Part #1 : Kisah Sang Perawan

Perkenalkan, namaku Dio, 19 tahun asal kota J. Tubuhku tidak tinggi, hanya 166 cm, berkulit agak gelap, dan mengenakan kacamata. Bisa dibilang Aku adalah remaja super biasa yang penampilannya tidak terlalu menonjol. Meski begitu Aku juga tidak sepenuhnya buruk, beberapa orang menyebutku manis dan ya, berbeda dengan kutu buku lain yang biasanya tidak terlalu memerhatikan tubuh, Aku cukup aktif berolahraga. Oleh karena itu pula, badanku cukup berotot walau tidak sampai six pack.

Mungkin karena pergaulan atau apa. Sampai usia 19 saat ini, Aku masihlah virgin. Bukan, bukan dalam artian tidak pernah berhubungan badan dengan perempuan lain saja, lebih dari itu, sampai kuliah sekali pun, Aku tak pernah melakukan masturbasi. Bukan karena tak tahu. Aku sudah beberapa kali menonton film porno, kutu buku yang sering mengubek internet sepertiku tentu sudah tak asing dengan konten 18+. Bahkan bisa dibilang, Aku cukup paham banyak tentang dunia seks. Aku juga sadar kalau Aku menyukai wanita dan sering terangsang dan tegang tiap kali melihat wanita seksi. Namun entah mengapa, penisku selalu terasa ngilu tiap kali Aku mencoba melakukan masturbasi. Alih-alih ejakulasi, yang ada malah merasa nyeri.

Saat ini Aku adalah mahasiswa semester dua di kampus swasta ternama di kota J. Aku tinggal di rumah peninggalan Kakek Nenek bersama keluarga kecilku.

Elma

“Mau singgah dulu gak ke rumah?” Tanya Harun, satu-satunya teman dekat lelaki yang ku punya di kampus, kepadaku. Aku sedang menumpang di mobilnya saat itu.

“Enggak deh, nanti jauh muternya.” jawabku sopan.

“Gapapa sih, sore nanti kita mau sekalian keluar kok,” kali ini dibalas oleh Elma, istri Harun yang sedang duduk di kursi depan.

“Boleh deh kalau gitu, sekalian main PS juga,” jawabku. Bersamaan dengan itu, mobil pun menuju ke rumah Harun, 15 menit dari kampus.

Oh ya, Harun dan Elma memang adalah sepasang suami istri. Mereka berpacaran sejak SMA, dan baru ketahuan Elma mengandung anak mereka sesaat setelah kelulusan. Akhirnya mereka pun dinikahkan dan memilih untuk gap-year selama setahun selagi menunggu Elma melahirkan. Usia mereka setahun lebih tua dariku. Mereka datang dari sebuah kota di Kalimantan. Begitu anaknya lahir, mereka bertiga pun dipindahkan ke kota ini sekalian berkuliah. Di rumah mereka memiliki babysitter yang merawat Maura, anak mereka tiap pagi saat mereka kuliah. Ya, mereka memang anak orang kaya, Bapak Harun adalah pejabat di daerahnya, sedangkan Bapak Elma ialah pejabat di perusahaan tambang di sana.

Sekilas tentang Harun dan Elma. Harun memiliki kulit putih dan tinggi yang kurang lebih sama sepertiku. Dia cenderung lebih cerewet dibandingkan diriku. Berbeda denganku, dia memiliki banyak teman di kampus. Hanya saja beberapa waktu belakangan Ia lebih senang bermain denganku saja, katanya anak-anak tongkrongannya terlalu sering memorotinya dan bahkan sempat ingin menjadikan rumahnya sebagai basecamp. Sesekali Ia mengantar jemputku ke kampus meski sebenarnya Aku memiliki motor sendiri.

Sedangkan Elma ialah perempuan berjilbab yang cukup modis. Dari luar, tubuhnya terlihat kurus, entah bagaimana aslinya, mengingat baru setahun lebih sejak Ia melahirkan. Payudaranya berukuran sedang, setidaknya masih terlihat timbul dari balik pakaian sopannya. Aku bisa akrab dengannya tentu karena Harun. Aku tak pernah ngobrol banyak dengannya jika tak ada Harun. Padahal bisa dibilang Kita memiliki beberapa kesamaan. Elma dan Aku sama-sama agak pendiam. Dan selain itu Kami juga sama-sama cerdas di kelas. Semester lalu, IP sempurnaku ialah yang tertinggi di kelas, sedangkan Elma ialah pemilik nilai tertinggi kedua dengan IP 3,95. Tingginya sekitar 155 cm.

Setelah tiba di rumah mereka, Aku pun langsung duduk mengambil air putih di dapur. Saking seringnya Aku ke sini, mereka tak lagi memperlakukanku sebagai tamu. Aku pun langsung kembali ke ruang depan untuk menghampiri Harun yang telah menyalakan PS. Elma sudah tak lagi kelihatan, mungkin sedang menjaga Maura yang babysitter-nya baru pulang begitu Kami datang.

“Aku tamatin ini dulu ya Yo?” tanya Harun selagi memilih suatu game.

“Iya, Aku nontonin aja dulu.”

Harun pun mulai bermain dan keasyikan. Awalnya Ia masih menimpali obrolanku, namun setelah beberapa kali karakternya mati, Harun semakin seru sendiri dan hanya fokus pada game di depannya. Makin lama menunggu, perlahan mataku terasa agak berat. Wajar, mengingat Aku sudah bangun dari subuh dan sempat jogging sejauh 6 km tadi pagi.

“Kamu ngantuk Yo?” tanyanya, begitu melihatku menguap.

“Iya nih, Aku tidur sini ya?”

“Tidur di kamar Maura aja sana. Ada kasur kok, sekalian bisa nyalain AC. Maura juga lagi di kamarku kok sekarang.”

“Aku ga ikutan ngegame dulu ya kalau gitu?”

“Halah santai, Aku juga masih belum bakal tamat kayaknya sampai sore,” jawabnya, bersamaan dengan itu Aku pun berjalan menuju kamar Maura.

Aku membuka pintu kamar Maura dalam keadaan mengantuk. Anehnya begitu membuka pintu, dinginnya AC langsung menghujam wajahku. “Bukannya ga ada orang ya?” gumamku. Gumaman yang langsung saja terjawab begitu mataku menatap ke arah kasur di sisi kiri ruangan. Pemandangan yang membuatku terkejut.

Elma, sedang tertidur menyamping bersama Maura. Badannya menyamping ke kiri menghadap Maura, dengan tangan kanan yang terangkat ke atas, tepat di atas kepala anaknya tersebut. Kedua kakinya sedikit melebar membuat celana pendeknya sedikit tersingkap sampai ke pangkal pahanya. Posisi tidur yang seksi. Namun bukan itulah yang membuatku terkejut. Melainkan di tengah tidurnya itu Elma tidak mengenakan baju sama sekali, menampilkan payudaranya yang menjolor ke samping. Lingkaran areolanya nampak besar dan berwarna kecoklatan tua. Terlihat puting payudaranya yang kecil namun tegak benar-benar terekspos. Perutnya nampak sedikit berlemak namun berukuran kecil. Maura dengan damainya terlelap di sebelah Elma. Mungkin Ia sedang menyusui sebelum ketiduran. Entahlah, apa pun itu, ini adalah pertama kalinya Aku melihat payudara. Payudara yang sangat indah, milik seorang wanita dengan wajah yang tak kalah indahnya.

Pada saat yang bersamaan penisku memberontak tak karuan dari balik celanaku. Nafasku mulai tak teratur. Ini ialah kali pertama Aku melihat payudara milik seorang wanita dewasa. Aku bahkan tak pernah melihat payudara Mamaku sepanjang Aku bisa mengingat. Di tengah udara AC yang begitu membekukan, tetes keringat mulai meluncur dari dahiku. Aku yang sudah telanjur menutup pintu sekarang mulai kebingungan. Meski tak berbuat salah sedikit pun, dadaku mulai merasa deg-degan, takut Elma terbangun dan melihatku sedang di sini. Di sisi lain, Aku benar-benar terangsang oleh pemandangan di depanku. Tidak pernah sebelumnya Aku merasa seterangsang ini, samar-samar Aku merasakan perasaan aneh menjuluri seluruh tubuhku, entah gatal? Kebas? Rasanya aneh.

Namun ketakutan tetap mendominasi pikiranku. Aku harus meninggalkan kamar ini. Sambil masih terus menatap Elma, aku melangkah mundur menuju pintu.

Kekkkk” Oh sialan. Kakiku yang baru berjalan satu langkah mundur menginjak mainan bebek dan membuatnya berbunyi nyaring. Sialnya Aku, suara itu benar-benar membuat Elma terbangun. Tepat di saat yang bersamaan mata Kami saling beradu. Mataku yang sedang ketakutan menatap matanya yang belum sepenuhnya menyatu dengan realita.

“Yo?” ucapnya pelan.

“E—Elma.” jawabku grogi.

Di saat bersamaan, Elma mulai menunduk dan menyadari tubuh bagian atasnya yang sedang tak berbusana.

“Ma—maaf El. Aku tadi disuruh Harun tidur di sini karena dikir…”

“Sssttt.” jawabnya, menyuruhku untuk diam.

“Jangan sampai Maura bangun, pegal Aku buat dia tidur tadi,” ucapnya setengah berbisik.

Aku pun mengangguk. Sepertinya tak ada masalah, Aku pun melangkahkan kakiku lagi bersiap untuk meninggalkan ruangan.

“Yo.”

Elma memanggilku lagi. Kali ini suaranya terdengar lebih dekat. Benar saja, begitu membalik badan, Dia sudah berdiri tepat di hadapanku. Nampak semakin jelaslah payudara Ibu muda di hadapanku ini. Payudaranya yang tadi sedikit menyamping kala berbaring kini nampak menonjol ke depan di hadapanku. Payudaranya masih separuh kencang, juga separuh kendor menunjukkan bahwa Ia masih aktif menyusui. Tubuhnya begitu dekat di hadapanku. Rambutnya yang sebagian berwarna hitam, sebagian dipirang abu-abu tergerai dengan sedikit berantakan. Wajahnya tak menampilkan ekspresi. Dia bahkan jauh lebih cantik dari jarak sedekat ini.

“Jangan keluar, nanti Harun nanyain. Dikiranya nanti ada apa-apa kalau Kamu mendadak ga jadi tidur.”

“I—iya El,” jawabku pelan. Kini Ia melangkah kembali ke arah kasur sambil menarik lenganku tanpa tenaga. Aku ikut berjalan bersamanya. Ku tatap punggungnya yang tidak ditutupi kain, samar terlihat bulatan payudaranya bergerak naik turun saat Ia melangkah.

Kini Kami berdua duduk di kasur. Ia duduk di sampingku tetap tanpa mengenakan atasan. Sedangkan Aku perlahan sudah bisa mengontrol rasa takutku. Entah hilang ke mana rasa kantukku tadi.

Bersambung

selingkuh
Gara gara kebiasaan ku nonton video porno mertua sendiri ku tiduri
Aku Menikmati Pemerkosaan Akibat Berteduh Saat Hujan
tante gatel
Petualangan Sex Dengan Tante Gatel Dan Anak Nya
ayam kampus sexy
Nikmatnya kuluman ayam kampus yang sexy di dalam mobil
spg cantik
Cerita ku ngentot pertama kali dengan seorang SPG
Ngentot adik kakak
Adik Dan Kakak Jadi Pemuas Nafsu Ku
Ngentot Cewe Bispak Toge Mulus
gila sexs
Kisah sexs ku yang gila waktu ngerjain dua penjaga vila
dosen sexy
Cerita dewasa pemerkosaan ibu dosen yang cantik
anak kost
Kost bareng dengan mbak santi, saudara ku yang montok
wanita misterius
Cerita sex pertemuanku dengan wanita misterius
sepupu hamil
Cerita hot ngentot kakak sepupu yang lagi hamil
Cerita sex di ajarin ngentot oleh tante
500 foto chika bandung bugil telanjang di hotel sambil ngangkang
istri teman
Membalaskan Dendam Istri Teman Kantor Ku
abg nakal
Wisata unik di jogja, mencoba three some dengan tiga gadis abg