Part #9 : Cuukuuppp paakk…
Suatu hari sekitaran jam delapan pagi.
Terlihat sebuah mobil sedang dipanaskan. Mesin mobil itu sudah menyala sedangkan di dalamnya terdapat barang-barang yang akan dibawa. Mumpung tanggal merah, banyak sekali keluarga yang menyerukan “Wah, waktu liburan telah tiba”. Begitu juga yang terjadi pada keluarga Nayla. Mereka tengah sibuk mengemas barang-barang yang akan mereka bawa ke suatu tempat. Nayla sendiri sebenarnya tak tahu mau berlibur kemana ? Tapi ia manut saja dan mengikuti apa yang sudah direncakana oleh suaminya.
“Dek, tikarnya ada di sebelah mana yah ?” Tanya Miftah pada istrinya yang tengah sibuk memasukkan barang ke bagasi.
“Eh bukannya di kamar ada mas ?” Jawab Nayla.
“Gak ada dek, apa keselip di gudang yah ?” Tanya Miftah khawatir.
“Eh bakalan kotor dong… Banyak debunya loh mas” Jawab Nayla.
“Makanya, coba deh mas cari di kamar lagi” Ucap Miftah kembali pergi.
“Huft dasar… Sukanya mendadak terus sih” Ketus Nayla menyikapi sikap suaminya.
Nayla kembali menata barang yang akan ia masukan ke bagasi. Koper-koper berisi pakaian juga tas-tas kecil berisi jajanan serta snack selama perjalanan telah ia masukan ke dalam bagasi. Ia merasa barang-barang yang akan mereka bawa sudah cukup untuk perjalanan selama dua hari. Ya, mereka akan berlibur selama dua hari satu malam. Sebenarnya tanggal merahnya sih cuma ada di hari ini. Tapi mumpung besoknya adalah hari minggu membuatnya sekalian ingin menambah waktu liburan.
Ketika sedang asyik-asyiknya menata barang. Tiba-tiba ia merasakan adanya sentuhan yang di bokong montoknya. Sontak Nayla menjerit lalu segera menoleh ke belakang.
“Eh . . .” Mata Nayla berbinar saat melihat siapa yang baru saja datang di belakangnya. Nayla mendadak kesal. Tatapannya benci. Ia pun mencoba menjauhkan tangan nakal itu dari bokong montoknya.
“Lepaskan, pak” Ucap Nayla.
“Hakhakhak… Pagi-pagi udah wangi aja nih… Gimana ? Udah dipake ?” Tanya pak Urip tanpa berbasa-basi lagi. Ia pun menarik tangannya dari bokong Nayla lalu menatap wajah cantiknya.
“Sudah” Jawab Nayla dengan dingin lalu berfokus menata barang lagi.
“Masa ? Coba saya cek” Ucap Pak Urip sambil meraba-raba vagina Nayla.
“Bapaaakkk… Aku udah bilang udah ya udah…” Ucap Nayla risih.
“Hakhakhak… Angkat gamisnya sekarang… Saya mau lihat sendiri” Ucap pak Urip kekeh. Padahal tadi tangannya sudah merasakan tonjolan aneh di vagina Nayla. Tapi ia masih ingin mengeceknya dengan menggunakan kedua matanya sekalian bisa melihat pemandangan indah yang ada di balik celana dalam majikan alimnya itu.
“Tapiii paakk… Ini di . . . .” Ucap Nayla menyadari mereka berada di ruangan terbuka.
“Terus ? Mau saya angkat paksa gamis non ?” Ancam pak Urip yang membuat Nayla ketakutan.
Nayla akhirnya tak mempunyai pilihan. Matanya melihat sekitar untuk memeriksa keadaan. Ia juga menatap ke arah pintu rumahnya yang terbuka khawatir suaminya akan datang dan memergokinya tengah mengangkat naik rok gamisnya.
Pelan-pelan ia mulai menarik roknya. Meski agak risih ia terpaksa untuk melakukannya. Matanya masih melihat sekitar. Stockingnya mulai terlihat. Lututnya mulai terlihat. Paha mulusnya juga mulai terlihat yang membuat pria tua itu ngiler melihat kemulusannya. Karena kesusahan, Nayla pun memilih duduk di tepi bagasi lalu mengangkangkan kedua kakinya. Terlihat celana dalam berwarna pink itu nampak dihadapan mata pak Urip. Terlihat tonjolan mencurigakan yang berada di balik celana dalam pink itu.
“Buka celana dalamnya !” Ucap pak Urip.
Nayla agak kesal karena masih saja dirinya diminta untuk membuka celana dalamnya. Ia lagi-lagi terpaksa melakukannya. Ia pun menurunkan celana dalamnya sampai ke lutut hingga nampaklah suatu benda yang menyumpal vaginanya.
“Hakhakhak… Bagusss… Baguss non sudah memakainya” Ucap pak Urip tampak bangga.
“Sudah kan pak ? Aku mauu . . .” Ucap Nayla hendak menaikan celana dalamnya lagi.
“Eh tunggu dulu !” Ucap pak Urip menahannya.
“Aaaahhhhhhhhh”
Pak Urip lalu melepas vibrator itu pelan-pelan hingga Nayla mendesah merasakan gesekan dari benda yang suka bergetar itu. Wajah besarnya juga mendekat lalu menghirup aroma dari vagina yang sudah ia pejuhi berulang kali itu. Tercium aroma nikmat yang membuatnya selalu ingin menusukkan lubang sempit itu lagi menggunakan batang penisnya. Lidahnya kemudian keluar lalu menjilati bibir dari vagina yang beraroma wangi itu.
“Aaaahhhhh bappaaaakkkkk” desah Nayla dengan manja sambil menahan kepala pembantunya agar tidak lebih dekat lagi.
“Hakhakhak… Suka banget saya sama suara desahanmu itu non… Ayo desah lagi” Ucap pak Urip sambil menjilati lubang vaginanya yang membuat akhwat bercadar itu merinding nikmat.
“Aaaahhhh bapaakkk… Janggaannnn” desah Nayla menggelinjang.
Jemari pak Urip yang gemas ikut masuk untuk mengorek-ngorek liang senggama milik majikannya itu. Jemari gemuknya pun memeriksa seberapa dalam sebenarnya isi dari goa ternikmat yang pernah ia jelajahi itu. Sialnya jemarinya tak sampai. Anehnya, tiap kali jemarinya mengorek dinding goa itu. Terdengar suara desahan yang membuat pak Urip ketagihan untuk melakukannya. Ia pun terus mengoreknya. Ia tersenyum senang tiap kali pemilik dari goa itu menjerit dengan penuh kenikmatan.
“Aaahhhhh paaakkk… Aaahhhh hentikaann… Aaahhh bapaakk cukuuppp” Desah Nayla ngos-ngosan.
“Loh sial jari saya gak sampe… Coba saya cek pake benda laen ah” Ucap pak Urip berdiri tegak lalu tiba-tiba menurunkan resleting celananya. Sontak mata Nayla terbuka lebar. Sesuatu yang besar dan berwarna hitam telah keluar dari dalam resleting itu. Benda hitam itu sudah berdiri tegak. Benda hitam itu sudah mengeras. Nayla pun bergidik saat melihatnya di pagi hari itu.
“Paaakkk… Apa iniii ? Jangan disini ? Ini masih pagi paaakk… Kita lagi di luar ! Jangan sampai keliatan orang lain pak… Gimana dengan suami aku ?” Tanya Nayla panik saat duduk di dalam bagasi mobilnya.
“Tenang, saya gak bakalan ngentot non sekarang kok… Saya cuma mau cek ombak aja” Ucap pak Urip sambil memegangi kedua paha Nayla lalu menariknya untuk memposisikan lubang vagina majikannya itu berada tepat dihadapan penis hitamnya.
“Cekk ombaakk… Maksudnya ?” Tanya Nayla merinding melihat benda hitam itu sudah bersiap meluncur ke dalam vaginanya.
“Maksudnya ya kaya gini… Hennkgghhhh !!!” Desah pak Urip yang tiba-tiba menusukkan penisnya ke dalam liang senggama Nayla.
“Aaaaaahhhhh mmpphhhhhhh” desah Nayla yang nyaris menjerit keras namun tertahan oleh kedua tangannya sendiri yang sedang menutupi mulutnya. Nayla memejam nikmat. Ia terkejut pembantunya itu benar-benar membenamkan penisnya ke dalam vagina dirinya.
“Aaaahhhh nikmatnyaaaa… Coba lagi…. Hennkgghhhh !!!” Desah pak Urip kembali mendorong pinggulnya untuk memeriksa seberapa dalam sebenarnya rahim dari majikannya itu.
“Aaaahhh bapaakkk tollloongggg…. Mmppphhhh” Nayla sampai menggelinjang. Rasanya sungguh nikmat hingga membuatnya tak bisa bergerak merasakan tusukannya.
Akhwat bercadar yang saat itu mengenakan gamis putih dengan motif bunga-bunga serta hijab & cadar berwarna biru muda itu semakin tak berdaya. Padahal dirinya cuma baru ditusuk saja. Ia belum merasakan genjotan dari pembantu tuanya. Namun itu sudah cukup untuk membuatnya lemas tak berdaya. Apalagi saat pria tua itu kembali menusukkan penisnya hingga penis hitam itu semakin terbenam di dalam vaginanya.
“Aaahhhh cukkuuppp paakkk… Cukuppp ouhhhhhh” desah Nayla sampai ngos-ngosan.
“Hakhakhak… Enak sekali bukan ? Kayaknya kontol saya udah mentok nih… Dalem juga yah memek mbak ? Bisa masukin semua kontol saya ke dalem” Ucap pak Urip sambil tersenyum saat menatap wajah indah Nayla.
“Cuukuuppp paakk… Cukuppp akuu mohhoonn” Ucap Nayla yang membuat pak Urip tertawa lepas.
“Hakhakhak okelah” Ucap pak Urip menuruti.
Ditariknya lagi penis besarnya secara perlahan yang gesekannya memberikan kenikmatan bagi pemilik goa sempit itu.
“Uuuhhhhh baapaakkk… Mmppphhhh” desah Nayla menggelinjang.
Saat ujung gundulnya nyaris terlepas dari goa kenikmatan itu. Tiba-tiba pak Urip menghantamkan pinggulnya hingga kembali mentok ke dalam rahim akhwat bercadar itu.
“Paak mmppphhhhhhhh” Desah Nayla yang untungnya masih sempat menutupi mulutnya.
Mata Nayla berkunang-kunang. Tubuhnya bergidik. Vaginanya semakin basah setelah ditusuk oleh tongkat sakit milik pembantunya. Tak pernah ia sepuas ini saat ditusuk oleh penis sakti milik pak Urip. Bahkan ia nyaris mendapatkan orgasmenya kalau tusukan pak Urip lebih kuat lagi daripada ini.
Tiba-tiba pak Urip menarik keluar penisnya hingga terbebas dari dalam rahim sempit itu. Nampak penis hitamnya sangat basah. Cairan cinta Nayla melumuri penis itu hingga sempurna.
“Hakhakhak… Itu pembukaan dari saya non… Duh sayang waktu kita sempit banget… Kalau kita cuma berdua pasti sudah saya pejuhi lagi rahim non… Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil mengelap penisnya dengan rok gamis yang Nayla kenakan.
Pak Urip pun memasukan penis itu lagi ke dalam resleting celananya. Ia lalu kembali menghampiri Nayla lalu memasukan vibrator itu lagi ke dalam vaginanya.
“Ini jangan lupa… Dipake yah” Ucap pak Urip tersenyum.
“Mmmppphhhhhh” desah Nayla dengan wajah memelas.
“Oh yah… Coba cek… Masih berfungsi kan ?” Ucap pak Urip sambil menyalakan remot kontrolnya.
“Aaaahhhh bapaakkkk… Aaaahhhhh” Desah Nayla tak kuat yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Hakhakhak… Masih berfungsi ternyata… Yaudah saya sibuk… Lanjutkan kegiatanmu yah non” Ucap pak Urip tertawa puas sambil meninggalkan Nayla begitu saja.
Nayla yang masih ngos-ngosan tak percaya dengan apa yang sudah pembantunya itu lakukan. Ia sudah dipermainkan. Ia tak menyangka pak Urip memainkan nafsunya dengan begitu mudahnya.
“Aduhhh astaghfirullah” Ucap Nayla yang langsung jatuh berlutut setelah turun dari bagasi mobilnya. Kakinya mendadak lemas hingga tak sanggup berdiri. Rasa gairah yang berapi-api perlahan kembali menguasai. Nafsunya telah memuncak. Ia pun ditinggalkan begitu saja saat lagi terangsang-terangsangnya.
“Hah… Hah… Hah… Aku mmppphhhh” Lirih Nayla yang diam-diam butuh pemuas.
Nayla pun bingung harus berbuat apa. Dengan tertatih-tatih ia mencoba berdiri sambil memegangi tepi mobilnya. Setelah berdiri, ia pelan-pelan membuka pintu mobilnya lalu duduk di dalam sambil menunggu kedatangan suaminya.
“Maasss… Hah… Hah… Hah… Jangan masuk dulu yah !” Ucap Nayla tak kuat lagi.
Tangannya lagi-lagi mengangkat gamisnya. Lalu pelan-pelan mengusapi vaginanya untuk melampiaskan nafsu yang tak sanggup ia tahan.
Tanpa sepengetahuan Nayla dari arah rumah sebelah. Terpantau pak Beni yang baru saja keluar dari dalam rumahnya melihat ada mobil Miftah yang sedang dinyalakan. Tepat saat itu ia melihat Nayla baru saja masuk ke dalam mobilnya. Meski ia tak melihat dengan jelas apa yang sedang Nayla lakukan di dalam. Ia merasa kalau Nayla pasti akan bepergian bersama suaminya.
Diam-diam ia ingin sekali mendekat untuk mengucapkan salam atau sekedar mengobrol dengannya. Ia ingin berbicara dengan Nayla untuk meredakan rasa rindunya. Tapi pandangan warga sekitar yang sudah terlanjur buruk kepadanya membuatnya harus mengurungkan niatnya. Pak Beni hanya bisa memperhatikan Nayla dari kejauhan. Hanya sebatas itu dirinya mampu menjaganya.
Untungnya tak lama kemudian terlihat Miftah mendekat lalu duduk di sebelah kursi pengemudi. Nampak di dalam siluet Nayla yang terkejut saat suaminya datang. Entah apa yang dipikirkan, Pak Beni merasa pasti Nayla baru saja terlelap lalu terbangun saat mendengar suara pintu mobil yang terbuka. Pak Beni tertawa lepas. Ia merasa lega setelah melihat dua pasangan suami istri itu memasuki mobil secara bersamaan.
“Syukurlah… Kayaknya mereka mau pergi liburan… Mumpung tanggal merah juga kan ? Setidaknya mbak Nayla bisa berekreasi tanpa adanya gangguan dari pak Urip… Selamat bersenang-senang yah mbak” Ucap pak Beni tersenyum.
Tak lupa ia juga mendoakan Nayla agar bisa lebih fresh saat berlibur bersama suaminya. Ia pun lekas masuk ke rumahnya setelah itu.
Namun baru saja pak Beni masuk ke dalam rumah. Terlihatlah pak Urip yang membuka pintu mobil untuk duduk di kursi pengemudi. Pak Urip kemudian duduk sambil memegangi setir mobil majikannya. Wajahnya tersenyum senang. Matanya pun menatap ke arah spion tengah untuk menatap wajah indah Nayla yang sedang tersiksa. Nampak Nayla membuang wajahnya ke samping. Tatapannya terlihat seperti ada yang mengganjal sambil melihat ke arah jendela luar.
“Oh yah pak, emangnya jalan ke puncak lagi gak ramai yah ?” Ucap pak Urip membocorkan lokasi liburan mereka.
“Loh pak, kok dikasih tau… Harusnya rahasia aja pak biar surprise… Tapi udah terlanjur gini ya udah hahaha… Harusnya sih agak ramai makanya ayo kita harus cepat” jawab Miftah santai.
Nayla pun jadi tahu kalau mereka akan berlibur ke puncak. Nayla pun merasa lega. Setidaknya disana ia bisa menghirup udara segara sambil menetralisir pikirannya yang sedang kotor-kotornya. Seketika ia teringat sesuatu yang membuatnya segera membuka tasnya.
“Oh yah, obatnya” Lirih Nayla dengan sangat pelan.
Ia pun buru-buru membuka tutup botolnya lalu menenggak air ramuan itu. Diam-diam pak Urip tersenyum saat melihat Nayla sedang minum. Ia pun merogoh saku kemejanya dan memegangi remot kontrolnya. Ia sangat tak sabar untuk bermain-main dengan bidadari pemuasnya itu. Ia pun tersenyum kegirangan. Ia menatap kaca spion tengah lalu mulai menjalankan mobilnya.
Silahkan istirahat dulu yah non… Nanti kalau kita udah deket… Kita bakalan main-main lagi… Hakhakhak…
Batin pak Urip.
Beberapa jam kemudian di lingkungan sekitar rumah Nayla. Terlihat sebuah motor mendekat. Motor itu memperlambat kecepatannya. Saat motor itu tiba di depan pintu gerbang rumah Nayla, motor itu berhenti. Akhwat yang menungganginya melongok ke dalam untuk melihat keadaan.
“Kok sepi yah ? Kayaknya gak ada orang sama sekali deh” Ucapnya sambil melihat sekitaran halaman rumah Nayla.
Terlihat pintu tertutup rapat. Terlihat garasi rumah juga tertutup rapat. Bahkan pintu gerbang masuk ke halaman rumah juga tertutup rapat. Akhwat itu merasa ada yang aneh. Padahal biasanya pintu akan dibuka, setidaknya pintu gerbang rumah akan dibuka.
“Apa jangan-jangan mbak Nayla sedang pergi yah ? Hmmm apa lagi kan sekarang tanggal merah” Ucap akhwat cantik bernama Putri itu.
Putri pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Ia pun segera pergi menuju tempat yang ingin ia datangi sejak awal. Ia melajukan motornya sejenak lalu tiba-tiba membelokkannya ke arah kanan menuju sebuah rumah. Ya, rumah yang letaknya berada tepat di sebelah kanan rumah Nayla. Rumah yang dihuni seorang pria tua yang kesehariannya bekerja sebagai tukang sapu jalanan.
Tokkk… Tokkk… Tokkk…
“Assalamualaikum” Ucap Putri setelah mengetuk pintu rumahnya.
Tak berselang lama, pintu dibuka. Muncullah seorang pria tua yang sedang bertelanjang dada menyisakan celana kolornya saja. Putri pun terkejut saat pertama kali melihatnya. Reflek tangannya ia angkat untuk menutupi wajah cantiknya. Demikian juga dengan pak Beni, ia tak menyangka bahwa wanita yang baru saja ia jadikan bahan coli kemarin tiba-tiba datang ke rumahnya.
“Aaahhhhh bapaakkk… Kok gak pake baju” Ucap Putri terkejut.
“Ehhhh mbak Putri… Maaf saya gak tau mbak yang dateng… Silahkan masuk dulu… Saya mau pake baju sebentar” Ucap pak Beni mempersilahkan masuk lalu ngeluyur pergi untuk mengambil kaus santainya.
Putri pun berjalan masuk kemudian berdiri di tempat sambil memperhatikan keadaan ruang tamunya. Cukup lama Putri berdiri disana sebelum pak Beni datang setelah mengenakan kausnya.
“Silahkan duduk mbak” Ucap pak Beni mempersilahkan Putri dengan sopan.
“Makasih” Jawab Putri sambil tersenyum.
Pak Beni memperhatikan penampilan akhwat yang baru saja menjadi wanita dewasa di depannya.
Dengan gamis berwarna cream yang dikenakan oleh Putri. Dengan hijab yang memiliki warna serupa dengan gamis yang dikenakan olehnya. Juga masker serta tas yang melengkapi asesoris yang dipakai olehnya. Putri terlihat cantik. Penampilannya juga modis. Pakaiannya terlihat bergaya. Tatapan matanya begitu mempesona. Diam-diam pak Beni pun jatuh hati kepadanya.
“Eehhemmm anu… Mbak sehat ? Udah gapapaa kan ?” Tanya pak Beni berbasa-basi.
“Alhamdulillah pak… Aku udah mendingan… Udah gak terlalu sakit, aku juga udah bisa berjalan kok” Jawab Putri dengan lembut.
Terlihat tatapannya yang malu-malu. Jemarinya terlihat gelisah karena selalu meremas-remas jemari lainnya saat diajak mengobrol dengan pak Beni.
“Ehhmm emang ada keperluan apa yah mbak kemari ?” Tanya pak Beni penasaran.
“Hehe enggak… Eh iya itu mbak Nayla pergi yah ? Kok rumahnya sepi” Jawab Putri yang tidak langsung mengungkapkan alasan kedatangannya.
“Iya mbak… Tadi sih saya liat mbak Nayla sama suaminya kayak mau liburan gitu… Mereka pergi naik mobil… Tadi juga saya ngeliat ada koper di dalam mobilnya… Kurang tau sih mau kemana tapi ya setidaknya itu baik lah buat mbak Nayla sendiri… Setidaknya hari ini mbak Nayla bisa terbebas dari pak Urip” Ucap pak Beni tersenyum.
Mendengar nama pak Urip disebut membuat Putri langsung menunduk. Jujur nama itu masih membuatnya merasa kecewa. Nama itu masih membuatnya merasa trauma. Menyadari hal itu terjadi, pak Beni pun langsung meminta maaf kepadanya.
“Eh maaf mbak, bukan bermaksud apa-apa… Maaf kalau saya malah membuat mbak teringat kejadian kemarin” Ucap pak Beni menyesal.
“Gapapa pak… Bapak gak salah kok… Aku aja yang masih belum move on dari kejadian itu… Oh yah terima kasih yah kemarin bapak udah jagain aku… Aku bersyukur banget bapak mau jagain aku selagi mbak Nayla pergi bekerja” Ucap Putri tersenyum.
“Itu bukan apa-apa kok mbak… Lagipula saya enggak melakukan apa-apa kok kemarin… Saya cuma menunggu di ruang tamu… Saya ikut seneng denger kabar mbak yang gak kenapa-kenapa sekarang” Ucap Pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Oh yah… Mbak mau minum apa, biar saya buatkan ?” Ucap pak Beni menyadari tak ada sesuatu untuk menyambut keadatangan bidadari bermasker itu.
“Eh gak usah pak… Aku cuma sebentar kok disini… Udah, gak perlu pak” Ucap Putri menolak halus.
“Udah gapapa… Setidaknya mbak minum teh sebentar yah… Bentar saya buatkan dulu” Ucap pak Beni memaksa.
Melihat tuan rumah yang sudah pergi membuat Putri tak bisa menolak lagi. Selagi pak Beni membuat minuman teh untuknya. Tiba-tiba ia teringat kejadian kemarin. Kejadian setelah dirinya diperkosa oleh pak Urip.
“Apa kubilang… Pak Beni orangnya emang baik yah” Ucap Putri sambil memangku dagunya menggunakan telapak tangannya. Sikunya ia sandarkan pada lututnya. Tubuhnya agak ditundukkan ke depan. Tatapannya terfokus ke arah tubuh kekar pak Beni yang sedang menyiapkah teh untuknya.
Ia teringat bagaimana perlakukan pria tua itu kemarin kepadanya. Ia ingat betul bagaimana pak Beni justru memberinya selimut setelah tubuh telanjangnya terungkap setelah diperkosa pak Urip. Menurutnya, itu merupakan perbuatan yang jantan dari seorang pria. Alih-alih mengikuti jejak pak Urip dengan memperkosa dirinya. Pak Beni malah menutupi tubuhnya yang membuat sebagian auratnya kembali tersingkap. Lalu ia teringat bagaimana cara pak Beni saat menggendongnya menuju rumah ini. Saat itu, dengan malu-malu ia menatap wajah pak Beni saat menggendong dirinya. Terlihat aura kebapakan yang membuat Putri merasa aman & nyaman saat berada disisinya. Pak Beni pun menggendong tubuhnya dengan mudah dan membawanya menuju rumahnya. Disana Putri dijaga hampir seharian olehnya. Ketika ia membutuhkan sesuatu, pak Beni dengan sigap datang untuk memenuhi kebutuhannya. Ketika ia menginginkan ini dan itu. Pak Beni dengan sigap memenuhi hajatnya. Bahkan saat Putri ingin pergi ke kamar mandi, Pak Beni dengan sigap membantunya berjalan dan mengantarnya menuju ke kamar mandi. Jujur cara pak Beni dalam merawatnya membuat Putri merasa kenyamanan pada dirinya. Putri merasa seperti sudah mengenal pak Beni sejak lama.
“Kok jadi deg-degan yah” Ucap Putri dengan lirih lalu menegakkan tubuhnya kembali.
“Ini tehnya buat mbak” Ucap pak Beni sopan.
“Makasih” Ucap Putri sambil memegangi telinga cangkir itu.
“Oh yah… Mbak Putri gak liburan juga… Bukannya hari ini libur ?” Tanya pak Beni.
“Enggak pak… Aku sekarang tinggal di kontrakan sendiri… Aku juga masih kuliah jadi ya agak susah mau kemana-mana… Belum lagi kemarin . . . “ Ucap Putri sambil tersenyum sedih.
“Eh udah gak usah diceritain… Saya paham kok perasaan mbak” Ucap pak Beni yang membuat Putri tersenyum.
“Bapak sendiri gak liburan ?” Tanya Putri gentian.
“Hehe liburan kemana mbak… Saya juga gak punya siapa-siapa… Istri gak ada… Anak apalagi… Mau pulang ke rumah ortu juga ngapain… Jauh, mending disini aja yakan” Ucap pak Beni tersenyum.
“Eh masa… Bapak belum nikah ? Kirain bapak merantau kesini ninggalin keluarga di kampung sana” Ucap Putri terkejut.
“Hehe seperti yang saya katakan tadi mbak… Istri gak ada… Anak apalagi hahaha… Udah nasib saya kayaknya” Jawab Pak Beni menertawakan nasib hidupnya yang masih begini-begini saja.
“Ehhh bukannya gak ada… Tapi belum ada… Bapak pasti bisa nikah kok” Ucap Putri menyemangati.
“Hehe makasih… Walau gak tau sama siapa nanti hahahah” Tawa pak Beni malu saat mengingat usianya yang sudah tua tapi masih betah menjomblo saja.
“Pasti ada kok… Pasti” Jawab Putri sambil memperhatikan wajah pak Beni yang sedang tertawa.
Mereka pun terus mengobrol saat itu untuk mengakrabkan diri. Mereka jadi lebih mengenal satu sama lain. Tak jarang mereka berdua tertawa bersama. Tak jarang hanya Putri yang tertawa ataupun pak Beni yang tertawa. Putri pun merasa seperti sedang mengobrol dengan teman ayahnya saja. Pak Beni rupanya cukup asyik juga untuk diajak berbicara.
Putri pun memperhatikan. Terdengar suara pak Beni cukup jantan. Bahkan tingkah lakunya cukup sopan. Entah kenapa semakin lama ia mengobrol dengan pak Beni membuat jantungnya semakin berdebar kencang. Diam-diam ia memperhatikan tubuh pak Beni yang cukup kekar. Meski tubuhnya tertutupi kaus bola berlogo Barcelona. Otot di lengannya sudah cukup untuk membuat Putri terpesona. Seketika ia teringat kejadian kemarin saat dijaga oleh pak Beni.
Saat tiduran di atas ranjang pak Beni. Diam-diam ia mendengar suara desahan dari arah luar kamar. Saat ia diam-diam berjalan melihat keadaan di luar, ia mendapati pak Beni sedang beronani sambil menyebutkan nama dirinya. Putri terkejut saat itu. Ia pun buru-buru kembali tiduran diatas ranjang seolah tidak terjadi apa-apa.
Alih-alih marah, ia justru kagum pada pilihan pak Beni saat kemarin. Padahal bisa saja pak Beni memperkosanya apalagi tidak ada orang lain selain diri mereka berdua saat itu. Tubuhnya juga sedang lemah. Pasti ia tidak mampu melawan andai kembali diperkosa oleh seseorang. Namun pak Beni lebih memilih untuk beronani saja. Putri memaklumi. Apalagi pak Beni baru saja melihat tubuh telanjangnya. Putri pun semakin yakin bahwa pak Beni adalah seorang lelaki yang jantan. Ia bukan lelaki yang suka bertindak kasar. Sikapnya cenderung sopan. Sikapnya lemah lembut ketika bercengkrama dengan seorang perempuan. Putri pun tersenyum sambil memperhatikan wajah pak Beni saat pria tua itu sedang menceritakan sesuatu kepadanya. Memang terdengar aneh, tapi rasanya Putri telah jatuh cinta kepadanya.
“Hihihih” tawa Putri dengan lirih.
“Mbakk… Mbakk kok ketawa sih ?” Tanya pak Beni heran kepada Putri.
“Ehh enggak hihih… Oh yah… Bapak punya pulpen sama selembar kertas gak ?” Tanya Putri mengejutkan pak Beni.
“Eh buat apa ? Kayaknya ada deh… Bentar yah saya ambilkan” Jawab pak Beni dengan sopan.
Putri lagi-lagi tersenyum sambil memperhatikan sikapnya.
“Ini mbak” Ucap pak Beni setelah memberikan benda itu ke Putri.
Tiba-tiba Putri menuliskan beberapa angka disana. Putri juga memberikan tanda tangannya. Tak lupa ia juga menuliskan nama lengkapnya dibawah tanda tangan yang sudah ia bubuhkan disana.
“Ini nomor hape aku… Tolong telpon balik ke aku yah biar bisa aku save” Ucap Putri malu-malu.
“Eh nomor mbak… Kenapa mbak ngasih nomor hape mbak ke saya ?” Tanya pak Beni heran.
“Gapapa… Itung-itung aku bisa nanya ke bapak kalau aku mau ke rumah mbak Nayla untuk ngecek ada pak Urip apa enggak” Jawab Putri beralasan.
“Oh… Kalau gitu saya telpon balik yah” Ucap Pak Beni sambil mengambil hapenya.
Seketika Putri tersenyum saat menerima panggilan dari pak Beni. Ia segera menyimpannya. Akhirnya ia mendapatkan tujuan dari perjalanannya hari ini. Dengan malu-malu ia berdiri. Ia tiba-tiba izin pamit dari rumah pak Beni.
“Aku mau pulang dulu yah pak… Makasih untuk tehnya juga nomor teleponnya” Ucap Putri malu-malu.
“Eh iya bukan apa-apa kok mbak… Hati-hati di jalan yah mbak” Ucap Pak Beni saat Putri hendak pergi.
“Iyya makasih” Ucap Putri reflek melambaikan tangan saat hendak keluar dari pintu rumah pak Beni.
Pak Beni pun membalasnya. Entah kenapa Putri semakin senang setelah mendapatkan balasan lambaian tangan dari pak Beni.
Pintu telah ditutup. Putri sudah keluar dari rumah pak Beni. Pak Beni seketika heran pada sikap Putri. Sikapnya sedikit aneh. Bahkan ia merasa kalau Putri sedari tadi terus menatap wajahnya sambil tersenyum.
“Hmmm mbak Putri kenapa yah tadi ? Gak tau ah” Ucap Pak Beni yang masih belum peka padahal Putri sudah memberikan banyak sinyal kalau ia menyukai dirinya.
“Ngomong-ngomong mbak Nayla lagi ngapain yah sekarang ? Kangen deh… Hah bisa-bisanya dari kemarin saya gak minta nomor hapenya… Kok gak kepikiran yah ? Kalau punya kan bisa tukeran kabar sekarang…” Ucap pak Beni.
Ia lalu memperhatikan display picture dari nomor whatsapp yang baru saja ia dapatkan. Terlihat wajah cantik Putri disana. Ia memperhatikan foto Putri cukup lama. Ia pun tiduran di sofa sambil memperhatikan DP WA itu terus.
“Mbak Putri gak kalah cantik juga yah dari mbak Nayla… Sayang banget dia udah gak perawan lagi… Sialan emang si Urip itu… Hah kok aku jadi nafsu yah… Kalau iseng aku ajak mbak Putri bercinta mau gak yah ? Pasti mau kali yah… Mbak Nayla aja mau kok masa mbak Putri enggak ?” Ucap pak Beni sambil membelai penisnya saat menatap wajah cantik Putri.
Kembali ke perjalanan liburan Nayla.
Sesuai dugaan, jalanan cukup macet saat itu. Di jalanan menanjak, banyak mobil yang tak bisa bergerak akibat padatnya mobil yang memenuhi jalanan.
Udara cukup panas. Banyak pengendara berkeringat yang akhirnya membuka kaca jendela untuk mencari angin segar. Sama halnya dengan mobil-mobil lainnya. Mobil yang dinaiki oleh Nayla juga demikian. Berulang kali Nayla melihat ke arah luar untuk menikmati pemandangan sekitar. Miftah sendiri tengah tertidur pulas. Sedangkan pak Urip sesekali memperhatikan Nayla dari kaca spion tengah lalu tersenyum penuh kepuasan.
“Non” Panggil pak Urip yang membuat Nayla menengok ke depan.
Seketika Nayla melihat benda tak asing yang sedang pak Urip pegang. Matanya membuka lebar. Sebuah kejutan kembali melanda saat benda yang berada di dalam vaginanya kembali bergetar merangsang birahinya.
“Mmppppphhh”
Tubuh Nayla mengejang. Punggungnya ia sandarkan pada sandaran kursi belakang. Matanya juga memejam. Namun suaranya ia tahan agar tidak terdengar oleh orang-orang sekitar.
“Bappaaakk… Mmpphhhhh” desah Nayla merasakan getaran yang cukup kuat di vaginanya.
“Hakhakhak… Keenakan yah non ? Yaudah nikmati aja yah… Non bakal kayak gini terus kok sampe kita tiba di vila nanti” Ucap pak Urip mengejutkan Nayla.
“Paaakkkk… Tolloonggg… Mmppphhhhh” desah Nayla kembali menekan vaginanya tuk menahan getaran yang semakin kuat.
“Ohhhhh kurang kuat yah… Saya tambahin yah” Ucap pak Urip lalu menambah getaran vibratornya.
“Apa ? Aaaaaahhhhhhh mmppphhhhhh” desah Nayla yang telat menutupi mulutnya.
Terlihat suaminya hampir terbangun saat mendengar jeritan Nayla. Untungnya suaminya kembali tertidur. Namun getaran di vaginanya yang semakin kuat membuatnya semakin resah tak berdaya. Nayla gelisah. Nayla mengerang dengan manja menahan siksaan penuh kepuasan yang ia dapatkan. Tubuhnya terus bersandar. Kedua kakinya tanpa sadar membuka lebar. Nafasnya semakin berat. Kedua tangannya pun meremasi dadanya juga memegangi vaginanya dari luar gamis yang dikenakannya.
“Paaakkkk hentiikkannn… Tolloongggg mmpphhhh” desah Nayla berusaha terus bertahan.
“Kenapaaa sihhh ? Masih belum kerasa yah ?” Ucap pak Urip yang lagi-lagi menambah kekuatan getarannya.
“Apa ? Bapaakk tollonggg… Aaaaaaahhhhhhhh… Aaaahhhhhhhh” Jerit Nayla sekuat-kuatnya sambil menggoyangkan pinggulnya yang tak sanggup ia tahan.
Suaranya yang cukup keras kali ini membangunkan Miftah yang tertidur di kursi depan. Pak Urip panik, ia segera mematikan getarannya lalu berpura-pura fokus menyetir ke depan.
“Hah… Hah… Hah…” Desah Nayla ngos-ngosan. Dadanya sampai naik turun tak karuan. Punggung tangannya ia taruh di dahinya. Ia seperti baru saja berlari berjam-jam yang membuatnya terlihat begitu kelelahan.
“Deekkkk… Ada apa ?” Tanya Miftah setengah tertidur saat mendengar jeritan istrinya.
“Gapapa pak… Tenang aja… Non Nayla tadi baru aja mimpi buruk kok… Bapak tidur lagi aja” Ucap pak Urip tersenyum.
“Oalah ? Gitu ?” Ucap Miftah yang untungnya kembali tertidur.
Nayla yang masih ngos-ngosan hanya bisa menatap wajah pak Urip tak percaya. Bisa-bisanya pembantu tuanya itu berbohong dengan tenang seolah tak terjadi apa-apa. Nayla kesal. Ia begitu kelelahan. Tapi setidaknya ia bisa beristirahat saat vibrator itu tidak bergetar lagi di dalam vaginanya.
“Apa ? Mmppphhhhh…. Mmpphhhhhh bapaakkkk” Lirih Nayla sambil menatap kaca spion tengah ke arah wajah pembantunya.
“Hakhakhak” Tawa Pak Urip yang lagi-lagi menambah kekuatan vibratornya.
“Aaahhhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh tollooonnggggg” desah Nayla dengan lirih sambil meremasi kedua payudaranya karena tak tahan.
“Ya seperti itu non… Ouhhh seksi sekali dirimu… Ayo remas lagi… Remas yang binall !” Lirih pak Urip memuji sikap Nayla saat sedang terangsang-terangsangnya.
“Aaahhhhh… Aaahhh paakkk tolloonggg hentikaann… Aaahhhh yaahhhh… Aaahhh bapaaakkk” desah Nayla semakin binal saat meremas payudaranya sendiri.
Dua susu bulatnya jadi semakin gatal. Nayla berulang kali meremasnya juga menekan-nekan puting susunya dari luar. Terlihat wajah Nayla yang begitu bernafsu. Matanya memejam. Ia sangat menikmati getaran yang terus merangsang vaginanya. Nayla sudah seperti lonte binal yang sedang menggoda pria-pria yang berada di sekitarnya. Termasuk pengendara motor yang tak sengaja berada di samping mobil Nayla.
Dari luar kaca mobil yang sudah terbuka setengahnya. Terlihat pengendara motor itu terkejut melihat ada akhwat bercadar yang tengah meremasi dadanya sambil mengeluarkan suara desahan yang menggoda. Matanya pun tak bisa ia alihkan dari keindahan tubuh Nayla. Nayla benar-benar menggoda. Pengendara motor itu bahkan sampai memegangi penisnya saat melihat Nayla bahkan memasukan jemarinya sendiri ke dalam mulutnya.
“Gilaaaa… Itu akhwat lagi sange berat kayaknya… Baru tau akhwat bisa sebinal itu pas terangsang… Emang bener apa kata orang, akhwat kalau lagi sangek emang gak ada lawannya” Lirih pengendara motor itu saat melihat aksi solo Nayla.
Untungnya mobil yang Nayla kendarai sudah bisa kembali berjalan. Diam-diam pengendara motor itu pun menghafal plat mobil yang tertulis di bagian belakang mobil Nayla.
“Dari ibukota rupanya, Jakarta emang gak pernah kehabisan stok cewek cantik” Ucap pengendara motor itu yang diam-diam mengikuti mobil yang Nayla naiki.
Sesampainya di dekat Vila yang sudah mereka sewa. Terlihat Nayla masih mendesah menahan getaran yang membuatnya menjadi semakin bergairah. Hampir selama satu jam terakhir dirinya disiksa oleh getaran yang juga memberinya sebuah kenikmatan. Getaran yang diterimanya cenderung pelan. Namun itu yang justru membuatnya semakin tersiksa. Pak Urip sengaja untuk tidak memberi Nayla kepuasan berupa orgasme sehingga hanya menyetel getaran itu dengan pelan.
Terlihat wajah Nayla yang begitu tak tahan. Terlihat mata Nayla yang begitu bernafsu setelah diberi kepuasan. Terlihat tubuh Nayla yang semakin gatal akan rasa dari belaian seorang pria. Nayla kembali ingin bercinta. Nafsunya telah merenggut akal sehat di pikirannya. Yang Nayla inginkan sekarang hanyalah kepuasan. Berulang kali ia ngos-ngosan tak karuan. Tangannya terus meraba dadanya bahkan masuk ke dalam rok gamisnya. Nayla tak kuat lagi. Ia ingin bercinta. Ia ingin kembali merasakan keperkasaan seorang pria.
“Akhirnya kita sampai juga pak” Ucap pak Urip yang membuat Miftah terbangun di sebelahnya.
Nayla yang masih bernafsu jadi kesulitan untuk menyembunyikan gairah birahinya. Ia pun mencoba untuk bersikap biasa saja sambil membuang pandangannya ke arah luar. Saat pandangannya melihat keluar, ia mendapati seorang pria tua yang mengenakan hoodie berwarna hitam juga celana jeans panjang yang tengah duduk di depan vila yang sudah mereka sewa.
“Eehhh mas Miftah… Akhirnya sampe juga… Sudah saya tunggu-tunggu daritadi” Ucap pria tua itu yang seolah tengah menyambut kedatangannya.
“Hahaha pak Rudi, apa kabar ?” Tanya Miftah yang baru saja keluar dari dalam mobilnya.
“Baik kok mas… Mas Miftah sendiri gimana ? Katanya liburan bareng sekeluarga yah ?” Tanya Pak Rudi sambil melihat ke dalam mobil Miftah.
“Iyya… Ini bareng pak Urip sama istri saya… Ayo dek sini keluar” Ucap Miftah meminta Nayla tuk keluar.
“Ehhh bapak… Apa kabar hakhakhak” Tawa pak Urip yang terlihat akrab saat baru saja keluar dari kursi kemudinya.
“Eh pak Urip… Masih keliatan muda aja nih… Gak ada yang berubah” Canda pak Rudi.
“Hakhakhak… Maklum lah bahagia terus kerja di rumah pak Miftah” Ucap Pak Urip yang langsung menjabat tangan pak Rudi.
“Oh yah pak Rudi, kenalin… Ini istri saya… Nayla namanya” Ucap Miftah mengenalkan Nayla kepada pak Rudi.
“Waahhh cantik amat… Pinter yah nyari istri” Ucap pak Rudi terpana melihat kecantikan Nayla. Apalagi sikap akhwat bercadar itu hanya tersenyum malu-malu sambil menundukkan pandangannya. Pak Rudi ikut tersenyum. Ia merasa kagum pada Miftah karena bisa mendapatkan istri yang cantik dan sealim Nayla.
Nayla yang masih merasakan gatal di vaginanya kesulitan untuk berdiri tegak. Untungnya vibrator sudah dimatikan. Tapi tetap saja efeknya masih terasa hingga sekarang.
“Hehe saya Rudi mbak… Panggil aja pak Rudi” Ucap pak Rudi hendak menjulurkan tangannya.
“Heh enak aja pengen salaman… Akhwat nih pak… Gak boleh asal pegang” Tegur pak Urip yang membuat pak Rudi merasa malu.
“Hahahaha… Bener banget bapak… Maaf yah pak Rudi… Gak boleh bersentuhan sama istri saya” Ucap Miftah tertawa yang membuat pak Rudi pun ikut tertawa.
“Oh iya juga yah hahaha… Gapapa mas, salah saya… Jadi malu saya” Ucap pak Rudi tertawa. Pak Urip pun ikut tertawa tak lama kemudian.
Namun Nayla hanya diam menatap pak Urip. Ia tak percaya dengan apa yang ia dengar. Terlebih atas apa yang sudah pembantu tua itu lakukan padanya.
Gak boleh asal pegang yah ? Hah… Hahh… Hah… Gak inget apa yang udah bapak lakuin ke aku semalam juga pagi tadi ?
Batin Nayla yang masih ngos-ngosan menahan nafsu birahinya.
Pak Rudi pun kemudian menyalami Nayla dengan cara yang syar’i yakni hanya merapatkan kedua telapak tangannya lalu mendekatkannya tanpa menyentuhnya ke arah tangan akhwat bercadar itu. Nayla tersenyum membalas salamannya. Ia dengan malu-malu mengeluarkan suaranya untuk mengenalkan dirinya.
“Aku Nayla… Salam kenal yah pak” Jawab Nayla tersenyum.
“Oh yah dek… Dulu sewaktu mas kecil… Sering banget mas berkunjung ke vila ini bareng keluarga… Kebetulan mas udah akrab banget sama pak Rudi… Hahaha… Saking seringnya dulu kesini, kalau sekarang-sekarang ini pengen booking vila… Bisa pesen jauh-jauh dari hari sebelumnya… Untungnya sekarang dapet… Kalau gak bisa kebingungan kita mau nginep dimana” Ucap Miftah menjelaskan siapa pak Rudi ke Nayla.
“Ohhh begitu” Jawab Nayla mantuk-mantuk.
“Yahh begitulah… Dulu ini suamimu agak pecicilan orangnya… Lihat pohon kelapa di sana kan ? Suamimu suka manjat-manjat coba” Ucap pak Rudi yang membuat Miftah dan Nayla tertawa.
“Hahahha bisa aja pak… Mumpung di vila… Di rumah mana bisa” Jawab Miftah malu.
“Hahaha gak nyangka sekarang mas Miftah bisa sukses… Udah gitu dapet istri cantik lagi” Puji pak Rudi sambil menatap Nayla.
Nayla pun tertunduk malu. Miftah dengan bangga pun tertawa melihat keadaan nasibnya sekarang.
“Oh yah dek, mau istirahat dulu gak ? Udah jam satuan nih… Mas mau ngobrol-ngobrol sama pak Rudi dulu… Sekalian nanya, mana aja sih tempat yang bisa buat kita jalan-jalan sore nanti” Ucap Miftah pada istrinya.
“Iyya mas… Adek juga capek hehe” Jawab Nayla yang ingin beristirahat setelah dirangsang habis-habisan oleh pembantunya di mobil tadi.
Nayla pun berjalan ke arah bagasi untuk mengeluarkan barang-barang bawaannya. Namun tiba-tiba pak Urip mendekat lalu melarang majikannya untuk membawanya.
“Biar saya aja” Ucap pak Urip yang membuat Miftah tersenyum dari kejauhan. Saat pak Rudi mengajak ngobrol Miftah. Tiba-tiba pak Urip meremas bokong Nayla lalu tersenyum menatapnya.
“Mmpphhhh” Desah Nayla tertahan sambil menatap wajah pak Urip.
“Saya tunggu di kamar… Saya udah gak tahan pengen dengerin desahan manjamu lagi, sayaangg” Ucap pak Urip yang tiba-tiba menyalakan vibratornya lagi.
“Mmppphhhh… Mmpphhh paakkk… Sudaahhh… Cukuuppp” Lirih Nayla sambil menggoyangkan pinggulnya karena tak tahan.
“Hakhakhak… Jangan lupa… Non harus bisa memuaskan saya yah nanti” Ucap pak Urip sambil mematikan vibratornya.
“Hah… Hah… Hah” Nayla tidak menjawab selain mengeluarkan desahan ngos-ngosan. Ia tak percaya kalau pembantunya langsung ingin dilayani tanpa memberinya waktu istirahat terlebih dahulu. Ia pun pasrah. Nampaknya ia harus mengangkangkan kakinya membiarkan penis pria tua itu keluar masuk di dalam vaginnya lagi.
Terlihat pria tua bertubuh gendut itu berjalan memasuki vila sambil membawa koper beserta tas yang mereka bawa. Nayla masih berdiam di samping mobil sambil mengamati pembicaraan suaminya. Nayla ingin sekali berbicara dengan suaminya. Namun suaminya terlihat asyik berbincang bersama penjaga vila bernama Rudi itu. Nayla pun melihat ke arah langit. Langit memang sedang cerah-cerahnya. Ia pun merenung di dalam hati sambil memandang langit biru tersebut.
Hah… Maafin aku mas… Kayaknya gak lama lagi aku bakal berselingkuh lagi… Jujur aku udah gak kuat lagi… Aku udah sange berat… Aku butuh kontol seseorang mas…
Batin Nayla yang kemudian menatap wajah suaminya lagi.
Saat wajahnya berbalik ke arah gerbang luar, ia mendapati ada pengendara motor yang sedang mengintip ke dalam. Saat dirinya memergokinya, terlihat pengendara motor itu seperti buru-buru pergi menjauh darinya.
Siapa dia ? Ehhh… Jangan-jangan orang itu tadi ngeliat aku diremes pak Urip dong ?
Batin Nayla deg-degan.
Terlihat pak Urip sudah memindahkan semua barang bawaannya ke dalam vila. Nayla pun mulai bergerak. Ia dengan pasrah ingin merelakan harga dirinya lagi demi membebaskan dirinya dari jeratan nafsu birahi.
Hah…. Hah… Hah… Aku udah gak tahan lagi… Aku butuh kepuasan… Aku butuh kontol yang bisa membebaskanku sekarang…
Batin Nayla semakin bernafsu.
Dengan perasaan gelisah, Nayla berjalan memasuki vila. Dengan hati yang dipenuhi keraguan, ia tak yakin untuk kembali melakukan perzinahan. Namun nafsunya terus menggerutu dan memaksanya untuk kembali menikmati penis kekar pembantunya. Tatapan Nayla kosong, pikirannya membayangkan bentuk penis pembantunya yang sudah berulang kali keluar masuk di dalam vaginanya. Pikirannya semakin keruh. Ditengah tubuhnya yang semakin bernafsu. Nayla menggelengkan kepala. Nafasnya memberat. Ia pun menaikan wajahnya saat memasuki vila yang sudah mereka sewa.
“Luas juga vilanya… Aku pasti bisa bermain dimana aja” Lirih Nayla yang justru kepikiran hal itu.
Ruang tamunya cukup mewah. Terdapat aquarium berisi ikan-ikan yang berenang didalam. Terdapat juga bantal-bantal yang tersedia diatas sofa vila tersebut. Kakinya pun terus melangkah, hingga dirinya tiba di suatu ruangan dimana pak Urip sedang duduk di tepi ranjang seolah menanti kehadirannya.
Nampak pak Urip tersenyum. Tangan kanannya ia angkat. Terlihat jemarinya memegang sesuatu yang membuat mata Nayla menyipit seketika. Jemarinya pun menekan benda itu. Mata Nayla langsung merem melek seketika. Pinggulnya bergoyang. Tangan kirinya menekan vaginanya dan tangan kanannya meremasi payudaranya. Nayla menatap pak Urip dengan tatapan penuh nafsu. Tatapannya begitu bergairah. Terlihat Nayla sudah tak kuat dan ingin menyerahkan tubuhnya pada pembantu tua yang sudah menjadi pejantannya.
Akuuu gakkk kuaaat… Massss… Aku gak kuat lagii… Akuuu ingin berzina maaasss… Aku butuh pemuas yang bisa menghilangkan rasa sangekku ini, mas…
Batin Nayla mendekat sambil terus meremasi payudaranya.
Pak Urip tersenyum melihat akhwat itu mendekat dari kejauhan. Pak Urip ikut berdiri. Pak Urip pun bersiap untuk menyambut kedatangan sang dewi.
“Paaaakkkk” Ucap Nayla yang tiba-tiba mendekap penis pak Urip dari luar celananya. Sedangkan tangan satunya membimbing tangan kanan pak Urip untuk mendekap payudaranya. Terlihat tatapannya yang begitu binal. Terdengar deru nafasnya yang berat. Pak Urip pun tersenyum. Tangannya reflek meremas dada bulat Nayla yang membuat akhwat bercadar itu mendesah.
“Mmmmppppphhhhh” desah Nayla dengan manja.
“Hakhakhak… Ada perlu apa non mendatangi saya ?” Tanya pak Urip berpura-pura tidak tahu sambil meremasi dada Nayla juga menikmati cengkraman tangan majikannya itu pada penisnya.
“Tolonngggg… Aku gak kuat lagi… Aku tersiksa pak… Tolloongg hilangkan rasa ini… Puasi akuuu… Tolooong jangan siksa aku lagi pakkk” Ucap Nayla memohon yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Hakhakhak… Caranya ?” Tanya pak Urip lagi yang membuat Nayla kesal.
“Paaakkk toloonggg… Aku butuh ini… Keluarkann paakkk… Keluaarkaannn” Ucap Nayla sambil terus meremas dan mengusap penis pembantunya.
“Ini ? Apa ini ? Sebutkan namanya dong non, biar saya paham maksud non” Ucap pak Urip yang terus bermain-main yang membuat akhwat bercadar itu semakin resah.
“Paaakkkk akuu buttuhh… Konn… Konnn” Ucap Nayla agak ragu-ragu tuk mengucapkannya. Sepertinya ia sudah bertindah kejauhan. Namun rasa gairah ini terus menyiksanya yang membuatnya terpaksa melakukannya.
“Kon ? Kon apa non ? Konfederasi ? Konsumsi ? Kontingen ? Hakhakhak” Tawa pak Urip.
“Konntoolll… Konttooll paaakkk… Aku butuh kontoll bapaakk… Keluarkan pakkk… Akuu mauuu aaaahhhhhhhhhh” desah Nayla saat payudaranya kembali diremas kuat.
“Hakhakhak… Kalau non mau, keluarin dong… Jangan manja… Ayo keluarin sendiri” Ucap pak Urip sambil mendorong bahu Nayla ke bawah hingga Nayla pun berjongkok di depan selangkangan pembantunya.
“Iyyaa… Akan aku lakukan… Akan aku keluarkann kontol bapak” Ucap Nayla yang sudah tak kuat lagi.
Namun telapak tangannya masih terus mengusap-ngusap tonjolan indah dari luar celana pembantunya. Matanya tampak mengagumi kebesaran penis pembantunya. Kedua tangannya secara bergantian membelai penis pembantunya dari luar celananya.
“Aaahhhhhh keluarkkann cepaaattt !” Ucap pak Urip yang membuat akhwat bercadar itu langsung menurutinya.
“Iyya paaakk… Mmpphhh” desah Nayla patuh saat resleting celana pembantunya itu mulai ia turunkan.
Pelan-pelan tangan kanannya menyelinap masuk ke dalam resleting celana yang terbuka. Tangannya juga masuk ke celana dalam pembantunya untuk mengeluarkan tongkat sakti yang ukurannya sangat besar sekali. Namun Nayla malah mengocoknya di dalam. Padahal pak Urip ingin melihat kulit bening Nayla yang sedang mengocoki penis hitamnya.
Pak Urip yang kesal kembali menekan remotnya yang membuat vibrator yang tersimpan di vagina Nayla semakin bergetar kuat.
“Aaaahhhhh… Aaaahhh paakkk jangaannn… Jangann dikuatin… Iya akan aku keluariinn… Tolong jangan dikuatin getarannya paaakk… Aaahhhhh” Desah Nayla yang membuat pak Urip tersenyum saja.
“Cepat… Keluarkan kontol saya… Terus masukan ke mulutmu !” Ucap pak Urip setelah menurunkan frekuensi getarannya kembali.
“Iyyahhh paaakkkk… Mmmpphhhh” Desah Nayla patuh.
Penis hitam pak Urip sudah keluar. Sesuai perintah pembantunya, Nayla langsung mengangkat cadarnya lalu memasukan benda hitam itu ke dalam mulutnya. Dengan lahap wajahnya ia maju mundurkan untuk mengulum penis hitam itu. Dengan lihai lidahnya bergerak untuk menjilati penis hitam itu di dalam. Liurnya semakin membanjir menyelimuti penis hitam itu. Nayla pun merasakan sensasi nikmatnya mengulum lagi. Dikala mulutnya hanya mengulum ujung gundulnya, maka tangan kanannya dengan lihai mengocok-ngocok batang penisnya yang membuat pemiliknya tersenyum senang.
“Aaaahhhhh… Aaahhh yaahhh… Aaahhhh seperti itu nonnn… Ouhhh yaahhhh” desah pak Urip puas.
Namun nafsu Nayla yang tak terkendali membuatnya ingin melakukan variasi. Kedua bibirnya menjepit ujung gundulnya saja. Lidahnya terus menggelitiki lubang kencingnya. Tak jarang mulutnya ikut menyeruput ujung gundulnya saja. Dikala tangan kanannya aktif mengocoki maka tangan kirinya aktif memijit kandung kemih pembantunya. Sontak pak Urip tertawa merasakan puasnya servis dari majikannya. Kembali kepala akhwat bercadar itu maju mundur mengulum penisnya. Penisnya semakin basah. Penisnya diselimuti liur Nayla begitu sempurna.
“Mmppphhhh… Mmpphhhhh… Slllrrpppp bapaaakkk” desah Nayla puas.
“Aaaaahhhhh… Aaahhhhhh… Ayo nonnn… Lagi !… Lebih binal lagiii !” Ucap pak Urip yang segera dipatuhi oleh majikannya.
“Iyyahhh paakkk… Aakuuuu . . . . “ Ucap Nayla yang tiba-tiba meletehkan penis pembantunya lalu mengangkat penis itu hingga berdiri tegak. Meski matanya sudah tertutupi kain cadarnya. Lidahnya dengan liar mampu menjilati sisi bagian bawah penis pembantunya yang sudah berdiri tegak. Lidahnya bergerak naik turun menjilati penis itu. Kadang lidahnya hanya menjilati ujung gundulnya saja. Kadang lidahnya menyentil-nyentil lubang kencingnya yang membuat pemiliknya merinding keenakan. Kadang lidahnya melilit batang penis itu lalu bibirnya mendekat untuk mencumbu ujung gundulnya. Kadang jilatannya juga turun hingga mendekati lubang anusnya. Kadang ia kembali mengulumnya. Kadang ia kembali meletehkannya. Kadang ia kembali mengulumnya lalu menghisapnya kuat-kuat yang membuat pemiliknya mendesah kegirangan.
“Aaaahhhhhhhh… Aaahhhhh… Aahhhh yaahhhh “desah pak Urip sambil berkecak pinggang.
“Mmpphhhh… Mmphhhh… Mmpphhh yahhh… Mmpphhh” desah Nayla yang semakin bernafsu.
Entah darimana ia mempelajari teknik oral ini. Yang jelas Nayla semakin liar dalam melampiaskan nafsunya. Terlihat penis itu semakin basah. Bahkan Nayla kedapatan meludahi penisnya sebelum mengocoknya lagi sembari menatap wajah tua pejantannya.
Pak Urip pun menurunkan cadar majikannya hingga ia dapat melihat tatapan matanya lagi. Terlihat Nayla sudah bernafsu ingin merasakan kepusaan yang lebih. Seolah paham, pak Urip pun tiba-tiba menelanjangi dirinya lalu berbalik badan kemudian menungging dimana kedua tangannya bertumpu pada tepi ranjang vila itu. Kedua kakinya yang masih berdiri di lantai membuat bokongnya menjorok ke arah Nayla. Pak Urip melebarkan kedua kakinya. Ia agak menundukkan punggungnya hingga lubang duburnya nampak dihadapan wajah Nayla.
“Non mau saya genjot kan ? Ayo jilat anus saya dulu” Ucap pak Urip yang membuat Nayla terkejut mendengarnya.
“Eehhh tapiiii” Ucap Nayla yang meski bernafsu, ia tetap tahu kalau anus merupakan lubang tempat pembuangan kotoran. Bagaimana mungkin lidahnya yang biasa mengucapkan hal-hal baik diminta untuk menjilati lubang dubur itu ? Nayla agak menolak namun tiba-tiba getaran yang ia rasakan membuatnya menjerit dengan begitu nikmat.
“Aaaahhhhhh… Aaahhh paakkk ammpuunnn… Ammpunnn pakkk jangan lagiii… Iyaahhh aku akan…. Aaahhhhh” desah Nayla bergoyang saat berjongkok dihadapan bokong pembantunya.
“Hakhakhak… Cepat lakukan sebelum suamimu itu datang” Ucap pak Urip yang menyadarkan Nayla.
Maasss…. Mmpphh !
Nayla pun terpaksa mendekati lubang dubur itu. Meski ia merasa jijik. Meski ia tak ingin untuk menuruti perintah anehnya itu. Lama-lama wajahnya semakin dekat ke arah dubur pembantunya. Tercium aroma pantat yang membuat Nayla merasa muak. Namun ia memaksanya. Ia menarik nafasnya yang justru membuatnya semakin menghirup aroma pantat pembantunya. Ia menahan nafasnya. Cadarnya kembali ia angkat lalu lidahnya keluar untuk menyentuh lubang dubur pembantunya.
“Aaaahhhhhh noonnnn… Aahhhh yaahhhh… Aaahhhhhh” desah Pak Urip sampai merinding.
Rasanya sungguh nikmat saat duburnya dijilati oleh lidah seorang akhwat. Kedua tangannya pun mencengkram sprei ranjang tidur vila dengan kuat. Mata pak Urip sampai merem melek keenakan. Lidah itu menjilati tepi duburnya dan terkadang menjilati lubang duburnya yang belum terbuka lebar. Namun itu sudah cukup untuk membuatnya bergidik nikmat. Pak Urip pun ingin meminta lebih. Ia mulai mengeluarkan instruksinya lagi.
“Lebarkan bokong saya non… Masukan lidahmu ke dalam” Ucap pak Urip yang mau tak mau harus dituruti oleh Nayla.
Akhwat bercadar yang masih berpakaian lengkap itu pun terpaksa melebarkan lubang dubur pembantunya yang sudah bertelanjang bulat. Sungguh pemandangan yang sangat absurd ketika ada akhwat cantik yang sedang menjilati lubang dubur pria tua yang memiliki wajah buruk rupa. Kedua tangannya melebarkan bokong pembantunya dengan memegangi bongkahan pantatnya. Saat lubang dubur itu semakin terbuka, terpaksa lidahnya bergerak masuk untuk menjilati lubang duburnya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhh nonnnnn” desah Pak Urip tersenyum senang.
“Ssllrrppp… Ssllrrpppp… Ssllrrppp” Lidah Nayla terus aktif meski ia terus merasakan sensasi jijik ketika diminta menjilati dubur pembantunya itu. Ia berulang kali merasakan rasa pahit di lidahnya. Belum juga dengan aroma memuakkan yang terhirup di hidungnya. Namun ia terus memaksa diri untuk melakukannya agar dirinya dapat dihadiahi tusukan nikmat oleh pembantu bejatnya.
Lidah Nayla mendorong-dorong dinding anus pak Urip agar bisa masuk lebih dalam lagi. Lidahnya juga sesekali keluar lalu menjilati tepi duburnya saja. Nayla merasa jitjik. Ia sudah tak kuat lagi hingga membuatnya terbatuk-batuk menghadap ke lantai kamar vilanya.
“Uhhuukkk… Uhhuukkk… Uhhukk” Nayla merasa muak dengan aroma pantatnya. Ia bahkan mengelap lidahnya sesekali menggunakan cadarnya. Ia tak sanggup lagi. Ia tak sanggup untuk menjilati dubur pembantunya lagi.
“Hakhakhak… Makasih non… Mulai sekarang, non udah boleh goyang diatas tubuh saya… Ayo sini” Ucap pak Urip yang langsung mengambil posisi tiduran terlentang diatas ranjang empuk vila tersebut.
Bagai budak yang sudah diperintah tuannya. Nayla tanpa mengucapkan apa-apa langsung berdiri menatap penis tegak yang sudah basah berlumuran air liurnya tersebut. Tangannya kembali meremas dada bulatnya sendiri dari arah luar gamisnya. Ia terdiam sejenak menatap benda keras itu. Ia merenung. Ia merenungi dirinya yang sudah seperti ini.
Seperti inikah takdirku pada akhirnya ?
Batin Nayla sambil melepas celana dalam yang dikenakannya hingga turun melewati kedua kakinya. Ia lalu menarik keluar vibratornya. Lalu menjatuhkannya ke lantai begitu saja.
Menjadi seorang budak yang selalu menghamba pada kontol seseorang ?
Batin Nayla sambil berjalan mendekat ke arah ranjang tidur vila tersebut.
Yang haus akan nafsu, yang selalu membutuhkan seorang pemuas yang bisa mengatasi rasa sangekku ?
Batin Nayla mulai menaiki ranjang vila tersebut. Nampak pak Urip tersenyum puas. Akhwat bercadar itu mulai mendekat tuk menaiki penis kekarnya.
Nayla, dimana ilmu agama yang dulu kamu sempat pelajari ? Apakah semuanya sudah terlupakan oleh nafsu birahimu sendiri ?
Batin Nayla yang sudah mengambil posisi untuk menunggangi pria tua berperut tambun itu. Tinggal ia menurunkan tubuhnya maka penis itu langsung ambles menembus vaginanya.
Entahlah, jangan tanya diriku ! Aku ini bukan seorang santriwati lagi… Aku ini, adalah… Lonte pemuas yang selalu menghamba pada nafsu birahi…
Batin Nayla yang langsung menurunkan tubuhnya hingga penis kekar itu ambles seluruhnya ke dalam vagina Nayla yang sudah sangat basah.
“Aaaaaaahhhhhhh bapaaakkkkk” desah Nayla yang kehilangan akal sehatnya.
“Aaaahhhh nonnnn… Nikmat sekaalliiii” Desah pak Urip dengan suara memberat.
Nayla yang sudah sangat terangsang justru malah ambruk diatas tubuh tambun pembantunya. Mata mereka bertemu. Nampak pak Urip tersenyum menatapnya. Nayla dengan penuh nafsu pun membalas tatapannya sambil menegakkan tubuhnya kembali.
Maafkan aku suamiku… Maaf aku sudah memilih jalan ini… Sepertinya, berkali-kali pun aku mencoba melawan, aku selalu ditakdirkan untuk menjadi seperti ini… Aku seorang pemuas… Ah tidak, aku adalah lonte yang selalu haus akan kepuasan… Tolong selamatkan aku pak… Selamatkan aku dengan kejantanan kontolmu !
Batin Nayla yang mulai menaikkan tubuhnya lalu menurunkannya dengan segera hingga dirinya merasakan gesekan ternikmat yang ia rasakan di dinding vaginanya.
“Aaaahhhhh iyaaahhh… Aaahhhhhh bapaaakk… Aaahhhh enakkk sekaliiii” Desah Nayla yang mulai konsisten saat naik turun diatas penis pembantunya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhhhh… Ayooo goyangg lebih keras lagi nonnn… Ayooo… Aaahhhhh” desah pak Urip yang tak mampu mingkem akibat rasa nikmat yang selalu menyerangnya.
“Aaaahhhhh iyyaahhh… Iyyaahh paakkk… Aaahhhh akuu akannn… Mmpphhh… Melakukannyaaa !!!” desah Nayla sambil bertumpu pada perut tambun majikannya. Tubuhnya ia angkat tinggi lalu menurunkannya dengan cepat. Ia angkat lagi lalu ia benamkan lagi. Terkadang pinggulnya bergoyang memutar. Terkadang pinggulnya bergerak maju mundur. Rasa nikmat yang ia rasakan membuatnya tak sanggup berhenti untuk bergoyang diatas tubuh pembantunya ini.
Tubuh Nayla ditegakkan. Kedua tangannya ia geletakkan saja di kiri kanannya. Pinggulnya bergerak maju mundur. Matanya menatap wajah pembantunya dengan penuh nafsu. Mulutnya berulangkali mendesah nikmat. Rasa gatal di vaginanya membuatnya ingin terus menggaruknya hingga membuat goyangannya semakin terasa luar biasa.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhhh enakkk bangett paakkk… Aahhhhhhh” desah Nayla meski masih malu-malu saat menatap pembantunya itu.
“Aaaahhhh… Aahhhhhh… Iyya kan ? Non mulai mengakuinya kan ?” Tanya pak Urip ditengah-tengah desahannya.
Namun kali ini Nayla menjawab. Hatinya kembali teringat perbuatan baik suaminya. Namun rasa nikmat membuatnya ingin terus menggoyangnya. Meski batinnya sudah memilih jalannya untuk menjadi lonte pemuas. Namun hati kecilnya selalu mengingatkan kalau ini adalah perbuatan yang salah. Nayla bingung. Ia ingin kepuasan tapi hatinya malah berbicara tidak, ini hanyalah kepuasan yang fana. Ketika ia ingin menuruti hatinya namun nafsunya justru berkata tidak, jangan berhenti, nanti kamu akan tersiksa selamanya.
Kata-kata itu terus bergelut di pikirannya. Hatinya bergejolak. Ia bingung harus memutuskan apa namun pinggulnya terus bergoyang merangsang nafsu birahi pembantunya. Rasa nikmat itu membuatnya ingin meremas dadanya.
Tanpa diperintah oleh pak Urip, Nayla menurunkan resleting gamisnya hingga gamisnya jatuh di sekitar pinggangnya. Nampak beha yang Nayla kenakan terlihat. Ia menurunkan cup branya lalu tangannya meremasi susunya sambil terus bergoyang menikmati kepuasan yang ia dapatkan.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Aaahhh bapaaakkk” desah Nayla yang membuat pak Urip tertawa puas.
“Hakhakhak… Iyyahh betulll… Remes seperti itu nonnn… Binalkan dirimu… Nikmati kontol saya dan remas susumu kuat-kuat !” Ucap pak Urip yang membuat Nayla semakin bersemangat.
“Aaahhhh iyaahhh… Akan kulakukan paakk… Aaahhhhh… Aaaaahhhh” desah Nayla sambil memelintir putingnya sendiri.
Naik turun, naik turun, naik turun. Tubuh Nayla terus naik turun diatas tubuh pejantannya yang tambun. Terasa penis itu menggaruk vaginanya. Terasa nafsunya terpuaskan oleh goyangannya. Terasa susunya terpuaskan oleh remasannya yang membuatnya semakin liar dalam memuaskan nafsunya.
Pak Urip sendiri tidak sanggup berdiam lebih lama lagi. Ia ingin aktif menggenjot vagina majikannya. Sudah cukup baginya membiarkan Nayla bergerak sendiri ditengah persetubuhan mereka yang semakin panas. Kedua tangannya tiba-tiba mencengkram pinggang Nayla yang masih tertutupi gamisnya. Pinggulnya mulai bergerak naik. Tubuh Nayla sampai meloncat saat penis tua itu mulai aktif bergerak menggempur vaginanya.
“Aaaahhhh… Aaahhhh bapaakk… Aahhhhh” desah Nayla terkejut akan penetrasi pembantunya.
“Aaahhhhhh saya gak sanggup diem lagi non… Saya mau ikut genjot… Ayo sini… Saya akan memberimu kepuasan yang tidak terkira” Ucap pak Urip sambil menarik tubuh Nayla hingga berbaring diatas tubuh telanjangnya. Puting mereka bertemu. Kulit mereka bersatu. Mereka terlihat seperti kopi dan susu. Saat Nayla terjatuh diatas tubuh pembantunya, pak Urip dengan sigap langsung menggempur vaginanya yang membuat tubuh Nayla bergerak maju mundur diatas tubuhnya.
“Aaaahhhhhh… Aaaahhhh… Aaahhhhh” Desah Nayla dengan keras.
Kulit mereka bergesekan. Pentil mereka juga bergesekan. Telapak tangan pak Urip menekan punggung mulus majikannya ke arahnya. Penisnya pun bergerak kencang. Ibarat pengeboran, penisnya bergerak keluar masuk untuk mengebor minyak yang tersimpan di dalam vagina Nayla.
Vagina Nayla semakin basah. Penis pak Urip jadi semakin mudah untuk keluar masuk ke dalam. Suara pinggul mereka yang berbenturan semakin keras. Wajah Nayla yang berada tepat diatas wajah pembantunya hanya bisa memejam tuk menahan hujaman yang semakin keras.
Plookk… Plokkkk… Plookkk !!!
“Aaaahhhh yaaahhh… Aaahhhh puas sekaliii rasaannyyaa… Aaahhh saya gak pernah bosan untuk menyetubuhi memek rapetmu nonnnn” Ucap pak Urip ditengah kepuasannya.
“Aaahhh yaahhh… Aaaahhh pakkkkk… Aaahhh akuuu… Aaahhhhh”
Nayla kesulitan untuk mengatakan “Aku juga”. Harga diri masih menghalangi dirinya untuk mengucapkan kalimat simpel itu. Sebagai akhwat bercadar, tentu ia tak mau dirinya kehilangan harga dirinya dengan begitu mudah. Meski tubuhnya sudah menerima untuk menjadi lonte pemuas. Hatinya terus bertahan untuk menjaga batasan. Namun seiring sodokan pembantunya yang semakin kuat. Semakin goyahlah hatinya untuk menuruti apa yang diinginkan oleh tubuh indahnya.
Aaakkuuu lonteee… Akkuu ini lonteeee… Aaaahhhh tidak, apa gak malu sama hijab & cadar yang kamu kenakan Nay ?
Batin hatinya terus bergejolak.
Entahhlaahhh… Aku bingungg… Aku gak tau lagi… Pokoknya aku sekarang mau terbebas dari siksaaan ini… Ayo pakk terusss… Sodok akuu paakk… Beri aku kepuasan yang aku inginkaann !
Batin Nayla berteriak.
Namun ditengah sodokan yang semakin nikmat, tiba-tiba pak Urip menghentikan gerakan pinggulnya. Nayla agak kecewa lalu menatap wajah pembantunya tak percaya. Namun pak Urip hanya tersenyum sambil menatap wajah cantik majikannya.
“Tenang non… Saya juga gak mau persetubuhan kita berhenti begitu aja kok… Ayo ganti gaya… Cepat nungging… Saya ingin menggenjotmu pake gaya anjing kawin !” Ucap pak Urip yang membuat wajah Nayla memerah malu.
Kenapa pak Urip tau kalau aku tadi kecewa ?
Batin Nayla sambil mengambil posisi menungging diatas ranjang tidur yang mereka tempati.
“Indahnya bokong montokmu ini nonn !” Ucap pak Urip sambil menampar bokong majikannya.
Plaaaakkkkk !!!
“Aaaaahhh bappaakkk !” Jerit Nayla dengan manja.
“Hakhakhak… Non udah siap untuk jadi anjing betina saya kan ?” Tanya pak Urip sambil mengusap-ngusap bongkahan pantat majikannya yang begitu mulus sempurna.
“Aaahhh lakukaannn… Aku siap menjadi apa saja asal aku bisa terbebas dari siksaaan ini paakkk” Ucap Nayla tak kuat lagi.
“Hakhakhak… Kalau gitu bilang gugg gugg dong” Ucap pak Urip yang meminta Nayla meniru suara anjing.
Jelas itu merupakan penghinaan besar bagi Nayla. Tapi nafsu yang sudah tak tertahankan membuat dirinya manut saja asal dirinya mendapatkan kepuasan.
Meski lidahnya kelu. Meski dirinya merasa malu. Mulutnya pun membuka lalu mengucapkan apa yang seperti pembantunya perintahkan.
“Guugg… Guuggg… Aaaaaaahhhhhhh”
Tepat setelah Nayla meniru suara anjing, Pak Urip langsung menyobloskan penisnya kembali hingga akhwat bercadar itu menjerit merasakan kepuasan yang kembali ia dapatkan.
Tanpa jeda dengan nafsu yang sudah meluap-luap, pria tua yang sangat beruntung itu langsung menggerakkan pinggulnya maju mundur tanpa ampun. Kedua tangannya mencengkram gamis yang masih melingkar di pinggang majikannya. Matanya menatap punggung mulus majikannya yang begitu halus. Mulutnya mengerang nikmat. Jepitan vagina majikannya begitu terasa menghimpit penis besarnya.
“Aaahhhhhh… Aaahhhhh… Aaaahhh mantap sekali memekmu, non” Desah pak Urip puas.
“Aaahhhhh… Aaahhhhhh… Iyyaahhhh… Aaahhhh terusss pakkkk… Aaahhhhh” desah Nayla merasakan kepuasan yang tak terkira.
Vaginanya yang gatal disodok berulang kali tanpa henti. Gairah birahi yang meledak dipuaskan oleh sodokan penis yang setajam belati. Vaginanya terus diobok-obok. Vaginanya terus diuleg-uleg. Rahimnya semakin basah oleh penis kekar yang membuatnya tak lagi merasa gelisah.
Aaaahhhhh… Aaahhhhhh… Enakkk sekaliii… Enakkk sekali perzinahan iniiii… Ayoo pakk terusss… Terusss setubuhi aku, pak…
Batin Nayla yang sudah tak tahan lagi.
Aaahhhhh andai suamiku bisa memberikan kepuasan seperti ini… Andai suamiku bisa lebih ahli dalam memberikan kenikmatan seperti ini… Aahhhh, kenapa kamu gak bisa seperti ini mas ? Kenapa justru pembantumu yang bisa memberikan kepuasan seperti ini kepadaku, mas ?
Batin Nayla saat tubuhnya terdorong maju mundur tanpa henti.
Mendengar majikannya terus mendesah membuat pria tua itu semakin tertawa. Ia pun mengejek majikannya. Ia menganggap majikannya seorang munafik karena enggan mengungkapkan kenikmatan yang sudah majikannya dapatkan.
“Aaahhhh… Aaaahhhhh… Jangannn maluuu-maluuu aahhhh… Ungkapkan semuanyaaa… Desah yang keraasss non… Luapkannn nafsumuuu ituuu” Desah pak Urip sambil terus menyodok rahim majikannya.
“Aaahhhhh… Aaahhhhhh… Iyaahhh… Aaahhhhh puass bangett paakkk… Aaahhhhh” desah Nayla malu-malu.
“Hakhakhak… Terusss… Jangann malu-malu… Ungkapkan semuanyaa… Lonte itu gak pernah malu-malu selama mendesah” Ejek pak Urip yang anehnya justru membuat Nayla semakin bernafsu saat itu.
“Aaahhhhhh… Aahhhh iyaahhhh… Akuuu gak akan… Aahhhhh… Maluu-maluu paakkk… Cepaattt sodokk lagiii… Hujami rahimku lebih keras lagii paaakkkk” desah Nayla meluapkan gairah birahinya.
“Hakhakhak… Kalau itu maumu, baiklah !” Ucap pak Urip yang benar-benar memperkuat hujamannya.
“Aaahhhhhhl… Aaahhhhh… Aaahhh iyaahhh… Iyyaahhhh” desah Nayla dengan sangat manja.
Tubuhnya terdorong maju mundur. Payudara bulatnya terus bergondal-gandul. Matanya merem melek penuh kepuasan. Kemulusan tubuhnya membuat tangan pembantunya terus bergerak tuk mengusapi kulit punggungnya yang begitu halus. Lalu tubuh pak Urip ditundukkan. Tangan kanannya mendekap tangan kanan majikannya lalu ditariknya ke belakang. Begitu juga dengan apa yang terjadi pada tangan kiri majikannya. Seketika tubuh Nayla terangkat. Dadanya membusung ke depan. Disaat hujamannya semakin keras, maka semakin indahlah penampakan dada Nayla yang sedang disodok dari belakang.
“Aaaahhhhhhh… Aaahhhhh… Aaahhhhhhh “desah Nayla dengan manja.
“Aaaahhhhh yaahhhh… Ahhhhhh… Masih kurang puas ? Haruskah saya perkuat lagi non ?” Ucap pak Urip tersenyum sambil melirik ke sisi kanan tubuhnya. Tepatnya ke sudut ruangan yang ada di seberang.
“Aaahhhhh iyaahhhh… Tolonggggg lagiii… Tolonggg hujami aku lebih keras lagiiiii” Pinta Nayla yang membuat pak Urip tertawa.
“Hakhakhak… Kalau itu mau non… Rasakannn iniii !”
“Aaaahhhhhhhhh… Aaaaaaahhhh… Aaaahhhhhhh” desah Nayla menjerit keras.
Hampir dua menit mereka bersetubuh dengan posisi seperti itu. Wajah Nayla sampai geleng-geleng tak percaya. Ia sangat bersyukur bisa merasakan persetubuhan sepuas ini. Vaginanya semakin panas. Cairan cintanya semakin memenuhi isi rahimnya. Tubuhnya mengejang. Susu bulatnya mengencang. Terlihat susu bulatnya juga membesar. Tubuh Nayla sudah berada di fase sempurna. Fase dimana tubuhnya terlihat paling menggoda ketika dirinya berada di puncak kenikmatannya.
“Aaaahhhhhh… Aaahhhh… Hebaattt banget yah non ini… Saya hampir kelluaaarrr” Ucap pak Urip puas.
“Aaaaahhhhh akuu jugaaa… Akuu jugaa pakkkk… Aaaaaahhhhhh” desah Nayla saat tiba-tiba kedua tangannya dilepas hingga membuatnya tak memiliki tumpuan di depan. Tubuhnya ambruk ke ranjang. Wajahnya jatuh ke atas sprei ranjang tersebut. Susu bulatnya terjepit. Pak Urip menabok bokong Nayla sekali tuk menghadiahi kepuasan yang ia dapatkan dari vagina majikannya yang begitu sempit.
“Ayoooo buka semuanya non” Ucap pak Urip saat menarik penisnya keluar lalu memelorotkan gamis yang masih melekat melalui kedua kakinya.
“Aaaahhhhhh” desah Nayla yang akhirnya bisa telanjang sempurna menyisakan hijab, cadar, serta stockingnya saja.
“Hakhakhakhak” Tawa pak Urip sejenak sambil melirik ke arah sudut ruangan. Pak Urip pun tersenyum sebelum memulai kembali aksi pembinalannya.
“Ayooo tidurann… Kita akhiri sekarang” Ucap pak Urip yang hanya dijawab Nayla dengan anggukan saja.
Nayla yang sudah telanjang bulat diposisikan tiduran terlentang menghadap ke atas. Pak Urip pun membuka kedua kaki Nayla melebar. Penisnya kembali ia arahkan. Dengan satu tusukan yang begitu nikmat. Ia membenamkan penisnya sedalam-dalamnya hingga menyundul dinding rahim kehangatannya.
“Uuuuhhhhhhh paaaakkk” Desah Nayla manja.
“Aaahhh yah… Hah… Hah… Hah… Ayo selesaikan… Akan saya hamili dirimu sekarang !” Ucap pak Urip bernafsu saat pinggulnya kembali bergoyang tuk mengakhiri semua persetubuhan ternikmatnya,
“Uuuuuhhhhh bapaakkk… Iyyaaahhhhhh” jerit Nayla merasakan tusukan nikmat dari pembantu tuanya itu. Saking kuatnya, kedua tangannya sampai mencengkram kuat sprei ranjang tidurnya. Matanya memejam. Ia tak sabar untuk merasakan orgasme dari persetubuhannya sekarang.
Ketika nafsu sudah berada di puncak kenikmatan. Maka tak ada alasan bagi tubuh untuk menahan setiap sodokan. Itulah yang dirasakan oleh pak Urip. Ia tidak menahan diri lagi. Dirinya langsung menggempur rahim majikannya tanpa henti. Ditatapnya payudara majikannya yang bergoyang. Gerakannya yang begitu indah membuat pembantu tua itu semakin terangsang. Lidahnya pun keluar sendiri untuk menjilati lidahnya yang kering. Ia terpesona oleh warna puting majikannya yang begitu pink.
Tangannya yang gemas jadi ingin mengelus tubuh polos majikannya. Mulai dari pinggang ia berpindah ke paha. Dari paha naik lagi ke perut. Dari perut ia mengelus susu bulatnya. Disana ia menekan puting susunya. Lalu menariknya. Lalu mencubitnya. Ia kembali mengusap perutnya sambil menatap wajah sangek majikannya.
“Aaaahhhhh… Aaahhhhh… Jangaaannn… Jangannn ditarik-tarik paakkk… Aahhhhhh” desah Nayla terangsang.
“Hakhakhak… Lohhh kok ngatur… Suka-suka saya donggg… Hennkgghhh !!!” Desah pak Urip yang malah meremas payudara Nayla sekuat-kuatnya.
“Aaaaaaaaahhhhh bapppaaaakkkkk” Jerit Nayla penuh kepuasan.
Mendengar jeritan Nayla yang menggoda ditambah dengan tubuh mulusnya yang lebih menggoda membuat nafsu pak Urip semakin membara. Ia kembali mencengkram pinggangnya lalu mempercepat hujamannya sehingga susu bulatnya semakin bergoyang sempurna./
“Aaaahhhhh… Aaahhhh… Akan saya akhiri sebentar lagiii… Tunggu sebentaaar… Tungguu sebentaar lagi yah non… Saya akannn aahhhhh”
“Aaaahhhh iiyahhh… Cepaatt keluuaarkkannn… Aku udah gak tahannn lagiii… Ayooo pakkk selesaikannn”
Ranjang tidur yang mereka tempati bergoyang. Tubuh Nayla terdorong maju mundur semakin kencang. Wajah pak Urip terlihat senang. Ia begitu girang bisa menyetubuhi akhwat bercadar yang kini sudah telanjang.
Disaat nafsu sudah mendekati puncak. Pak Urip merasakan penisnya semakin terjepit. Lubang vagina majikannya semakin menyempit. Dinding vagina majikannya menghimpit yang membuat penisnya semakin tercekik.
Pak Urip tidak kuat lagi. Ia terus menggempur vagina Nayla dengan sisa tenaga yang ia punya.
“Aaaahhh… Aaaahhh… Aaaahhh” jerit Nayla yang juga sudah mendekati batas maksimalnya. Sodokan pembantunya yang begitu kuat membuat payudaranya terus meloncat – loncat. Tubuhnya juga terangkat. Ia tak mengira persetubuhannya kali ini begitu dahsyat.
Plookk… Plokkk… Plookkk !!!
Pinggul Pak Urip terus menggempur. Ia tak memberikan waktu istirahat sedikitpun kepada majikannya itu. Suara benturan pinggul mereka juga terdengar kuat. Suara jeritan mereka juga bercampur memenuhi seisi ruangan.
“Aaahhhh… Aaahhhh… Puas sekali rasanya bisa menikmati tubuhmu, non… Aaahhh terima ini… Terima kontol saya ini !” Desah pak Urip saat menghentakkan pinggulnya.
Plokkk… Plokkk… Plokkk…
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aaahhhhh lebih kuat lagiii… Ayoo pakk sebentar lagiii” desah Nayla saat merasakan vaginanya berdenyut.
“Aaaahhhhh… Aahhhhh… Aaahhhh… Akan saya habisi dirimu non… Rasakan ini… Terimaaa inniii !!!” Desah pak Urip.
“Aaahhhh iyyaahhhh… Iyaahhhhh” desah Nayla tak tahan lagi.
“Aaahhhh… Aahhhh… Aaahhhh sayaa akan keluaaar… Saya mau keluuuaarrr” Desah pak Urip sambil merem melek keenakan.
“Aaaahhhh… Aaahhhh… Aku jugaaa pakk… Akuuu aaahhhhh” desah Nayla sambil meremas sprei ranjang tidurnya semakin kuat.
Tubuh pak Urip menunduk. Mulutnya membuka tuk menyusu pada puting indah itu. Pinggulnya tak berhenti menggempur. Lidahnya tak berhenti menjilat. Mulutnya juga tak berhenti menghisap.
“Mmmpphhhhh… Mmpppp sllrrpp… Mmpphhh… Saya mauu kelluaarrr… Sayaa mauuu kelluuaar” Desah pak Urip mengangkat wajahnya lagi tuk menatap mata indah majikannya.
“Aaahhhh pakkkk… Akuu jugaaa… Akuuu juggaaaa” desah Nayla membalas tatapan mata pembantunya.
Akhirnya dengan satu tusukan yang begitu kuat. Penis pak Urip menembus rahim terdalam yang membuat Nayla puas tak tertahankan. Tubuh gembrot pak Urip jatuh menindihi tubuh ramping majikannya. Dada mereka bersentuhan. Wajah mereka saling bertatapan. Pak Urip pun memeluk tubuh ramping majikannya saat cairan cintanya mulai keluar membasahi rahim majikannya.
“Aaaahhhh kellluuaaaarrrrr !”
“Aaahhh akkuuu juggaaaa !!!”
Cccrrrooottt… Cccrrrooottt… Cccrrrooottt…
Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt… Cccrrrttt….
Rahim Nayla basah. Rahimnya telah penuh. Ketika rahimnya diisi oleh pejuh maka tubuh mereka diselimuti oleh peluh. Mata mereka merem melek penuh kepuasan. Sedangkan tubuh mereka kelojotan penuh kepuasan. Deru nafas mereka pun bersatu setelah mengakhiri persetubuhan ternikmat mereka yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Hanya suara ngos-ngosan yang tersisa. Hanya senyuman penuh kepuasan yang mereka tinggalkan. Atau mungkin hanya salah satu dari mereka yang tersenyum penuh kepuasan.
“Hah… Hah… Hah… Puas sekali yah non… Hakhakhak” Tawa pak Urip sambil beristirahat sejenak tanpa mencabut penisnya dari vagina majikannya.
Sedangkan Nayla menyesali apa yang sudah diperbuatnya. Ia hanya menatap kosong ke arah langit-langit ruangan. Ia merenungi perbuatannya lagi. Ia merasa aneh pada dirinya. Ketika dirinya sedang nafsu-nafsunya, ia merasa sudah berubah menjadi orang lain. Ia pun heran kenapa lisannya sampai berucap seperti tadi. Ketika nafsu terselesaikan. Ia kembali menjadi dirinya yang sebenarnya. Nayla hanya memejam pasrah. Nasi sudah menjadi bubur. Sperma telah tertanam di dalam rahimnya lagi. Nayla pun takut kalau dirinya hamil hasil dari cocok tanam pembantunya lagi.
Siapa aku ? Dan kenapa aku ? Maaasss…
Batin Nayla menyesal.
Padahal aku sudah meminum ramuannya… Tapi kenapa aku masih kayak gini ? Bahkan tambah parah… Bisa-bisanya aku bercinta disini juga di warung pak Tomi…
Batin Nayla merenung.
Bahkan tadi aku… Terang-terangan pasrah ingin mengambil jalan tadi ? Bukan, aku bukan lonte… Kenapa aku malah kayak tadi sihhh !
Batin Nayla ingin menangisi dirinya sendiri.
Namun rasa lelah yang menderanya sejak tadi membuat rasa kantuk perlahan datang menghampiri. Padahal tubuhnya masih telanjang. Bagaimana nanti kalau suaminya datang dan memergokinya sedang telanjang dan pembantunya ada di seberang ?
Tapi rasa kantuknya ternyata lebih kuat. Dalam pelukan pembantunya, Nayla pun tertidur setelah mendapatkan kenikmatan yang tidak tertahankan.
Maafin aku, mas…
Batin Nayla sebelum tertidur pulas.
“Loh… Loh… Loh… Udah tidur ? Capek yah non… Hakhakhak” Tawa pak Urip yang kali ini berhati-hati saat mencabut penisnya. Kebetulan ia melihat bantal di sebelahnya. Ia pun menaruh bantal itu diatas paha Nayla agar membiarkan spermanya tetap menetap didalam.
Dengan santai ia berjalan menuju sudut ruangan. Ia mengambil handycam yang rupanya sudah ada disana sejak lama. Ia pun memeriksa hasil rekamannya. Terlihat di rekaman itu seolah Nayla yang datang untuk menggodanya.
“Hakhakhak… Gak sia-sia saya beli benda ini… Apa sih namanya ? Helikem ? Ah bodo amat sama namanya… pokoknya dengan ini non Nayla pasti gak akan berani nolak lagi… Untungnya sebelum beli sempat diajarin dulu sama yang jualan… Kalau gak, mana paham saya make benda modern kayak gini… Hakhakhak” Tawa pak Urip tertawa senang.
Seketika ia mendengar suara langkah kaki mendekat. Pak Urip mendadak panik. Ia menoleh ke ranjang dan mendapati majikannya masih telanjang. Ia pun mengambil selimut lalu menutupi tubuh majikannya menyisakan kepalanya saja yang tidak tertutupi. Ia juga lekas sembunyi. Ia pun memilih kolong ranjang untuk menyembunyikan tubuh gembrotnya.
“Eh iya baju saya” Ucap pak Urip kembali keluar untuk memungut pakaiannya yang berserakan di lantai.
Setelah kembali masuk ke kolong ranjang. Terlihat sepasang kaki seseorang yang berdiri di pintu masuk kamar.
“Loh adek udah tidur yah… Kasian pasti capek di perjalanan” Ucap Miftah saat melihat istrinya tertidur pulas.
Tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Miftah naik ke atas ranjang untuk tiduran di sebelahnya.
Jantung pak Urip pun deg-degan mendapati Miftah berada di sebelah istrinya. Bagaimana kalau nanti Miftah menarik selimutnya dan mendapati tubuh istrinya sudah telanjang bulat ? Bagaimana kalau nanti Miftah melihat ke arah vagina istrinya dan mendapati ada lendir sperma di dalam ?
Duhhh piyye iki ?
Batin pak Urip kebingungan.
“Dekk… Dek… Siang-siang gini kok malah pake selimut sih… Tuh kan keringetan” Terdengar suara Miftah yang membuat jantung pak Urip semakin berdegup kencang.
Nahh lohh kan… Piye iki ? Kalau ketahuan bisa-bisa saya gak bisa ngentot non Nayla lagi ini !
Batin Pak Urip panik.
“Lohhhhh !” Terdengar suara Miftah yang membuat pak Urip semakin panik.
Pak Urip menaikan wajahnya ke atas. Ia begitu khawatir kalau Miftah menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya.
“Cakep banget pemandangannya… Sayang banget kalau waktunya dipake buat tidur-tiduran” Ucap Miftah yang rupanya terkejut melihat pemandangan di jendela vilanya.
Miftah pun turun dari ranjang dan berjalan ke arah jendela. Ia mengamati pemandangan sekitar. Ia lalu tersenyum kegirangan.
“Mending aku keluar aja… Mau nyari tempat untuk jalan-jalan nanti sore” Ucap Miftah tersenyum yang lalu keluar dari dalam kamarnya.
“Fiyyuuhhh… Udah keluar kan ?” Tanya pak Urip saat kepalanya melongok keluar dari dalam kolong ranjang.
“Untungnya kolong ranjangnya gak kotor… Hebat sih pak Rudi… Orangnya detil banget… Sampe kolong juga gak luput dibersihin sama dia” Ucap pak Urip sambil berdiri lalu hendak mengenakan celananya lagi.
“Hakhakhak… Gara-gara non, saya hampir jantungan tadi… Ayo perlihatkan lagi tubuh indahmu” Ucap pak Urip sambil menarik selimutnya tuk melihat tubuh indah telanjangnya.
“Hah… Beruntung saya bisa mengisi rahimmu berulang kali… Kok bisa yah saya kepikiran buat nanem benih di rahimmu, non… Kok bisa juga yah rencana mesum saya berjalan sempurna, sehingganya hingga detik ini… Hakhakhak… Gak habis thinking pokoknya… Harus sering-sering bersyukur ke bapak nih… Gak salah bapak saya ngasih nama Untung Urip Bejo ke saya… Hidupku jadi beruntung terus pokoknya… Hakhakhak” Tawa pak Urip puas.
Selagi mengamati lekuk tubuh Nayla yang sudah telanjang bulat. Tiba-tiba terdengar suara benda jatuh yang berasal dari arah pintu masuk kamar.
Sontak pak Urip terkejut sambil menolehkan wajahnya ke arah pintu masuk.
“Pak Urip ? Apa yang bapak lakukan ? Mbak Naylaa ?” Ucap pria tua yang mengenakan hoodie itu.
Pak Urip yang awalnya sangat terkejut langsung mengelusi dadanya sambil tersenyum. Ia merasa lega, ia mengira Miftah yang baru saja masuk mengejutkannya.
“Walah pak Rudi… Hufftttt” Ucap Pak Urip lega.
“Kaliaaan ? Habis ? Lohhhh” Ucap pak Rudi sampai melongo saat mendapati banyaknya sperma yang mulai tumpah dari dalam vagina Nayla.
“Kenapa pak ? Ada apa pak Rudi ? Ada yang bisa saya bantu ?” Tanya pak Urip sambil tersenyum.
“Kaaalliaann ? Kaliian habisss ? Kok bisa ?” Ucap pak Rudi yang masih tak percaya dengan apa yang saya lihat.
“Hakhakhak… Mau gimana lagi ? Non Nayla sendiri yang minta… Nih liat deh” Ucap pak Urip yang akhirnya terpaksa menunjukkan rekaman handycam-nya agar pak Rudi tidak membocorkan rahasia.
Pak Rudi pun menatap pak Urip tidak percaya setelah melihat rekaman barusan. Pak Urip sambil tersenyum pun merangkul pundak pak Rudi. Pak Urip kemudian mengajak pak Rudi melihat ke arah tubuh telanjang Nayla.
“Hah sebenarnya ini rahasia… Sebenarnya non Nayla ini terus memaksa saya buat memuasin nafsunya… Jujur saya gak sanggup melayani nafsunya sendiri… Bapak malam ini ada acara ? Mau bantuin saya gak ?” Ucap pak Urip yang membuat pak Rudi menenggak ludah.
“Apa ? Apa yang bisa saya bantu ?” Ucap pak Rudi yang tiba-tiba bersemangat.
Pak Urip tidak menjawab apa-apa. Ia malah tersenyum sambil menatap wajah pak Rudi.
Bersambung