Part #19 : Petualangan Sexs Liar Ku

“Cepat katakan yang sejujurnya!” seru Annisa yang sudah tidak sabar untuk mendengarkan penjelasan ku.

“Oke kalo lu maksa.”

Aku mulai mengganti bahasa ku kepada Annisa karena terbawa suasana.

Sejenak aku lirik Icha yang masih berdiri dengan menggendong Humaira. Seperti yang aku duga, wajahnya pucat pasi dan sedang menunduk.

“Kebohongan kakak ipar mu yang pertama adalah gue bukan mantan teman kuliahnya, gue sebaya sama lu.”

Annisa menggelengkan kepala seraya memicingkan alisnya tidak percaya.

“Kebohongan yang kedua adalah gue bukan orang asing, kita masih saudara jauh.”

“Bohong! aku gak pernah kenal sama kamu, mana mungkin kita saudara,” bantah Annisa yang tidak mempercayai perkataan ku.

Aku masih bersikap tenang tidak terpancing oleh apa yang dikatakan Annisa.

“Oh ya? coba lu ingat, lu pernah gak kenal sama yang namanya Ranty?” ucap ku sembari mengusap dagu ku dengan jari telunjuk.

“Ranty?” balasnya mengernyitkan dahi.

“Kalo lu gak inget biar gue ingetin.”

Aku melangkah maju hingga aku dan Annisa tepat berhadapan. Dia mendongakkan kepalanya karena tubuhnya lebih rendah dari ku.

Kami bertatapan dengan erat, bukan tatapan mesra ataupun sejenisnya melainkan tatapan penuh intimidasi.

“Lu inget cewek yang pernah mau dijodohin sama Reza waktu acara pernikahan kakak lu yang pertama?”

Matanya seketika terbelalak kaget tidak percaya kalau aku mengetahui tentang hal itu.

“Hmm…bahkan teh Adibah nyuruh Reza untuk kuliah di universitas yang sama dengan Ranty hanya agar mereka semakin dekat.”

Annisa benar-benar mati kutu saat itu. Dia membepak mulutnya sendiri mendengar ucapan ku, tidak percaya kalau aku mengetahui tentang keluarganya begitu dalam, bahkan ibunya dia kenal.

“Sebenarnya kamu ini siapa sih? kenapa kamu tau tentang semua itu?” tanya Annisa yang terdengar seperti mengintimidasi.

Aku tidak menjawab pertanyaannya, sama sekali tidak terpengaruh dengan apa yang keluar dari mulutnya, aku kemudian melanjutkan perkataan ku.

“Tapi sayang, kakak lu malah selingkuh sama Icha sampe dia hamil, cihhh…”

Aku tersenyum remeh, kali ini Annisa tidak tinggal diam.

“Hehhh…bukannya Ranty itu yang selingkuh dari kak Reza ya! bunda sendiri yang bilang, bahkan selingkuhannya itu pernah ikut jenguk kak Reza waktu dia kecelakaan dengan mengaku sebagai adiknya, sekarang jahat mana?!!!”

Annisa nampak tidak mau kalah beradu argumen dengan ku. Dia berani menatap ku tajam sambil membusungkan dadanya.

Tidak sadarkah dia kalau orang yang sedang ia bicarakan ada tepat berada di hadapannya.

Sesaat tidak ada kata yang terucap. Dari sorot matanya dia seolah sudah mengibarkan bendera perang, namun aku masih santai dengan memasang ekspresi wajah datar.

Drrrt…drrrt…drrrt…

Tiba-tiba ponsel yang berada di saku celana ku berdering memecahkan situasi yang mencekam itu.

Ku coba mengecek siapa yang menelfon, ternyata om Ginanjar. Terpaksa aku mengangkat telepon itu.

“Halo om!”

“Halo Randy kamu dimana?”

“Masih di dalam mall om.”

“Kita udah selesai belanjanya, kamu ambil mobil sekarang ya, saya tunggu di lobby,” perintah om Ginanjar dari seberang telepon.

“Baik om!” jawab ku singkat kemudian aku tutup telepon itu.

Pandangan ku kembali fokus kepada Annisa yang masih berdiri dalam diam sambil menatap ku tajam.

Aku mendekati Annisa seraya menepuk pundaknya lembut, ku tahan tangan ku di sana. Dia diam saja tak bergeming, baru pertama kali dia membiarkan salah satu bagian tubuhnya di sentuh, biasanya dia langsung menepisnya.

“Sayang banget gue harus pergi sekarang, oh ya satu lagi…”

Aku sedikit menundukkan kepala ku hingga wajah kami nyaris sejajar.

“Kakak lu dan kakak ipar lu ini punya sebuah rahasia besar yang lu gak akan sangka.”

Aku tersenyum sinis. Seketika Annisa sadar kemudian menepis tangan ku yang berada di bahunya.

“Minggir!” pekiknya.

Aku lalu mundur beberapa langkah, tatapan ku berpindah ke Icha dan bayi yang berada digendongnya.

“Cha, jaga Humaira baik-baik ya, demi gue.”

Ucapan ku sontak membuat Icha panik akan membuat Annisa semakin curiga, dia lalu membulatkan matanya tajam ke arah ku.

Aku kemudian berbalik dan pergi meninggalkan mereka bertiga. Aku berjalan menuju parkiran tempat aku memarkirkan mobil lalu ku arahkan mobil itu menuju ke depan lobby.

Kami akhirnya pulang setelah seharian jalan-jalan. Reihan saat itu sudah terlelap tidur di pangkuan ibunya, padahal saat jalan-jalan bersama ku tempo hari dia pulang dengan sangat bersemangat.

Sesampainya di rumah aku sedikit heran saat ada sebuah benda di depan garasi dengan ditutupi oleh kain berwarna merah maroon.

“Waduh itu apaan ya? ngalangin jalan masuk,” gerutu ku saat aku akan memasukkan mobil ke dalam garasi.

“Coba dicek dulu Ran,” perintah om Ginanjar.

Tante keluar dari mobil lalu masuk ke dalam rumah untuk meletakkan Reihan di ranjangnya.

Aku dan om Ginanjar mendekati benda itu. Kemudian aku singkap kain yang menutupinya.

Jrenggg…

Sebuah motor sport keluaran terbaru terpampang di hadapan ku. Aku menoleh ke arah om Ginanjar.

“Kok ada motor di sini?” tanya ku penasaran.

“Loh kamu lupa ya, kan kemarin saya janjikan kamu motor biar kamu gak repot mau kemana-mana.”

Aku terkejut tidak menyangka kalau om Ginanjar serius untuk memberikan aku sebuah motor.

“Wah, tapi gak usah mahal-mahal om, yang penting bisa jalan Randy udah seneng kok.”

“Udah gak usah dipikirin masalah itu, yang penting kalo istri saya hubungi kamu harus sigap, ya meskipun kamu sudah berjasa untuk keluarga kami tapi sekarang kamu kerja sama kami, jadi kamu harus profesional dalam bekerja,” jelas om Ginanjar panjang lebar.

“Siap om!” jawab ku singkat.

Setelah aku memasukkan mobil ke dalam garasi aku kemudian pamit untuk pulang.

Untuk pertama kalinya aku mengendarai motor pemberian om Ginanjar. Kalo dipikir-pikir harga motor itu tak seberapa bila dibandingkan dengan kekayaan dari om Ginanjar, jadi aku tidak perlu khawatir soal mengganti uangnya.

Di apartemen aku merebahkan diri ku di atas ranjang yang empuk. Sesaat aku merenung, apakah aku jahat dan tidak tahu terima kasih setelah apa yang om Ginanjar berikan justru aku menikmati tubuh istrinya di saat dia tidak ada.

Tapi kalau dipikir-pikir lagi apa yang kami lakukan itu atas dasar kemauan dari Tante Dewi, lebih tepatnya aku dan Tante Dewi jadi secara tidak langsung itu adalah perintah dari majikan ku.

Ku hembuskan nafas dalam lalu ku pejamkan mata ku, tiba-tiba kantuk menyerang diri ku. Baru beberapa menit aku terlelap aku dikagetkan dengan secara ponsel ku.

“Duh siapa sih!” gerutu ku.

Aku lihat layar ponsel ku, terdapat sebuah nomor baru yang belum pernah aku simpan di kontak ku. Siapakah gerangan?. Aku pun mengangkatnya.

“Halo?!” sapa ku.

“Halo, ini Randy kan?” jawab seorang lelaku yang berada di seberang telepon.

“Iya betul, maaf ini siapa ya?”

Aku masih belum mengenali suaranya.

“Ini saya Roy, coach Garuda Bandung, masih inget kan?”

Aku terkejut ternyata yang menelfon coach tim GB langsung.

“Oh iya ada apa coach?”

“Gini Ran, besok kamu ada acara gak?” tanya coach Roy kepada ku.

“Belum ada si coach, memangnya kenapa ya?”

“Besok kamu bisa kan dateng ke rumah saya untuk membicarakan masalah kontrak?”

Aku tertegun sesaat mendengar ucapan coach Roy. Setelah sekian lama aku menunggu kepastian tentang nasib ku di Bandung akhirnya terjawab sudah.

Tak ku pungkiri kalau hal ini karena om Ginanjar yang telah berbicara kepadanya secara langsung.

“Baik coach tapi kenapa harus di rumah coach ya? bukannya lebih bagus kalau di tempat latihan aja?”

“Begini Randy, ada sesuatu yang mau saya sampaikan sama kamu tapi pribadi, jadi alangkah baiknya kalau kita bicarakan di rumah saya saja agar lebih nyaman,” pungkas coach Roy.

“Ada sesuatu yang mau disamakan katanya, tapi apa? apa ini menyangkut tentang…ahh gue gak mau berspekulasi dulu, lebih baik gue tanya langsung aja,” ucap ku dalam hati.

Aku kemudian kembali bersuara.

“Menyangkut soal apa ya?” tanya ku menimpali perkataannya.

“Besok saja jam 8 pagi saya tunggu di rumah, nanti saya kirim lokasinya.”

“Siap coach!” balas ku singkat.

Telepon pun terputus, ku lemparkan ponsel ku ke atas kasur lalu ku lanjutkan tidur ku yang sempat tertunda.

•••

Side Story

Annisa dan Icha pulang ke rumah mereka dengan menaiki taksi. Di dalam perjalanan mereka nampak diam terlelap dengan lamunan masing-masing.

Annisa nampak masih bertanya-tanya tentang pria misterius yang mengetahui seluk beluk keluarganya itu. Sedangkan Icha sedang berfikir suatu alasan yang masuk akal tentang semua ini.

Yang jelas dia sudah ketahuan berbohong mengenai pria yang bernama Randy itu.

Terlintas sebuah pikiran untuk menemui Randy secara diam-diam dan memohon agar Randy mengurungkan niatnya untuk balas dendam terhadap keluarga Reza, namun itu malah bisa jadi senjata makan tuan, Randy yang terkenal licik itu bisa saja memanfaatkan posisi Icha yang sedang tersudut itu.

Ada pula pikiran untuk melaporkan Randy ke polisi atas dasar telah meneror keluarganya. Namun sama saja, dia bisa saja membongkar seluruh kehidupan Icha yang selama ini ia tutup-tutupi dari keluarga Reza.

Terlebih lagi kalau sampai itu terjadi, maka masa depan Humaira akan terancam karena Reza kemungkinan tidak akan mau menerima dia sebagai anaknya.

Ya sampai saat ini Reza masih belum mengetahui kalau Humaira bukanlah anak kandungnya melainkan anak kandung Randy.

Lamunan itu mengiringi mereka hingga tiba di depan rumah. Setelah membayar Icha buru-buru masuk ke dalam untuk menghindari Annisa.

Namun sebelum sempat masuk, Annisa dengan cepat menahan langkahnya.

“Kak tunggu! Annisa mau ngomong sesuatu, soal tadi…”

“Kakak mau nidurin Humaira dulu, tadi di taksi sempat kebangun,” potong Icha kemudian berlalu masuk ke kamarnya.

Di dalam kamar Icha meletakkan Humaira di atas ranjang yang biasa ia tiduri bersama Reza.

Sebenarnya anaknya memiliki tempat tidur sendiri di sebelah ranjangnya tetapi saat itu dia ingin menyusui Humaira terlebih dahulu.

Icha pun menyodorkan puting payudaranya ke mulut Humaira yang langsung dicaplok oleh anaknya.

Dia ingin tetap di sini, dia tidak ingin keluar dan menghadapi cercaan pertanyaan dari adik iparnya itu. Tapi sampai kapan dirinya harus seperti itu?

Kebohongan kecil apabila ditutupi oleh kebohongan yang lain pasti akan membuatnya menjadi besar, tetapi kalau dia harus jujur dia takut akan konsekuensi yang ditimbulkan.

Di luar kamar Annisa menunggu Icha dengan rasa tidak sabar. Rasa penasarannya sangatlah besar, memang sejak awal Icha hadir dalam keluarganya, dia sudah menaruh rasa curiga terhadap istri dari kakaknya itu.

Terlebih lagi kakak iparnya itu hamil di luar nikah dengan Reza, mana ada wanita baik-baik bisa hamil di luar nikah?

Tapi seiring berjalannya waktu Annisa merasa kalau Icha adalah sosok wanita yang baik dan soleha juga sayang dengan keluarga serta melayani suaminya dengan baik.

Namun kali ini sedikit demi sedikit teka-teki tentang masa lalu mereka mulai terungkap. Tapi dia masih belum cukup bukti, satu-satunya clue untuk masalah ini adalah pria brengsek yang bernama Randy itu.

Mengingat namanya saja Annisa sudah muak dan emosi, ingin rasanya ia meninju muka pria itu hingga babak belur.

Karena merasa bosan menunggu kakak iparnya keluar dari kamar, akhirnya Annisa memberanikan diri untuk masuk ke dalam.

Tok…tok…tok…

Tanpa menunggu jawaban dari dalam, Annisa langsung membuka engsel pintu itu.

“Annisa!” seru Icha yang reflek bangkit hingga puting payudara yang sedang dikenyot oleh anaknya terlepas.

Tampak air ASI-nya sedikit muncrat karena gerakan itu. Humaira sontak menangis dengan keras hingga Icha terpaksa kembali ke posisi semula.

“M…maaf kak,” ucap Annisa meminta maaf.

Icha hanya mengangguk pelan. Annisa kemudian berjalan menghampiri mereka berdua. Humaira terlihat sangat lahap dalam menyedot air susu ibunya.

“Kenapa Annisa?” tanya Icha dengan nada lirih.

“Gak papa kak, soal yang tadi.”

“Sebentar, kakak ngaruh Humaira dulu di keranjang bayi.”

Setelah Humaira mulai tenang, Icha kemudian meletakkan anaknya di baby box yang berada di samping ranjangnya.

Icha lalu mengajak Annisa untuk keluar kamar agar tidak menggangu Humaira yang sedang tidur.

“Kamu mau tanya apa?”

Icha bertanya kepada Annisa. Sungguh sebenarnya dia ingin sekali menghindari situasi seperti ini, tapi semakin dia menghindar semakin membuat Annisa curiga.

“Kak, sebenarnya siapa orang yang namanya Randy itu? kenapa kakak bohong soal dia teman sekampus kakak dulu?” cerca Annisa dengan nada sedikit meninggi.

“Maafin kakak udah bohong sama kamu, tapi untuk kali ini percaya sama kakak, kamu lebih baik menjauh dari dia, jangan pernah berurusan lagi barang sekecil apapun!”

Annisa menggelengkan kepalanya dengan raut wajah frustasi.

“Bukan itu yang aku tanyain kak, yang aku tanya dia itu sebenarnya siapa? kenapa dia bisa sampai tahu semua tentang keluarga kita?”

Dia benar-benar kehilangan kesabaran, apa yang kakak iparnya katakan justru semakin membuat Annisa yakin bahwa memang ada suatu rahasia yang besar yang belum ia ketahui.

“Dia pasti stalking, dia punya niat buruk sama kamu, percaya sama kakak!”

“Gak mungkin dia stalking sampai sejauh itu, bahkan dia tau tentang bunda, tentang perempuan yang pernah dijodohkan sama kak Reza, dia tau semuanya?!” kelakar Annisa dengan nada tinggi.

Icha menghembuskan nafas kasar, air matanya tak dapat ia bendung mendengar adik iparnya berkata begitu. Ini kali pertama Annisa berbicara dengan nada tinggi, biasanya dia berkata dengan nada lembut dan pelan.

“Terserah kamu mau bilang apa yang penting kakak udah ngingetin, ini demi kebaikan kamu,” kilah Icha lalu bangkit dan berjalan masuk ke dalam kamar sambil menahan tangis.

Annisa menyandarkan punggungnya di sandaran sofa sembari kepalanya menengadah ke atas lalu dia memejamkan mata.

Mau bagaimana pun dia tidak akan menyerah untuk mengetahui rahasia yang disembunyikan oleh kakak iparnya itu.

“Oke kalo kakak kekeh gak mau cerita, aku akan cari tau sendiri,” ucap Annisa dalam hati.

“RANDY.”

Satu nama itu yang kini terlintas di benaknya.

Bersambung

gadis hyper
Aku Ketagihan Dengan Penis Besar Pak Polisi
toket kecil
Cerita ngentot teman SMA yang dulu ku idam idam kan
abg nakal
Wisata unik di jogja, mencoba three some dengan tiga gadis abg
Mahasiswi montok toket gede montok dan bulat
Cerita Dewasa Berawal Dari Nonton Video Panas
mertua hot
Gairah sexs membara mertuaku tersayang
Foto Bugil Jilbab Calon Ustazah Korek Memek
berbagi kasih sayang
Berbagi kehangatan dengan wanita lain
Mandi Bareng Dengan Tante Dewi
gadis berjilbab
Menyibak gamis ibu dan menikmati tubuh nya
ttm hot
Hubungan sexs meskipun tanpa status
cewek menunggu
Kereta terakhir , pertemuan ku terakhir juga
500 foto chika bandung bangun tidur capek habis ngewe semalam
Cerita sexs birahi antara ibu dan anak
dukun cabul cantik
Cerita hot kisah si dukun cabul bagian dua
cewek masturbasi
Menikmati tubuh mulus tetangga kost ku waktu dia tidur