi hatinya.

“Awalnya aku memang sempat menikmati… Lalu aku sempat merasa nyesel gitu bu karena aku sadar apa yang aku lakuin itu salah… Tapi semalam gak sengaja aku harus tinggal berdua bersama penjaga vila aku dipuncak… Tanpa sadar aku kembali bercinta hampir semalaman dengannya bu… Anehnya, aku yang sempet nyesel tau-tau menikmati lagi apa yang sudah pria tua itu lakukan kepadaku” Jawab Nayla malu-malu.

“Hmm sebentar… Penjaga vila mbak juga pria tua ?” Tanya dokter Mitha mengelak.

“Iya bu… Betul… Hampir semua yang pernah memakai tubuhku adalah pria-pria tua… Anehnya gara-gara itu, aku selalu ngerasa kalau gak bercinta dengan pria tua pasti gak bakalan puas… Bahkan persetubuhanku dengan suamiku semakin terasa hambar gara-gara pola pikir yang udah tersimpan di otakku ini bu… Aku ini sebenernya kenapa bu ? Kok aku bisa kayak gini ? Apa yang salah denganku sebenarnya bu ?” Tanya Nayla penasaran.

“Hmmm jadi begitu… Apa yang mbak rasain sekarang itu wajar kok… Dan itu bisa dijelaskan secara medis” Kata dokter Mitha yang mengejutkan Nayla.

“Wajar ? Maksudnya ? Apa aku terkena penyakit tertentu gitu yang membuatku hanya bisa puas kalau bermain dengan pria tua ?” Tanya Nayla penasaran.

“Bukan penyakit sih sebenarnya… Tapi fetish seksual” Jawab dokter Mitha yang membuat Nayla gagal paham.

“Maksudnya ? Fetish ? Apa itu fetish ?” Tanya Nayla dengan polosnya.

“Iya, fetish itu seperti kelainan seksual… Maksudnya, mbak itu mungkin aja punya kelainan seksual yang membuat mbak hanya bisa mendapatkan kepuasan kalau bercinta dengan pria-pria tua” Kata dokter Mitha menjelaskan.

“Ehhh emang ada yang kayak gitu bu ? Aku baru tahu” Kata Nayla terkejut.

“Yap ada… Nama fetish mbak itu Gerontophilia… Sebuah kelainan seksual yang membuat penderitanya hanya bisa mendapatkan kepuasan kalau bercinta dengan pria tua… Bisa jadi awal mula penderitanya karena merasa nyaman dengan sikap baik pria tua tersebut… Bisa juga seperti yang mbak alamin dulu, mbak bilang mbak pernah dipuasi berkali-kali kan yah sama pembantu mbak ? Itu yang membuat otak mbak mencatat kalau hanya pria tua lah yang bisa memuasi mbak… Andai saja mbak bercinta dengan suami mbak ataupun pria lain yang lebih muda atau seusia… Terus mbak dapet orgasme berkali-kali, saya yakin mbak masih merasa belum puas karena satu-satunya orang yang bisa membuat mbak puas hanyalah pria tua” Kata dokter itu yang membuat Nayla merinding.

Astaghfirullah… Jadi bener apa yang aku alamin sekarang ? Pantes aja waktu Andri beronani didepan aku, aku gak ngerasa nafsu sama sekali… Beda sama pria-pria tua yang cuma lewat aja di sebelahku, rasanya kok aku langsung nafsu, terus jadi pengen nyerahin tubuhku ke mereka …

Batin Nayla terkejut.

“Terus gimana dok ? Apa ada obatnya ? Apa aku bakal seperti ini terus selamanya ?” Tanya Nayla khawatir.

“Hmmm sebenarnya gini… Mbak gak usah khawatir… Gerontophilia bukan termasuk penyakit kok tapi lebih ke penyimpangan seksual aja… Gerontophilia bukan sesuatu yang berbahaya… Bahkan kalau mbak melakukannya suka sama suka, itu bisa jadi hal yang bagus sebagai bentuk bakti mbak ke orang yang lebih tua… Tapi kalau mbak merasa fetish mbak ini menganggu kehidupan mbak… Mbak bisa dateng kesini lagi untuk melakukan konsultasi berjalan yah!” Kata dokter Mitha saat menjelaskan semuanya melalui pandangan medis.

“Ohh begitu yah bu” Kata Nayla jadi berfikir.

Gak berbahaya ? Hmmm, suka sama suka ? Menganggu ? Gimana yah ?

Batin Nayla sambil merenung.

Jujur sih sebenernya aku suka… Ya aku suka, bahkan menikmati setiap persetubuhan yang aku lakukan… Apalagi ini bukan sesuatu yang berbahaya kan ? Menganggu sih enggak… Cuma . . .

Batin Nayla terhenti.

Mas Miftah ! Ya, itu masalahnya… Aku pasti bakal nyesel kalau mengkhianati cintanya lagi… Tapi kalau aku hanya bercinta dengannya, aku juga bakalan nyesel karena gak dapat kepuasan… Hmm gimana dong ?

Batin Nayla bimbang.

Kalau secara medis gapapa, bahkan bisa jadi bentuk bakti kalau dari pandangan sosial… Gimana kalau secara spiritual yah ? Oh yah, haruskah aku mengunjungi ustadz Burhan untuk curhat ? Siapa tau, beliau bisa memberiku solusi untuk masalahku ini… Apa namanya tadi ? Gerontophilia yah ?

Batin Nayla kepikiran ide.

“Oh gitu, yaudah makasih yah bu… Makasih udah bantu aku buat mengatasi masalahku… Jadi, aku ini mengidap penyimpangan seksual yah bu ? Untuk kelanjutannya biar aku pikirin dulu yah bu… Makasih, oh yah berapa biaya konsultasinya ?” Lirih Nayla bertanya.

Dokter Mitha pun memberi tahu jumlah nominalnya, setelah itu Nayla meminta izin pulang setelah membayar sesuai jumlah yang dokter Mitha tunjukkan.

Bukannya tercerahkan, ia malah tambah pusing lagi. Ia baru tau kalau ada yang namanya kelainan seksual seperti itu. Ia pun terus berfikir selama perjalanannya menuju tempat parkir. Selama berfikir itulah, ia semakin yakin kalau ia harus mengunjungi ustadz Burhan.

“Ya, aku harus mengunjunginya… Oh yah, bikin janji dulu ah biar besok bisa ketemuan” Lirih Nayla sambil memencet sebuah nomor.

Seketika panggilan pun tersambung. Dengan suara lembutnya, Nayla pun melakukan panggilan dengan seorang ustadz yang ia harapkan dapat memberikan solusi untuk kehidupannya.

“Hallooo assalamuaikum ustadz… Ini aku, Nayla.”

Bersambung

janda semok
Gara-gara melihat G-String janda cantik penis ku langsung berdiri
Foto toket gede pemandu lagu karaoke cantik
500 foto chika bandung telanjang bulat cantik pakai baju merah
toge sma seragam
Menikmati meki kakak kelas yang bikin ketagihan
500 foto chika bandung saat masih perawan dan lugu bugil
ibu ibu hot
Liburan ke Eropa bersama ibu ibu sosialita bagian satu
Foto ABG masih lugu tubuh putih mulus genit di ranjang
tetangga montok
Cerita berselingkuh dengan tetangga ku yang montok
500 foto chika bandung memek tembem dan toket gede enak di entot
karyawan indomart cantik putih mulus bugil
Mbak Yuni terima kasih atas semuanya
Cerita Dewasa Enak-Enak Dengan Dosen Di Kampus
Di perkosa
Gadis Montok Yang Di Perkosa Tuju Preman Terminal
Pembantu sebelah rumah yang menggoda birahiku
Cantik montok Masturbasi
Emang Paling Nikmat Masturbasi Sambil Mandi
ttm hot
Hubungan sexs meskipun tanpa status