Part #26 : Dan Mas Andri???
“Mas Andri ?” Ujar Putri yang tak mengira kalau calon suaminya itu tiba-tiba ada di dalam kamar kosnya.
“Apa ini ? Apa maksud semua ini ?” Tanya Andri dengan lirih sambil menahan amarah yang mulai menguasai diri.
“Maass… Aku bisa jelasin… Aku . . .” jawab Putri terpotong.
“Jelasin ? Jelasin apa lagi ? Udah jelas kamu telanjang kayak gini, masih ada yang mau kamu jelasin ?” tanya Andri dengan suara yang mulai meninggi.
“Tenang mas… Saya . . . “ Mas Beni ingin membantu, tapi omongannya kembali terpotong saat Andri kembali berbicara.
“Diam kamu ! Oh, jadi bapak ini yah orangnya ? Anda orang yang sama yang waktu itu kami temui di warung makan deket kampus itu kan ?” Tanya Andri yang mulai mengenali wajahnya. Jemarinya dengan marah menunjuk-nunjuk wajah jelek dari tukang sapu itu.
“I… Iya mas… Tolong biar saya . . . .” Usaha mas Beni percuma. Terlihat Andri sudah sangat marah dengan apa yang ia lihat barusan.
“DIAAAMMM !!!” suara Andri menggelegar. Putri yang masih telanjang sambil berusaha menutupi ketelanjangan tubuhnya mulai menangis. Mas Beni dengan naluri kejantanannya menjulurkan tangannya untuk melindungi Putri untuk berjaga-jaga siapa tau Andri kedapatan melakukan kekerasan fisik pada calon istrinya.
“Maaf maas… Maafin akuu… Akuu…” Lagi-lagi omongan Putri terpotong.
“Diem, toolongg… Aku udah bilang kan ? Dieemmm” kata Andri sambil berkaca-kaca. Suaranya seperti memohon. Ia tampak putus asa dengan apa yang baru saja dilihatnya.
Putri pun terdiam sambil menitikkan air matanya. Meski tadi ia tidak merasa menyesal saat sudah menggoda selingkuhannya. Namun saat dirinya melihat wajah Andri yang kecewa, membuat rasa penyesalan perlahan mulai menguasai dirinya.
“Dasar… Wauw… Apa-apaan ini ? Aku gak nyangka banget… Wauw… Aku gak bisa berkata-kata lagi” kata Andri sambil mondar-mandir tak mempercayai apa yang telah terjadi.
“Kamu ? Kamu ? Kamu ini pelacur yah ?” kata Andri sambil tertawa kecil. Kepalanya ia geleng-gelengkan. Ia tak mempercayai apa yang dilihatnya. “Gak, bukan pelacur… Mana ada pelacur yang mau main sama tukang sapu… Kamu ini lebih rendah dari pelacur yah ?” Lanjut Andri yang sudah sangat kecewa.
Putri hanya menangis. Suara tangisannya semakin kencang setelah Andri mengatainya pelacur.
“Aku tertipu… Wauw… Aku gak nyangka, hampir aja aku menikahi seorang pelac, ah bukan… Bukan pelacur, tapi lebih rendah dari seorang pelacur !” kata Andri sambil menggepalkan tangannya karena gemas.
Braaakkkk !!!
Suara hantaman dinding terdengar saat tangan Andri memukul dinding keras itu.
Putri ketakutan. Tangisannya semakin keras dikala matanya memejam. Mas Beni pun hanya menghela nafas. Ia dengan spontan merangkul tubuh polos Putri yang membuat Andri semakin kesal.
“Waaahhh… Masih berani bermesra-mesraan yah ? Dasar kalian gak tahu malu… Dasar kalian pasangan mesum… Dasar, ah… Astaghfirullah… Buat apa aku memaki kalian… Gak ada gunanya… Yang namanya sampah ya sampah… Gak ada gunanya aku merendahkan kalian !” ujar Andri yang masih menahan amarahnya. Hatinya terasa sesak. Air mata pun menetes tanpa ia pinta.
“Maas… Maaf… Maafin aku mas… Aku khilaf” ucap Putri mendekat dengan cara berjalan menggunakan lututnya.
“Jangan coba-coba kesini !” kata Andri yang merasa jijik melihat calon istrinya habis bercinta dengan pria tua jelek di belakangnya.
“Maasss… Maafin akuuu… Tolongg jangan beritahu keluargaku ! Tolong jangan beritahu mbak Nayla… Tolong jangan beritahu yang lainnya mas !” Pinta Putri sambil memegangi kaki calon suaminya.
“Jangan beritahu yah ? Jadi kamu menyesal karena takut aku bakal membocorkan aibmu ? Tenang aku gak serendah itu kok… Aku gak nyangka, kamu lebih mementingkan aibmu itu daripada perasaanku” kata Andri yang membuat Putri terdiam.
“Mass bukan maksud aku begitu… Aku . . . “ ucap Putri terpotong.
“Pergi ! Jangan sentuh kakiku lagi” kata Andri sambil menendang kakinya hingga Putri terdorong ke belakang.
Putri pun terdiam di lantai meratapi kepergian calon suaminya yang penuh amarah. Andri telah pergi, meninggalkan kedua pasangan yang telah berzina itu seorang diri. Sedangkan Putri hanya bisa menangis. Hatinya terasa sakit setelah menyadari kesalahannya. Air matanya terus mengucur. Ia merasa masa depannya sudah hancur.
“Maafin saya dek… Dek Putri gapapa ?” tanya mas Beni sambil memberikan selimut untuk menutupi tubuh indah Putri.
Putri terdiam tak menjawab pertanyaan itu. Tangisan yang terus terdengar seolah menjawab semuanya. Hati Putri hancur. Masa depannya hancur. Ia takut, calon suaminya yang sedang kesal itu bakal membocorkan skandalnya yang bakal menggemparkan kampusnya atau mungkin juga keluarganya.
Tolong mas… Maafin aku… Jangan bocorkan aibku !
Batin Putri menyesal.
“Yang sabar dek… Nanti biar saya yang omongin… Saya akan meminta maaf… Bahkan saya rela diapa-apakan asal dek Putri gak kenapa-kenapa… Coba nanti saya bilang ke calon suamimu, bahkan saya siap kok kalau misal saya jadi sarung samsak tinjunya” kata Mas Beni yang ingin mengorbankan dirinya sebagai bentuk penyesalannya.
“Gak usah mas… Aku yang salah… Aku yang udah maksa mas buat berzina… Harusnya aku yang bilang begitu… Nanti biar aku aja yang jelasin… Ini masalah internalku… Tolong jangan ikut campur !” jawab Putri sambil terisak-isak.
“Yaudah dek . . . “ jawab Pak Beni terhenti saat dirinya hendak menyentuh Putri lagi.
“Bapak bisa tinggalkan aku sendiri gak ? Aku lagi butuh waktu… Tolong jangan dekati aku lagi… Aku mau sendiri !” kata Putri yang membuat mas Beni mau tak mau menurutinya.
Mas Beni yang paham pun langsung beranjak mendekati pintu keluar. Ia melihat Andri sudah pergi. Ia mengawasi sekitar yang rupanya masih sepi.
Syukurlah… Setidaknya gak ada temen sekosnya yang tahu soal ini !
Batin mas Beni merasa lega. Setidaknya masalah tidak akan bertambah buruk kalau cuma Andri yang mengetahui aib terbesar mereka.
Mas Beni lekas pergi setelah mengenakan pakaiannya kembali. Berulang kali ia menoleh ke belakang untuk mengecek keadaan. Setiap kali ia menoleh, ia hanya mendengarkan suara tangisan seorang wanita.
Sementara itu Andri,
“Dasar pelacur… Dasar lonte ! Aku gak nyangka, ternyata hijab sama cadarnya selama ini cuma kedok belaka… Aku gak nyangka kalau dalemannya ternyata busuk, lebih busuk dari pelacur yang menjual dirinya !” ujar Andri saat menaiki motornya.
Ia melajukan motornya pelan. Sesekali punggung tangannya mengusap air matanya yang terus mengucur deras. Hatinya terasa sakit. Ia masih tidak mempercayai apa yang baru saja dilihatnya.
“Apa maksudnya ini ? Aku gak paham ? Kalau dia berzina dengan cowok ganteng, aku mungkin paham… Tapi selera dia ? Jih bapak-bapak… Serendah itu kah diriku ? Sampai kalah sama bapak-bapak tua rendahan yang kerjanya cuma jadi tukang sapu ?” Keluh Andri penuh amarah.
“Hah… Pantes aja selama ini hatiku lebih condong ke Nayla… Mungkin ini jawabannya… Ya, meski Nayla sudah menikah…. Itu masih jauh lebih baik dari Putri yang seorang lonte murahan… Hah, andai saja kamu belum nikah Nay… Aku pasti sudah memperjuangkanmu… Aku pasti akan berusaha tuk menghalalkan dirimu… Apa kurangnya dirimu ? Cantik, kaya, pintar ? Alim lagi.” Kata Andri yang membandingkan kedua akhwat bercadar itu untuk melampiaskan kekesalannya.
“Hmm, hatiku masih engga banget… Rasanya masih sakit… Haruskah, aku cerita ini ke Nayla ?” Lirih Andri yang telah kecewa.
Malamnya,
Tokkk… Tokkk… Tokkk…
“Assalamualaikum” sapa Nayla setelah mengetuk pintu rumahnya.
“Walaikumsalam” jawab Miftah setelah berlari membukakan pintu untuk istrinya. “Loh dek, cadarnya mana? Dari tadi gak pake cadar yah?” Tanya Miftah terkejut.
“Hihihi ada kok di tas… Barusan adek lepas kali… Gerah banget soalnya malam ini” jawab Nayla yang membuat Miftah heran.
“Gerah ?” Tanya Miftah sambil memperhatikan wajah istrinya. “Habis darimana aja emangnya dek, kok mukanya capek gitu ?” Lanjutnya.
“Hihihi kan adek udah bilang tadi mas di telpon, adek ada perfotoan tambahan, makanya adek baru bisa pulang” jawab Nayla sambil memasuki rumahnya.
Miftah hanya terdiam sambil merasa ada sesuatu yang janggal pada istrinya.
“Eh itu di kresek apa yah ?” Tanya Miftah penasaran.
“Oh ini martabak mas, oleh-oleh hihihi” jawab Nayla tertawa. Ia pun memberikan martabak itu pada suaminya. “Anu mas, adek mau istirahat dulu yah, adek capek banget nih… Adek mau mandi dulu buat ngilangin gerahnya” kata Nayla yang langsung meluncur pergi menuju kamar mandi rumahnya.
Miftah hanya menganggukkan kepala. Tapi ia masih merasa ada sesuatu yang aneh pada istrinya. Hidungnya lalu mengendus-ngendus. Ia mencium aroma tak asing dari tubuh istrinya.
“Bau apa yah ? Kayak kenal, tapi apa ?” Kata Miftah bertanya-tanya.
Sementara itu Nayla,
“Hah… Hah… Hah… Mmpphhhh” kata Nayla yang terengah-engah setelah berlari menuju kamar mandinya. Ia buru-buru mengangkat rok gamisnya. Ia pun buru-buru menurunkan celana dalamnya. Saat ia menarik lepas tisu yang menyumpal vaginanya, cairan kental berwarna bening itu langsung tumpah membasahi lantai kamar mandinya.
Nayla sampai bergidik. Tubuhnya merinding hebat setelah melepaskan cairan kental milik seseorang yang ia simpan di dalam kamar mandinya.
“Dasar pak Yanto nih, keluarnya banyak banget… Untung aja dikasih martabak gratis” lirih Nayla secara diam-diam.
Ia kemudian mengambil selang air yang berada di dekat wc duduk rumahnya. Ia pun menyemprotkan beberapa air ke dalam vaginanya.
“Uuuhhhhh” desah Nayla saat air itu mengguyur sisa-sisa sperma di dalam vaginanya.
“Semua gara-gara tadi pagi nih, coba aja aku gak ninggalin beha sama celana dalemku di gerobak itu… Masa biaya nitipnya disuruh ngentot sih… Sebel deh” kata Nayla yang masih membersihkan lubang kenikmatannya.
Setelah itu, ia lekas mengangkat gamisnya. Sepasang buah dada bulat langsung terhidang tanpa tertutupi oleh kain apapun lagi. Ia juga melepas hijabnya. Ia segera berdiri dibawah shower untuk membersihkan diri setelah berzina lagi bersama seorang laki-laki.
“Padahal aku diminta libur, tapi tetep aja ada laki-laki yang berhasil menzinahi aku… Dasar aku nih… Tiada hari tanpa ngentot” kata Nayla sambil menggaruk-garuk kulit kepalanya.
“Gimana yah sisa hari ke depan ? Bisa gak yah aku gak ngentot sehari aja biar aku bisa melampiaskan semuanya di hari H ?” Lirih Nayla sambil menaruh shampo di kepalanya lalu meratakannya ke seluruh rambutnya.
Tiba-tiba.
Kriing… Kriing… Kriing…
Nada dering telepon berbunyi. Nayla yang baru selesai membasuh rambutnya mulai berjalan menuju arah tas yang digantung dibalik pintu kamar mandi.
“Eh ada yang nelpon yah… Siapa sih yang nelpon malem-malem gini ?” Tanya Nayla setelah membilas kering tubuh indahnya.
Nayla yang masih telanjang bulat merogoh isi tas jinjingnya. Ia mengambil hapenya lalu mengangkat panggilan teleponnya.
“Halooo”
“Haloo Nay, ini aku Andri” jawab Andri segera. Namun suara kucuran air dari panggilan teleponnya sempat membuatnya curiga.
Suara apa ini ? Apa Nayla lagi mandi ? Ah gak mungkin deh.
Batin Andri yang akhirnya mengabaikan suara tersebut.
“Iyya, Ndri… Ada apa ? Eh bentar yah aku keluar kamar mandi dulu” jawab Nayla yang membuat Andri membelalakkan matanya.
“Eh maksudnya ? Kamu lagi di kamar mandi ?” Tanya Andri tak menduga.
“Eh, enggak… Maksudnya dari kamar tidur… Kamu salah denger kali” kata Nayla menyadari kesalahannya.
Nayla telah melilit tubuhnya dengan handuk. Ia pun berlari menuju kamarnya sambil menaruh hapenya di telinganya.
“Oh apa iya kali yah, oh yah aku mau cerita boleh” ucap Andri berharap diberi izin oleh Nayla untuk mencurahkan perasaannya.
“Cerita ? Cerita apa yah Ndri ?” Tanya Nayla saat sudah sampai di kamarnya lalu melucuti handuknya sehingga tubuh indahnya terlihat.
“Ya mau curhat gitu, gimana ? Kamu ada waktu gak malam ini ?” Tanya Andri penuh harap.
“Eh sekarang ? Duh aku mau istirahat sih Ndri… Besok aja gimana ? Di studio pas waktu rehat bisa kan ?” Tanya Nayla yang teringat kalau besok ada sesi perfotoan bersama Andri.
“Besok yah ? Hmm yaudah deh… Maaf udah ganggu waktunya” ucap Andri kecewa.
“Gapapa kok Ndri… Aku yang harusnya minta maaf karena gak bisa luangin waktu buat kamu” kata Nayla merasa tidak enak.
“Enggak, gapapa kok… Yaudah aku tutup yah… Maaf sekali lagi” ucap Andri yang langsung menutup telponnya.
Panggilan berakhir. Nayla yang masih bertelanjang bulat pun berjalan menuju ranjang tidurnya untuk menaruh hapenya disana.
“Hah, ada apa yah Andri pengen curhat ? Tumben-tumbenan ? Apa ada sesuatu ? Hmmm” kata Nayla saat duduk di tepi ranjangnya.
Saat sedang asyik-asyik berfikir, tiba-tiba Nayla dikejutkan oleh suara pintu yang terbuka.
“Dek, lagi ngomong sama siapa kok ada suar…” Ucap Miftah terhenti saat melihat sesuatu di dalam kamarnya.
“Eh astaghfirullah” sebut Nayla sambil menutupi tubuh polosnya.
“Ehh dek maaf… Belum pake baju yah… Maaf” kata Miftah yang justru meminta maaf.
“Ehh gapapa kali mas, aku cuma kaget” kata Nayla sambil mengusapi dadanya pelan.
Bukannya bernafsu setelah melihat keindahan tubuh istrinya yang bertelanjang bulat, Miftah justru kembali menutup pintunya untuk memberi waktu bagi istrinya untuk berpakaian.
“Yaudah pake bajunya dulu aja deh, mas tadi penasaran kok adek kayak lagi ngomong, ternyata habis telponan yah” tanya Miftah sebelum menutup pintunya.
“Iya mas, sama temen aku kok” jawab Nayla.
Pintu telah ditutup. Nayla yang masih terduduk pun heran pada sikap suaminya.
“Mas Miftah ini, kirain aku bakal digarap, eh taunya dibiarin gitu aja, aneh deh… Kalau yang tadi buka pintu pak Urip, pasti aku bakal dipake semalaman” ujar Nayla.
Nayla pun hanya mengelus dadanya sambil beranjak menuju almari pakaian untuk mengambil pakaian tidurnya.
“Kadang aku heran deh, sebenarnya mas Miftah punya nafsu ke aku gak sih ?”
Keesokan harinya di studio foto.
“Andri mana yah ? Katanya mau curhat ?” Kata Nayla sambil menoleh-noleh ke sekitar.
Akhwat cantik yang saat itu mengenakan kemeja coklat gelap berlengan panjang serta celana panjang berwarna putih bersih tengah duduk sambil menikmati minuman segar yang baru dibelinya. Ia berulang kali membenari hijab serta cadarnya yang berwarna sama dengan celananya. Ia kembali menyeruput minumannya. Ia dengan sabar menanti kehadiran Andri untuk menceritakan kisahnya.
Untungnya tak lama kemudian Andri tiba lalu duduk di kursi depan dimana Nayla berada. Wajahnya tampak sedih. Nayla yang penasaran jadi khawatir pada nasib temannya ini.
“Kamu kenapa, Ndri ? Kok mukanya murung sih ? Ada masalah yah ?” Tanya Nayla penasaran.
“Hmm kayaknya aku gak jadi nikah deh sama Putri” Ucap Andri yang mengejutkan Nayla.
“Loh kenapa ? Bukannya pernikahan kalian sebentar lagi ? Kok tiba-tiba dibatalin sih ?” Tanya Nayla.
“Jangan salahkan aku, Nay… Bukan aku yang memutuskan kayak gini… Ini semua salah Putri yang gak bisa menjaga diri !” Kata Andri yang membuat Nayla heran.
“Maksudnya ? Kok salah Putri ?” Tanya Nayla lagi.
“Hah, kemarin Nay… Pas aku ke kosannya… Aku gak nyangka banget” kata Andri setelah menghela nafasnya.
“Emang kenapa ? Ada apa yah Ndri ?” tanya Nayla.
“Aku menemukan Putri berzina di kamar kosnya” jawab Andri dengan lirih yang mengejutkan Nayla.
“Hah ? Astaghfirullah… Beneran ? Putri ?” Tanya Nayla tak menyangka.
“Iya” Jawab Andri dingin.
“Berzina, gimana yah ? Berduaan doang kan ? Apa pegang-pegangan tangan juga ?” Tanya Nayla ingin memastikan.
Namun Andri hanya menggelengkan kepala lalu menjawab apa adanya seperti yang ia lihat kemarin. “Bukan, tapi ya begitu… Mereka habis bercinta… Aku aja mergokin mereka udah telanjang bulat”
“Hah ? Seriusan ? Kok bisa sih ?” Jawab Nayla tak menyangka. Nayla yang penasaran pun kembali bertanya pada Andri. “Sama siapa ? Apa sama orang yang aku kenal ?”
“Ya, dia tetanggamu” jawab Andri sambil menatap kosong.
“Tetangga aku ? Pak Beni ?” jawab Nayla seketika.
“Ya” Jawab Andri mengangguk yang membuat mata Nayla membuka lebar.
“Loh, kok bisa sih ? Gimana ceritanya, mereka ?” Tanya Nayla tak habis pikir.
“Entahlah, Nay… Aku juga gak tau gimana ceritanya mereka dekat… Cuma ada tanda-tanda sih… Sayangnya aku kurang peka, pas aku pergokin mereka ya udah terlambat… Mungkin itu bukan yang pertama dan itu bikin aku kecewa banget” Kata Andri mencurahkan isi hatinya.
“Hmm aku gak tau harus ngomong apa, Ndri… Aku cuma minta kamu buat sabar aja yah… Ini cobaan buat kamu… Kamu yang kuat yah” Ucap Nayla sambil memegangi punggung tangan Andri.
Mata Andri pun menatap tangannya yang didekap Nayla. Andri tersenyum kecil. Ia senang dengan perhatian yang diberikan oleh kekasih halunya.
“Makasih Nay, udah baik selama ini ke aku… Aku gak tau kalau gak kenal kamu bakal cerita ke siapa lagi” kata Andri sambil mengelus punggung tangan Nayla yang memegangi tangannya.
“Bukan masalah kok Ndri” Jawab Nayla tersenyum manis sambil menatap Andri.
Andri yang diperlakukan seperti ini oleh Nayla jadi salah tingkah. Senyuman manis yang Nayla berikan membuat dirinya bertanya-tanya.
Kok Nayla senyum kayak gini ke aku sih ? Apa jangan-jangan ini tanda kalau Nayla menunjukkan ketertarikannya padaku ?
Batin Andri mupeng.
Sayangnya suara dari atasan membuat Nayla buru-buru menarik tangannya. Rupanya waktu istirahat sudah habis. Mereka berdua pun diminta untuk mulai bekerja lagi.
“Kamu yang sabar yah Ndri… Aku tahu kamu pasti kuat kok” Ucap Nayla sekali lagi untuk menguatkan mental Andri.
“Iya makasih yah Nay… Makasih banget” Ucap Andri tersenyum pada Nayla. Nayla pun pergi untuk berganti pakaian lagi. Andri juga pergi untuk mengambil kameranya untuk memotret Nayla lagi.
Mumpung harapanku untuk menikahi Putri sudah pupus, haruskah aku mengalihkan targetku ke Nayla ?
Batin Andri kepikiran.
Sementara itu Nayla yang sedang berganti baju juga bertanya-tanya di dalam hatinya.
Gak nyangka banget deh pak Beni sama Putri bakal kayak gitu… Sejak kapan yah mereka jadi deket sampae jadi partner sex gitu ? Haruskah aku datengin pak Beni buat nanyain ini ? Kebetulan juga aku ada urusan sama pak Beni buat ngasih undangan ini.
Batin Nayla yang kepikiran untuk menemui pak Beni setelah kerja nanti.
BEBERAPA JAM KEMUDIAN
Pak Beni melamun. Tatapannya kosong. Ia masih terpikirkan kejadian yang terjadi di hari kemarin. Kejadian ketika perzinahannya diketahui oleh Andri. Pak Beni merasa menyesal. Ia merasa sudah merusak hubungan mereka. Apalagi saat dirinya teringat apa yang diucapkan oleh Putri setelahnya.
Bapak bisa tinggalkan aku sendiri gak ? Aku lagi butuh waktu… Tolong jangan dekati aku lagi… Aku mau sendiri !
Sambil duduk di sofa tua rumahnya. Wajahnya menunduk. Tangan kanannya memegangi kepalanya yang nyut-nyutan. Jemarinya terkadang memijati kepalanya untuk meringankan gejala sakit kepala yang menyerangnya.
“Kan kejadian, terus gimana ? Apa saya gak bisa ketemu dek Putri lagi setelahnya ?” Lirih Pak Beni kepikiran.
Tokkk… Tokkk… Tokkk…
Wajah pak Beni terangkat. Ia dikejutkan oleh suara ketukan pintu yang berasal dari pintu utamanya.
“Loh siapa ? Apa saya ada janji untuk menemui seseorang ? Jarang-jarang ada yang bertamu tanpa memberi tahu saya terlebih dahulu” lirih pak Beni yang akhirnya beranjak dari sofa tuanya.
Dirinya tidak bersemangat. Berulang kali nafasnya mendesah mengeluarkan kekesalannya saat teringat kejadian di kosan Putri.
“Siapp-pa … “ Pak Beni terkejut saat pintu dibuka. Wajahnya terdiam. Kornea matanya melebar. Ia benar-benar tidak menyangka kalau ada bidadari cantik yang tiba-tiba berdiri di depan pintu rumahnya.
“Selamat sore pak… Aku boleh masuk ?” Tanya bidadari itu sopan.
“So… Sore mbak… Mbak Nayla ? Silahkan ?!” Kata pak Beni yang terbata-bata saat melihat bidadari cantik itu.
“Hihihi makasih” kata Nayla yang bergegas masuk ke dalam rumah tetangganya.
Saat bidadari bercadar itu masuk ke dalam. Pak Beni masih terdiam menatap sosok indah itu dari belakang. Matanya pun terkunci pada lenggokan bokongnya yang bergeal-geol. Bokongnya begitu montok. Sampai-sampai bongkahan pantatnya itu menjorok ke belakang. Tangan pak Beni jadi gemas ingin meremas-remas. Saat matanya ia naikkan tuk menatap lekukan pinggangnya. Pak Beni sampai menenggak ludah karena melihat pinggangnya terlihat begitu ramping meski masih tertutupi kemeja longgarnya yang berwarna kecoklatan. Lekukannya sungguh indah. Pak Beni jadi gemas ingin memeluknya lalu mencium tengkuk lehernya sambil menikmati aroma tubuhnya.
Saat Nayla sudah duduk di sofa tua rumahnya, pak Beni tersadar dari lamunan indahnya. Pak Beni buru-buru mendekat, untuk menyambut tamu istimewanya.
“Maaf mbak, mau saya buatin teh apa kopi ?” tanya pak Beni yang jadi gugup karena kehadiran tetangga alimnya itu yang secara tiba-tiba.
“Terserah bapak aja… Aku manut” jawab Nayla sambil tersenyum.
“Kalau gitu tunggu sebentar yah, akan saya buatin tehnya” kata pak Beni yang langsung berlari ke belakang.
Sembari menunggu, Nayla tersenyum sambil melihat-lihat sekitar. Rasanya seperti bernostalgia. Ia jadi teringat masa-masa dirinya dulu yang begitu naif pada perasaannya yang begitu menginginkan sex. Namun ia malah berlari kesana kemari. Mau lari dari pak Urip malah digenjot pak Beni. Mau berlari dari pak Beni malah digenjot pak Urip.
“Hihihihi… Dasar aku !” tawa Nayla malu pada dirinya sendiri.
Ia kembali tersenyum menyadari dirinya saat ini. Ia sudah berubah total dari dirinya di masa lalu. Ia sudah kecanduan. Ia juga sudah ahli dalam memuaskan laki-laki. Ia pun yakin sekali di dalam hati. Pasti banyak lelaki yang diam-diam menginginkan dirinya, untuk melihat apa yang berada di balik gamisnya. Ia baru menyadarinya sekarang, terutama saat matanya menatap para lelaki yang ditemuinya baik di jalan atau tempat kerjanya.
“Aku baru tau, kalau laki-laki pasti yang diliat dada dulu, baru mata aku… Kok aku baru peka sekarang yah ? Aku kira banyak laki-laki yang menunduk itu buat jaga pandangan, eh taunya cuma pengen liat dada aku dulu… Hihihihi” tawa Nayla sambil menutupi mulutnya.
Wajahnya pun mengintip untuk melihat apa yang terjadi di dapur rumah ini. Nayla jadi gugup. Ia gugup karena sebentar lagi dirinya akan menyerahkan tubuhnya pada pria tua yang dulu sering sekali menjadi objek fantasinya.
“Sudah berapa lama yah, aku gak digenjot pak Beni lagi ?” Lirih Nayla merenung.
Jemarinya terbuka lalu tertutup secara satu persatu. Ia mencoba menghitung hari. Ia jadi tersadar kalau dirinya baru disetubuhi pak Beni selama satu kali.
“Eh jadi waktu itu doang yah ? Aku digenjot pak Beni ? Wah aku gak nyangka banget, kirain aku udah sering… Ternyata aku lebih sering digenjot pak Rudi, mang Yono sama pak Urip daripada pak Beni… Hmmm sekarang aku harus memberikan yang terbaik nih untuk pak Beni… Sebagai orang ke sepuluh yang aku undang secara khusus… Aku akan memberikan servis spesialku, biar besok di hari H… Servisku bisa dibalas dengan tusukan nikmat yang akan pak Beni berikan… Hihihi tuh kan aku mesum… Kok bisa ada sih wanita yang pake cadar tapi otaknya mesum banget kayak aku ?!” Lirih Nayla heran sendiri.
Kebetulan, saat itu pak Beni sudah kembali sambil membawa dua cangkir berisi teh panas.
“Ini untuk mbak… Maaf, ada perlu apa yah mbak kemari ?” Tanya pak Beni yang canggung tuk menemui Nayla.
“Ssllrrppp… Ada yang ingin aku omongin ke bapak” jawab Nayla malu-malu setelah menyeruput teh yang tidak terlalu manis itu.
“Omongin ? Ada apa yah ?” Tanya pak Beni jadi deg-degan.
“Sebelumnya, aku minta maaf… Soalnya aku baru bisa menemui bapak lagi setelah sekian lama” kata Nayla sambil tersenyum.
“Gapapa mbak… Saya tau, toh mbak juga sibuk kan ?” Jawab pak Beni sambil menyeruput teh buatannya sendiri.
“Hihihihi jadi keinget dulu deh, pas aku nungging sambil digenjot pak Beni” kata Nayla sambil menunjuk sudut ruangan dimana dirinya saat itu disetubuhi dari belakang.
“Ehh . . .” pak Beni terkejut karena tiba-tiba Nayla langsung membahas persetubuhannya di masa lalu. Pak Beni juga jadi teringat. Seketika ia terbayang kenangan indah yang dulu pernah ia jalani bersama akhwat yang sudah bersuami ini.
Rasakan sodokan saya ini mbaaakkk !!! Hennkggghhhh !!!!
Aaaaaaaahhhhhh bapaaaakkk
Aahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh mbaaakkk… Ouhhh nikmatnyaaa memekmu ini !
Aaaahhhh baaappaaakk… Ouhhh pelann dikittt… Aahhh bapaakkk…
Aaahhh enak sekaliii… Enaakkk sekali rasanyaaa… Ouhh yaahhh… Ouhhh mbaakkk…
Aaahhh jangaannn… Jangaann cepet-cepet paakk… Aahhh pelaannn… Aaahhhhh…
Ingatan itu kembali terekam oleh pak Beni sambil membayangkan sudut yang dahulu menjadi TKP persetubuhan panas mereka. Ia jadi teringat wajah sangek Nayla saat merasakan tusukan penuh tenaganya. Ia juga ingat kalau saat itu dirinya sangat bernafsu. Tubuh kurus Nayla sampai terdorong maju mundur. Ia juga bahkan menampar-nampar bokong mulus Nayla hingga merubahnya jadi warna kemerahan. Apalagi saat merasakan jepitan penuh kenikmatan yang membuat matanya tak sadar merem melek saat mengingat momen indah itu.
“Gak nyangka, aku baru bisa mengunjungi bapak lagi saat ini” kata Nayla yang membangunkan pak Beni dari lamunannya.
“Ehh iya, hehe gapapa kok mbak… Gapapa” kata pak Beni menyadari kalau penisnya sudah mulai berdiri gara-gara teringat momen-momen indah itu.
Duhhh jadi ngaceng kan kontol saya !
Batin pak Beni sambil menekan penisnya secara sembunyi-sembunyi agar tidak disadari oleh Nayla saat ini.
“Aku jadi nyesel deh, udah ninggalin bapak sejak saat itu… Aku gak pernah mampir kesini, bahkan untuk menyapa aja jarang”
“Hehe udah gapapa… Gak usah dipikiran mbak… Saya paham kok kesibukan mbak”
Duhhh ayo dong tiduran, jangan ngaceng terus !
Batin pak Beni sambil terus menekan-nekan penisnya.
“Maka dari itu, sebelum aku mengungkapkan niatanku datang kesini… Aku punya permintaan untuk bapak” kata Nayla yang tiba-tiba berdiri lalu berpindah menuju sisi pak Beni.
“Eehhh mbak… Ada apa ?” Tanya pak Beni jadi gugup. Hidungnya mencium aroma parfum yang wangi. Jarak mereka yang semakin dekat membuat penisnya itu jadi semakin tegang dibalik celana kolor yang saat itu dikenakannya.
“Mumpung kita udah lama gak ngentot… Gimana kalau sekarang kita ngentot… Aku kangen sama kontol bapak soalnya… Aku juga penasaran sama bentuknya kayak gimana… Hihihihi” tawa Nayla yang membuat pak Beni menenggak ludah.
Ngentot ? Mbak Nayla kesini mau ngajak ngentot ?
Batin pak Beni. Ucapan Nayla itu membuat otaknya semakin keruh. Penisnya yang ingin dilemaskan jadi semakin tegang gara-gara ucapan lembut dari akhwat cantik tersebut. Ia tidak menduga. Ia kira kedatangan Nayla kesini karena ada maksud lain. Pokoknya ia tidak mengira kalau kedatangan Nayla kesini hanya untuk mengajaknya bercinta saja.
“Gimana ? Bapak pasti mau kan ? Hihihih” tawa Nayla sambil tangannya meraba-raba celana pak Beni untuk mendekap pentungan sakti yang sudah cukup lama tidak ia puasi.
“Aaahhhh… Aaaahhh mbaakkk…. Aaaaahhhh” desah pak Beni sampai merem melek saat penisnya mulai diraba dari luar celananya.
Pria tua yang saat itu cuma mengenakan kaus singlet serta celana kolor pendek yang cuma bisa menutupi paha besarnya itu jadi merinding. Apalagi saat wajahnya menoleh menatap akhwat cantik itu. Tatapan Nayla sungguh binal. Jelas kali niatan Nayla kemari hanya untuk menggodanya saja.
“Udah gede banget nih ? Aku buka boleh ?” Tanya Nayla dengan lembut yang hanya dijawab anggukan oleh pria tua itu.
“Hihihihi makasih” jawab Nayla tersenyum senang.
Tangannya menarik celana kolor pak Beni hingga turun sampai ke lutut. Pentungan sakti berwarna hitam dengan kulup tebal yang menyembunyikan ujung gundulnya itu membuat Nayla tersenyum. Bentuk penis pak Beni yang unik membuat jantung Nayla berdebar-debar karena tak sabar ingin menjajalnya lagi. Seingatnya ia baru melayani dua penis yang tidak disunat, itu juga terjadi lama sekali. Tiba-tiba ia jadi semakin gak sabar untuk menanti hari H dimana dirinya bisa dilayani oleh dua penis yang tak disunat sekaligus.
Jadi ada fantasi ditusuk pak Beni sama Mang Yono sekaligus deh… Uhhhh pasti nikmat banget kalau memek sama dubur aku disumpel sama kontol gak disunat mereka… Hihihi…
Batin Nayla dengan binal.
“Aaaahhhh mbaaakkk… Aaahhh ayoo terusss… Ayo kocok teruss… Ouhhh… Ouhhhh” Desah pak Beni keenakan hingga matanya sampai memejam melewatkan kesempatan untuk melihat jemari lembut Nayla yang sedang mengocok penisnya.
“Hihihi… Iyya pak… Iyaa… Masa kayak gini masih kurang cepet ? Ntar kalau kontol bapak copot gimana ?” Tanya Nayla sambil terus mengocok penis tetangganya secara naik turun dengan cepat.
“Aaahhh gak akan… Gak akan mbaakk… Nanti kalau copot saya lem aja… Mbak gak perlu khawatir” jawab pak Beni yang membuat Nayla tertawa.
“Hihihihi emangnya mainin bisa dilem kalau copot ?” Tawa Nayla yang jadi semakin gemas saat mengocok penis hitam itu.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh… Kontol saya kan emang mainannya mbak… Jadi ayo mainin terus… Mainin kontol saya mbaakk… Aaahhhhh” desah pak Beni sampai bergidik merasakan kenikmatannya.
“Hihihihi iya iyaa… Duhh senengnya bisa main sama mainan aku” kata Nayla menggoda sambil wajahnya menatap wajah pak Beni dengan penuh nafsu.
Penis hitam nan besar itu terus dibelai oleh jemari lembut akhwat binal itu. Penis itu pun kian membesar setelah dikocok naik turun oleh akhwat lembut itu. Bagai mimpi yang menjadi kenyataan. Pak Beni begitu senang ketika dirinya bisa kembali dilayani oleh akhwat bersuami itu lagi.
Rasa kecewanya tadi saat memikirkan kejadian kemarin langsung hilang saat dirinya bertemu dengan Nayla. Apalagi kalau sekarang dirinya bisa dilayani seperti ini. pak Beni begitu bahagia. Wajahnya pun menoleh tuk menatap akhwat bercadar itu.
Tiba-tiba Nayla menaikkan cadarnya lalu mendekatkan wajahnya agar bibirnya bisa kembali berciuman dengan pria tua berbadan kekar itu. Pak Beni juga mendekatkan wajahnya. Tangan kanannya pun merangkul punggung Nayla lalu mendorongnya agar dirinya bisa semakin mudah untuk mencumbui akhwat cantik yang juga merupakan idolanya itu.
“Mmpppphhhhh”
Bibir mereka bersentuhan. Bibir mereka bertubrukan. Bibir mereka saling dorong-dorongan. Mata mereka sama-sama memejam agar diri mereka sama-sama bisa menikmati percumbuan panas yang jarang-jarang mereka lakukan belakangan ini.
Bibir pak Beni mengincar bibir bawah Nayla. Bibir mereka sama-sama membuka. Bibir pak Beni mencaplok bibir bawah Nayla lalu lidahnya keluar untuk menjilati bibir bawah itu. Nayla membalasnya, sebagai lonte berpengalaman, bibirnya menjepit bibir atas pak Beni lalu menghisapnya kuat-kuat. Jemarinya juga tak lupa terus mengocok penis hitam itu secara naik turun. Ia juga mengeluarkan suara lenguhan yang merangsang birahi pak Beni. Seketika lidahnya itu menggeliat masuk ke dalam mulut pak Beni. Lidah pak Beni dengan ramah menyambut lidah Nayla. Lidah mereka bergumul. Lidah mereka saling jilat-jilatan. Lidah mereka saling bergesek-gesekan untuk memuaskan birahi masing-masing.
“Mmpphhh… Mmpphhh sllrrppp… Mmppphhhhh aaaahhhh”
Nayla melepas cumbuannya. Dirinya tersenyum menatap wajah tua pak Beni yang terpuaskan oleh cumbuannya. Cadarnya yang masih tersingkap kembali turun untuk menutup mulutnya. Wajahnya kemudian menoleh menatap penis hitam itu.
Nampak kulit penisnya naik turun namun ujung gundulnya dengan tegak bertahan ditengah kocokan tangannya yang semakin kencang. Seolah tersihir pada keperkasaannya, mulutnya pun jadi gatal ingin mencicipi penisnya.
“Eehhh mbaakkk… Mau kemana ?” Tanya pak Beni saat wajah Nayla berpaling darinya.
“Aku mau nyepong kontol bapak… Aku mau nyicipi kontol bapak lagi, paaakkk…. Mmpphhh” desah Nayla dengan binal.
Dengan tergesa-gesa, ia kembali menyingkap cadarnya. Aroma kebapak-bapakan langsung tercium oleh hidung mancungnya. Belum lagi aroma khas dari penis yang menjadi rangsangan birahinya. Nayla jadi semakin bernafsu. Kocokannya lama-lama melambat. Jemarinya dengan kuat menarik kulit penis pak Beni kebawah.
“Mmmppphhhhh” desah Nayla saat mencaplok ujung gundul yang menjadi titik tersensitif dari setiap laki-laki.
“Aaaahhhhhhh mbaaakkkk” jerit pak Beni merasakan nikmatnya sentuhan mulut Nayla yang mengulum penisnya.
“Sslllrrppp mmmmppphhh” dengan binal Nayla langsung menghisapnya kuat-kuat. Bibirnya itu menyedot-nyedot ujung gundul yang berwarna hitam pekat itu. Lidahnya kemudian datang untuk menggelitiki lubang kencingnya. Pak Beni sampai kejang-kejang. Ia begitu kewalahan saat meladeni kebinalan akhwat bercadar itu.
“Aaaahhh mbaakk… Aaahhhh… Pelaannn… Jangan disedot kuat-kuaat !” jerit pak Beni yang berulang kali harus mengatur nafasnya agar sperma kentalnya tidak buru-buru keluar.
Namun Nayla mengabaikan. Dirinya yang sudah begitu bernafsu justru malah memperkuat hisapannya dikala tangannya mulai kembali mengocok-ngocok batang penisnya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh.. Aaahh mbaakkk… Ouhhhh” desah pak Beni sambil memejam kuat menahan cobaan yang sedang ia hadapi saat ini.
Nayla masih terus menunduk untuk menghisap penis hitam itu sekuat-kuatnya. Bokongnya yang agak terangkat dari sofa tua itu menarik perhatian pak Beni. Pak Beni pun menampar-namparnya. Ia juga meremas bongkahan pantat itu yang membuat Nayla justru semakin bersemangat dalam menikmati penis hitamnya.
“Mmpphhh slrrppp… Mmmpphhh… Mmpphhhh” desah Nayla dengan penuh nafsu.
Nayla melepas kulumannya. Nampak ujung gundul penis itu sudah sangat basah tertutupi air liurnya. Sambil terus mengocoknya, lidahnya keluar lalu ditempelkan pada ujung gundulnya. Lagi-lagi, hal itu membuat pak Beni meradang. Tubuhnya kembali bergidik. Ia benar-benar dipuaskan oleh layanan servis Nayla meski itu baru melewati mulutnya.
“Aaahhh mbaakkk… Aaahhhh… Aaahhhhhh” desah pak Beni kewalahan.
Beruntung, Nayla yang sudah puas menghentikan kocokannya juga kulumannya. Ia tiba-tiba berdiri menatap pak Beni. Pak Beni yang kewalahan hanya duduk lemas sambil bersandar pada sofa tuanya.
Sambil tersenyum, Nayla kemudian menurunkan resleting celananya. Ia segera memelorotkan celananya hingga dirinya saat ini sudah bottomless menyisakan celana dalam beserta kaus kakinya saja.
“Mbaaakkk… Mbaaakkk… Hah… Hah…” Kata pak Beni yang sebenarnya ingin beristirahat dahulu karena tak kuat menahan sedotan mulut Nayla yang menyerupai vacuum cleaner itu.
“Ada apa pak ? Hihihih” tawa Nayla yang mulai mendekat. Penis hitam itu kembali didekap. Tiba-tiba ia meludahi penis pak Beni lalu jemarinya mengolesi keseluruhan penis itu dengan liurnya. Ia kembali meludahinya yang kali ini diarahkan pada ujung gundulnya saja.
“Kita mulai ngentotnya sekarang yah ? Hihihih” tawa Nayla sambil melonggarkan lubang kaki di celana dalamnya sehingga vaginanya yang sempit itu mulai terlihat.
Mata pak Beni membuka. Saat tubuh ramping itu turun ke arah pangkuannya. Terasa lubang sempit itu mulai terbelah saat penis hitamnya dengan paksa langsung masuk menembus titik terdalam dari rahim akhwat bersuami itu.
“Aaaaaaaahhhhhhhhhhh” Jerit keduanya secara bersamaan.
Nayla langsung ambruk ke pelukan pria tua kekar itu. Pak Beni hanya mengangkat wajahnya menatap langit-langit ruangan. Jepitan kuat yang mencekik penisnya benar-benar menguji birahinya. Ia dengan sekuat tenaga menahannya. Andai ia tak sabaran, pasti spermanya sudah langsung keluar meski itu baru tusukan pertamanya.
“Hah… Hah… Hah… Kontol bapaak keras banget sihh… Hihihihi… Gede lagi” Puji Nayla yang membuat pak Beni tersipu.
“Hah… Hah… Hah… Memek mbak juga rapet banget… Hampir aja saya langsung keluar kalau enggak saya tahan” jawab pak Beni yang membuat Nayla tertawa.
“Tahan yang lama yah pak, tolong puasi aku… Aku udah gak sabar pengen orgasme lagi gara-gara kontol bapak ini… Hihihih” tawa Nayla yang mulai mengangkat tubuhnya untuk menggoyang penis hitam itu.
“Uuuhhhh mbakkkk” desah pak Beni merasakan gesekan yang membuat penisnya berdenyut tiap detiknya.
“Mmpphhh gimana pak ? Mmpphhh gimana goyangan aku ?” tanya Nayla yang masih menaik turunkan tubuhnya secara perlahan.
“Aaaahh yaahhh… Iyyah seperti itu mbaak… Ouhhh ayoo lagi… Aaahh yaahhh… Mmpphhh” desah pak Beni puas sambil tangannya mulai memegangi pinggang ramping Nayla.
“Hihihi enak yah pak ? Sama nih… Mmpphhhh… Rasa kontol bapak nikmat banget deh… Ouuhhhhh” desah Nayla sambil menatap mata pak Beni.
“Enak banget mbaakk… Memek mbak Nayla emang gak ada duanya… Ayo goyang teruss… Ouuhhh nikmat banget memekmu mbaakk” desah pak Beni yang nafasnya sudah terengah-engah.
“Iyyahh paakk… Mmmpphh ini aku goyang kok… Aaahhhh gede banget kontol bapaakkk… Aaahhhh kuatnyaaa… Aaahhhh keras banget sih kontol bapak… Aaahhh yaahhh” desah Nayla sambil menggigit bibirnya dari balik cadarnya.
Terlihat wajah sangek Nayla yang membuat pak Beni bergairah. Gerakan susunya yang meski, masih tersembunyi di balik kemejanya membuat pak Beni semakin sumringah. Goyangan pinggulnya yang sungguh nikmat membuat pak Beni jadi terus mendesah.
“Aahhh iyahhh teruss… Terusss… Ouhhh yah seperti ini… Terus percepat mbaakk… Goyang yang cepaattt”
“Iyaahhhh… Iyaahhhh… Aaaahhhhhh” desah Nayla yang jadi gemas saat merasakan dinding vaginanya digesek-gesek oleh penis tua itu.
Rasa gerah yang menyerang tubuhnya membuat Nayla jadi membuka satu demi satu kancing kemejanya. Ia melakukannya sambil terus menggoyang penis tetangganya. Saat kancing kemejanya sudah terbuka seluruhnya, ia lekas menurunkan behanya hingga susu bulatnya itu terlihat di depan mata pria tua kekar itu.
“Aaaahhhh yaahhh… Aahhh beruntungnya saya bisa menodai tubuh seindah ini… Aaahhh teruss… Ayoo terus goyang mbaaakkk” desah Pak Beni sambil menonton susu bulat Nayla yang meloncat-loncat.
“Aaahhh iyaahh… Mmpphhhh… Mmpphh yaahh… Aku juga beruntung bisa menunggangi tubuh sekekar ini” desah Nayla sambil memperhatikan tubuh kekar pak Beni secara seksama.
Sambil terus bergoyang, matanya menatap lengan kekar pak Beni yang begitu berotot. Tangannya pun meraba-raba dada bidang pak Beni yang masih tertutupi kaus singletnya. Dada Pak Beni begitu keras. Nayla jadi semakin gemas sehingga memaksa pak Beni untuk melepaskan kaus singletnya.
Sebagaimana wanita pada umumnya, Nayla jadi semakin bernafsu pada pria yang memiliki otot sebesar ini. Apalagi dirinya selama ini cuma memuasi pria-pria tua yang berbadan gempal-gempal. Tidak ada indah-indahnya sama sekali. Melihat pak Beni yang sudah bertelanjang bulat menyisakan celana pendeknya yang itupun sudah melorot sampai lutut membuat Nayla semakin bernafsu.
“Aaahhhh… Aaahhh… Aku suka banget badan bapak… Aku… Akuuu… Aku jadi mauuuu…. Mmppphhhh” desah Nayla yang tiba-tiba kembali mendekatkan wajahnya untuk mencumbu bibir pria tua itu.
“Mmpppphh silahkan mbaakkk… Mmpphhh saya juga suka banget kok sama badan mbak yang seksi ini” balas pak Beni.
Ditengah goyangannya yang terus berlanjut. Bibir Nayla dengan binalnya menjepit bibir pak Beni sambil menyeruput. Nayla menghisap bibir pak Beni lagi. Lidahnya di dalam juga menjilati bibir pak Beni lagi. Ia menikmati cumbuannya sambil terus menggoyang penisnya. Kenikmatan yang begitu terasa membuat pak Beni membalas cumbuannya.
“Mmpphh nakal banget yah kamu mbak… Gak ada angin gak ada hujan tau-tau dateng kesini minta digenjot… Mmpphhh untung saya di rumah, kalau saya gak ada, mbak bakal muasin nafsu kemana ?” tanya pak Beni ditengah cumbuannya.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Kita kan bisa video call lagi… Nanti kita ngentot online lagi kayak dulu paakk… Mmppphhh” desah Nayla yang mempercepat goyangannya.
“Dasar… Nafsu banget sih mbak ke saya… Sampai bela-belain video call segala… Mmpphhh” desah pak Beni penasaran.
“Mmmppphh habis bapak hot banget sih… Aku jadi gemes pengen menikmati kontol bapak lagi… Salah sendiri bapak punya tubuh seindah ini… Aku kan jadi geregetan pengen disodok oleh kontol bapak lagiii… Mmpphhhh” desah Nayla mengeluarkan kata-kata kotornya.
“Mmpphhh… Mmpphh maafkan saya kalau gitu mbaakk… Hahaha… Tubuh saya ini memang diciptakan untuk mbak… Tubuh saya ini diciptakan untuk menjadi pemuas nafsu mbakk… Ayo goyang yang cepat… Jangan banyak omong lagi… Saya mau fokus menikmati tubuh indahmu ini lagi !” Kata pak Beni bernafsu. Cumbuannya jadi semakin kuat. Cumbuannya jadi semakin ganas.
“Iyyahh paakk… Baik… Aku akan fokus ke goyangan aku, biar bapak bisa puas menikmati goyangan pinggulku… Aahhh yahh… Aaahhh nikmat banget sih kontol bapaakk… Mmpphhh” desah Nayla setelah melepas cumbuannya lalu kembali mendekatkan wajahnya tuk mencumbu bibir manis itu.
Dikala bibir mereka yang kembali saling menghisap. Lidah mereka di dalam juga kembali berperang dengan menjilati satu sama lain. Lidah mereka seperti sedang pedang-pedangan. Kadang lidah mereka juga seperti sedang bermain tindih-tindihan. Terkadang lidah Nayla yang menindihi lidah pak Beni. Kadang lidah pak Beni yang menindihi lidah Nayla. Tak jarang pak Beni membawa lidah Nayla ke dalam mulutnya. Tak jarang juga sebaliknya. Pak Beni pun menghisapnya. Ia menyeruputnya hingga liur mereka jatuh menetes mengenai puting indah Nayla yang sudah keluar dari persembunyiannya.
“Mmpphhh… Mmphhh… Aaahhh… Aaaahhh” desah mereka setelah berhenti bercumbu lalu saling tatap menatap dengan penuh nafsu.
“Aaahhh… Aahhh.. Indah sekali wajahmu ini mbaakk… Rasanya sudah seperti di surga, ada bidadari yang sedang melayani saya” Kata pak Beni yang membuat Nayla tersipu.
“Hihihih makasih pak… Rasanya kayak lagi melayani suami aku disurga… Duh mana tubuhnya bagus banget lagi… Jadi gemes deh…. Hihihi… Aku percepat yah… Aku rasa aku udah mau keluar… Mmpphhh” desah Nayla disela-sela goyangannya.
“Hahahha udah mau keluar aja… Pasti mbak nafsu banget yah, sama saya ?” Tanya pak Beni tersenyum.
“Bangettt bangett pake bangeett… Aku nafsu banget pokoknya” kata Nayla yang memuaskan pak Beni.
Nayla mulai bergerak cepat dalam menggoyang penis tukang sapu jalanan itu. Tubuhnya diangkat lalu diturunkan. Vaginanya diangkat lalu kembali diturunkan. Terasa gesekannya membuat mata Nayla memejam. Penis pak Beni yang begitu keras memberikan sensasi tersendiri baginya. Nayla sampai mendesah hingga deru nafasnya mengenai wajah pejantan tua yang memiliki wajah jelek itu. Pak Beni hanya bisa merem melek. Ia begitu dimanjakan oleh goyangan serta raut wajah betinanya yang begitu terangsang.
“Aaahhhh teruss… Teruss yang kenceng mbaakk… Aaahh yahh… Mantap sekalii… Aaahhh” Desah pak Beni menikmati goyangan Nayla.
“Aaahhh iyaahh pakkk… Iyaaahhh… Aaahhhhh” desah Nayla menuruti.
Lagi. Nayla mengangkat tubuhnya lalu dibenamkannya. Ia melakukannya sambil memejam karena ingin fokus menikmati goyangannya tuk merasakan gesekan dari penis pria tua yang merupakan tukang sapu jalanan itu.
Berbagai penis sudah ia cicipi. Pembantunya sendiri, penjaga vila bahkan gelandangan tua. Kali ini, seorang tukang sapu jalanan yang memiliki tubuh kekar sedang ia nikmati seorang diri. Nikmat mana yang kamu dustakan lagi ? Nayla benar-benar menikmati. Ia puas pada pilihannya yang lebih memilih menjadi pelacur gratisan ketimbang menjadi istri sholehah yang melayani suami tampannya.
“Aaahhhh… Aaahhhhh… Rasanya enakk bangett paakkk… Kontol bapak udah kayak batu aja… Keras banget…. Uhhhh sampai dalem banget lagiiii” desah Nayla terus memejam menikmati tusukan tukang sapu itu.
Ia banyak mendesah juga mengerang penuh kenikmatan. Gesekannya membuat lendir di dalam vaginanya semakin banyak. Hal itu lah yang membuat Nayla semakin nikmat. Ia kembali mempercepatnya. Dadanya sampai bergoyang naik turun memanjakan mata pejantannya.
“Aauuhhmmm” desah pak Beni tidak kuat lagi. “Aaaaahhhhhh” desah Nayla terkejut hingga matanya membuka dan mendapati pak Beni tengah menyusu saat dirinya menggoyang tubuhnya.
“Mmpphhh… Mmpphhh… Manisnya susumu… Mmpphh sslllrrppp… Saya gak tahan lagi sewaktu susu ini goyang-goyang terus dihadapan saya” desah pak Beni sambil menyusu. Ia menggigit puting itu dengan keras. Terkadang lidahnya hanya menjilat-jilatinya saja. Terkadang ia juga menghisapnya yang semakin merangsang birahi Nayla yang sudah hampir mendekati puncak.
“Aahhh paakkk gelii… Aaahhh… Aaahhhh” desah Nayla merinding.
“Mmpphhh nikmatnyaaaa…. Mmpphh… Mmmpphhh” desah pak Beni saat kedua tangannya meremas susu bulat itu lalu bibirnya menghisap puting susu Nayla dengan sangat kuat.
“Aaaahhhh… Aaaahhhhhhh” desah Nayla semakin keras.
Pak Beni dengan beringas terus meremas dan menyeruput pentil susu Nayla hingga puas. Bibirnya mengatup rapat. Lidahnya menggeliat tuk menjilat. Nampak susu Nayla semakin basah. Nampak susunya semakin mengencang saja.
“Aaaahhh… Aaaahhhhh… Aaaahhhh” desah Nayla semakin keras saat nafsunya hampir mencapai puncak.
“Mmpphh aaahhh… Mmpphh yaahhh… Ayo goyang terus mbak… Yang keras… Yang cepat !!!” Desah pak Beni menyemangati.
“Aaahhh iyyaahhh… Iyyaahhh” desah Nayla yang sudah tidak kuat lagi.
Nayla mempererat pegangannya pada bahu pak Beni. Ia lalu mengangkat tubuhnya setinggi-tingginya lalu membenamkannya sedalam-dalamnya. Tusukan penis pak Beni jadi semakin terasa. Sensasi liarnya membuat pikirannya semakin bernafsu untuk mendapatkan kenikmatan dari pemuas nafsunya itu.
“Aaahhhh… Aaaaahhhh”
Nayla menggoyang tubuhnya maju mundur. Gerakannya semakin cepat hingga membuat penis itu semakin menggesek-gesek vaginanya. Ia beralih dengan gerakan memutar. Gerakannya yang cepat nyaris membuat penis pak Beni patah. Untungnya penis itu seperti terbuat dari besi. Strukturnya keras sekali. Itulah yang membuat Nayla semakin berapi-api. Kemejanya yang masih menyangkut di bahunya, dijatuhkan melewati lengan rampingnya. Pak Beni pun membantu melepaskan kemeja itu, ia juga menurunkan behanya hingga membuat Nayla bertelanjang bulat menyisakan celana dalam beserta hijab dan cadarnya saja.
“Aaaahhh… Aaaahhhh… Aaaaahhhhh… Terus paakk jilat yang kencaangg… Aahh iyahh seperti itu aahhh !”
“Mmmpphh ssllrrp… Mmpphh sllrrpp nikmatnyaa… Nikmat banget mbak”
“Aaahhh yahhh… Aaahhh teruss… Aaahhhhh” desah Nayla saat merasakan tanda-tanda orgasme kian mendekat.
“Aaahhh… Aayooo… Lebih cepat… Uhhhhhh” desah pak Beni yang blingsatan merasakan goyangan liar Nayla. Namun ia terus menahannya. Meski ia tahu dirinya bakal kesusahan untuk melakukannya.
Gairah Nayla memuncak. Nafsunya membara. Tubuhnya semakin panas. Ia pun melampiaskan semuanya dengan menggoyang penis pak Beni lebih cepat lagi. Goyangannya jadi terasa nikmat. Ia pun tak kuat untuk menahan semua goyangan ini lagi.
“Aaahhh akuu udah gak kuat… Aku mauu kelluaarrr, pak… Akuuu maauu kelluaarrr”
“Aaahhh keluarin ajaa… Keluarin semuanyaaa mbaaakk !”
“Aaahhh iyaahhh… Iyaaahhhh”
Goyangannya Nayla semakin liar. Gerakannya membuat pak Beni sampai harus memegangi pinggangnya lagi. Susu Nayla kembali terbebas. Susunya kembali bergondal-gandul dengan bebas. Namun Nayla yang hampir keluar malah memegangi susunya sendiri. Ia meremasnya sendiri. Ia menunjukkan kebinalanannya pada pria tua yang sudah lama tak ia sapa.
Dengan satu dorongan yang kuat, Nayla pun menghempaskan tubuhnya sedalam-dalamnya ke penis pak Beni dikala dirinya tiba di puncak kenikmatannya.
“Oouuhhhh paaakkkk…. Akuu kelluuaaarrrr !!!” Jerit Nayla sekeras-kerasnya.
“Ouuhhhh mbaaakkkk” desah pak Beni yang langsung memeluknya dikala penisnya terasa basah seperti disemprot oleh air keran saja.
Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt !!!
Cairan cinta Nayla menyembur membasahi penis kekar pak Beni. Penis sepanjang 20 cm yang masuk seluruhnya ke rahim Nayla itu basah terkena semprotan lahar hangatnya. Penisnya yang berdiameter lima sentimeter itu sempat menahan cairan cintanya agar tidak keluar dari dalam rahim pemuasnya. Namun ada beberapa cairan yang keluar melalui sela-sela penis itu.
“Hah… Hah… Hah…” Nayla lemas tak berdaya. Hanya hembusan nafas yang keluar dari mulutnya. Ia terengah-engah. Ia tak menyangka, menggoyang penis pak Beni bisa membuatnya selelah ini.
Tubuh polosnya pun ambruk ke arah pelukan pejantan tuanya. Pak Beni dengan senang hati menangkapnya. Ia memeluk tubuh Nayla erat-erat sambil memberinya kecupan di pipi kirinya.
“Muach… Mbak Nayla capek yah? Hahaha… Tapi saya belum keluar loh… Jadi, giliran saya yah sekarang ?” Tanya pak Beni yang membuat Nayla membuka matanya lebar-lebar.
“Eh sekarang ? Istirahat dulu dong pak” pinta Nayla penuh harap.
“Hahaha, enak aja… Saya udah gak sabar tau… Ayo berdiri mbak” kata pak Beni sambil memberdirikan tubuh polos Nayla.
“Hah… Hah… Tapi pak, aku masih capek” kata Nayla yang harus dipegangi tubuhnya agar tidak terjatuh karena kakinya masih lemas.
“Tenang mbak, tadi saya juga udah mau keluar kok… Yuk lanjut, tapi sebelumnya… Saya lepas hijab sama cadar mbak yah” kata pak Beni meminta izin dengan sopan.
Nayla yang kelelahan hanya mengangguk saat menjawabnya. Karena pak Beni kesulitan membuka hijabnya, akhirnya ia membantu pak Beni dalam menelanjangi dirinya. Tak lama kemudian, akhwat cantik yang sudah kecanduan ngentot itu sudah menanggalkan hijab dan cadarnya. Tubuh seksinya kini jadi semakin terlihat. Meski tanpa memegangnya, orang-orang yang melihatnya pasti tahu, kalau Nayla memiliki kulit yang indah disertai perawatan rutin yang mahal.
Pak Beni diam melongo, ia pun menyandarkan tubuh Nayla ke dinding. Pak Beni mundur dua langkah agar dirinya dapat melihat lekukan tubuh Nayla secara maksimal.
“Indah sekaliii !” Puji pak Beni.
Pria tua itu sangat takjub. Jelas, tidak ada yang bisa mengalahkan Nayla soal keindahan tubuhnya. Putri sudah pasti kalah. Nayla. Ah, pak Beni sampai kesulitan untuk menuliskan kata-kata untuk melukiskan keindahannya.
Mukanya cantik, rambutnya hitam lurus, susunya bulat sempurna, lekukan pinggangnya yahud, kulitnya putih, mulus & halus… Ah, apa sih kekurangan dirimu mbak… Mbak ini beneran bidadari deh… Kalau mbak sampe hamil karena saya… Pasti anak kita bakal sempurna banget deh…
Batin pak Beni mupeng.
Ehh bentar-bentar… Tapi kok ada yang beda yah? Putingnya kok agak coklat? Perasaan dulu pink? Tapi siapa peduli selama saya bisa menggenjotnya lagi… Hahaha…
Batin pak Beni yang tidak ambil pusing.
“Hmm kenapa pak? Kok ngeliatin akunya gitu banget? Aku jelek yah?” Tanya Nayla malu-malu saat pak Beni menatapnya dengan penuh nafsu.
“Hahaha mbak ini gimana sih? Jelas-jelas saya nafsu… Ya kali mbak keliatan jelek” kata pak Beni sambil memeloroti celananya.
Mata Nayla sampai membuka saat pria tua itu juga sudah menelanjangi dirinya. Matanya pun teralihkan pada perut kotak-kotak pak Beni. Lalu matanya naik sedikit tuk menikmati otot kekar lengannya. Pandangannya kembali turun ke arah penis hitam nan panjang yang sudah mengacung tegak dibawahnya. Nayla yang sudah mendapatkan orgasmenya jadi kembali bermafsu. Ia jadi ingin disodok lagi oleh penis kekar itu.
“Siapp siaapp” kata pak Beni yang sudah mendekat. Wajah mereka bertatap-tatapan. Wajah mereka sudah berhadap-hadapan. Terlihat Nayla malu-malu. Namun pak Beni terlihat bernafsu. Nayla memalingkan wajahnya ke samping. Namun itu malah membuat pak Beni semakin gemas ingin menghajarnya.
“Ehh paakkk” kata Nayla saat kaki sebelah kirinya diangkat.
“Hehehe, cantiknya mbak Nayla kalau lagi telanjang gini” puji pak Beni sambil memainkan payudara sebelah kanan Nayla menggunakan tangan kirinya.
“Mmpphhh jangan digituin paakk… Akuu gelii… Mmpphh” desah Nayla saat putingnya dipermainkan oleh jemari nakal pak Beni.
“Hahahaha dasar, bikin saya makin gemes aja sih… Mmppphhh” desah pak Beni yang langsung menyosor bibir manisnya.
“Mmpphh paaakkk” belum selesai rasa kagetnya saat bibirnya tiba-tiba dicium. Tiba-tiba ia merasakan vaginanya kembali ditusuk oleh penis hitam itu.
Jleeebbbb !
“Mmmpphhh uuuhhhhh mantapnyaaaa” desah pak Beni puas.
Pinggulnya langsung bergerak maju mundur. Penisnya yang panjang berurat berulang kali keluar masuk menusuk-nusuk rahim kehangatan akhwat cantik itu. Tangannya semakin gemas meremas. Susu Nayla pun tercengkram dengan kuat. Tubuhnya merinding. Ia merasa tusukan pria tua itu begitu dalam hingga tiba di titik terdalam lubang kenikmatannya.
“Mmpphh paakk… Mmpphh… Mmmpphhh” jerit Nayla tertahan.
Susu satunya yang tak diremasi bergoyang naik turun. Matanya terpaksa memejam. Ia tak tahan pada tusukan yang memberikan rasa sakit dan juga nikmat sekaligus. Gesekan penisnya begitu terasa di dinding vaginanya. Gesekan penisnya begitu perkasa hingga membuat tubuhnya lemas tak berdaya.
Pak Beni melepas cumbuannya. Ia pun terus menggenjotnya sambil menatap wajah indah Nayla yang jarang-jarang ia perlihatkan pada seseorang.
“Aaaahhhh… Aaahhhh enakk sekallii… Ouhhh nikmat sekali memekmu ini mbaakk… Saya sampai lemes gini… Untungnya kontol saya masih semangat tuk memuasi rahimmu, hahaha” tawa pak Beni ditengah sodokannya.
“Aaahhh paakk… Aahhh… Aaahhh yaahh… Aahhh aku capek paakk… Tadi katanya mau keluar, kok ini lama banget sih?” Tanya Nayla heran.
“Hahaha sayang kalau dikeluarin sekarang… Saya masih ingin menggenjotmu lebih lama lagi…. Hennkgghhh” desah pak Beni menambah kekuatannya.
“Aaaaahhh yaahhh… Aaahhhh… Aaaahhhh… Paaakkk aaahhhh” jerit Nayla sekuat-kuatnya. Wajahnya yang sangek membuat pak Beni kian bernafsu.
Kedua insan yang memiliki tubuh terindah itu saling bergumul. Mereka yang sudah sama-sama telanjang itu terus bertarung tuk memuaskan birahi yang susah lama mereka tahan selama ini.
Hampir berbulan-bulan sejak mereka pertama kali bercinta. Sekarang, di detik ini, persetubuhan kedua mereka akhirnya berhasil terwujud. Pak Beni pun enggan menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia berjanji dirinya bakal mengeluarkan spermanya disaat dirinya benar-benar puas setelah “memakai” jasa bidadari bercadar ini.
“Aaahhh… Aaahh… Aahhhh… Uuhhhhh ayo ganti posisi” kata pak Beni setelah menusukkan penisnya sedalam-dalamnya.
“Aaaahhh paakkk daleemm bangettt” jerit Nayla kewalahan.
“Ayo nungging mbak… Saya beneran udah hampir keluar nih” pinta pak Beni terburu-buru.
Nayla pun diminta menungging membelakangi pejantan tuanya. Sambil bertumpu pada dinding. Nayla pasrah membiarkan rahimnya kembali diobok-obok oleh tukang sapu yang beruntung itu.
“Ayoo aku udah siap pak… Aku udah aaaahhhhh” jerit Nayla saat vaginanya kembali ditusuk disaat dirinya belum menyelesaikan kalimatnya.
Saat kelamin mereka bersatu. Pak Beni tidak langsung bergoyang. Ia malah memejam tuk menikmati momen dimana penisnya berada di dalam rahim seorang akhwat yang sudah ternoda. Pak Beni tersenyum puas. Kedua tangannya pun berpindah pada bongkahan pantat Nayla sebelum pinggulnya bergerak dengan kecepatan penuh.
“Aaahhh… Aaahhh… Rasakaann ini mbaakkk… Rasakan kontol saya inii… Aaahhh” desah pak Beni sampai menggertakkan giginya.
“Aaahhh paakk pelaann… Pelaaannn…” Desah Nayla kewalahan.
“Aahhh mana bisaa… Mana bisa saya melakukannya mbaakk… Aahhh ini enak sekalii… Ini enak banget mbakk… Saya percepat yah ?”
Percepat? Jadi ini tuh belum yang paling cepat?
Batin Nayla tak menduga.
“Aaahhh paakk… Aaahhh… Aahhhh…. Aaaaaaaaahhhhhhhh” Nayla sudah seperti serigala jadi-jadian. Lolongannya begitu panjang. Semua gara-gara tusukan penis pak Beni yang begitu kejam.
Plokkk… Plokk… Plokkk…
Pinggul mereka terus bertemu. Pinggul mereka terus bertubrukan. Susu Nayla jadi semakin indah dalam bergoyang. Kedua insan itu jadi semakin terangsang dalam menikmati persetubuhan mereka yang sama-sama sedang telanjang.
“Aaahh nikmatnyaaa… Aaahh nikmatnya memek sempitmu ini mbaaakkk” desah pak Beni sambil memberikan tamparan keras pada bokong Nayla.
“Aaahh paakkk… Aahhh sakit… Jangan ditampar paakk… Aaaaahhhh” jerit Nayla tak kuat.
“Aaaahhhh nikmatnyaaa… Aaahhh nikmat sekali memekmu ini mbaaak… Aaahhh yaahh… Aaahhhh” desah pak Beni sambil terus menampar bokong Nayla tanpa memperdulikan permintaannya.
Plaaaakkkk… Plaaaakkk… Plaaaakkkkk !
“Aaaaahh yaahhh… Aaahhhh sakitt paakk… Aahhh jangan ditampar lagi… Ouuhhhhh dalem banget kontol bapaaakkk” Jerit Nayla yang semakin kewalahan dalam menahan nafsu tetangganya.
Pak Beni semakin mempercepat laju penisnya dalam membombardir lubang kenikmatan Nayla. Kecepatannya yang semakin cepat membuat jeritan yang keluar dari mulut Nayla semakin kuat. Apalagi tangannya juga sambil meraba-raba permukaan bokong Nayla. Bokong Nayla di elus. Bokongnya terasa begitu halus. Sesekali ia menamparnya lagi hingga desahan suara Nayla semakin terdengar keras.
Plaaakkk… Plaaakkk !
“Aaahhh paaakkk… Aaahhh yaahhh… Aaaaahhhh sakitt aaahhh” desah Nayla yang suaranya mulai menggema di seluruh rumah pak Beni.
Nafsu pak Beni yang mengganas membuat tangannya tak lagi mengincar bokong Nayla. Tangannya itu mulai beranjak naik mengelusi setiap kulit mulus pemuasnya. Tangannya terus memanjat tuk mengusapi punggung halusnya. Nayla sampai merinding. Ia merasakan kenikmatan yang tiada tanding. Usapannya pun berpindah ke depan. Tepatnya, menuju susu bulat Nayla yang bergoyang kencang.
“Aaaahhhhhhh… Aaaahhhhh paaakkk…. Aaaaahhhhh teruss… Terusss aaaahhhh” desah Nayla yang mulai terangsang lagi. Usapan lembut di susu gantungnya membangkitkan nafsu birahinya. Apalagi saat susunya diremas kuat. Rasanya ia seperti dibawa terbang ke kayangan.
“Aaaahhh yaahhh… Aaahhh nikmat banget… Aaahhhh susumu udah gede, kenceng lagi… Jadi makin nafsu nih saya mbak… Hennkgghhh!!!” Desah pak Beni sambil meremas susunya sekaligus mendorong pinggulnya lebih maju lagi.
“Uuuuuhhh paaakkk” desah Nayla merasakan dalamnya sodokan pak Beni.
Tubuh Nayla terdorong maju. Tubuhnya yang awalnya menungging langsung dipaksa berdiri gara-gara dorongan pak Beni. Susunya sampai terhimpit pada dinding didepannya. Bahkan dirinya juga diantar menuju puncak kenikmatan kedua.
“Paaakkk… Aaahhh kelluaaarrrrr” jerit Nayla untuk kesekian kalinya.
Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt…
“Hahahaha kontol saya sampai anget gini mbak… Pasti puas banget yah bisa keluar dua kali hahaha” tawa pak Beni yang begitu puas karena berhasil menujukkan keperkasaannya dihadapan Nayla dengan memberinya dua kali orgasme.
“Hah… Hah… Aku capek pak… Aku capek… Uuuuhhh” desah Nayla saat merasakan penis pak Beni kembali bergerak maju mundur.
“Saya masih belum loh… Hahahha” tawa pak Beni yang tak didengarkan Nayla karena saking lemasnya.
“Keluarkan… Buruan keluarkan paakk… Aku capeekk… Aku gak sanggup bertahan lagi” kata Nayla yang sangat kelelahan.
“Hahaha baiklah mbak… Saya akan melakukannya dengan kecepatan penuh… Hennkgghhh” desah pak Beni yang menarik pinggul Nayla terlebih dahulu agar akhwat cantik itu bisa kembali menungging lalu ketika posisinya sudah tepat, ia pun menghajar rahim itu sekuat-kuatnya.
“Aaahhhh paakkk… Aahhhh… Aaaaaahhhh” desah Nayla tak berdaya.
Pak Beni tancap gas. Tanpa memperdulikan kondisi Nayla yang kelelahan. Ia mengajar tubuh Nayla sepuas-puasnya. Nafsu besarnya yang sudah lama tak ia lampiaskan pada Nayla, dilampiaskannya seluruhnya sekarang. Jemarinya mencengkram bokong mulusnya. Nafasnya pun mulai terengah-engah. Wajahnya pun menunduk menatap punggung mulus Nayla yang tidak tertutupi apa-apa. Pak Beni tak kuat lagi. Ia selangkah lagi tiba di puncak kenikmatannya.
“Aaahhhh saya mau keluaarrr… Saya mau keluuaarrr” desah pak Beni terengah-engah.
“Aaahhh keluarin paakkk… Keluarin… Aahhhh… Aahhhh… Aaahhhh” desah Nayla yang semakin keras.
“Iyaahhh… Iyaahh… Aaahhhh rasakaannn inii… Rasakan pejuh saya ini… Uuhhhhhhh” desah pak Beni sambil menancapkan penisnya sedalam-dalamnya.
“Uhhhh paaaaaakkkk” Nayla menjerit keras. Tubuh polosnya sampai terdorong maju ke depan.
Penis pak Beni pun terlepas dari lubang vagina tetangganya. Nayla ambruk dalam posisi berlutut menghadap ke dinding. Pak Beni yang tak ingin spermanya terbuang percuma, bergegeas memegangi kepala Nayla lalu memintanya menghadap ke arahnya.
“Hadap sini mbak… Buka mulutmu lebar-lebar !” Kata pak Beni sambil memegangi penisnya dengan tangan satunya.
“Aaaaaaa” Nayla menganga. Pak Beni pun mengarahkan ujung gundulnya ke mulut bidadari itu. Sperma menembak lurus ke depan mengenai lidah pemuasnya. Tak ingin ada satu tetespun spermanya yang jatuh, pak Beni memasukan keseluruhan penisnya ke dalam mulut Nayla.
“Mmppphhhh… Mmmpphhh… Mmmppphhhh” desah Nayla memejam. Mulutnya berulang kali menahan semprotan sperma pak Beni yang merajalela. Terasa lidahnya hangat. Terasa aroma spermanya yang begitu kuat. Tapi semua itu ditahannya. Nayla menahan semuanya hingga seluruh sperma pak Beni keluar di mulutnya.
“Aaaahhh leganyaaa… Uhhhhh” desah pak Beni saat penisnya masih berada di mulut bidadari pemuasnya. Ia lekas menarik penisnya keluar. Ia menatap wajah Nayla yang tengah menggembungkan mulutnya.
“Mmmpphhh… Mmpphhh” desah Nayla yang masih menahan itu semua di mulutnya.
“Coba buka mulutmu mbak… Saya mau lihat” pinta pak Beni penasaran.
“Aaaaaa mmpphh” Nayla menganga. Beberapa sperma ada yang menetes jatuh melalui sela-sela mulutnya. Pak Beni puas, ia pun meminta satu permintaan terakhir.
“Telan semuanya mbak, terus tunjukkan lagi ke saya” kata pak Beni sambil terkekeh-kekeh.
Gleegggg !!!
“Aaaaaaa”
Sperma itu sudah habis tak tersisa. Nayla sudah menelan semuanya. Pak Beni pun tertawa puas karena sudah melampiaskan seluruh fantasinya pada Nayla.
“Hah… Hah… Hah” Nayla pun kewalahan. Ia tak menyangka kalau dirinya bakal diberi dua orgasme seperti ini.
Aku capek banget… Nah, sekarang aku harus memberi undangannya ke pak Beni.
Kata Nayla dalam hati.
BEBERAPA MENIT KEMUDIAN
Nayla sudah mandi. Ia sudah kembali berpakaian seperti tadi. Wajahnya yang cantik sudah tertutupi cadarnya kembali. Tubuhnya yang seksi sudah ditutupi oleh kemeja longgarnya lagi.
“Pak… Ada yang mau aku omongin” tanya Nayla pada pria tua kekar yang cuma mengenakan celana kolornya saja.
“Ada apa mbak? Jangan bilang pengen ngentot lagi? Saya habis mandi soalnya… Males mandi wajib lagi, hahaha” tawa pak Beni.
“Bukan kok pak… Aku mau nunjukkin maksud kedatanganku yang sebenarnya” kata Nayla malu-malu.
“Yang sebenarnya?” Tanya pak Beni penasaran.
“Iya, hmmm… Sembilan hari lagi, bapak bisa ikut aku ke pesta gak?” Tanya Nayla tersipu.
“Pesta? Pesta apaan mbak?” Tanya pak Beni lagi.
“Pesta itu… Anu… Hihihi… Pesta sex pak” kata Nayla malu-malu yang mengejutkan pak Beni.
“Hah? Maksudnya?” Tanya pak Beni belum paham.
“Hihihi jangan kaget yah… Sembilan hari lagi, aku sama pak Urip bakal ngerencanain pesta… Rencananya bapak sama kesembilan orang lain termasuk pak Urip bakal memuasi aku pak… Hihihi” tawa Nayla malu-malu.
“Hah? Maksudnya? Mbak bakal dikeroyok sepuluh orang termasuk saya dan pak Urip gitu?” Tanya pak Beni tidak menyangka.
“Iya pak hihihi… Gimana? Bapak mau gak? Aku tunggu yah sembilan hari lagi di . . . .” Belum selesai Nayla berbicara. Tiba-tiba omongannya dipotong oleh pak Urip.
“Gak… Saya gak setuju” jawab pak Beni dengan tegas yang menghapus sikap malu-malu yang tadi Nayla tunjukkan.
“Maksudnya?” Tanya Nayla sambil menatap wajah pak Beni. Nayla tampak kecewa. Ia pun bermaksud memperjelas apa yang dibicarakan oleh pak Beni tadi.
“Saya gak setuju kalau mbak Nayla bakal dikeroyok oleh mereka bersepuluh… Saya gak tega… Saya gak setuju kalau mbak Nayla mengadakan pesta seperti itu” ujar pak Beni dengan kesal. Apalagi kalau dipesta nanti ada pak Urip. Pak Beni curiga, pasti pak Urip sudah mencuci otak Nayla sampai mau melakukan tindakan sebejat itu.
“Gak setuju? Aku itu ngajak bapak buat gabung pesta… Jawaban bapak seharusnya bisa atau gak bisa… Bukannya gak setuju !” Ujar Nayla dengan suara yang agak meninggi.
“Maaf mbak Nayla… Mbak sudah kelewatan… Tolong hentikan… Jangan sampai mbak melakukan tindakan sebejat itu… Saya gak bakal ngizinin mbak melakukan tindakan seperti itu !” Kata pak Beni yang membuat mata Nayla memicing.
“Gak ngizinin ? Siapa bapak kok berani ngatur-ngatur aku… Maaf yah pak, ada bapak apa enggak, pesta bakal tetep terwujud… Bapak gak berhak untuk ngatur-ngatur hidup aku… Kalau bapak gak mau yaudah… Jangan mencoba menghentikan niatanku !” Kata Nayla dengan kesal. Bahkan jemarinya sampai menunjuk-nunjuk untuk mengekspresikan perkataannya.
“Siapa saya ? Saya memang bukan siapa-siapanya mbak, tapi saya ini peduli ke mbak… Tolong jangan seperti itu mbak… Sudahi semuanya… Tolong, saya mohon, jangan lakukan tindakan bejat itu ! Itu perbuatan yang gak bener mbak !” Pinta pak Beni sambil memegangi kedua bahu Nayla.
“Lepasin ! Terus apa yang kita lakuin tadi emang bener ? Apa jangan-jangan, semua baru bener kalau aku kayak gitu cuma ke bapak ? Inget yah pak, aku bukan milik bapak… Lagipula, ah astaghfirullah… Aku baru inget… Emang apa yang bapak lakuin kemarin sama Putri itu bener ? Iya ? Jawab aku pak !” Tanya Nayla yang membuat mata pak Beni melebar.
Pak Beni pun terdiam tak bisa berbicara.
“Tega sekali bapak… Padahal Putri sama temen aku itu mau nikah loh… Pernikahannya bakal berlangsung sebentar lagi… Teganya bapak merusak hubungan mereka dengan menyetubuhi Putri ? Emangnya itu tindakan yang bener menurut bapak !” Tanya Nayla kesal. Matanya berkaca-kaca.
“Anu itu” jawab pak Beni terdiam.
“Inget, aku bukan milik bapak… Putri juga bukan milik bapak… Jadi kalau bapak gak setuju, jangan ikut campur urusan aku lagi… Jangan bilang ini juga ke siapa-siapa ! Kalau bapak berani ngelapor apalagi ke suami aku, jangan harap bapak bisa menemui aku lagi ! Titik !” Kata Nayla yang langsung pergi tanpa menatap wajah pria tua kekar itu lagi.
“Mbak Nayla tungguu… Mbak… Mbak Naylaaa” panggil Pak Beni yang tak digubris oleh bidadari cantiknya. Pintu depan pun dibanting oleh Nayla saat menutup pintunya. Suaranya terdengar keras. Pak Beni pun kecewa dengan apa yang barusan terjadi.
“Baru kemarin saya kehilangan Putri, Masa sekarang saya kehilangan Nayla juga sih ?… Kenapa hidup saya jadi seperti ini yah ? Sial !” Lirih pak Beni merenung.
Memikirkan hal itu membuat pak Beni jadi semakin membenci pak Urip. Saking kesalnya, ia jadi ingin menghajar wajahnya karena sudah membuat Nayla menjadi bejat seperti ini.
“10 orang ? Nayla bakal melayani 10 orang ? Bukannya itu sudah gila ? Apa yang membuatmu mau melakukan hal kayak gini mbak ?” Tanya pak Beni heran.
“Haruskah aku melaporkan hal ini ke pak Miftah ?” Lirih pak Beni kepikiran.
“Tapi aku gak mau kehilangan Nayla lagi !” Lirih pak Beni bimbang”
“Ah siaaaallll !” Teriak pak Beni menyesal.
“Harusnya tadi cukup aku tolak aja yah keinginannya, gak perlu sampai ngelarang-ngelarang”
“Tapi melayani 10 orang itu udah kelewatan loh… Ini gak boleh dibiarin… Tapi ya gimana ? Aahhh, apa ada jalan keluar untuk masalah ini” kata pak Beni sambil mengacak-acak rambutnya.
“Ngomong-ngomong, tadi kok pentilnya mbak Nayla berubah yah ? Kok gak pink lagi, malah agak coklat gitu, kenapa yah?” Tanya pak Beni sambil membuka ponselnya.
Ia berencana untuk menanyakan hal ini pada sesosok yang ia anggap cerdas. Yakni mbah google.
“Kenapa kok puting wanita bisa berubah warna ?” Kata pak Beni setelah membaca kata yang baru dituliskannya.
Enter !
Tiba-tiba wajah pak Beni berubah karena saking terkejutnya. Matanya bergetar. Ia tak menyangka setelah membaca satu paragraf akhir dari situs yang ia baca.
“Ini beneran ? Mbak Nayla . . . . ?”
Bersambung