Part #24 : Ustadz puas

Nayla senyum-senyum sendiri saat mengingat kejadian kemarin ketika dirinya dengan binal menggoda seorang ustadz sekaligus kiyai dari pondok pesantren. Niat awalnya yang ingin berkonsultasi justru berakhir dengan pertempuran ranjang gara-gara birahi yang tidak mampu mereka tahan lagi.

Apalagi saat mengingat sifat ustadznya kemarin. Mau tapi malu. Dengan kenikmatan yang ia berikan, ia mampu membuat ustadznya luluh sehingga menikmati goyangannya kemarin.

Bahkan setelah persetubuhan berakhir, ia dengan sopan ditawari sarapan oleh ustadz Burhan. Pak Amin yang merupakan penggemarnya langsung memasaknya dengan penuh cinta. Saat hidangan sudah siap. Nayla yang lapar pun memakan semuanya hingga habis tak tersisa. Ia bahkan diberi tahu kapan saja jadwal liburnya agar dirinya secara diam-diam bisa mengunjungi rumahnya lagi agar bisa menikmati penis saktinya lagi. Nayla hanya tertawa saat itu. Nayla pun tidak berjanji tapi akan mengusahakan untuk mengunjungi rumahnya suatu saat nanti.

“Dasar, semua cowok sama aja… Dikasih selangkangan malah ketagihan… Kalau seorang kiyai aja gitu apalagi yang kayak model pak Urip ? Hihihii” Lirihnya sambil menyiapkan sarapan untuk suaminya.

Pagi itu, suasana hatinya tengah baik gara-gara kepuasan yang ia dapat kemarin. Nayla dengan penuh hati memasak sarapan untuk suaminya yang tengah menonton acara televisi pagi. Ya, suaminya tidak masuk kerja karena hari ini merupakan hari libur nasional. Nayla sendiri terkejut saat mengetahuinya tadi, efek dirinya yang sudah lama tidak bersekolah, ia jadi tidak tahu kapan saja waktunya hari yang bertanggalan merah.

Tapi kalau kayak gini, bakal sulit nih buat nyetor diri ke pak Urip…

Batin Nayla yang sebenarnya ingin menyerahkan diri ke pak Urip.

Apa libur dulu kali yah ? Baru besoknya aku setorannya ke pak Urip ? Iya sih, kemarin aja udah puas banget, mana pak Amin ikut-ikutan juga lagi hihihi…

Batinnya saat teringat kembali kegilaannya kemarin.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Setelah ia menyantap sarapannya bersama suami. Ia sudah mandi bahkan sudah berganti baju dengan pakaian rapih di dalam rumahnya sendiri. Nayla yang sekarang sedang menyapu teras depan tiba-tiba dikejutkan oleh suara salam dari seorang akhwat yang menyapa dirinya.

“Assalamualaikum, Nay” sapa akhwat itu yang membuat Nayla menolehkan wajah cantiknya ke arahnya.

“Walaikumsalam, eh siapa yah ?” lirih Nayla yang sekilas tidak terlalu mengenalnya.

“Ini aku, Nay… Masa gak tau ? Coba inget suaraku… Coba liat suamiku…” Ucap akhwat itu sambil memperkenalkan suaminya yang ada di sebelahnya.

“Assalamualaikum” Sapa laki-laki tampan itu dengan nada suaranya yang berat.

“Walaikumsalam… Hmm aduh siapa yah ? Tapi kayak inget tapi kok lupa” Jawab Nayla yang jadi tidak enak gara-gara tidak mengingat suara serta suami yang ada di sebelahnya.

“Hihihih ini aku, Nay… Reni… Makasih yah waktu itu udah dateng ke pernikahanku” Jawab Reni yang membuat Nayla terkejut.

“Eh beneran ini kamu Ren ? Serius ? Pantes suaranya kayak kenal tapi gak nyangka banget sekarang kamu pake cadar juga ? Ihhh seneng deh ada temen yang berhijrah juga” Kata Nayla yang langsung menghampiri lalu memeluk sahabatnya itu.

“Hihihhi iyya nih semua gara-gara suami aku… Aku diminta pake cadar dan akhirnya kayak gini deh” Jawab Reni sambil membalas pelukan Nayla dengan erat.

“Sudah aku duga… Suami kamu kan sholeh, sempet kepikiran juga gimana kalau nanti Reni pake cadar, eh beneran dong… Bagus deh hihihi” Kata Nayla yang sangat senang melihat sahabatnya berhijrah seperti dirinya.

“Hihihih doain yah semoga bisa istiqomah” Kata Reni tersenyum.

“Hihihih pasti… Yuk masuk Ren… Yuk masuk mas” Kata Nayla mengajak kedua tamunya itu masuk.

“Iya” Jawab suami Reni dengan tegas sambil merangkul pinggang istrinya dengan erat.

Miftah yang kebetulan sudah berganti pakaian dengan kemeja santai terkejut saat melihat ada tamu yang wajahnya tidak terlalu ia kenal.

“Mas kenalin, ini temen aku Reni… Ini suaminya… Ini Reni yang rumahnya di puncak itu loh mas… Yang aku sampe hujan-hujanan buat ngehadiri pernikahannya” Kata Nayla memperkenalkan temannya.

“Oalah, silahkan duduk… Saya Miftah, suaminya Nayla” Kata Miftah menjabat tangan suami Reni.

“Saya Hafidz, suaminya Reni” Kata Hafidz membalas senyuman Miftah.

Sembari mereka duduk lalu mengobrol-ngobrol. Nayla dengan segera menuju ke dapur untuk menyiapkan minuman untuk kedua tamunya. Nayla yang saat itu mengenakan gamis berwarna merah muda memeras beberapa limun ke dalam sendok takar sebelum membagikannya ke beberapa gelas untuk kedua tamu juga suaminya. Akhwat cantik yang menutupi sisi kepalanya dengan hijab berwarna putih itu lalu menuangkan air dingin sebelum menaburkan beberapa sendok gula untuk memberikan rasa manis pada es limun buatannya. Tak lupa ia memberikan hiasan limun pada tepi gelas untuk memberikan nuansa aesthetic pada es buatannya. Ia lalu memberikan masing-masing gelas sedotan agar memudahkan sahabatnya untuk meminumnya meski dengan cadar yang dikenakannya. Sebagai seorang sahabat, ia ingin menyambut kedatangan Reni & suaminya sebaik mungkin dengan menghidangkan minuman yang merupakan favorit sahabatnya sejak lama.

“Oh jadi begitu yah hahahah” tawa Miftah saat mengobrol dengan tamunya. Kebetulan saat itu istrinya datang. Miftah pun menoleh saat mendengar suara lembut istrinya.

“Ini minumannya mas, ini buat Reni, ini buat mas Miftah” Kata Nayla dengan sopan saat membagikan es limun buatannya.

“Waaahhhh Es limun kesukaan aku… Makasih banget yah Nay” Kata Reni sambil tersenyum saat menerima minumannya itu.

“Loh, kalian udah janjian yah ? Kok baju kalian samaan ?” Tanya Hafidz saat melihat adanya kemiripan antara pakaian yang Nayla kenakan juga pakaian yang istrinya kenakan.

“Loh iya, kok mirip yah… Padahal kita gak janjian loh hihihih” Tawa Reni yang juga baru menyadarinya setelah melihat gamis yang sahabatnya kenakan.

“Hihihi namanya juga sahabat, pasti kita udah bertelepati nih biar bisa pake baju yang samaan” Jawab Nayla yang membuat suaminya tersenyum di sebelahnya.

Mereka pun mengobrol panjang lebar mengenai kenangan juga kegiatan yang Reni lakukan pasca menikah. Miftah pun membahas pekerjaan sekaligus memberikan beberapa tips agar bisa menjadi suami yang baik untuk Hafidz. Tak jarang senyum mereka berempat saling tukar. Tak jarang obrolan-obrolan yang mereka dengar tersimpan di hati karena pas dengan apa yang mereka butuhkan saat ini. Tak jarang mereka juga tertawa lepas setelah mendengar candaan yang dikeluarkan oleh salah satu dari mereka.

Tepat saat itu, seorang pembantu bertubuh tambun yang baru saja bangun memasuki rumah majikannya untuk memulai pekerjaannya.

“Loh kok rame” Kata pak Urip yang membuat keempat manusia berparas indah itu menoleh menatapnya.

“Eh pak Urip…” Kata Miftah yang menyadari kehadiran pembantu tuanya.

“Oh hehe lagi ada tamu yah pak… Yaudah saya kerja diluar aja dulu… Maaf ganggu”

Pak Urip yang menyadari adanya tamu jadi merasa tidak enak. Awalnya ia terkejut setelah melihat banyaknya orang di rumah majikannya. Ia mendadak pesimis. Kesempatan untuk menyicipi majikannya jadi semakin kecil.

Kenapa sekarang jadi susah yah buat ngentotin non Nayla ?

Batin pak Urip sambil diam-diam mengintip majikannya dari kejauhan.

Meski sempat pesimis, namun saat melihat kecantikan di wajah majikannya, ia yang sudah lama absen tidak menggagahi majikannya jadi bertekad agar bisa menikmati kehangatan tubuh majikannya di hari ini. Ia tidak mau tahu. Pokoknya, hari ini penisnya harus bisa menancap di dalam vagina majikannya lagi.

“Apalagi kalau akhwat di sebelahnya ikut gabung hehehe… Siapa yah dia, kok sekilas mirip non Nayla” Lirih pak Urip saat matanya kembali mengintip akhwat cantik yang duduk di sebelah lelaki tampan yang memiliki tubuh kekar itu.

“Siapa itu di sebelahnya ? Suaminya yah ? Hakhakhak… Akhwat kalau udah nikah jadi makin cantik deh… Moga aja kapan-kapan saya bisa nyicipin akhwat itu juga… Siapa yah dia ? Temennya non Nayla kah ?” Lirih pak Urip sambil terus mengamatinya diam-diam.

Sementara itu,

“Tadi siapa Nay ?” Tanya Reni.

“Oh itu pembantu rumah aku… Udah gak usah dipeduliin… Hihihi” Jawab Nayla sambil tersenyum lalu diam-diam melihat ke arah luar untuk mencari-cari pria tua itu.

Pak Urip baru dateng yah ? Hmmm ngeliat pak Urip dateng kok malah bikin aku nafsu aja sih… Aneh deh, padahal kemarin udah puas banget main sama pak Ustadz… Tapi pas ngeliat pak Urip dateng, rasanya kok jadi pengen lagi sih…

Batin Nayla yang bingung akan nafsu besarnya.

Hampir satu jam mereka mengobrol. Akhirnya, Reni dan suaminya izin pamit karena kebetulan ada urusan lain yang ingin mereka lakukan selama di ibu kota ini. Nayla tersenyum. Ia dan suaminya berdiri di teras rumah sambil mengantar kedua tamunya itu pulang.

“Hati-hati yah Ren di jalan… Jangan lupa baca doa dulu” Kata Nayla yang sudah rindu pada sahabatnya itu.

“Iyya Nay… Pasti hihihih” Jawab Reni sebelum masuk ke dalam mobil suaminya.

“Kami pergi dulu yah… Wassalamualaikum” Ucap Hafidz.

“Walaikumsalam” Nayla & Miftah pun menjawab salam. Nayla melambaikan tangan sedangkan Miftah hanya merangkul pinggang istrinya sambil tersenyum melihat kedua tamunya pergi meninggalkan rumahnya.

“Hakhakhak… Udah pada pergi yah ? Akhirnya saya bisa mulai beraksi buat menikmati non Nayla lagi” Lirih pak Urip yang diam-diam mengamati mereka dari kejauhan.

“Yah udah pergi” Kata Nayla menatap suaminya.

“Hahaha kapan-kapan kalau ada waktu bisa ketemu lagi kok” Senyum Miftah membalas tatapan istrinya.

“Iyya mas… Semoga bisa ketemu lagi yah… Aku udah kangen lagi nih” Kata Nayla yang membuat suaminya tertawa.

“Baru aja sebentar masa udah kangen lagi sih… Sama mas gitu juga gak nih ?” Tanya Miftah sambil merangkul pinggang ramping istrinya.

“Hihihi kalau itu pasti dong… Hihihihi” tawa Nayla sambil membalas perlakuan suaminya dengan memeluknya erat. Nayla dan suaminya pun kembali ke dalam rumah untuk melanjutkan aktifitas di hari liburnya.

Melihat majikannya masuk ke dalam rumah. Diam-diam pak Urip mengendap-ngendap menuju teras rumah majikannya. Langkah demi langkah ia lakukan. Wajahnya juga menoleh ke sekitar untuk melihat keadaan. Sesampainya di teras, ia melihat Miftah sedang menuju ke kamarnya. Hal ini membuat pak Urip tersenyum. Ia dengan buru-buru memasuki rumah apalagi saat melihat Nayla sedang menuju dapur sambil membawa gelas kosong yang tadi berisi es limun buatannya.

“Wah sampai bersih gini… Pada suka es buatanku nih hihihi” tawa Nayla sesampainya di wastafel.

Ia menaruh keempat gelas itu lalu hendak mencucinya menggunakan sunlight yang tersedia disamping wastafel.

Namun tiba-tiba, sesuatu yang tak disangka-sangka terjadi.

“Eeeehhhhh” Jerit Nayla saat merasakan adanya remasan yang ditujukan pada dada bulatnya dari arah belakang.

“Hakhakhak… Akhirnya ketangkep juga dirimu, non” Kata pak Urip yang membuat Nayla terkejut karena tidak menyadari keberadaannya.

“Bapaaakkk” Lirih Nayla sambil melihat ke belakang.

Tepat saat itu, Miftah sudah kembali ke ruang tamu untuk menonton acara televisi pagi. Dari posisi Nayla saat ini, Miftah tengah duduk anteng membelakangi mereka berdua. Ia dengan asyik menikmati acara televisi dengan suara keras tanpa tahu, kalau dibelakangnya, istrinya tengah dilecehi oleh pembantunya. Hal ini pun dimanfaatkan oleh pak Urip untuk segera menikmati boneka seksnya.

“Sudah berapa lama non menghindari saya ? Kenapa sih non ngehindar dari saya ? Jangan bilang non bosen yah main sama saya ?” Tanya pak Urip sambil meremas kuat payudara majikannya.

“Aaaahhhh… Bukaaannn… Bukan seperti itu pak… Bukan itu maksud aku… Mmmpphhhh” desah Nayla sampai memejam merasakan betapa kuatnya remasan pembantunya.

“Hakhakhak lalu apa ? Kenapa non tega ninggalin saya yang lagi sange ?” Tanya pak Urip lagi sambil terus meremasi susu majikannya.

“Ituuu… Ituuu karena aku ada urusan mendadak paak… Mmpphhh iyaahh… Aku harus buru-buru keluar… Soalnya kalau aku ngelayani bapak dulu… Aku pasti bakal ditahan sama bapak di rumah sampai bapak bisa puas” Kata Nayla yang membuat pak Urip tertawa.

“Hakhakhak tau aja kalau kebiasaan saya, non… Jadi bukan karena non ninggalin saya kan ? Non gak sejahat itu kan ke saya ?” Tanya pak Urip lagi kali ini sambil menekan-nekan puting susunya dari luar gamisnya.

“Aaaaahhhh… Aaahhh… Aaahhh… Enggak pak… Aku gak sejahat itu… Lagian aku juga kangen sodokan bapak kok… Mmpphhh” Jawab Nayla berbohong demi menenangkan rasa kesal dari pembantu tuanya itu.

“Hakhak maafin saya yang udah suudzon ke non… Saya kira non udah gak mau main lagi sama saya… Tapi sekarang tau kan maksud kedatangan saya kesini mau apa ? Sudah beberapa hari ini loh, kontol saya gak muntah… Kontol saya udah kangen pengen ngejebol memek non yang sempit ini” Kata pak Urip saat tangan kirinya turun tuk menekan vagina majikannya dari luar gamisnya.

“Aaaahhhh… Heem aku tau paaakk” Desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa.

“Kalau gitu… Saya pengen njebol memek non sekarang… Saya udah gak kuat lagi… Kontol saya pengen dijepit oleh memekmu lagi, non” Kata pak Urip yang langsung menaikkan rok gamis majikannya.

“Eehhh paaak… Eehhh disini ? Bapak mau main disini ?” jawab Nayla sambil menoleh ke belakang.

“Mau dimana lagi emangnya ? Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil menurunkan celana dalam majikannya. Ia juga memposisikan tubuh majikannya untuk menghadap ke arah suaminya berada.

“Tapii paakk… di depan ada suami aku… di depan ada mas Miftah pak… Gimana kalau nanti mas Miftah tau” Kata Nayla panik. Matanya pun melirik ke arah depan. Suaminya terus menonton berita televisi pagi dengan volume suara yang amat sangat keras. Untungnya, hal itu lah yang membuat percakapannya dengan pak Urip tadi tidak di dengar oleh suaminya.

“Hakhakhak… Tenang non, suami mbak lagi fokus nonton kok… Nah, mumpung suami mbak fokus nonton, mending kita fokus ngentot aja… Gimana ?” Tanya pak Urip yang sudah menurunkan celananya selutut dan bersiap untuk menusukkan batang penisnya ke dalam vagina majikannya.

“Tapi paaakk… Tapiii… Nanti kan… Akuuu… Mmmpphhhh” Desah Nayla sambil memejam saat pentungan pembantunya keburu nyelip di dalam vagina sempitnya.

Nayla yang saat itu masih berdiri sambil memegangi tepi meja di dapur, pasrah ketika pembantunya dengan penuh nafsu kembali memasukkan batang penisnya ke dalam vagina majikannya. Terasa penis yang begitu besar, panjang dan berurat itu masuk menuju titik terdalam vaginanya. Terasa gesekannya yang membuat Nayla merem melek merasakan kenikmatannya. Mulut Nayla pun membuka dari balik cadarnya. Matanya ia tahan agar terus membuka agar dapat melihat pergerakan suaminya agar tindakan bejatnya itu tidak diketahui oleh Miftah.

“Aaaahhhh akhirnyaa… Gimana non ? Enak kan ? Hakhakhak” tawa pak Urip yang langsung menggerakkan pinggulnya pelan.

“Mmpphhh… Mmpphhh… Enak paakk… Mmpphhh tapii buruan… Cepet keluarin pak… Jangan sampai ketahuan” Kata Nayla was-was.

“Tenang aja non… Saya pasti akan mengeluarkannya kok… Tapi kalau buru-buru mah enggak yah, karena saya juga ingin menikmati non lebih lama lagi” kata pak Urip yang membuat Nayla menoleh ke belakang merasa kurang setuju dengan keputusan pembantunya itu.

“Paakkk… Buruann ihhh… Jangan dilama-lamain… Bapak boleh make aku lagi nanti kok… Tapi kalau sekarang jangan lama-lama!” kata Nayla berdebar.

“Hakhakhak… Mau lama mau cepet itu terserah saya dong… kalau make non nanti jelas saya akan make non lagi… Jadi non liat ke depan aja yah… Liat pergerakan suamimu itu… Karena saya mau merem sambil menikmati jepitan memekmu ini” Jawab pak Urip yang seolah acuh apabila dirinya ketahuan nanti.

“Aaaahhhh… Mmpphhh… Mmpphhh… Tapii pakkk… Ayooo cepett keluariinn” desah Nayla yang perasaannya berbanding terbalik dengan pembantunya. Kalau pak Urip tak peduli apabila aksi mereka ketahuan, Nayla justru tidak mau apabila aksi mereka ketahuan. Ia semakin kesal saat melihat pembantunya itu beneran merem bahkan sambil mempercepat sodokannya. Ia akhirnya kembali menatap ke depan. Ia dengan was-was menatap suaminya sambil menahan suaranya agar tidak terdengar keras ditengah hantaman pinggul pembantunya yang semakin keras.

“Aaaaaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhh… Nikmat banget memekmu ini nonnn… Aaahhh akhirnya bisa ngentot dirimu lagi… Aaahh puasnyaa… Puasnyaaa” Desah pak Urip sambil memejam ditengah hujamannya yang semakin cepat.

“Mmpphhhh… Mmphhh… Ayoo pakkk keluariinn… Mmpphh… Aaahhhh” desah Nayla yang nyaris menjerit. Ia bahkan sampai harus mengangkat satu tangannya untuk menutupi mulutnya agar suaranya tidak keluar keras. Ia terus pasrah menahan sodokan pembantunya dengan satu tangannya yang terus bertumpu pada meja di depannya.

Nayla berulang kali tergerak maju mundur. Desahannya meski tertahan, rupanya masih cukup keras yang untungnya masih kalah dengan suara televisi yang suaminya tonton. Terlihat tangan pembantunya mulai menarik pinggul Nayla ke belakang. Tumpuan tangan Nayla pun terlepas dari meja didepannya. Saat mereka sama-sama berdiri dalam posisi Nayla membelakangi. Tangan pak Urip mulai menerkam susu bulat majikannya lagi. Nayla nyaris menjerit. Wajahnya sampai menoleh ke belakang karena rasa sakit. Ia tak menyangka pembantunya bakal meremas susunya dengan penuh tenaga seperti ini. Pak Urip terus menggenjotnya. Nayla yang masih mengenakan pakaian lengkap dengan rok gamis yang terangkat itu terus pasrah menerima sodokan pembantunya dari belakang.

“Aaaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaaahhhhh”

Wajah Nayla terangkat naik. Mulutnya ia buka selebar-lebarnya. Rasa persetubuhannya jadi semakin nikmat saat nafsunya kian bangkit menguasai tubuhnya. Vaginanya sudah semakin basah. Penis pembantunya juga semakin besar dan keras yang membuat birahinya semakin tak terkendali di dalam tubuhnya ini.

“Aaahhh paakk… Aahhh terusss…. Terusss aahhh… Aaahhhh” desah Nayla yang ikut memejam saat tusukan pembantunya semakin nikmat.

“Hakhakhak… Mulai enak kan non ? Itu yang saya rasain daritadi… Ayo nikmati kontol saya ini… Rasakan tusukannya… Rasakan tusukan kontol saya yang semakin dalem ini” Bisik pak Urip di telinga majikannya yang membuat nafsu Nayla semain membesar.

“Aaaahhhh… Aaahhhhh… Aaahhh iyahhh… Enak bangeett paaakk… Enak banget sodokan bapaaakk” desah Nayla sambil terus memejam merasakan nikmatnya bercinta dengan pembantu tuanya.

Tiba-tiba.

“Deeekkk… Deekkk… Remot tivinya dimana yah ?” Tanya Miftah tiba-tiba yang mengejutkan mereka berdua.

Pak Urip dengan sigap langsung mencabut penisnya lalu berjongkok di belakang Nayla. Nayla juga buru-buru menurunkan rok gamisnya lalu menarik nafasnya kuat-kuat untuk mengendalikan nafsunya agar terlihat biasa saja di depan suaminya.

Kebetulan saat itu Miftah menoleh ke belakang. Wajah mereka bertemu, Nayla lega karena aksinya di pagi hari ini tidak diketahui oleh suaminya.

“Ketindihan bantal kali mas…. Adek juga gak tau” Jawab Nayla berpura-pura sibuk.

“Ehh masa ? Oh iya ini… Hehe maafin mas yah” Kata Miftah yang membuat Nayla berpura-pura tersenyum.

“Huh dasar” celetuk Nayla. Namun saat matanya menoleh ke bawah untuk melihat keadaan pembantunya. Ia terkejut bukan main saat melihat pak Urip sudah menelanjangi tubuhnya lalu tiduran terlentang diatas lantai dapurnya.

“Pak! Kok telanjang bulat?!” lirih Nayla saat menoleh ke bawah.

Penis pak Urip yang sudah berdiri tegak itu dikocoknya hingga mata Nayla teralihkan padanya. Nayla sampai menenggak ludah. Ia benar-benar kagum pada penis yang sudah berulang kali memberinya kenikmatan birahi. Apalagi dengan tubuh telanjang pembantunya yang membuat fetishnya selama ini semakin bangkit. Nayla semakin bernafsu. Sesekali matanya melirik suaminya di depan lalu sesekali melirik pembantunya di bawah.

“Ayok sini non… Tunggangi saya… Kontol saya udah pengen dijepit lagi nih…. Hakhakhak” Bisik pak Urip yang membuat Nayla semakin tergoda untuk menikmati penis favoritnya lagi.

“Mmpphhh iyah pakk… Sebentar” Kata Nayla sambil melepas celana dalamnya yang sedari tadi menyangkut di lututnya. Ia lalu kembali mengangkat rok gamisnya hingga vaginanya terlihat. Saat menyadari kalau suaminya kembali fokus menonton acara televisi, perlahan-lahan Nayla mulai menurunkan tubuhnya untuk menaiki penis pejantan tuanya. Dalam sekejap, kelamin mereka pun kembali berhadapan.

“Hakhakhak cantiknya non ini kalau mau menuruti permintaan saya” puji pak Urip saat melihat kebinalan Nayla dari bawah.

Wajah Nayla pun jadi memerah. Ia heran, kenapa ia sangat senang dengan pujian yang diberikan oleh pembantu tua itu. Dengan perasaan berdebar, akhwat binal itu mulai menurunkan tubuhnya. Bibir vaginanya kembali terbelah saat tertusuk oleh ujung gundul penis pembantunya itu lagi. Tubuhnya bergetar, merasakan kenikmatan dari besarnya penis pembantunya itu. Nayla sungguh puas, ia jadi tak tahan untuk mengekspresikan semuanya melalui desahan.

“Mmmpphhhhh paaakkkk” Desah Nayla dengan nada yang amat pelan.

Meski aksi mereka terhalangi oleh meja tinggi dari posisi Miftah berada, tetap saja ada rasa berdebar yang dialami oleh keduanya, terutama oleh Nayla. Bisa-bisanya ia dengan nekat berzina di balik meja dapur ketika suaminya tengah asyik menonton televisi.

Rasa berdebar yang kemarin ia rasakan saat bercinta di tengah jalan dengan pak Rudi kembali ia alami saat ini. Meski dirinya masih berada di ruangan tertutup. Namun posisi suaminya yang begitu dekat membuat jantungnya terus berdegup.

“Mmpphhh… Aku mulai yah paakk… Mmpphhh… Mmpphhh…” Desah Nayla yang mulai menaik turunkan tubuhnya.

“Hakhakhak ayo non… Goyang yang cepet… Lebih cepet lagi… Aaahhh iyaahhh… Aahhh seperti itu non, ah mantap!” desah pak Urip menikmati goyangan majikannya lagi.

“Aaaahh iyaahh paakk… Aaaahhh kontol bapaak enakk… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla dengan lirih sambil meremasi baju gamisnya akibat tak tahan pada kenikmatan yang ia dapatkan.

“Hakhakhak jelas, kontol saya paling enak di muka bumi ini… Ayo genjot yang kencang… Remes susumu… Angkat gamismu… Tunjukkan ekspresi binalmu pada saya !” Ucap pak Urip dengan penuh nafsu sambil memegangi pinggang majikannya agar tidak terjatuh.

“Aaaahhh iyaahhh… Iyaahhh paakkk… iyaahhhhh” desah Nayla menuruti.

Gamis akhwat binal itu mulai diangkat oleh pemiliknya hingga kedua susunya terlihat. Behanya yang terus menghalangi langsung dilepas olehnya. Tubuhnya terus bergoyang naik turun dikala tangannya terus meremasi susunya tanpa ampun.

Ekspresi wajah binal Nayla terlihat. Matanya merem melek menikmati sodokan serta remasan. Suara desahannya diperkeras. Ia benar-benar kehilangan kendali pada tubuh indahnya lagi.

“Aaaahhh bapaaakkk… Aaahhhh… Aaaahhhh” desah Nayla sambil memelintir puting susunya sendiri.

Tubuh Nayla ambruk menindihi tubuh pembantunya. Meski demikian, pinggulnya terus saja beraksi naik turun tuk memuasi nafsu pembantunya. Benar-benar kenikmatan sejati. Nayla merasakan gairah birahi yang berapi-api. Matanya pun menatap wajah pembantunya. Puting susunya kini bersentuhan dengan tubuh polos pembantunya. Deru nafasnya yang hangat keluar menerpa wajah pembantunya meski terhalang kain cadarnya. Nayla benar-benar bernafsu. Ia sangat bernafsu ketika bersetubuh dengan pak Urip yang merupakan fetishnya saat ini.

“Aaaahhhh paaakkk… Aaahhhh… Aaahhh… Aku gak kuat lagi… Tolong sodok aku pak… Sodok memekku yang kencang” kata Nayla yang jadi ingin menyudahi gara-gara tak kuat menahan birahi lagi.

“Hakhakhak baiklah non… Non tiduran yah” kata pak Urip yang mengubah posisi.

Nayla ditidurkan diatas lantai dapurnya. Pak Urip yang sudah bertelanjang bulat memposisikan diri di depan kaki Nayla yang ia buka lebar-lebar ini. pak Urip menjilati bibirnya yang kering. Ia benar-benar bernafsu pada keindahan akhwat yang ada di hadapannya saat ini.

“Angkat lagi non gamisnya biar gak ngehalangin susunya” perintah pak Urip saat gamisnya itu menutupi keindahan susu bulatnya.

“Mmpphh iyaahh pak… Sudah… Ayo buruan” Ucap Nayla dengan binal sambil melebarkan lubang vaginanya tuk menggoda nafsu pembantunya.

“Hakhakhak iyaa non… Sabar… Sabar…” kata pak Urip yang mulai kembali mendekatkan penisnya tuk memasuki lubang vaginanya.

“Mmmpphhh bappaaakk… Aaaaaaahhhh” desah Nayla saat penis pak Urip perlahan kembali masuk ke dalam sarang terhangatnya.

“Ouuhhh mantappnyaaa… Aaahh yaahh…. Mmpphhhh” desah pak Urip sambil merem melek akibat tak kuasa menahan kenikmatan birahinya.

“Uuuuuhhhh paaakkkk… Mentokk paakk… Jangan didorong lagii… Aaahhh… Aaaaaahhhh” desah Nayla sambil memejam lalu kepalanya ia dorongkan ke belakang. Kedua tangannya menahan beban tubuh pembantunya. Tusukan pak Urip semakin terasa, meski sudah mentok, pembantu tambun itu terus memaksa mendorong hingga dinding rahimnya tersundul oleh ujung gundul penis pembantunya.

“Hakhakhak… Nikmatnyaaaa… Saya mulai yah… Hakhakhak” tawa pak Urip bersiap untuk memuasi nafsu majikannya lagi.

“Iyyahh paakkk… Aaahhhhh… Aaahhhh… Aaahhhh terusss… Aaahhh lagii paakkk… Aaahhhh sodok aku yang kencang!” desah Nayla bernafsu.

“Aaaahhhhh… Aaaahhhh…. Sabaar non… Jangan buru-buru… Kita nikmati aja dulu” desah pak Urip sambil menatap wajah binal majikannya dikala pinggulnya terus menggempur rahim sempit majikannya itu.

Sodokan yang awalnya pelan lama-lama jadi semakin cepat. Penis pak Urip yang besar terus mengobok-ngobok lubang sempit vagina majikannya yang begitu menjepit. Terasa, cairan hangat yang memenuhi rahim majikannya, terasa cekikan yang membuat penisnya nyaris berkedut merasakan jepitannya. Nafas pak Urip memberat, dengan penuh nafsu matanya menatap wajah majikannya yang semakin binal itu.

“Aaahhhh… Aaaahhhh… Aaahhhh… Teruss… Teruss paakkk” desah Nayla sambil membalas tatapan penuh nafsu dari pembantunya itu.

Mata mereka bertemu. Birahi mereka bersatu. Deru nafas mereka keluar, merangsang nafsu mereka yang kian membesar. Sodokan demi sodokan terus dilontarkan oleh pembantu mesum itu. Desahan demi desahan terus dikeluarkan oleh mulut manis akhwat binal itu.

Betapa beruntungnya pak Urip yang bisa memunculkan sisi binal dari seorang akhwat yang diikuti oleh ratusan ribu followers itu. Bahkan akhwat manja itu sudah tidak melakukan perlawanan lagi, sebaliknya, ia bahkan rela dizinahi oleh berbagai macam laki-laki, terutama yang sudah aki-aki.

“Aaahhhh paakkk… Aaahhhh… Terusss… Ayoo paakkk… Aku mau keluuaaar” desah Nayla yang sudah tak kuasa menahan diri lagi.

Tangannya kembali meremasi susunya sendiri. Tatapannya dengan binal menggoda pembantunya agar bisa mempercepat sodokannya.

“Aaahhhh nonnn… Aaahhh yaahhh… Aaahhhhh rasakan iniii… Siap-siaappp… Saya akan mempercepatnya… Saya akan menghujami rahimmu tanpa ampuunn !!!” desah pak Urip sambil menundukan tubuhnya lalu tangannya memegangi tangan majikannya lalu merentangkannya lebar-lebar.

“Aaaahhh yaahhh… Aaahhh terusss paaakk… Terusss… Terusssss” desah Nayla yang semakin menikmatinya.

Susunya bergetar kencang. Benar-benar kenikmatan yang sangat menantang. Bisa-bisanya ia berzina disamping suaminya dalam keadaan tubuh yang setengah telanjang. Mata Nayla memejam. Ia sudah memasrahkan semuanya pada sodokan pembantunya yang semakin berapi-api itu.

“Aaaaaahhhhh… Aaaahhhhhh… Aaaaaahhhhh” desah pak Urip yang semakin kencang menghujam sehingga tubuh majikannya itu terdorong maju mundur di lantai ruangan.

“Aaahhhh… Aaahhh cepat keluarin paakk… Akuuu gak kuat laggiii… Akuu mau keluaar… Aaahhh… Aaahhh”

“Aaahh samaa nonn… Saya jugaaa… Aaahhh saya gak kuat lagii… Rasakaann iniiii… Rasakkaannn” jerit pak Urip ketika tangannya berpindah meremasi susu majikannya.

“Aaahh yahhh… Aaahhh… Aaaahhhh”

Plokkk… Plokkk… Plokkk !!!

Pinggul mereka terus mengoplok. Benturan antar keduanya semakin kencang terdengar ditengah persetubuhan yang semakin liar. Terlihat wajah pak Urip yang begitu bernafsu hingga terlihat seperti hewan liar. Pak Urip menyetubuhinya dengan ganas. Sodokannya kian kejam. Erangan-erangan mereka terlampiaskan melalui perzinahan yang begitu memuaskan.

Nafas mereka sama-sama memberat. Lutut mereka sama-sama melemah. Mereka paham, kalau diri mereka sudah tak mampu menahan kenikmatan yang amat sangat ini.

“Aaaahhhhh… Aaahhhh rasakaann iniiiii… Hennkgghhhh !!!” desah pak Urip yang langsung mementokkan ujung gundulnya menuju titik terdalam rahim majikannya yang membuat akhwat binal itu pun terpancing untuk mengeluarkan orgasme ternikmatnya.

“Aaah bapaakkk… Mmpphhhhhh” desah Nayla saat mendapatkan orgasmenya.

Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt !!!

Tangan Nayla sengaja menutupi mulutnya agar desahannya tidak terlampau keras. Tubuhnya mengejang. Matanya memejam. Rasanya begitu nikmat ketika bisa melampiaskan cairan cintanya pada seorang pria tua yang merupakan fetish seksualnya. Sesekali tubuhnya mengejang merasakan sisa-sisa orgasmenya. Ia benar-benar puas. Tubuhnya pun sampai tergeletak dengan lemas.

“Aaaahhhh rasakaann ini…. Uuuhhhhhh” desah pak Urip yang buru-buru menarik lepas penisnya lalu mengarahkannya ke tubuh dari majikan binal itu.

“Aaahhh kellluaaarrr !!!”

Cccrroott… Cccrroott… Ccrrooottt…

Sperma pak Urip menyembur membasahi susu bulat dari majikannya itu. Spermanya keluar begitu banyak. Hampir empat sampai lima kali spermanya itu menyembur hingga cairannya memenuhi susu dari majikan seksinya itu.

Tangan pak Urip terus mengocoknya. Matanya merem melek sambil berusaha menatap ekspresi binal wajah majikannya. Dirinya sampai terengah-engah. Rasanya begitu puas ketika berhasil menumpahkan spermanya ke titik cairan penghabisan.

“Hah… Hah… Hah… Puasnyaa… Puasnyaaa” desah pak Urip sambil mengelap ujung gundulnya pada cadar majikannya.

“Hah… Hah… Sama pak… Aku juga” jawab Nayla yang terbaring lemas setelah dihajar oleh pembantunya.

Mata Nayla pun memejam. Ia ingin menikmati waktu kesendiriannya setelah diberi kenikmatan oleh pembantu tercintanya.

“Deeeekkkk… Ddeeeekkkk”

Tiba-tiba terdengar suara suaminya memanggil. Nayla yang tengah memejam langsung membuka matanya lebar-lebar. Pak Urip yang tengah duduk bersantai langsung panik mendengar teriakan dari majikannya itu. Apalagi terdengar suara langkah kaki mendekat yang membuat pak Urip sadar bahwa majikannya itu tengah berjalan kemari. Ia dengan panik buru-buru mengenakan bajunya. Nayla pun buru-buru bangkit lalu menurunkan gamisnya kembali sambil menutupi carian sperma pembantunya yang telah menggenangi susu bulatnya.

“Iyya mas… Ada apa, mmpphhh?” desah Nayla yang baru saja bangkit di posisi duduk lalu merasakan sisa-sisa cairan cintanya yang tiba-tiba kembali keluar melalui lubang vaginanya.

“Cepet non berdiri… Jangan sampai suami non kesini” kata pak Urip yang menyadari kalau celananya terlempar jauh di dekat jalan masuk yang mungkin dilalui oleh Miftah.

Nayla yang panik buru-buru berdiri. Saat berdiri, ia mendapati suaminya sudah berdiri tepat dihadapannya.

“Eh mas, ada apa ?” Tanya Nayla selembut mungkin berusaha untuk menutupi perzinahannya tadi.

Diri mereka hanya terpisah oleh meja tinggi yang membatasi. Nayla dengan wajah panik berusaha menghalangi posisi pak Urip yang sedang ngumpet dibalik tubuhnya. Terlihat wajah suaminya seperti melihat sekitar. Keringat dingin Nayla mulai keluar. Ia berusaha sebisa mungkin untuk menghalangi suaminya agar tidak melihat keadaan pembantunya yang masih bottomless itu.

“Kayaknya tadi mas denger suaranya pak Urip deh ?” tanya suaminya yang membuat Nayla semakin berdebar kencang.

“Eh masa ? Gak ah… Dari tadi adek sendirian kok disini” kata Nayla berbohong.

“Eh, yang bener ? Mas yakin banget loh kalau mas denger suaranya pak Urip… Mana suaranya keras banget lagi kayak lagi teriak” kata Miftah yang terus curiga.

“Ah gak mungkin mas… Perasaan mas aja kali” kata Nayla berusaha untuk mengalihkan pandangan suaminya.

Tepat saat suaminya menoleh ke belakang. Buru-buru Nayla berjalan ke samping lalu menendang celana pak Urip yang tadi berada di dekat jalan menuju ke ruang tamu rumahnya. Nayla mendekati suaminya. Ia berusaha mengajak suaminya ke ruang tamu.

Nayla pun melihat ke belakang, ia merasa lega ketika pak Urip sudah bisa mengenakan celananya kembali.

“Masa sih perasaan mas aja ?” Tanya Miftah yang masih merasa yakin.

“Iyya kali mas… Eh lagi liat apa mas emangnya ? Berita ?” Tanya Nayla terus mencoba mengalihkan pembicaraan suaminya.

“Iyya nih dek… Berita soal kerusuhan di stadion kemarin” kata Miftah sambil menatap layar tivinya.

“Oalah kok bisa yah nonton bola sampai rusuh gitu… Emang gimana ceritanya mas?” tanya Nayla terus berusaha untuk mengalihkan suaminya.

Suaminya pun menjelaskan semuanya pada Nayla. Nayla hanya mantuk-mantuk berusaha paham. Miftah terus lanjut menjelaskan. Benar saja, Miftah mulai melupakan suara jeritan dari pak Urip tadi. Namun, ada hal aneh yang ia rasakan saat ini. Hidungnya bergerak. Ia mencium aroma yang tidak sedap.

Hmmm bau apa ini ?

Seketika wajah Miftah menoleh ke arah gamis istrinya yang terdapat noda lembap.

*-*-*-*

Siang harinya pada pukul satu tepat.

“Hoaammss” Miftah menguap sambil memutupi mulutnya.

Matanya berair. Tatapannya ngantuk. Ia jadi ingin tidur gara-gara semalam terpaksa lembur.

Kebetulan Nayla yang duduk disebelahnya memergoki tingkah laku suaminya. Dengan penuh cinta dirinya tersenyum lalu jemarinya mengusap punggungnya lalu menanyakan sesuatu kepadanya.

“Mas ngantuk yah ?” Tanya Nayla tersenyum.

“Hehe iyya nih dek, gak tau kenapa kok mas jadi ngantuk… Kalau mas tidur dulu gimana ? Mumpung lagi libur, mas pengen tidur sebentar” jawab Miftah sambil tersenyum menatap istrinya.

“Iya gapapa kok mas… Adek juga tau kalau mas pasti capek banget kan ? Mumpung sekarang hari libur, mas bisa istirahat sebentar kok di kamar” kata Nayla yang membuat Miftah semakin mencintainya.

“Makasih yah dek… Maaf, hari libur bukannya nemenin adek malah pengen tidur nih” kata Miftah merasa tidak enak.

“Gapapa mas… Adek tau kok perasaan mas… Lagipula, adek juga mau baca novel nih, udah lama adek gak baca novel ini lagi” kata Nayla sambil menunjukkan novel yang sedang dibacanya.

“Yaudah… Kalau gitu mas ke kamar dulu yah… Mas mau tidur sebentar” kata Miftah sambil bangkit dari sofa ruang tamunya.

“Iyya mas… Tidur yang nyenyak yah” kata Nayla tersenyum menatap suaminya.

Miftah pun berpindah dari sofa ruang tamu menuju kamar tidurnya. Rasa kantuk yang begitu berat membuatnya tak sanggup untuk menahan semuanya. Ia ingin tidur. Ia ingin mengistirahatkan tubuhnya agar bisa lebih segar di sore hari nanti.

Setelah Miftah pergi, Nayla dengan anggun melanjutkan kegiatannya dengan membaca novel genre romansa yang sudah lama tidak ia baca. Kesibukannya gara-gara pekerjaan juga kejar-kejarannya dengan pak Urip untuk menghindari persetubuhan lanjutan membuatnya tak sempat untuk membaca novel favoritnya itu.

Mumpung sekarang hari libur, Nayla pun berniat untuk melanjutkan bacaannya tersebut.

Dengan gamis longgar bermotif bunga-bunga. Dengan hijab biru muda yang membuat wajahnya terlihat awet muda. Akhwat cantik yang sudah berulang kali merasakan lezatnya persetubuhan itu dengan santainya membaca halaman demi halaman novelnya.

Kaki kanannya ia angkat lalu ditaruh diatas paha sebelah kirinya. Matanya dengan fokus membaca kata demi kata. Cadarnya yang sedari tadi menutupi sebagian mukanya itu membuat seseorang yang diam-diam telah mengamatinya dari kejauhan kembali bernafsu pada kecantikan parasnya.

“Hakhakhak… Busyet dah, padahal tadi udah keluar banyak… Bisa-bisanya saya sangek lagi sampai pengen ngentotin memeknya lagi” lirih pak Urip sambil mengelus-ngelus tonjolan celananya yang semakin membesar.

Lagipula, siapa yang bisa puas ketika hanya menyetubuhi Nayla satu kali. Kemaluan Nayla telah memberikan efek candu bagi para pejantan yang telah menikmatinya. Terutama pak Urip, pejantan awal yang telah mengubah Nayla menjadi akhwat binal.

“Hakhakhak mumpung pak Miftah lagi tidur, kenapa gak saya ajak Nayla ngentot lagi ?” Kata pak Urip yang diam-diam melepas seluruh pakaiannya lalu dengan santainya berjalan mendekati majikannya.

Pria tua berwajah jelek dengan tubuh gempal serta perutnya yang tambun itu berjalan mendekat menuju tubuh indah majikannya. Sungguh pembantu yang tidak tahu malu. Bisa-bisanya ia dengan pedenya berjalan tanpa memakai baju. Penisnya yang sudah mengeras itu menegak dengan penuh nafsu. Matanya dengan binal menatap lekuk indah dari tubuh majikannya dengan nafas menggebu. Jemarinya ia gerakkan sambil mengocoki penisnya. Penis itu jadi semakin keras. Penis itu jadi semakin besar yang membuatnya semakin tak sabar untuk menggenjot tubuh majikannya dengan kasar.

“Hakhakhak lagi baca apa non ?” Tanya pak Urip saat duduk di sebelah Nayla sambil tangannya mengocok-ngocok penisnya tuk memancing nafsu majikannya.

“Ini pak… Lagi baca nov… Astaghfirullah bapak… Kok telanjang ?” Tanya Nayla sampai menyebut gara-gara saking kagetnya pada keberanian pembantunya.

“Hakhakhak emang kenapa non ? Non kan udah sering liat saya telanjang… Non juga udah sering menikmati sodokan saya kan ?” Tanya pak Urip dengan penuh berani sambil membelai kemaluan majikannya dari luar gamisnya.

“Mmpphhh bapaakkk… Tapi kan, ada suami aku pak di kamar… Jangan lagi, entar ketahuan bahaya pak !” Ucap Nayla merinding gara-gara sapuan jemari pembantunya pada titik pusat selangkangannya.

“Hakhakhak wong suamimu lagi tidur kok… Makanya, mumpung lagi tidur, gimana kalau kita goyang maju mundur ? Non yang nungging biar saya yang nusuk-nusuk sampe non kencing… Hakhakhak” tawa pak Urip sambil terus mengusapi bibir vagina majikannya.

“Aaahhh paakkk… Pagi kan udah ? Tolongg jangann lagii… Mmpphh udahh paakk… Entar aku nafsu lagi” ucap Nayla sambil menunduk lalu tangannya mencoba menghentikan kemesuman tangan pembantunya pada lubang sempit vaginanya.

“Hakhakhak justru saya kayak gini biar non nafsu lagi… Coba liat kontol saya ! Udah ngaceng banget kan ? Mana puas tadi cuma keluar satu kali… Apalagi kalau keluarnya gak didalem… Padahal kan, saya nafsu banget pengen buat non hamil hakhakhaj” tawa pak Urip yang terus saja merangsang Nayla hingga membuat akhwat cantik itu benar-benar terangsang gara-gara perbuatan pembantunya.

“Mmpphhh paaakkk… Aaahhh… Paakk cukuupppp” desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa puas.

“Hakhakhak gimana ? Mulai enak kan ?” Tawa pak Urip sambil menatap wajah Nayla yang semakin bernafsu.

“Mmpphhh iyaahh… Enakk paakkk tapiii… Aaahhh… Aaahhhh” Nayla pun bimbang harus bagaimana. Pagi tadi ia sudah bercinta. Masa siangnya ia harus kembali melayani nafsu besar pembantunya ?

Namun rangsangan pak Urip benar-benar membangkitkan nafsu birahinya. Tubuh Nayla memanas. Matanya pun teralihkan pada penis pejantannya yang membuatnya semakin gemas.

“Hakhakhak, udah, gak usah sok munafik lah yah non… Non nafsu kan ? Non pengen kontol saya kan ?” Tanya pak Urip blak-blakan yang membuat nafsu Nayla semakin bangkit.

“Iyaahhh… Iyaahh paakk… Akuuu maauuu… Aaahhh… Aaahhh” desah Nayla yang begitu mudahnya ditaklukan setelah melalui proses panjang.

Pak Urip tertawa. Dulu ketika awal membinalkannya, Nayla pasti tidak akan takluk semudah ini. Namun sekarang, ia yang berhasil membinalkannya cukup memanen hasil jerih payahnya.

Pak Urip dengan gagahnya menaiki sofa ruang tamu rumah majikannya lalu mengacungkan penisnya dihadapan wajah bidadari pemuasnya. Mata Nayla berbinar. Nafsunya kian besar saat menatap penis hitam itu dengan penuh nafsu.

“Angkat cadarmu non… Kontol saya pengen masuk menghujami mulutmu” kata pak Urip sambil mengocoknya yang membuat Nayla dengan patuh menurutinya.

“Aahhhh iyaahh… Iyaahh paakk… Ayoo masukin… Aku udah siapp… Masukin ke mulutku paaakk” kata Nayla sambil mengangkat cadarnya yang membuat keseluruhan wajah cantik itu terlihat.

“Hakhakhak cantiknyaaa… Gak nyangka saya bisa kayak gini ke lonte secantik dirimu, non… Hakhakhak” tawa pak Urip puas sambil membenamkan penisnya ke dalam mulutnya.

“Mmmppphhh paaaak” lenguh Nayla hingga kepalanya terbenam ke sandaran sofa empuk di belakangnya.

“Aaaahhhh mantapnyaaaa” desah pak Urip dengan sangat puas.

Pria tambun yang sudah telanjang bulat itu tengah berdiri diatas sofa sambil membenamkan penisnya ke mulut bidadari pemuasnya. Ia kemudian meminta Nayla untuk mengangkat kedua tangannya. Nayla tak berdaya. Nayla menurutinya. Kedua tangan pak Urip pun memegangi kedua tangan lembut bidadari mulus itu. Kemudian pinggulnya mulai bergerak maju mundur. Terasa liurnya begitu hangat menyelimuti penisnya. Sapuan lembut dari lidahnya membuat pak Urip merinding keenakan. Ia terus bergerak maju mundur. Ia dengan bangga melecehi majikannya sambil memejam menikmati semuanya.

“Mmpphhh paakkk… Mmppphhh… Mmpphh” desah Nayla tertahan.

“Aaaahhh… Aaahhh… Aaahhh nikmatnyaaa… Hakhakhak” tawa pak Urip puas.

“Mmpphh… Mmpphhh… Mmmpphh”

“Ouuhh yaahh… Aaahhh… Aaahhhh hakhakhak… Aaahhh puas sekali rasanya bisa menikmati momen indah ini” tawa pak Urip sambil merem melek menikmati sodokannya.

Tanpa ampun, pak Urip terus menyodoki mulutnya sebagaimana ia biasa menyodoki rahimnya. Pinggulnya lama-lama semakin cepat. Ujung gundulnya dengan tega menusuk-nusuk pangkal kerongkongannya. Nayla hampir tersedak. Perutnya benar-benar mual. Mulutnya yang penuh membuat liurnya sampai tumpah mengenai cadar beserta gamis longgarnya.

Tangan Nayla yang terangkat membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Satu-satunya bagian tubuhnya yang bebas adalah kedua kakinya. Kakinya pun ia hentak-hentakkan. Bukan untuk tanda melawan tapi sebagai ekspresi tak tahan saat dijelajahi mulutnya oleh penis pejantan tuanya.

“Aaaahhhh enaknyaaa… Aaahhh… Aaahhhh… Hakhakha” pak Urip terus tertawa. Pak terus tersenyum menikmati rasanya disepong oleh akhwat secantik Nayla.

Puas, Pak Urip tiba-tiba menarik lepas penisnya hingga benda lonjong berwarna hitam itu dengan indah terhidang didepan mata akhwat binal tersebut.

“Uhhhh… Uhuukk… Uhukkk” Nayla terbatuk-batuk. Liurnya sampai ada yang ikut hingga tak mau lepas dengan ujung gundul penis pembantunya itu.

“Hakhakhak mulut lonte emang gak ada lawan… Kontol saya sampai basah gini jadinya” tawa pak Urip puas sambil mengocok-ngocok penisnya yang kian membesar.

“Hah… Hah… Hah… Gede amat sih kontol bapak… Mulutku sampai gak muat, tau” kata Nayla terengah-engah sambil memandangi penis favoritnya.

“Hakhakhak jelas… Non suka yang gede-gede kayak kontol saya kan ?” Tanya pak Urip dengan bangga.

“Jelas paakkk… Aku sukaaa… Aku suka banget kontol gede kayak punya bapak” jawab akhwat tak bermoral yang sudah kehilangan akal sehatnya itu.

“Hakhakhak sekarang saya mau mainin susumu… Ayok turunin resleting gamismu non… Saya udah gak tahan pengen liat susu megahmu itu” kata pak Urip yang sudah turun ke lantai lalu tangannya melepas ikatan gamis di pinggang majikannya.

“Hah… Hah… Iyyah pak… Akan aku buka” jawab Nayla patuh pada tuan pemiliknya itu.

Resleting gamis Nayla sudah turun. Pak Urip tanpa sabar langsung menurunkan gamisnya hingga susu bulat Nayla mulai terlihat. Tangan Nayla sudah terlepas dari gamisnya. Bra ketat yang sedari tadi dikenakannya juga sudah dicopot oleh pemiliknya.

“Hakhakhak ini baru kesukaan saya… Susu ini yang bikin saya gak pernah puas untuk menyetubuhimu sekali” tawa pak Urip yang jadi semakin bergairah saat susu bulat Nayla terlihat.

“Mmpphhh susu ini pak ? Susu ini yang bikin bapak gak pernah puas saat menyetubuhiku ?” Tanya Nayla sambil meremas-remas susunya tuk menggoda pemuas nafsunya. Selayaknya pelacur murahan, Nayla tanpa sadar bertindak demikian. Tanpa merasa malu lagi, ia rela melakukan apa saja demi memuaskan pejantan tuanya.

“Hakhakhak betul non… Susu segar cap non Nayla yang selalu bikin saya ketagihan untuk menikmati tubuhmu” jawab pak Urip sambil menaruh pentungan saktinya diantara susu bulat yang menggantung itu.

“Hah… Hah… Kontol bapak mau aku jepit ? Sini agak ketengahin pak, biar aku mainin kontol bapak pake susu aku” jawab Nayla yang malah meminta pembantunya untuk memperbaiki posisi penisnya.

“Hakhakhak bodohnya saya… Posisi belum pas kok minta dijepit… Baik non… Baik… Hakhakhak” tawa pak Urip yang langsung setelah itu ia merasakan nikmatnya dijepit oleh susu bulat majikannya.

“Aaaaahhhh… Aaaahhh… Kontol bapak keras banget… Kontol bapak juga anget banget… Mmpphhh pasti nikmat banget deh kalau aku disodok pake kontol segede ini sekarang” desah Nayla menggoda.

“Hakhakhak segini masih belum cukup non… Ayo kocok lagi… Kontol saya masih bisa gede lagi, tahu… Hakhak” tawa pak Urip yang membuat Nayla semakin bernafsu.

“Ah masa ? Segini aja udah gede banget pak… Beneran ? Nanti mana muat kontol bapak masuk memek aku” desah Nayla dengan bahasa kotornya yang membuat Pak Urip semakin bersemangat tuk membinalkannya.

“Muat kok.. memek non kan elastis… Pasti bakal tetep muat kok meski bakal disumpel dengan kontol segede ini” tawa pak Urip sambil berkecak pinggang sambil menatap wajah binal majikannya yang kian bernafsu.

Benar apa kata pria tua itu. Mata Nayla sampai membesar melihat penis hitam yang semakin membesar itu. Sepertinya ia belum pernah melihat penis pembantunya sebesar ini. Atau karena ia sering jajan ke tempat lain sehingga dirinya lupa kalau dirinya punya penis sebesar ini yang bisa ia nikmati sendiri ?

“Indahnyaaa!” Gumam Nayla tanpa disadarinya.

“Hakhakhak ayo non… Kita mulai ngentot, udah gak tahan saya pengen ngegenjot non yang hot” tawa pak Urip bersiap untuk menusuk rahim majikannya lagi.

“Mmpphh iyaahh paakk… Ayoo” kata Nayla sambil mengangkat rok gamisnya.

Sepertinya Nayla lupa kalau dirinya tengah berada di rumah bersama suaminya yang tengah tertidur pulas. Rangkaian percakapan mesum bersama pembantu tuanya membuatnya melupakan sosok suaminya yang ada di atap yang sama dengannya.

Matanya hanya berfokus pada penis raksasa yang sudah berada di dekat bibir vaginanya itu. Ia pun melebarkan lubang kaki celana dalamnya agar memudahkan penis pembantunya untuk memasuki lubang kenikmatannya.

“Ayokk paakk… Aku udah siap” ucap Nayla sambil menunjukan lubang vaginanya yang sudah sangat basah.

“Hakhakhak dasar lonte… Dasar pecun murahan… Bisa-bisanya akhwat bercadar sepertimu melakukan hal seperti itu di depan saya!” Kata pak Urip sambil mengarahkan penisnya masuk ke dalam vagina tersebut.

“Aaaahhhhh… Habis kontol bapak nikmat banget sih… Aku rela kok disodok bapak berulangkali… Aku siap kalau memek aku dijadiin kolam pejuh oleh bapak” ucap Nayla yang membuat nafsu pak Urip kian memuncak.

“Hakhakhak dasar lonte gratis… Dasar akhwat yang gak ada harga dirinya lagi… Rasakan ini, uuuuuhhhhhh” desah pak Urip yang langsung menancapkan penisnya sedalam-dalamnya.

“Ouuhhh paaaakkk” desah Nayla mengejang.

Bagai disambar petir bertegangan rendah. Tubuh Nayla langsung menggelinjang dipenuhi oleh gairah. Apalagi saat pria tua itu langsung menggerakkan pinggulnya hingga gesekan demi gesekan yang merangsang dinding vaginanya semakin terasa. Tak henti-hentinya Nayla mendesah menahan tiap tusukan yang begitu bertenaga. Tubuhnya bergidik. Nafasnya memberat. Ia benar-benar menikmati tusukan pembantunya yang begitu terasa.

“Aaaahhhh… Aaahhh… Aaahhh nikmat sekali memekmu, non” desah pak Urip sambil mendekap gamis majikannya yang sudah terangkat hingga ke lingkaran pinggangnya.

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Kontol bapak jugaaa… Aaahhh enak banget paakk terussss… Terussss” pinta Nayla dengan penuh nafsu.

“Aaahhh… Aaahhh… Itu mah gak usah disuruh non… Saya pasti akan menggenjotmu… Saya akan memuasimu… Saya akan menghujami memekmu sampai non sendiri meminta saya berhenti melakukannya pada tubuhmu” desah pak Urip terengah-engah sambil menatap mata binal Nayla.

“Aaaahhhh… Aaaahhhh… Aku gak akan minta berhenti paaakk… Aku selamamya ingin disodok bapak… Ayo terus paaakk… Kontolin rahimku” kata Nayla yang membuat nafsu pak Urip semakin memuncak.

“Aaahhh… Aaahhh… Pasti nonnn… Pasti saya akan ngontolin rahimmu terus… Hakhakhak” tawa pak Urip dengan puas.

Hampir lima menit mereka bersetubuh di posisi seperti itu. Kaki Nayla terus mengangkang disaat tubuhnya menyandar pada sofa ruangan. Pak Urip yang merasa bosan ingin berganti gaya persetubuhan. Ia pun meminta Nayla berdiri. Ia lalu mengajaknya menuju ke tepi.

“Hakhakhak ayo buka… Jangan sampai gamismu menghalangi keindahanmu” kata pak Urip yang tengah berdiri di samping sofa panjang itu.

“Mmpphh iyahh pakk… Sudaaahh” jawab Nayla yang sudah menelanjangi tubuhnya menyisakan hijab dan cadarnya saja.

“Hakhakhak” pak Urip tertawa. Matanya dengan teliti menilik keindahan dari bawah sampai atas akhwat yang sudah bertelanjang bulat itu. Kakinya yang jenjang membuat pak Urip tersenyum penuh nafsu. Mulusnya kulit pahanya membuat pak Urip nyaris ngiler dibuatnya. Apalagi saat pandangannya sudah tiba di perut ratanya. Pusarnya yang menggugah ditambah dengan besarnya payudaranya yang begitu indah. Penis pak Urip sampai bergairah ingin menikmati kenikmatan dunia ini lagi. Ia pun meminta Nayla menungging. Ia lagi-lagi ingin menyetubuhi Nayla dengan gaya anjing kawin.

“Ayo balik badan terus nungging non” pinta pak Urip setelah puas menikmati ketelanjangan tubuhnya.

“Mmpphhh iyaahh paakkk” jawab Nayla malu-malu hingga pipinya merah merekah. Tangannya sudah bertumpu pada dinding. Ia memasrahkan semuanya kepada pemilik penis ternikmat itu.

“Aaaaaahhhhh yaaaahhhhh” desah pak Urip sambil memejam saat penisnya kembali masuk tuk menghujam.

 

Pinggulnya langsung menggempur. Pinggulnya berpacu maju mundur. Genjotannya yang kencang membuat susu gantung Nayla bergoyang gondal-gandul. Rasanya begitu mantul. Nayla sendiri sampai tak berdaya saat memeknya dihajar oleh si ujung gundul.

“Aaaahhhh… Aaahhh… Aaahhh paaakkk… Aaaahhhh” desah Nayla sampai merem melek.

“Aaahhh nikmatnyaaa… Aaahhh… Aahhh yaahhh… Aahhh puasnya bisa menikmati rahim selezat ini” senyum pak Urip dengan begitu mesum.

“Aaaahhhh… Aaahhh nikmat sekalii paakk… Mmpphhh… Nikmatnya sampai kemana-mana… Terus sodok aku yang kenceng paaak… Aaahhh yahh makin enak rasanya paaakk” desah Nayla memejam saat tangan kirinya ia tarik untuk meremasi payudaranya sendiri.

“Aaaahhh… Aaahhh… Baik non… Baik, akan saya kencengin, Hakhakhak” tawa pak Urip sambil menampar-nampar bokong montoknya karena saking gemasnya.

Plaaakkk… Plaaakkk…

“Aahhh paakk… Aahhh… Awww… Awww yaahhh” desah Nayla yang justru semakin bergairah.

Remasan susunya diperkuat. Ia bahkan sampai menggigit bibir bawahnya lalu mengelusi keseluruhan tubuhnya mulai dari susu ke bawah.

“Sini tangannya… Hayoo nakal yah malah mainin susu sendiri… Hakhakhak” tawa pak Urip saat menarik kedua tangan Nayla ke belakang.

“Aaaahhhh… Aaahhhh… Lepasin paakkk… Aku mau ngeremes susu aku… Susu aku gatel paakk… Aku mau remesss… Aaahhh… Aaaahhhh” desah Nayla saat tubuhnya tertarik ke belakang sehingga susunya semakin menjorok ke depan.

Terasa tusukannya jadi semakin dalam. Terasa sodokannya jadi semakin nikmat yang membuat akhwat binal itu semakin tak kuat.

“Aaaahhhh enaknyaaa… Enakk bangett paakk… Aahhh iyaahh… Aaaahhhhh” jerit Nayla saat susunya bergoyang semakin cepat.

Gondal-gandul, gondal-gandul, gondal-gandul. Susu bulat Nayla terus bergondal-gandul mengikuti pergerakan penis pak Urip yang semakin kencang menyundul. Rasanya begitu nikmat sehingga hanya terdengar desahan saja dari keduanya. Dari samping, persetubuhan keduanya tampak begitu indah sehingga sulit untuk menjelaskan bagaimana kata yang tepat untuk melukiskan kebinalan yang dilakukan oleh keduanya.

Bisa-bisanya akhwat bercadar itu keenakan saat digenjot pria tua berperut tambun. Sulit untuk menjelaskannya. Namun bagi Nayla yang menderita gerontophilia. Hal itu bukanlah hal yang sulit tuk dijelaskan. Karena pria tua seperti pak Urip adalah sosok yang sempurna yang bisa memberinya kepuasan batin secara menyeluruh.

“Aaahhh paaakkk… Aaahhh aku mau keluaarrr… Aku mau keluaarrr” desah Nayla tak kuasa menahannya lagi.

“Hakhakhak ayoo keluarkann… Keluarkan semuanyaaa non jangan malu-malu” ujar pak Urip saat semakin cepat menggempur.

“Aaahhh iyaahh paakkk… Terussss… Sodok aku sampai mampus paaak… Aahhh enak banget kontol bapaaak” ujar Nayla yang membuat pak Urip tertawa.

Penis itu terus menyodok-nyodok. Lubang vagina Nayla terus dikobok-kobok. Ditengah nafsu yang semakin menerjang. Ditengah hujaman yang semakin kencang. Tepat disaat Nayla hampir mendapatkan orgasmenya. Tiba-tiba pak Urip menghentikan genjotannya lalu membalikkan tubuh mulusnya sebelumnya mendorongnya ke dinding.

“Aaahhh paaakkk” desah Nayla yang kesal karena hampir saja mendapatkan orgasmenya.

“Hakhakhak gemesnya punya lonte sebinal ini… Mmuuaaahh” cumbu pak Urip mengenai cadar lembutnya sebelum bibirnya ia tarik kembali menjauhi cadar akhwat binal itu.

“Ayo ikut saya” ajak pak Urip sambil menarik tangan Nayla.

“Ehh mau kemana pak ? Pak… Mau kemana ?” Tanya Nayla merasa kalau ada sesuatu yang tidak beres.

“Ke kamarmu, hakhakhak” jawab pak Urip mengejutkan hati Nayla.

“Ta.. Tapi di kamarku… Ada suamiku pak” jawab Nayla panik.

“Hakhakhak justru itu… Kita bakalan ngentot disebelah suamimu!”

Betapa terkejutnya Nayla saat mendengar kalimat kotor itu. Namun, alih-alih ketakutan. Ia justru tertantang yang membuatnya jadi semakin penasaran untuk mengikuti permainan mesum dari bandot tua itu.

Sesampainya mereka di dalam kamar Nayla.

Pak Urip langsung membawa akhwat telanjang itu ke tepi ranjang. Dari sana dirinya dapat melihat wajah Miftah yang tengah tertidur pulas. Tangan pak Urip pun mendekati payudara Nayla tuk meremas-remas. Dari belakang tangannya memeluk tubuh mulus itu. Dari belakang ia membelai tubuh indah itu dengan penuh nafsu.

“Hakhakhak mau langsung apa gimana non ?” Tanya pak Urip sambil menoel-noel puting mancungnya yang merupakan titik terlemah Nayla.

“Mmpphhh langsung aja pak… Aku juga udah gak tahan… Sodok aku yang cepat, jangan sampai mas Miftah bangun duluan” lirih Nayla yang sudah terlanjur nafsu sehingga tidak memikirkan akibat dari perbuatannya itu.

“Hakhakhak, kalau gitu, mari kita akhiri disini, non” lirih pak Urip yang langsung dijawab anggukan oleh akhwat yang sudah telanjang bulat itu.

Tanpa mengulur waktu, pria tambun berwajah jelek itu bergegas menancapkan penisnya ke dalam rahim bidadari bercadar itu. Nayla yang sedang berdiri membelakangi langsung mengeluh pelan. Lagi, penis hitam itu kembali menusuknya lagi. Lagi, penis keriput itu kembali membuatnya menjerit lagi.

“Mmppppphhh”

Tanpa merasa bersalah karena sudah berzina di depan suaminya. Nayla justru melenguh keenakan. Matanya memejam. Ia malah semakin menikmati kebinalannya dihadapan suaminya.

“Aaahhhh… Aahhh… Teruss… Terussss” desah Nayla dengan pelan.

“Hakhak binalnya akhwat mesum ini… Bisa-bisanya ngentot disebelah suaminya yang lagi tertidur pulas” ejek pak Urip yang jadi semakin bernafsu saat menyetubuhi mainan pemuasnya itu.

“Aaahhh paaakk… Habisnya bapaakk… Aahhh… Aaahhh” desah Nayla yang semakin keras sehingga tangan kirinya terpaksa menutupi mulutnya.

Tangan nakal pria tambun itu langsung mendekap susu bulatnya. Susu bulat itu tidak lagi tergoyang. Susu kenyal itu tidak lagi terguncang terkena hantaman pinggul pembantunya yang lama-lama semakin keras.

“Mmpphhh… Mmpphhh… Mmpphhh” Nayla menggelengkan kepala. Desahannya ia tahan. Ia berusaha sekuat tenaga agar tidak menimbulkan suara sedikitpun saat berzina dihadapan suaminya.

“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Enaakkk bangeettt… Enakkk bangett… Ouhhhh… Ouhhhh” desah pak Urip sambil memejam.

Hantamannya yang semakin keras membuat pria tua itu teralihkan pada kenikmatan yang dirasakan oleh penis saktinya. Remasannya juga diperkuat. Jemarinya juga memelintir puting susunya semakin kuat.

“Mmmpphhh paakkk…. Mmpphhh… Akuu mau keluaar… Aku mauuu keluaaar” Bisik Nayla sambil menoleh ke belakang menatap pejantan tuanya.

“Aaahhhh sama nonnn… Saya jugaa… Saya mau keluuaar… Ayooo keluarin barenggg” desah pak Urip yang rupanya tidak kuat juga.

Sisa-sisa persetubuhan yang tadi mereka lakukan di ruang tamu berdampak pada kedayatahanan tubuhnya saat bercinta di dalam kamar Nayla ini. Mereka berdua sudah tidak tahan. Mereka berdua sama-sama ingin melampiaskannya sekarang.

“Mmpppphhh liat sini non… Cium saya… Cium sayaaa” pinta pak Urip dengan penuh nafsu.

“Mmpppphh iyahh paakk… Mmpphhhh” desah Nayla pasrah menuruti. Tangannya pun membantu dengan menaikkan cadarnya. Bibir mereka bersatu. Persetubuhan mereka semakin bernafsu. Remasan pak Urip semakin kencang. Menikmati keadaan tubuh mereka yang sama-sama sedang telanjang.

“Mmppphhhh”

Plookkk… Plokkk… Plokkkk !!!

Mereka sudah tidak tahan lagi. Mereka sudah berada di ambang batas birahi. Ciuman mereka semakin panas. Hantaman pinggul pak Urip jadi semakin ganas. Dengan satu tusukan yang kuat, pak Urip pun menancapkan penisnya sedalam-dalamnya menuju titik terdalam dari rahim majikannya.

Jleeeebbbb !

“Mmpphhhhhhhh”

Desah mereka berdua ketika orgasme berhasil mereka dapatkan bersama.

“Deeekkkkk!” Ucap Miftah yang membuat pak Urip dan Nayla terkejut berjamaah.

Namun semprotan cairan cinta yang sedang mereka lakukan membuat keduanya hanya bisa berhenti ditempat. Penis pak Urip memuntahkan seluruh sisa spermanya di rahim majikannya. Rahim Nayla jadi semakin penuh, tidak hanya oleh pejuh. Tapi juga dengan cairan cintanya sendiri yang membuat rahimnya semakin penuh.

Tubuh mereka sama-sama bergidik. Mata mereka sama-sama memejam dan ciuman mereka jadi semakin bernafsu saat membayangkan diri mereka telah ketahuan oleh suami dari bidadari bercadar itu.

Nayla pasrah. Ia bersiap menerima konsekuensi dari kebinalannya saat ini.

“Mmpppphhh aaahhh”

Ciuman mereka terlepas. Pak Urip melepas cumbuannya. Nayla juga. Mereka pun sama-sama bersiap membuka mata untuk melihat reaksi dari Miftah yang barusan memanggil nama istrinya.

Namun, saat mata mereka terbuka. Mereka melihat Miftah masih tertidur pulas. Sekejap, perasaan mereka menjadi lega. Rupanya tadi Miftah hanya bergumam ditengah tidurnya. Dada mereka berdua pun naik turun. Wajah mereka saling menengok satu sama lain. Mata mereka bertemu. Senyum mereka terangkat mengingat kebinalan yang sudah mereka lakukan tadi.

“Dasar lonte nakal… Kirain tadi bakal ketahuan” Ujar pak Urip sambil menoel hidung mancung Nayla.

“Hihihih dasar bapak sih… Bikin aku takut aja” kata Nayla sambil memegangi dadanya tuk merasakan detak jantungnya.

“Hakhakhak gimana puas kan? Keluar yuk, disini terlalu berbahaya” kata pak Urip sambil menarik lengan Nayla menuju keluar kamar.

“Puas pak… Hihihihi” tawa Nayla saat dibawa keluar oleh pejantannya.

Nayla hanya tersenyum malu-malu mengingat kebinalannya saat disetubuhi ketika suaminya ada disini bersamanya. Ia terus tersenyum saat berjalan menuju keluar kamar. Ia lalu membayangkan semua kebinalannya mulai dulu saat dari diberi obat tidur oleh pak Urip sampai dirinya dengan berani bercinta di samping suaminya tadi. Entah kenapa ia jadi kepikiran sesuatu. Rasanya ia sudah siap untuk melakukannya saat ini.

“Paaakkkk” panggil Nayla yang membuat pak Urip berhenti menariknya saat mereka berdua sama-sama berada di ruang tamu rumahnya.

“Ada apa non ?” Tanya pak Urip sambil menatap wajah cantiknya.

“Hihihihi, hmmm aku mau minta sesuatu” kata Nayla dengan malu-malu.

“Sesuatu ? Apaan non ? Pengen ngentot lagi yah ? Hakhakha… Ayo!” kata pak Urip bersemangat.

“Bukan itu, pak” jawab Nayla yang membuat pak Urip penasaran.

“Terus apaan non ?” Tanya pak Urip sambil menurunkan pandangannya lalu menaikannya lagi tuk menatap keindahan tubuh majikannya. Terlihat tetesan spermanya jatuh membasahi karpet ruangan. Terlihat susu gantungnya yang membuat pak Urip gemas ingin menikmati tubuhnya lagi. Saat tatapannya tiba di mata indahnya. Pak Urip tersenyum puas melihat tatapan sendu dari akhwat cantik yang selalu membuatnya bernafsu itu.

“Aku udah siap pak” kata Nayla yang menyadarkan pak Urip dari lamunannya.

“Eh maksudnya ? Siap apaan non ?” Tanya pak Urip semakin penasaran.

“Hihihihi” tawa Nayla malu-malu. Pak Urip pun jadi semakin heran akan maksud dari majikan binalnya itu.

“Aku udah siap dikeroyok pak… Aku pengen dipake sama banyak laki-laki sekaligus pak” kata Nayla malu-malu yang membuat pak Urip tertawa lebar.

“Hakhakhakhak…. Terus ?” tanya pak Urip mempertanyakan maksud Nayla yang memberi tahu keinginannya itu.

“Hihihihi besok aku beri tahu detailnya… Pokoknya dalam waktu dekat aku pengen dinikmati sama banyak lelaki tua sekaligus pak… Hmmm nanti malam aku buatin daftar pesertanya, besok bapak bantu aku buat undang mereka yah” kata Nayla yang membuat pak Urip semakin tertawa.

“Hakhakhak siap non… Siap… Kalau gitu non istirahat dulu aja yah… Simpan tenaga non biar nanti pas hari H, non bisa kuat buat melayani mereka sekaligus… Jadi penasaran, siapa aja peserta yang bakal diundang… Hakhakhak” tawa pak Urip.

“Hihihih makasih yah pak… Kalau gitu aku mau istirahat dulu yah… Aku capek banget dari pagi aku dipake bapak terus soalnya” kata Nayla yang ingin beristirahat di sofa setelah disetubuhi pembantunya berulang kali.

Namun baru saja beberapa langkah Nayla pergi. Tiba-tiba tangan kurusnya ditarik lagi oleh pembantu tambunnya.

“Eh, mumpung besok sampai seterusnya non Nayla kudu istirahat… Gimana kalau kita main sekali lagi” kata pak Urip sambil tersenyum.

“Sekali lagi?” Tanya Nayla tak percaya.

Jelas, Nayla tidak mempunyai pilihan. Tubuhnya pun langsung dibawanya menuju kamar mandi untuk lanjut ke ronde ketiga. Hijab dan cadar Nayla dilepas. Air shower dinyalakan. Mereka kembali bercinta dengan gaya anjing kawin sambil menatap depan, tepatnya ke sebuah cermin.

“Aaahhhhh…. Aaahhhhh… Aaaahhhhh” desah Nayla dengan keras.

Sementara itu pak Urip membatin. Pinggulnya terus berpacu. Ia jadi teringat sesuatu yang pernah ia beli dari dokter Amir.

Kayaknya saya masih punya obat perangsang yang saya beli deh… Kalau obat perangsang itu dikasih ke para peserta, juga ke non Nayla… Pasti pesta gangbang nanti bakal semakin seru nih… Hakhakhak…

Batin pak Urip sambil tersenyum.

“Aaahhhh… Aahhh paakk… Aaahhhh pelaannn”

Tubuh Nayla bergerak maju mundur. Desahan manjanya jadi semakin keras saat pinggul pembantunya terus membentur.

Plookkk… Plokkk… Plokkkk…

“Ahhh mantapnyaa… Aahhh nikmatnyaa…

Tokkk… Tokkk… Tokkk…

“Deekkk didalem yah ? Mas mau pipis sebentar” ucap Miftah setelah mengetuk pintu yang membuat kedua insan beda zaman itu membeku di tempat.

 

Bersambung

pembantu semok
Pembantu semok yang bikin goyah kesetiaan pada istri
Kisah Sang Perawan
Foto Sange Mahasiswi Pulang Kuliah Kobel Memek
Ngentot Gadis Desa Yang Masih Polos
Ngentot Gadis Desa Yang Masih Polos
Anak ABG cantik foto bugil di kirim ke Whatsapp
Foto Bugil Ngentot Memek Tembem Gif Bergerak
kakak ipar sexy
Lina, Kakak Ipar Yang Paling Mengerti Aku
gadis cantik
Pengalaman masa muda yang tak akan pernah terlupakan bagian 1
ibu guru muda
Cerita hot terbaru ngentot dengan ibu guru sexy
guru sexy
DI beri pelajaran oleh ibu guru sexy
tetangga montok
Cerita berselingkuh dengan tetangga ku yang montok
Foto telanjang mahasiswi cantik ayam kampus yang pemalu
Cerita Seks Anuku Di Kocok Mbak Irma
Cerita sexs di entot keponakan ku yang sexy dan genit
hamil muda
Cerita dewasa menikmati tubuh wanita yang sedang hamil muda
Mama sexy
Tiap Memandang Mama Aku Menjadi Sangat Bergairah